Anda di halaman 1dari 11

BAB II

KONSEP DASAR
2.1 GPS
Dalam perangkat radio elektronik modern, Global Positioning System (GPS)
sering dimanfaatkan untuk kebutuhan menentukan koordinat lokasi. Untuk tujuan
ini, berbagai jenis antena dapat digunakan dengan memenuhi persyaratan
polarisasi, rentang frekuensi operasi, serta penguatan atau dimensi tergantung pada
karakteristik sistem pada perangkat yang digunakan [10]. Pada konfigurasinya,
NAVSTAR GPS terdiri dari 21 satelit pada 6 bidang orbit yang berada pada
ketinggian 20,200 km diatas permukaan bumi. Bidang orbitnya memiliki jarak
pisah 60o dan kemiringan 55o terhadap bidang ekuator. Setiap satelit menyelesaikan
satu kali putaran dalam 12 jam. GPS beroperasi pada frekuensi L1 (1575,42 MHz)
untuk sipil dan L2 (1227,6 MHz) untuk militer [11]. Operator GPS menggunkan
frekuensi L-band dari 1 GHz – 2 GHz. Selain L1 dan L2 terdapat juga L3 (1381.05
MHz) yang digunakan untuk mendeteksi detonasi nuklir dibumi dan L4 (1379.913
MHz) sedang dipelajari untuk aplikasi yang sesuai [8].
Sistem GPS didasarkan pada jaringan satelit orbit bumi medium (MEO) yang
mengirimkan sinyal navigasi pada frekuensi pembawa 1575.42 MHz. Bandwidth
pengoperasian sinyal navigasi Global Navigation Satellit System (GNSS) berada
pada pita frekuensi 1559-1610 MHz. Berikut ini beberapa spesifikasi yang dimiliki
antena untuk GPS L1, pertama impedansinya 50 ohm, gain antena 3 dB, VSWR ≤
2 dan bandwith 1565 – 1613 MHz [8] [12].

Gambar 2.1 The orbits of GPS satellites [10].

6
2.2 Antena
Sebuah antena didefinisikan oleh Webster’s Dictionary sebagai perangkat
logam (batang atau kawat) yang biasanya digunakan untuk memancarkan dan
menerima gelombang radio. Menurut Standar IEEE (IEEE STD 145-1983) antena
didefinisikan sebagai sarana untuk menerima dan memancarkan gelombang radio.
Dengan kata lain antena adalah struktur peralihan antara ruang bebas dan perangkat
pemandu. Antena memiliki beberapa jenis dan bentuk seperti Wire Antenna,
Aperture Antenna, Microstrip Antenna, Array Antenna, Reflector Antenna dan Lens
Antenna [13].
Untuk menggambarkan kinerja antena dapat dilihat dari berbagai parameter
antena. Berikut pembahasan tentang parameter antena yang berasal dari standar
IEEE [IEEE STD 145-1993. Ditegaskan kembali 2004 (R2004)] [13].

2.2.1 Radiation Pattern


Radiation Pattern antena atau pola antena didefinisikan sebagai fungsi
matematika atau representasi grafis dari sifat radiasi antena sebagai fungsi
koordinat ruang. Sifat radiasi termasuk kepadatan fluks daya, intensitas radiasi,
kekuatan luas pancaran, direktivitas dan polarisasi. Beberapa bagian dari
polaradiasi disebut lobe, yang dapat diklasifikasikan kedalam Main Lobe,
Minor Lobe, Side Lobe & Back Lobe [13].

Gambar 2.2 Polaradiasi dan beamwidth dalam bentuk kutub [13].

7
2.2.2 Antenna Efficiency
Total efisiensi antena digunakan untuk memperhitungkan kerugian di
terminal input dan dalam struktur antena. Kerugian tersebut dapat terjadi karena
refleksi akibat ketidakcocokan antara saluran transmisi dan antena dan kerugian
konduksi dan dielektrik yang terjadi pada antena. Secara umum, efisiensi
keseluruhan dapat ditulis sebagai:
eo = er ec ed (2.1)
er = (2.2)
e0 = total efficiency (dimensionless)
er = reflection (mismatch) efficiency
ec = conduction efficiency (dimensionless)
ed = dielectric efficiency (dimensionless)
2.2.3 Direktivitas
Direktivitas antena didefinisikan sebagai rasio perbandingan intensitas
radiasi pada arah tertentu dari antena dengan intensitas radiasi rata-rata yang
dipancarkan kesegala arah [13].

𝑖𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚


𝐷𝑖𝑟𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = (2.3)
𝑖𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑖𝑠𝑜𝑡𝑜𝑝𝑖𝑠

2.2.4 Gain
Meskipun penguatan antena terkait erat dengan direktivitas, namun gain
adalah ukuran yang memperhitungkan efisiensi serta kemampuan direksinya.
Penguatan antena adalah rasio intensitas, dalam arah tertentu, dengan intensitas
radiasi yang akan diperoleh jika daya yang diterima oleh antena dipancarkan
secara isotropis. Intensitas radiasi yang sesuai dengan daya yang diradiasikan
secara isotropik sama dengan daya yang diterima (input) oleh antena dibagi 4𝜋
[13]. Directivity dan gain saling berkaitan satu sama lain yang di definisikan
dengan sebagai berikut [13]:
𝐺𝑎𝑖𝑛 = 𝑒 ∗ 𝐷𝑖𝑟𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 (2.4)
Dengan nilai (e) merupakan efisiensi total antena maka dapat dikatakan
bahwa directivity merupakan nilai gain maksimum jika antena tidak memiliki
internal Loss. Nilai gain dapat dicari dengan rumus lain sebagai berikut [13]:

8
(2.5)
2.2.5 Bandwidth
Bandwidth antena didefinisikan sebagai rentang frekuensi dimana antena
tersebut dapat bekerja. Bandwidth dapat dianggap sebagai rentang frekuensi
yang dimana karakteristik antena berada dalam nilai yang dapat diterima dari
batas atas frekuensi sampai batas bawah frekuensi [13].
𝑓2 − 𝑓1
𝐵𝑊% = 𝑥 100% (2.6)
𝑓𝑐

Dimana:
𝑓1+𝑓2
fc = frekuensi tengah ( )
2

f1 = batas frekuensi bawah


f2 = batas frekuensi atas

2.2.6 Polarisasi
Polarisasi antena didefinisikan ketika sebuah antena memancarkan kearah
dimana medan listrik melakukan orientasi perambatannya [14]. Jenis polarisasi
memiliki tiga bentuk yaitu linier, sirkular dan elips. Jenis polarisasi ditentukan
oleh nilai axial ratio, axial ratio merupakan perbandingan sumbu mayor dan
minor pada plot polarisasi. Untuk menghitung nilai axial ratio dapat
menggunakan persamaan berikut [13]:
𝐸𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 √𝑃𝑤𝑎𝑡𝑡 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟
𝐴𝑅 = = (2.7)
𝐸𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 √𝑃𝑤𝑎𝑡𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟

Keterangan:
AR = 1 → Polarisasi Circular
AR = ∞ → Polarisasi Linear
1 < AR < ∞ → Polarisasi Elips

2.2.7 Parameter S
Scattering atau parameter S adalah metode yang sering digunakan untuk
menggambarkan karakteristik sebuah rangkaian. Parameter S ini biasanya
digunakan untuk transistor frekuensi tinggi. Parameter S ini jadi lebih mudah
digunakan dari pada parameter Y [15].

9
Gambar 2.3 Diagram Parameter S dengan 2 port

Gambar 2.3 merupakan desain sederhana jaringan hanya dengan 2 port.


Parameter S diperoleh dari mengirimkan sebuah sinyal frekuensi ke jaringan
dan mendeteksi gelombang apa saja yang terdeteksi dari masing-masing port.
Daya, tenganan dan arus digambarkan sebuah gelombang yang berjalan pada
kedua arah. Ketika gelombang dimasukan pada port 1, ada sebagian gelombang
yang dikeluarkan pada port yang lain dan ada sebagian sinyal yang
direfleksikan kembali melalui port yang sama, kejadian tersebut mengambarkan
S11. Parameter S digambarkan S11, S12, S21 dan seterusnya [16].

Gambar 2.4 Proses pencatuan sinyal pada port 1 dan port 2

Parameter S11 adalah rasio dari kedua gelomban b1/a1. Parameters S untuk
elemen konvensional pada gambar 2 dalam standar buku microwave
didefinisikan sebagai berikut [16]:
b1 = a1 x S11 + a2 x S12 (2.8)
b2 = a1 x S21 + a2 x S22 (2.9)
dimana:
S11 adalah koefisien refleksi port-1: S11 = b1/a1; a2 = 0
S22 adalah koefisien refleksi port-2: S22 = b2/a2; a1 = 0
S21 adalah koefisien transmisi forward (alur maju): S21 = b2/a1; a2 = 0
S12 adalah koefisien transmisi reverse (alur balik): S12 = b1/a2; a1 = 0

10
2.2.8 Koefisien Pantul
Pantulan dalam saluran transmisi terjadi jika sebagian atau seluruh
gelombang yang dikirim/merambat dalam saluran dipantulkan kembali kearah
sumber dari gelombang tersebut. Rasio gelombang pantul terhadap gelombang
dating dikenal sebagai koefisien pantul dan merupakan sebuah pengukuran
simple untuk kualitas kecocokan antara impedansi saluran transmisi dan
impedansi terminal. Koefisien pantul adalah kuantitas kompleks yang
dinyatakan dalam betuk polar yang memiliki magnitude dan sudut [15].

Γ = Koefisien Pantul
𝑉𝑟𝑒𝑓𝑙𝑒𝑐𝑡𝑒𝑑
Γ= (2.10)
𝑉𝑖𝑛𝑐𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡

2.2.9 VSWR
Voltage Standing Wave Ratio (VSWR) adalah rasio antara tegangan
maksimum ke tegangan minimum gelombang berdiri pada saluran transmisi
yang terhubung dengan antena [17]. Koefisien refleksi sangat berpengaruh pada
antena karena menentukan VSWR (Voltage Standing Wave Ratio) yang
dinyatakan dengan [17]:

1+ |Γ𝑧 |
𝑉𝑆𝑊𝑅 = (2.11)
1− |Γ𝑧 |
𝑧𝑎 − 𝑧0
Γ= (2.12)
𝑧𝑎 + 𝑧0

Dengan :
Γ : Koefisien refleksi
Za : Impedansi antena
Z0 : Impedansi karakteristik

2.2.10 Return Loss


Return loss adalah ukuran efektivitas pengiriman daya dari jalur transmisi
ke beban, seperti antena. Jika daya yang datang adalah Pin dan daya yang
dipantulkan adalah Pref maka tingkat ketidak cocokan antara daya yang datang
dan daya yang dipantulkan adalah Pin/Pref [18].

(2.13)

11
Dengan kata lain, RL adalah perbedaan dalam dB antara daya yang dikirim
ke AUT dan daya yang dipantulkan. Ini adalah istilah non-disipatif positif,
mewakili pengurangan amplitudo gelombang yang dipantulkan dibandingkan
dengan gelombang datang. Ini adalah situasi untuk AUT pasif [18].

(2.14)
Return loss dengan tanda positif identtik dengan besar koefisien pantul
ketika diekspresikan dalam decibel tetapi dengan tanda berlawanan. Artinya,
return loss dengan tanda negative lebih tepatnya disebut koefisien pantul. S11
juga sering disebut return loss, namun sebenarnya sama dengan koefisien
pantul.
Mengekspresikan power dalam bentuk tegangan pada saluran transmisi atau
waveguide (asumsi AUT pasif), makan persamaan (2.13) menjadi: [18].
RL = 10 𝑙𝑜𝑔10 |1/Γ 2 | (2.15)
RL = - 20 log |Γ| (2.16)

2.3 Antena Mikrostrip


Perkembangan antena mikrostrip berkaitan dengan perkembangan teknologi
struktur pemandu gelombang mikrostrip. Pemandu gelombang mikrostrip secara
sederhana bisa kita sejajarkan dengan rangkaian pada Printed Circuit Board (PCB)
yang biasa ditemukan pada elektronika berfrekuensi rendah. Pemandu gelombang
mikrostrip yaitu berupa lajur pipih yang terletak diatas substrat yang terbuat dari
material dielektrik. Lajur pipih ini dihasilkan dengan proses etching. Keuntungan
pemandu gelombang mikrostrip dibandingkan dengan waveguide adalah bentuknya
yang low-profil, mudah dan murah untuk diproduksi secara massal [14].
Mikrostrip antena memiliki empat komponen dasar di dalamnya dan mereka
adalah patch mikrostrip, substrat dielektrik, ground plane dan feed. Patch
konduktor dari antena adalah tempat dimana sinyal diradiasikan dengan banyak
bentuk. Untuk patch dapat terbuat dari berbagai bahan konduktor seperti tembaga,
perak dan masih banyak lagi. Bahan dielektrik dapat terbuat dari material seperti
FR4, RT-Duroid, Foam, Nylon Fabric dan lainnya [17].

12
Gambar 2.5 Microstrip antena [13].

Untuk menghitung dimensi printed yagi antenna digunakan beberapa


persamaan berikut:

2.3.1 Panjang Gelombang


Berikut tahapan dalam menentukan panjang gelombang pada printed yagi
antenna pada frekuensi 1,575 GHz. Berikut rumus perhitungan mencari
panjang gelombang [19]:
𝐶𝑜
𝐶= (2.9)
√εreff
𝐶
λg = (2.10)
𝑓𝑜

Dimana:
λg = Wavelength in dielectric material
Co = Speed of light (3x108)
C = Speed of phase in dielectric
f = Antenna working frequency

2.3.2 Panjang Substrat


Panjang Substrat akan dihitung menggunakan perhitungan sebagai berikut
[20]:
Lg = 6h + Ldr (2.11)

Dimana:
Lg = Length of substrate
h = Thickness of substrate
Ldr = Length of driven

13
2.3.3 Lebar Substrat
Lebar Substrat akan dihitung menggunakan perhitungan sebagai berikut
[20]:
Wg = 6h + W (2.12)

Dimana:
Wg = Width substrate
h = Thickness of substrat
W = Bagian terlebar dari patch

2.4 Fleksible Antena


Perkembangan antena terutama pada komunikasi body-centric saat ini
membuat penggunaan antena berbahan fleksibel semakin popular. Penggunaan
bahan fleksibel pada antena membuat antena lebih mudah diaplikasikan pada segala
hal, ringkas, ringan dan tipis sehingga lebih nyaman digunakan terutama pada
aplikasi yang membutuhkan fleksibilitas tinggi. Dalam pemilihan material bahan
fleksibel pada antena didasari hal berikut [21]:

2.4.1 Konstanta Dielektrik (Permitivitas)


Nilai permitivitas (ε), terdiri dari permitivitas relatif dan permitivitas
vakum, yaitu perbandingan dari sebuah energi listrik atau nilai kapasitansi yang
tersimpan pada sebuah bahan dielektrik apabila diberi sebuah potensial dengan
nilai kapasitansi di ruang hampa. Nilai konstanta dielektrik akan berpengaruh
pada dimensi sebuah antena. Semakin kecil nilai konstanta dielektrik maka
dimensi antena akan semakin besar.
2.4.2 Ketebalan Substrat
Bandwidth dan efisiensi dari antena planar sangat ditentukan oleh konstanta
dielektrik substrat dan tebalnya. Pengaruh dari ketebalan substrat adalah
semakin tebal substrat maka bandwidth akan semakin lebar.
2.4.3 Tingkat Fleksibilitas
Fleksibilitas dan elastisifitas bahan fleksibel akan sangat mudah mengikuti
bentuk lekukan pada tubuh manusia. Hal tersebut akan berdampak pada
frekuensi resonansi antena dan bandwidth yang menyebabkan berubahnya sifat
elektromagnetik dan mempengaruhi performansi antena.

14
2.5 Antena Yagi-Uda
Salah satu cara untuk mendapatkan lebih banyak keuntungan dari jenis dipol
antena adalah dengan menggunakan lebih dari satu antena dipol dalam konfigurasi
array. Biasanya array memiliki semua elemen yang identik dan aktif,
membutuhkan koneksi langsung ke catuan di setiap elemennya. Namun konfigurasi
array ini hanya memiliki satu catuan yang terhubung langsung ke pemancar
sementara elemen lainnya parasitic. Antena dipol array pararel yang disusun
parasitiknya disusun secara linier disebut antena Yagi-Uda [13]. Antena ini
memiliki beberapa bagian penyusun yaitu:

Gambar 2.6 Konfogurasi antena Yagi-Uda [13]

2.5.1 Driven
Driven merupakan inti dari antena Yagi-Uda. Driven menentukan polarisasi
dari antena dan frekuensi kerja antena. Biasanya panjang driven elemen kurang
dari λ/2 (biasanya 0,45-0,49λ) [13].
2.5.2 Reflector
Reflector biasanya lebih panjang dari driven karena bertujuan untuk
memaksa semua pancaran radiasi mengarah kearah depan. Selain itu,
pemisahan antara elemen driven dan reflector agak lebih kecil daripada jarak
antara elemen driven dan director, dan ditemukan jarak paling optimal pada
0,25λ [13].
2.5.3 Director
Director biasanya lebih pendek 10% sampai dengan 20% dari driven untuk
mengarahkan radiasi kearah depan. Panjang director harus sekitar 0,4 hingga
0,45λ [13].

15
2.6 Phantom
Parameter dari antena seperti impedance bandwidth, Return Loss, radiation
efficiency, and radiation patterns secara negatif berpengaruh jika berdekatan
dengan jaringan tubuh manusia. Untuk pengaplikasian secara praktis, antena harus
disimulasikan dan diukur pada tubuh manusia untuk mengevaluasi efek ini dan
untuk mencerminkan hasil yang realistis. Phantom tubuh manusia adalah alat yang
berguna dalam pengukuran tersebut. Phantom merupakan susunan struktur yang
merepresentasikan model tubuh manusia seperti lengan, dada, paha, kepala.
Perancangan phantom harus sesuai dengan bentuk dan karakteristik bagian tubuh
manusia, mulai dari fisik hingga karakteristik khususnya seperti nilai permeabilitas,
permitivitas dan konduktivitasnya [22].

Gambar 2.7 Phantom tubuh manusia [23]

2.7 Specific Absorption Rate (SAR)


Untuk wearable antenna efek antena pada tubuh harus diukur. Specific
Absorption Rate (SAR) mengacu pada pengendapan daya elektromagnetik
maksimum didalam tubuh manusia karena radiasi nikabel. Satuan SAR adalah
W/kg atau mW/kg [22]. Keprihatinan publik mengenai dampak kesehatan dari
radiasi dan persyaratan hukum di seluruh dunia telah mendesak insinyur dan
peneliti untuk selalu mempertimbangkan jumlah daya yang diserap oleh tubuh
manusia. Oleh karena itu, SAR suatu perangkat nirkabel telah di tetapkan. Terdapat
dua batasan SAR yang paling umum digunakan adalah IEEE 1.6 W/Kg untuk setiap
1g jaringan dan (International Commission on Non-lonizing Radiation Protection)
2 W/Kg untuk setiap 10g jaringan [24].

16

Anda mungkin juga menyukai