Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/329359306

Diagnosis Dini Tumor Ganas Laring

Conference Paper · November 2018

CITATIONS READS

0 5,560

1 author:

Sukri Rahman
Universitas Andalas
55 PUBLICATIONS   120 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Sukri Rahman on 02 December 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Diagnosis Dini Tumor Ganas Laring
Dr. Sukri Rahman, Sp.THT-KL(K), FICS, FACS
Bagian THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
RSUP. Dr. M. Djamil, Padang

Abstrak
Tumor ganas laring merupakan salah satu tumor ganas kepala dan leher tersering baik
secara global maupun di indonesia. Laring berperan sebagai organ sentral dalam koordinasi
dari fungsi saluran aerodigestif atas pada respirasi, bicara dan menelan. Harapan hidup dan
keberhasilan terapi pada keganasan laring ditentukan oleh stadium dan lokasi tumor. Secara
klinis laring dibagi menjadi tiga bagian yaitu supraglotis (kranial dari plika vokalis), glotis (plika
vokalis) dan subglotis (kaudal dari plika vokalis). Tumor ganas laring sebagian besar berasal dari
bagian glotis diikuti supra glotis kemuadian subglotis.
Sebagian besar pasien tumor ganas glotis di Indonesia datang pada stadium lanjut
(stadium III dan IV), berbeda dengan di Amerika Serikat, dimana sebagian besar tumor ganas
glotis datang pada stadium dini (Stadium I dan II). Gejala tumor di glotis dimana sebagian besar
tumor laring tumbuh mempunyai gejala yang mudah diketahuai secara dini dengan adanya
suara serak yang menetap (lebih dari tiga minggu), namun pasien sering tidak memeriksakan ke
dokter, sebagian besar baru datang mencari pertolongan setelah terdapat obstruksi jalan nafas
yang membutuhkan menatalaksanaan darurat jalan nafas. Sedangkan pada sebagian kecil
tumor laring gejalanya tidak khas dan tidak spesifik yang menyebabkan keterlambatan
diagnosis. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat disamping kemapuan dokter dalam
mendeteksi adanya keganasan di laring sangat diperlukan dalam mendiagnosis tumor laring
secara dini.
Untuk mendeteksi adanya keganasan di laring membutuhkan pemeriksaan fisik dengan
laringoskopi indirek dengan kaca, laringoskopi serat optik atau laringoskopi kaku. Pemeriksaan
laringoskopi dengan narrow band imaging (NBA) dan marker biologi saat ini terus diteliti dan
dikembangkan. Pemeriksaan patologi dari biopsi massa serta pemeriksaan radiologi dibutuhkan
untuk menentukan jenis dan perluasan tumor serta penentuan stadium.
Kata Kunci: Tumor ganas laring, diagnosis dini, laringoskopi, narrow band imaging.
Abstract
Malignant laryngeal tumor is one of the most common head and neck malignant tumors
both globally and in Indonesia. Larynx acts as a central organ in coordination of the function of
the upper aerodigestive tract in respiration, speech and swallowing. Life expectancy and
therapeutic cure of laryngeal cancer are determined by the stage and location of the tumor.
Clinically the larynx is divided into three parts, namely supraglottic (cranial from vocal cord),
glottic (vocal cord) and subglottic (caudal from vocal cord). Most laryngeal cancer originating
from the glottic, followed by supraglottic and later subglottic.
Most glottic cancer patients in Indonesia come at an advanced stage (stage III and IV), in
contrast to the United States, where most glottic cancer presented at an early stage (Stages I
and II). Symptoms of glottic cancer in which most laryngeal tumors grow have easy-to-
recognize early in the presence of a permanent hoarseness (more than three weeks), but
patients often do not see a doctor, most just come to seek help after airway obstruction is
present that requires emergency airway management. Whereas in a small proportion of
laryngeal tumors the symptoms are not distinctive and not specific which causes a delay in
1
Dipresentasikan pada: Pertemuan Ilmiah Nasioanal (PIN) Perhimpunan Ahli THT-KL (PERHATI-KL) X
Banten, 15-17 November 2018
diagnosis. Knowledge and public awareness in addition to the ability of doctors to detect cancer
in the larynx are needed in early diagnosis of laryngeal cancer.
To detect the presence of cancer in the larynx requires a physical examination with
indirect laryngoscopy with mirror, fiberoptic laryngoscopy or rigid laryngoscopy. Examination of
laryngoscopy with narrow band imaging (NBA) and current biological markers continues to be
developed. Pathological examination from biopsy and radiological examination is needed to
determine the type and extent of the tumor and staging.
Keywords: laryngeal cancer, early diagnosis, laryngoscopy, narrow band imaging.

Korespondensi: Sukri Rahman, email: sukrirahman@fk.unand.ac.id

Pendahuluan
Tumor ganas laring merupakan tumor ganas tersering kedua di daerah kepala dan leher,
tumor ini kejadiannya berhubungan dengan merokok dan konsumsi alkohol. Terdapat
perubahan trend epidemiologi dan tatalaksana dari keganasan ini. Sebagian besar tumor ganas
laring berasal dari glotis dan sebagian besar merupakan karsinoma sel skuamosa. Laring
merupakan organ yang berfungsi dalam proses fonasi, respirasi dan menelan, sehingga
gangguan fungsi dari laring akan berakibat terganggunya atau hilangnya fungsi ini.
Pencegahan dan diagnosis dini dari karsinoma laring merupakan cara yang paling efektif
dalam memaksimalkan kesembuhan dan preservasi organ pada keganasan ini.

Anatomi
Laring secara klinis dibagi menjadi tiga bagian yaitu supraglotis, glotis dan subglotis.
Pembagian ini merupakan pembagian berdasarkan perkembangan embriologi yang
mempengaruhi dampak klinis yang penting. Termasuk dalam supraglotis adalah epiglotis,
aritenoid, plika ariepiglotika dan plika ventrikularis, sedangkan glotis adalah pita suara (plika
vokalis) termasuk komisura anterior dan posterior sedangkan subglotis mulai dari pinggir
bawah plika vokalis sampai pinggir bawah kartilago krikoid (gambar 1).
Aliran limfe pada masing-masing bagian dari laring ini berbeda, dimana aliran limfe
pada supraglotis lebih banyak sedangkan pada glotis sangat sedikit. Hal ini menyebabkan pola
metastasis regional dari keganasan ini diperngaruhi lokasi tumor dan perluasannya.

Gambar 1. Bagian (sites) dari Laring


Sumber: AJCC Cancer Staging Manual eight edition

2
Dipresentasikan pada: Pertemuan Ilmiah Nasioanal (PIN) Perhimpunan Ahli THT-KL (PERHATI-KL) X
Banten, 15-17 November 2018
Faktor Risiko
Seperti keganasan umumnya, banyak faktor yang berkontribusi dalam terjadinya
keganasan, hal yang sama juga pada tumor ganas laring ini, namun merokok merupakan faktor
yang paling berperan, risiko akan meningkat menjadi 4,4 kali pada perokok ½ bungkus pehari
dan 10,4 kali pada perokok yang lebih dari 2 bungkus pehari. Risiko tumor ganas laring juga
meningkat pada peminum alkohol, terutama tumor ganas supraglotis.

Diagnosis
Diagnosis dari karsinoma laring ditegakkan berdasarkan riwayat (anamnesis),
pemeriksaan fisik laring dengan kaca laring dan laringoskopi serta konfirmasi patologi melalui
biopsi serta pemeriksaan radiologi.

Gejala
Gejala dari tumor glotis dapat berupa suara serak yang menetap lebih dari tiga minggu.
Nyeri menelan dan sulit menelan lebih dari enam minggu, rasa ada yang mengganjal di
tenggorok serta adanya otalgia ipsilateral pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun dengan
riwayat merokok atau minum alkohol harus menjadi perhatian adanya keganasan di laring.
Penurunan berat badan dan bunyi nafas (stridor) meningkatkan kecurigaan adanya suatu
keganasan.

Pemeriksaan Fisik
Tujuan dari pemeriksaan adalah untuk menilai perluasan tumor, pergerakan pita suara,
patensi jalan nafas, dan perluasan lokoregional. Untuk tujuan ini dilakukan pemeriksaan lengkap
pada kepala dan leher. Pemeriksaan laring (laringoskopi indirek) dengan kaca dapat melihat
adanya massa di laring, namun tidak jarang sulit menilai secara lengkap pada bagian komisura
anterior, untuk evaluasi lebih lengkap dibutuhkan pemeriksaan dengan laringoskopi fleksibel
atau rigid. Pemeriksaan dengan laringoskopi diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang
adekuat dari perluasan permukaan tumor primer seerta pergerakan pita suara. Gambaran yang
didapatkan pada pemeriksaan laringoskopi, disamping dideskripsikan sebaiknya juga direkam
berupa photo atau video atau dilukis yang menggambarkan batas dan perluasan dari tumor
pada rekam medis pasien (Gambar 2).

Gambar 2. Gambar Massa di plika vokalis yang meluas ke supraglotis (T2)


Sumber: AJCC Cancer Staging Manual eight edition

Laringoskopi dan Stroboskopi

3
Dipresentasikan pada: Pertemuan Ilmiah Nasioanal (PIN) Perhimpunan Ahli THT-KL (PERHATI-KL) X
Banten, 15-17 November 2018
Pemeriksaan laringoskopi dengan serat optik atau laringoskop kaku merupakan
pemeriksaan rutin yang dapat memberikan gambaran lebih jelas struktur laring. Sementara itu
pemeriksaan stroboskopi meskipun bukan pemeriksaan yang esensi, namun dapat memberikan
gambaran adanya gangguan gerakan dan gelombang mukosa pita suara, sehingga dapat
mendeteksi adanya pertumbuhan massa lebih dini pada pita suara. Neoplasma epitel pada pita
suara biasanya akan tampak berupa lesi keputihan atau lesi kemerahan di pita suara, lesi dapat
datar atau eksofitik.
Pemeriksaan laringoskopi direk dilakukan di kamar operasi saat melakukan biopsi, pada
pemeriksaan ini sebaiknya digunakan teleskop rigid 00, 300, dan 700 atau dengan mikroskop,
sehingga memberikan gambaran yang lebih detail dari tumor.

Endoskopi Narrow band imaging


Pemeriksaan narrow band imaging merupakan pendekatan yang menjanjikan dalam
mendeteksi dan menbedakan secara invivo antara lesi maligna dengan nonmaligna pada laring
dengan melakuakan penilaian morfologi dari kapiler mukosa laring. Pemeriksaan ini sebaiknya
dilakukan pada saat pemeriksaan laringoskopi rutin.

Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi sangat membantu untuk menunjang pemeriksaan fisik, namun
tidak bisa menggantikan pemeriksaan fisik laring, dan periksaan radiologi ini penting untuk
menentukan stadium (staging) tumor. Pemeriksaan Radiologi dapat menggambarkan anatomi
yang tidak dapat dievaluasi secara objektif dengan pemeriksaan fisik dan endoskopi seperti
ruang pre-epiglotik, ruang paraglotik, invasi kartilago tiroid dan perluasan ke ektra laring.
Modalitas utama pemeriksaan radiologi pada tumor laring adalah CT scan dengan
kontras, CT scan potongan tipis akan memberikan gambaran perluasan tumor, terutama
perluasan ke inferior, invasi ruang paraglotis, ruang pre-epiglotik dan/ atau ekstensi ke kartilago
tiroid, jaringan lunak paralaring, serta metastasis regional. Pemeriksaan MRI menunjang
pemeriksaan CT scan, pemeriksaan MRI mempunyai sensitivitas yang lebih tinggi namun
spesifitas yang lebih rendah dalam menentukan invasi kartilago laring.
Pemeriksaan radiologi sebaiknya dilakukan sebelum biopsi karena manipulasi pada
laring saat laringoskopi direk dan biopsi dapat menyebabkan inflamasiyang dapat berpengaruh
pada penentuan stadium tumor.

Biopsi Tumor
Untuk kepentingan konfirmasi patologi, biopsi dilakukan di kamar operasi dengan
laringoskopi langsung. Sebagian besar tumor ganas di laring berupa karsinoma sel skuamosa.
Biopsi sebaiknya dilakukan setelah pemeriksaan radiologi.

Penentuan Stadium (Staging)


Penentuan stadium perlu dilakukan untuk merencanakan penatalaksanaan dan
penentuan prognosis, stadium tumor ganas laring berdasarkan American Joint Committee of
Cancer (AJCC) edisi 8 adalah:
Tumor Primer (T)
Supraglotis
Tx: Tumor primer tidak bisa ditentukan
Tis: Karsinoma insitu

4
Dipresentasikan pada: Pertemuan Ilmiah Nasioanal (PIN) Perhimpunan Ahli THT-KL (PERHATI-KL) X
Banten, 15-17 November 2018
T1: Tumor terbatas pada satu subsite dari supraglotis dengan pergerakan pita suara
normal.
T2: Tumor menginvasi mukosa lebih dari satu subsite di supraglotis atau glotis atau diluar
supraglotis (seperti mukosa pangkal lidah, valekula, atau dinding medial sinus
piriformis) tanpa fiksasi laring.
T3: Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara dan/ atau menginvasi
postkrikoid, ruang pre-epiglotis, ruang paraglotis dan/ atau korteks dalam dari
kartilago tiroid.
T4: Moderately advanced atau sangat Advanced
T4a: Moderately advanced tumor primer, tumor menginvasi korteks luar tulang rawan
tiroid dan/ atau meluas ke jaringan ekstra laring (trakea, kartilago krikoid, jaringan
lunak leher termasuk otot ekstrinsik dalam dari lidah,otot-otot strap, tiroid atau
esofagus).
T4b: Sangat Advanced tumor lokal, tumor menginvasi ruang prevertebra, arteri karotis,
atau menginvasi struktur mediastinum.
Glotis
Tx: Tumor primer tidak bisa ditentukan
Tis: Karsinoma insitu
T1: Tumor terbatas pada pita suara/ plika vokalis (bisa melibatkan komisura anterior
ataupun posterior), pergerakan normal.
T1a :Tumor terbatas pada satu pita suara
T1b :Tumor melibatkan kedua pita suara
T2: Tumor meluas sampai ke supraglotis dan/ atau subglotis dan atau dengan gangguan
pergerakan pita suara.
T3: Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara dan/ atau menginvasi ruang
paraglotis dan/ atau inner cortex dari kartilago tiroid.
T4: Moderately advanced atau sangat Advanced
T4a: Moderately advanced tumor primer, tumor menginvasi korteks luar tulang rawan
tiroid dan/ atau meluas ke jaringan ekstra laring (trakea, kartilago krikoid, jaringan
lunak leher termasuk otot ekstrinsik dalam dari lidah,otot-otot strap, tiroid atau
esofagus).
T4b: Sangat Advanced tumor lokal, tumor menginvasi ruang prevertebra, arteri karotis,
atau menginvasi struktur mediastinum.
Subglotis
Tx: Tumor primer tidak bisa ditentukan
Tis: Karsinoma insitu
T1: Tumor terbatas pada subglotis
T2: Tumor meluas ke pita suara dengan atau tanpa gangguan pergerakan.
T3: Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara dan/ atau menginvasi ruang
paraglotis dan/ atau korteks dalam dari kartilago tiroid.
T4: Moderately advanced atau sangat Advanced
T4a: Moderately advanced tumor primer, tumor menginvasi korteks luar tulang rawan
tiroid dan/ atau meluas ke jaringan ekstra laring (trakea, kartilago krikoid, jaringan
lunak leher termasuk otot ekstrinsik dalam dari lidah,otot-otot strap, tiroid atau
esofagus).
T4b: Sangat Advanced tumor lokal, tumor menginvasi ruang prevertebra, arteri karotis,
atau menginvasi struktur mediastinum.

5
Dipresentasikan pada: Pertemuan Ilmiah Nasioanal (PIN) Perhimpunan Ahli THT-KL (PERHATI-KL) X
Banten, 15-17 November 2018
Kelenjar Getah bening Regional (N)
Nx: Kelenjar limfe regional tidak tidak bisa ditentukan.
N0: Tidak terdapat metastasis ke kelenjar getah bening regional.
N1: Metastasis pada satu kelenjar limfe ipsilateral dengan ukuran diameter
terpanjang ≤ 3 cm dan ENE (-).
N2a: Metastasis pada satu kelenjar limfe ipsilateral dengan ukuran diameter
terpanjang lebih dari 3 cm tapi tidak lebih dari 6 cm dan ENE (-) .
N2b: Metastasis pada multipel kelenjar limfe ipsilateral dengan diameter terpanjang
tidak lebih dari 6 cm dan ENE (-).
N2c: Metastasis bilateral atau kontralateral kelenjar limfe dengan diameter terpanjang
tidak lebih dari 6 cm dan ENE (-).
N3a: Metastasis kelenjar limfe dengan diameter terpanjang lebih dari 6 cm dan ENE(-)
N3b: Metastasis pada setiap kelenjar limfe dengan ENE (+)
Metastasis Jauh (M)
M0 : Tidak ada metastasis jauh.
M1 : Terdapat metastasis jauh.
Stadium
Stadium 0 : Tis N0 M0
Stadium I : T1 N0 M0
Stadium II : T2 N0 M0
Stadium III : T3 N0 M0
T1,T2,T3 N1 M0
Stadium IVA : T4a N0, N1 M0
T1,T2,T3 ,T4a N2 M0
Stadium IVB : Semua T N3 M0
T4b semua N M0
Stadium IVC : semua T semua N M1
ENE: Extra Nodular Extension

Kesimpulan
Tumor ganas laring merupakan salah tumor ganas di kepala dan leher yang sering
terjadi, untuk diagnosis tumor ini lebih dini memerlukan peningkatan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat disamping kemapuan dokter dalam mendeteksi adanya keganasan di
laring. Gejala tumor glotis yang khas seharusnya sebagian besar tumor glotis terdeteksi secara
dini. Penentuan diagnosis adanya tumor di laring adalah berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik
termasuk laringoskopi indirek dengan kaca, laringoskopi serat optik atau laringoskopi kaku..
Pemeriksaan patologi dari biopsi massa serta pemeriksaan radiologi dibutuhkan untuk
menentukan jenis dan perluasan tumor serta penentuan stadium tumor yang bermanfaat untuk
rencana penatalaksanaan dan prognosis.

Daftar Pustaka
Amin, M.B., Edge, S.B. and American Joint Committee on Cancer, 2017. AJCC Cancer Staging
Manual, 8th ed. Springer.
Brennan, P.A., Mahadevan, V. and Evans, B.T., (n.d.), 2016. Clinical Head and Neck Anatomy for
Surgeons.CRC Press.
Chu, E.A. and Kim, Y.J., 2008. Laryngeal Cancer: Diagnosis and Preoperative Work-up,
Otolaryngologic Clinics of North America 41 (4):673–695.
6
Dipresentasikan pada: Pertemuan Ilmiah Nasioanal (PIN) Perhimpunan Ahli THT-KL (PERHATI-KL) X
Banten, 15-17 November 2018
Mannelli, G., Cecconi, L. and Gallo, O., 2016. Laryngeal preneoplastic lesions and cancer:
challenging diagnosis. Qualitative literature review and meta-analysis., Critical Reviews in
Oncology/Hematology 10664–90.
Myers, E.N., 2003. Cancer of the Head and Neck Saunders.
Ni, X.-G., He, S., Xu, Z.-G., et al., 2011. Endoscopic diagnosis of laryngeal cancer and
precancerous lesions by narrow band imaging, The Journal of Laryngology & Otology 125
(03):288–296.
Rahman, S., Budiman, B.J. and Swanda, D., 2016. Diagnosis dan Penatalaksanaan Karsinoma Sel
Skuamosa Glotis Stadium Dini, Jurnal Kesehatan Andalas 5 (2):479–485.
Shah, J.P., Patel, S.G., Singh, B. and Shah, J.P., 2012. Jatin Shah’s Head and Neck Surgery and
Oncology Elsevier/Mosby.
Watkinson, J.C., Gilbert, R.W. and Stell, P.M. (Philip M., 2012. Stell and Maran’s Textbook of Head
and Neck Surgery and Oncology. Hodder Arnold.

7
Dipresentasikan pada: Pertemuan Ilmiah Nasioanal (PIN) Perhimpunan Ahli THT-KL (PERHATI-KL) X
Banten, 15-17 November 2018

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai