Anda di halaman 1dari 11

PROSIDING

COMNEWS 2019
e-ISSN 2656-730X

TANGGUNG JAWAB MORAL DAN SOSIAL ILMUWAN :


SIKAP ILMIAH ILMUWAN DI INDONESIA

Surajiyo1
1
Universitas Indraprasta PGRI Jakarta

drssurajiyo@yahoo.co.id

Abstrak

In order to manifested prosperity and increase human values, they develope science. The essential
purpose of science for prosperity of human bieng. So the essence of science is not value free.Scientist
must thoughtful of ethic consequences from the science. Althought morale and social responsibility of
scientist can not relate from integrity them self. It means high integrity and involved about their job. This
paper include the philosophy of science discuss about scientist must possessed attitude. The attitude of
scientist than morale and social responsiblity from develope science them self.

(Dalam upaya manusia mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabatnya maka
manusia mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu tujuan yang esensial dari ilmu adalah demi
kesejahteraan umat manusia, sehingga ilmu pada hakekatnya tidak bebas nilai namun terikat oleh
nilai.Ilmuwan harus peka terhadap konsekuensi-konsekuensi etis dari ilmu yang dikembangkannya.
Sekalipun demikian tanggung jawab moral dan sosial ilmuwan tidak dapat terlepas dari integritas
ilmuwan sendiri yakni integritas yang tinggi dan rasa keterlibatan dan tanggung jawab yang menyeluruh
terhadap pekerjaan yang digelutinya. Tulisan ini adalah termasuk dalam kajian filsafat ilmu yang
membahas masalah sikap-sikap apa saja yang harus dimiliki seorang ilmuwan. Sikap-sikap itulah yang
juga merupakan pertanggungjawaban moral dan sosial dari ilmu yang dikembangkannya.)

Kata Kunci : Etika, moral, ilmu pengetahuan, sikap ilmiah.

PENDAHULUAN
Masalah tanggung jawab moral dan sosial Berdasarkan teori Talcott Person tindakan
ilmuwan tidak dapat terlepas dari perkembangan manusia selalu dimonitor oleh sistem sosial,
ilmu itu sendiri, dari abad ke abad. Penemuan- sistem budaya, dan di luar keduanya itu yang
penemuan seperti bayi tabung, penetapan jenis disebutnya dengan ultimate reality. Sistem sosial
kelamin bayi, clonning, kemampuan mengobati kaya dengan energi, sedangkan sistem budaya
leukemia, penciptaaan kapal perang yang bebas lebih banyak mengandung informasi. Hal ini
dari intaian radar musuh, perkembangan berarti bahwa segala tindakan manusia selalu
komputer, dan sebagainya mewarnai adanya memperhatikan sistem budaya yang kaya
kemajuan yang sangat menakjubkan dalam dengan aturan, norma, dan larangan. Manusia
perkembangan ilmu dan aplikasinya dalam harus bertanggung jawab terhadap apa yang
bentuk teknologi. telah diperbuat olehnya. Tanggung jawab
seorang ilmuwan bukan saja dalam arti normatif,
melainkan juga dalam arti kedudukan manusia

414
PROSIDING COMNEWS 2019
e-ISSN 2656-730X

itu di antara manusia-manusia lain. (Conny R. reflektif adalah diskripsi, pemahaman, dan
Semiawan, 1988) analisa.
Van Peursen mengakui bahwa aplikasi
penemuan ilmiah itu pada umumnya bergantung HASIL DAN PEMBAHASAN
kepada suatu putusan politik. Jelas disini bahwa
seseorang ilmuwan hanya dapat memberikan Aktivitas
alternatif-alternatif pemecahan masalah
berdasarkan hasil penelitian ilmiah. Disinilah Ilmu
letak keberadaan seorang ilmuwan yang terikat
oleh suatu golongan, ras, agama, kelompok Metode Pengetahuan
tertentu. Hal ini bukan berarti ilmuwan tersebut
lepas tanggung jawab. Tanggung jawab sosial Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas
seorang ilmuwan sanggup melihat perubahan- manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan
perubahan sosial yang terjadi sebagai akibat metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis
penemuan-penemuannya.(Conny R. Semiawan, itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis.
1988)
Dengan demikian seorang ilmuwan Pengetahuan ilmiah menurut The Liang Gie
harus peka terhadap konsekuensi-konsekuensi (1987) mempunyai 5 ciri pokok :
etis ilmunya. Sebab dialah satu-satunya orang 1. Empiris. Pengetahuan itu diperoleh
yang dapat mengikuti dari dekat perkembangan- berdasarkan pengamatan dan percobaan
perkembangan yang kongkret. Tanggung jawab 2. Sistematis. Berbagai keterangan dan data
moral dan sosial seorang ilmuwan tidak dapat yang tersusun sebagai kumpulan
terlepas dari integritas ilmuwan tersebut, karena pengetahuan itu mempunyai hubungan keter-
seorang ilmuwan sejati memiliki ciri integritas gantungan dan teratur.
yang tinggi dan rasa keterlibatan dan tanggung 3. Obyektif. Ilmu berarti pengetahuan itu bebas
jawab yang menyeluruh terhadap pekerjaan dari prasangka perseorangan dan kesukaan
yang digelutinya, disamping itu juga harus ulet, pribadi.
jujur, hendaknya dibina dan dipertahankan. 4. Analitis. Pengetahuan ilmiah berusaha
Muncul persoalan sebenarnya sikap membeda-bedakan pokok-soalnya ke dalam
ilmiah apa saja yang harus dimiliki oleh seorang bagian-bagian yang terperinci untuk
ilmuwan? Untuk membahas persoalan ini maka memahami berbagai sifat, hubungan, dan
pembahasannya syarat dengan etika dan ilmu itu peranan dari bagian-bagian itu.
sendiri. Berikut ini akan dibahas pengertian 5. Verifikatif. Dapat diperiksa kebenarannya
etika dan moral, pengertian dan ciri-ciri ilmu oleh siapapun juga.
pengetahuan, problema etika ilmu pengetahuan,
pendekatan ontologis, epistemologis dan Sedangkan Daoed Joesoef (1987)
aksiologi sebagai landasan ilmu, kemudian menunjukkan bahwa pengertian ilmu mengacu
tanggung jawab sosial ilmuwandan sikap ilmiah pada tiga hal, yaitu : produk, proses, masyarakat.
yang harus dimiliki oleh ilmuwan. Ilmu pengetahuan sebagai produk yaitu
pengetahuan yang telah diketahui dan diakui
kebenarannya oleh masyarakat ilmuwan.
METODE Pengetahuan ilmiah dalam hal ini terbatas pada
Titik berat penelitian ini adalah penelitian kenyataan-kenyataan yang mengandung
pustaka, maka data yang dikumpulkan kemungkinan untuk disepakati dan terbuka
merupakan data kualitatif yang diolah dengan untuk diteliti, diuji dan dibantah oleh seseorang.
metode reflektif, dilengkapi dengan metode
’verstehen’. Komponen-komponen metode Ilmu pengetahuan sebagai proses artinya
kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan demi

415
PROSIDING COMNEWS 2019
e-ISSN 2656-730X

penemuan dan pemahaman dunia alami etis, merupakan hal yang menyangkut kegiatan
sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang maupun penggunaan ilmu pengetahuan dan
kita kehendaki. Metode ilmiah yang khas teknologi. Dalam hal ini berarti ilmuwan dalam
dipakai dalam proses ini adalah analisis-rasional, mengembangkan ilmu pengetahuan dan
obyektif, sejauh mungkin ‘impersonal’ dari teknologi harus memperhatikan kodrat manusia,
masalah-masalah yang didasarkan pada martabat manusia, menjaga keseimbangan
percobaan dan data yang dapat diamati. ekosistem, bertanggung jawab pada kepentingan
umum, kepentingan generasi mendatang, dan
Ilmu pengetahuan sebagai masyarakat bersifat universal, karena pada dasarnya ilmu
artinya dunia pergaulan yang tindak-tanduknya, pengetahuan dan teknologi adalah untuk
perilaku dan sikap serta tutur katanya diatur oleh mengembangkan dan memperkokoh eksistensi
empat ketentuan yaitu universalisme, manusia bukan untuk menghancurkan eksistensi
komunalisme, tanpa pamrih, dan skeptisisme manusia.
yang teratur.
Tanggung jawab ilmu pengetahuan dan
Van Melsen (1985) mengemukakan ada teknologi menyangkut juga tanggung jawab
delapan ciri yang menadai ilmu, yaitu : terhadap hal-hal yang akan dan telah
1. Ilmu pengetahuan secara metodis harus diakibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi di
mencapai suatu keseluruhan yang secara masa-masa lalu, sekarang maupun apa akibatnya
logis koheren. Itu berarti adanya sistem bagi masa depan berdasar keputusan-keputusan
dalam penelitian (metode) maupun harus bebas manusia dalam kegiatannya. Penemuan-
(susunan logis). penemuan baru dalam ilmu pengetahuan dan
2. Ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal teknologi terbukti ada yang dapat mengubah
itu erat kaitannya dengan tanggung jawab sesuatu aturan baik alam maupun manusia. Hal
ilmuwan. ini tentu saja menuntut tanggung jawab untuk
3. Universalitas ilmu pengetahuan. selalu menjaga agar apa yang diwujudkannya
4. Obyektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin dalam perubahan tersebut akan merupakan
oleh obyek dan tidak didistorsi oleh perubahan yang terbaik bagi perkembangan
prasangka-prasangka subyektif. ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri
5. Ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi maupun bagi perkembangan eksistensi manusia
oleh semua peneliti ilmiah yang secara utuh. (Achmad Charris Zubair, 2002)
bersangkutan, karena itu ilmu pengetahuan
harus dapat dikomunikasikan. Tanggung jawab etis tidak hanya
6. Progresivitas artinya suatu jawaban ilmiah menyangkut mengupayakan penerapan ilmu
baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh, bila pengetahuan dan teknologi secara tepat dalam
mengandung pertanyaan-pertanyaan baru dan kehidupan manusia. Tetapi harus menyadari
menimbulkan problem-problem baru lagi. juga apa yang seharusnya dikerjakan atau tidak
7. Kritis, artinya tidak ada teori yang difinitif, dikerjakan untuk memperkokoh kedudukan
setiap teori terbuka bagi suatu peninjauan serta martabat manusia yang seharusnya, baik
kritis yang memanfaatkan data-data baru. dalam hubungannya sebagai pribadi, dalam
8. Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan hubungan dengan lingkungannya maupun
sebagai perwujudan kebertauan antara teori sebagai makhluk yang bertanggung jawab
dengan praktis. terhadap Khaliknya.

2. Problematika Etika Ilmu Pengetahuan Jadi sesuai dengan pendapat Van Melsen (
kadang-kadang mempunyai pengaruh pada 1985) bahwa perkembangan ilmu pengetahuan
proses perkembangan lebih lanjut ilmu dan teknologi akan menghambat ataupun
pengetahuan dan teknologi. Tanggung jawab meningkatkan keberadaan manusia tergantung

416
PROSIDING COMNEWS 2019
e-ISSN 2656-730X

pada manusianya itu sendiri, karena ilmu Kebebasan itu menyangkut kemungkinan
pengetahuan dan teknologi dilakukan oleh yang tersedia dan penentuan diri.
manusia dan untuk kepentingan manusia dalam 3. Penelitian ilmiah tidak luput dari
kebudayaannya. Kemajuan di bidang teknologi pertimbangan etis yang sering dituding
memerlukan kedewasaan manusia dalam arti menghambat kemajuan ilmu, karena nilai etis
yang sesungguhnya, yakni kedewasaan untuk itu sendiri bersifat universal.
mengerti mana yang layak dan yang tidak layak,
yang buruk dan yang baik. Tugas terpenting Tokoh sosiologi, Weber, menyatakan bahwa
ilmu pengetahuan dan teknologi adalah ilmu sosial harus bebas nilai tetapi ia juga
menyediakan bantuan agar manusia dapat mengatakan bahwa ilmu-ilmu sosial harus
sungguh-sungguh mencapai pengertian tentang menjadi nilai yang relevan. Weber tidak yakin
martabat dirinya. Ilmu pengetahuan dan ketika para ilmuwan sosial melakukan
teknologi bukan saja sarana untuk aktivitasnya seperti mengajar atau menulis
mengembangkan diri manusia saja tetapi juga mengenai bidang ilmu sosial itu mereka tidak
merupakan hasil perkembangan dan kreativitas terpengaruh oleh kepentingan-kepentingan
manusia itu sendiri. tertentu atau tidak bias. Nilai-nilai itu harus
diimplikasikan bagian-bagian praktis ilmu sosial
Ilmu : Bebas Nilai atau tidak bebas nilai. jika praktek itu mengandung tujuan atau
Rasionalisasi ilmu pengetahuan terjadi sejak rasional. Tanpa keinginan melayani kepentingan
Rene Descartes dengan sikap skeptis- segelintir orang, budaya, maka ilmuwan sosial
metodisnya meragukan segala sesuatu, kecuali tidak beralasan mengajarkan atau menuliskan itu
dirinya yang sedang ragu-ragu (Cogito Ergo semua. Suatu siakp moral yang sedemikian itu
Sum). Sikap ini berlanjut pada masa Aufklarung, tidak mempunyai hubungan obyektivitas ilmiah.
suatu era yang merupakan usaha manusia untuk (Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, 2001)
mencapai pemahaman rasional tentang dirinya
dan alam. Kehati-hatian Weber dalam memutuskan
apakah ilmu itu bebas nilai atau tidak, bisa
Persoalannya adalah ilmu-ilmu itu dipahami mengingat disatu pihak obyektivitas
berkembang dengan pesat apakah bebas nilai merupakan ciri mutlak ilmu pengetahuan,
atau justru tidak bebas nilai. Bebas nilai yang sedang di pihak lain subyek yang
dimaksudkan adalah sebagaimana Josep mengembangkan ilmu dihadapkan pada nilai-
Situmorang (1996) menyatakan bahwa bebas nilai yang ikut menentukan pemilihan atas
nilai artinya tuntutan terhadap setiap kegiatan masalah dan kesimpulan yang dibuatnya.
ilmiah agar didasarkan pada hakikat ilmu
pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan Tokoh lain Habermas sebagaimana yang
menolak campur tangan faktor eksternal yang ditulis oleh Rizal Mustansyir dan Misnal Munir
tidak secara hakiki menentukan ilmu (2001) berpendirian teori sebagai produk ilmiah
pengetahuan itu sendiri. Paling tidak ada tiga tidak pernah bebas nilai. Pendirian ini diwarisi
faktor sebagai indikator bahwa ilmu Habermas dari pandangan Husserl yang melihat
pengetahuan itu bebas nilai, yaitu : fakta atau obyek alam diperlukan oleh ilmu
1. Ilmu harus bebas dari pengandaian- pengetahuan sebagai kenyataan yang sudah jadi.
pengandaian yakni bebas dari pengaruh Fakta atau obyek itu sebenarnya sudah tersusun
eksternal seperti : faktor politis, ideologi, secara spontan dan primordial dalam
agama, budaya, dan unsur kemasyarakatan pengalaman sehari-hari, dalam Lebenswelt atau
lainnya. dunia sebagaimana dihayati. Setiap ilmu
2. Perlunya kebebasan usaha ilmiah agar pengetahuan mengambil dari Lebenswelt itu
otonomi ilmu pengetahuan terjamin. sejumlah fakta yang kemudian diilmiahkan
berdasarkan kepentingan-kepentingan praktis.

417
PROSIDING COMNEWS 2019
e-ISSN 2656-730X

Habermas menegaskan lebih lanjut bahwa ilmu penyusunan pernyataan yang bersifat benar
pengetahuan alam terbentuk berdasarkan secara ilmiah.(Departemen Pendidikan dan
kepentingan-kepentingan teknis. Ilmu Kebudayaan, 1984/1985)
pengetahuan alam tidaklah netral, karena isinya
tidak lepas sama sekali dari kepentingan praktis. Dalam kaitannya dengan kaidah moral
Ilmu sejarah dan hermeneutika juga ditentukan bahwa dalam menetapkan obyek penelaahan,
oleh kepentingan-kepentingan praktis kendati kegiatan keilmuan tidak boleh melakukan
dengan cara yang berbeda. Kepentingannya upaya yang bersifat merubah kodrat manusia,
ialah memelihara serta memperluas bidang aling merendahkan martabat manusia dan
pengertian antar manusia dan perbaikan mencampuri permasalahan kehidupan.
komunikasi. Setiap kegiatan teoritis yang Disamping itu secara ontologis ilmu bersifat
melibatkan pola subyek-subyek selalu netral terhadap nilai-nilai yang bersifat
mengandung kepentingan tertentu. Kepentingan dogmatik dalam menafsirkan hakekat realitas
itu bekerja pada tiga bidang yaitu pekerjaan, sebab ilmu merupakan upaya manusia untuk
bahasa, dan otoritas. Pekerjaan merupakan mempelajari alam sebagaimana adanya.
kepentingan ilmu pengetahuan alam, bahasa
merupakan kepentingan ilmu sejarah dan Pendekatan Epistemologi
hermeneutika, sedang otoritas merupakan Epistemologi adalah cabang filsafat yang
kepentingan ilmu sosial. membicarakan tentang asal muasal, sumber,
metode, struktur dan validitas atau kebenaran
3. Pendekatan Ontologis, Epistimologis dan pengetahuan. Dalam kaitan dengan ilmu,
Axiologi sebagai Landasan Ilmu landasan epistemologi mempertanyakan
Pendekatan Ontologis. bagaimana proses yang memungkinkan
Ontologi adalah cabang filsafat yang ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?
membicarakan tentang yang ada. Dalam kaitan Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang
dengan ilmu, landasan ontologi harus diperhatikan agar kita mendapatkan
mempertanyakan tentang obyek apa yang pengetahuan yang benar? Apa yang disebut
ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya?
dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita
antara obyek tadi dengan daya tangkap dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa
manusia (seperti berpikir, merasa dan ilmu?(Jujun S Suriasumantri, 1985)
mengindera) yang membuahkan pengetahuan?
(Jujun S Suriasumantri, 1985) Landasan epistemologi ilmu tercermin secara
operasinal dalam metode ilmiah. Pada
dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu
Secara ontologis ilmu membatasi lingkup memperoleh dan menyusun tubuh
penelaahan keilmuannya hanya pada daerah- pengetahuannya berdasarkan : (a) kerangka
daerah yang berada dalam jangkauan pemikiran yang bersifat logis dengan
pengalaman manusia. Obyek penelaahan yang argumentasi yang bersifat konsisten dengan
berada dalam batas pra-pengalaman dan pasca- pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil
pengalaman diserahkan ilmu kepada disusun. (b) menjabarkan hipotesis yang
pengetahuan lain. Ilmu hanya merupakan salah merupakan deduksi dari kerangka pemikiran
satu pengetahuan dari sekian banyak tersebut dan (c) melakukan verifikasi terhadap
pengetahuan yang mencoba menelaah hipotesis termaksud untuk menguji kebenaran
kehidupan dalam batas-batas ontologis pernyataannya secara faktual. ( Departemen
tertentu. Penetapan lingkup batas penelaahan Pendidikan dan Kebudayaan, 1984/1985)
keilmuan yang bersifat empiris ini adalah
konsisten dengan asas epistemologi keilmuan Kerangka pemikiran yang logis adalah
yang mensyaratkan adanya verifikasi secara argumentasi yang bersifat rasional dalam
empiris dalam proses penemuan dan mengembangkan penjelasan terhadap

418
PROSIDING COMNEWS 2019
e-ISSN 2656-730X

fenomena alam. Verifikasi secara empiris disusun dipergunakan secara komunal dan
berarti evaluasi secara obyektif dari suatu universal. Komunal berarti bahwa ilmu
pernyataan hipotesis terhadap kenyataan merupakan pengetahuan yang menjadi milik
faktual. Verifikasi ini berarti bahwa ilmu bersama, setiap orang berhak memanfaatkan
terbuka untuk kebenaran lain selain yang ilmu menurut kebutuhannya. Universal berarti
terkandung dalam hipotesis. Demikian juga
bahwa ilmu tidak mempunyai konotasi ras,
verifikasi faktual membuka diri terhadap kritik
terhadap kerangka pemikiran yang mendasari ideologi atau agama.
pengajuan hipotesis. Kebenaran ilmiah dengan
keterbukaan terhadap kebenaran baru 4. Tanggungjawab Sosial Ilmuwan
mempunyai sifat pragmatis yang prosesnya Ilmu merupakan hasil karya perseorangan
secara berulang (siklus) berdasarkan cara yang dikomunikasikan dan dikaji
berfikir kritis.(Departemen Pendidikan dan secaraterbuka oleh lapisan masyarakat.
Kebudayaan, . 1984/1985) Penciptaan ilmu bersifat individual namun
komunikasi dan penggunaan ilmu adalah
Dalam kaitan dengan moral maka dalam bersifat sosial. Kreativitas individu yang
proses kegiatan keilmuan setiap upaya ilmiah didukung oleh sistem komunikasi sosial yang
harus ditujukan untuk menemukan kebenaran, bersifat terbuka menjadi proses pengembangan
yang dilakukan dengan penuh kejujuran, tanpa ilmu yang berjalan secara efektif. Seorang
mempunyai kepentingan langsung tertentu dan ilmuwan mempunyai tanggung jawab
hak hidup yang berdasarkan kekuatan sosial, bukan saja karena dia adalah warga
argumentasi secara individual. Jadi ilmu masyarakat yang kepentingannya terlibat
merupakan sikap hidup untuk mencintai secara langsung di masyarakat namun yang
kebenaran dan membenci kebohongan. lebih penting adalah karena dia mempunyai
fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup
Pendekatan Aksiologi bermasyarakat. Fungsinya selaku ilmuwan
Aksiologi adalah cabang filsafat yang tidak berhenti pada penelaahan dan keilmuan
mempelajari tentang nilai secara umum. secara individual namun juga ikut bertanggung
Sebagai landasan ilmu, aksiologi
jawab agar produk keilmuan sampai dan dapat
mempertanyakan untuk apa pengetahuan yang
berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana dimanfaatkan oleh masyarakat (Suriasumantri
kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan Jujun S, 2007:237).
kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan
obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan- Ilmu akan menghasilkan teknologi yang
pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik, akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi
prosedural yang merupakan operasionalisasi dalam penerapannya dapat menjadi berkah dan
metode ilmiah dengan norma-norma penyelamat bagi manusia, tetapi juga bisa
moral/profesional? (Jujun S Suriasumantri, menjadi bencana bagi manusia. Disinilah
1985, hal. 34-35.) pemanfaatan pengetahuan dan teknologi
diperhatikan sebaik-baiknya. Ilmuwan tidak
Pada dasarnya ilmu harus digunakan dan
berhenti pada penelahan dan keilmuan secara
dimanfaatkan untuk kemslahatan manusia.
individual namun ikut bertanggung jawab agar
Dalam hal ini maka ilmu dapat dimanfaatkan
produk keilmuwan sampai dan dapat
sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan
dimanfaatkan oleh masyarakat
taraf hidup manusia dengan memperhatikan
(Suriasumantri,2007).
kodrat manusia, martabat manusia dan
kelestarian/keseimbangan alam.
Ilmu sebagai karya tertinggi mnusia
(ilmuwan) adalah sesuatu yang terus dan akan
Untuk kepentingan manusia tersebut maka
mengikuti pola dan model si pemilikrnya
pengetahuan ilmiah yang diperoleh dan
(ilmuwan), ilmu bisa saja menjadi momok

419
PROSIDING COMNEWS 2019
e-ISSN 2656-730X

yang menakutkan bila disalahgunakan. Di telah dihasilkan oleh para ilmuwan, apakah itu
sinilah keharusan bagi ilmuwn untuk mampu berupa teknologi, maupun teori-teori
menilai mana yang baik dan mana yang buruk, emansipasi masyarakat dan sebagainya itu,
yang pada hakikatnya mengharuskan seorang mestilah memperhatikan nilai-nilai
ilmuwan mempunyai landasan yang kuat. kemanusian, nilai agama, nilai adat, dan
Tanpa ini seorang ilmuwan akan merupakan sebagainya. Ini artinya, bahwa ilmu sudah
seorang hantu atau serigala yang menakutkan tidak bebas nilai. Karena ilmu sudah berada di
bagi manusia lainnya. Seperti yang terjadi di tengah-tengah masyarakat luas dan masyarakat
Irak, Bali, Afganistan dan lain akan mengujinya.
sebagainya. Oleh sebab itu, ilmuwan memiliki
tanggungjawab besar, bukan saja karena ia Proses ilmu pengetahuan menjadi
adalah warga masyarakat, tetapi karena ia juga teknologi yang dimanfaatkan oleh masyarakat
memiliki fungsi tertentu tidakterlepas dari ilmuwan. Seorang ilmuwan
dalamsuatu masyarakat. Fungsinya sebagai akan dihadapkan pada kepentingan-
ilmuwan, tidak hanya sebatas penelitian bidang kepentingan pribadi ataukah kepentingan
keilmuan, tetapi bertanggungjawab atas hasil masyarakat akan membawa pada persoalan
penelitiannya agar dapat digunakan oleh etika keilmuwan serta masalah bebas nilai.
masyarakat, bertanggungjawab dalam Fungsi ilmuwan tidak berhenti pada
mengawal hasil penelitiannya supaya tidak penelaahan dan keilmuwan secara individual
disalahgunakan. namun juga ikut bertanggung jawab agar
produk keilmuwannya sampai dan dapat
Etika keilmuan merupakan etika normative dimanfaatkan masyarakat. Ilmuwan
yang merumuskan prinsip-prrinsip etis yang mempunyai kewajiban sosial untuk
dapat dipertanggungjawabkan secara rasional menyampaikan kepada masyarakat dalam
dan dapat diterapkan dalam ilmu pengetahuan. bahasa yang mudah dicerna. Tanggung jawab
Tujuan etika keilmuan adalah agar seorang sosial seorang ilmuwan adalah memberikan
ilmuwan dapat menerapkan prinsip-prinsip perspektif yang benar: untung dan rugi, baik
moral, yaitu yang baik dan menghindarkan dan buruknya, sehingga penyelesaian yang
dari yang buruk ke dalam perilaku objektif dapat dimungkinkan. Maka, ilmu
keilmuannya, sehingga dapat menjadi secara moral harus ditujukan untuk kebaikan
ilmuwan yang mempertanggungjawabkan manusia tanpa merendahkan martabat atau
perilaku ilmiahnya. Etika normative mengubah hakikat kemanusiaan
menetapkan kaidah-kaidah yang mendasari (Suriasumantri,2007).
pemberian penilaian terhadap perbuatan-
perbuatan apa yang seharusnya dikerjakan dan Di bidang etika, tanggungjawab sosial
apa yang seharusnya terjadi serta menetapkan seseorang ilmuwan bukan lagi memberi
apa yang bertentangan dengan yang informasi namun memberi contoh. Dia harus
seharusnya terjadi. tampil didepan bagaimana caranya bersifat
obyektif, terbuka, menerima kritikan,
Etika keilmuan selalu mengacu kepada menerima pendapat orang lain, kukuh dalam
“elemen-elemen” kaidah moral, yaitu hati pendirian yang dianggap benar dan berani
nurani, kebebasan dan tanggungjawab, nilai mengakui kesalahan. Semua sifat ini beserta
dan norma yang bersifat utilitaristik sifat-sifat lainnya, merupakan implikasi etis
(kegunaan). Maka, bagi seorang ilmuwan, nilai dari berbagai proses penemuan ilmiah. Tugas
dan norma moral yang dimilikinya akan seorang ilmuwan harus menjelaskan hasil
menjadin penentu,apakah ia sudah menjadi penelitiannya sejernih mungkin atas dasar
ilmuwan yang baik atau belum. Dengan rasionalitas dan metodologis yang
demikian, penerapan ilmu pengetahuan yang tepat. Seorang ilmuwan secara moral tidak

420
PROSIDING COMNEWS 2019
e-ISSN 2656-730X

akan membiarkan hasil penelitian atau senantiasa menjaga kelestarian dan


penemuannya dipergunakan untuk menindas keseimbangan alam yang juga bersifat mutlak.
bangsa lainnya meskipun yang
mempergunakanadalah bangsanya sendiri. Para ilmuwan sebagai orang yang
Sejarah telah mencatat para ilmuwan bangkit profesional dalam bidang keilmuan sudah
dan juga bersikap terhadap politik barang tentu perlu memiliki visi moral yaitu
pemerintahnya yang menurut anggapan moral khusus sebagai ilmuwan. Moral inilah di
mereka melanggar asas-asas kemanusiaan. dalam filsafat ilmu disebut juga sebagai sikap
ilmiah. (Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas
5. Sikap Ilmiah Yang Harus Dimiliki Filsafat UGM, 1996)
Ilmuwan di Indonesia
Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan Sikap ilmiah harus dimiliki oleh setiap
yang di dalam dirinya memiliki karakteristik ilmuwan. Hal ini disebabkan oleh karena sikap
kritis, rasional, logis, obyektif, dan terbuka. Hal lmiah adalah suatu sikap yang diarahkan untuk
ini merupakan suatu keharusan bagi seorang mencapai suatu pengetahuan ilmiah yang
ilmuwan untuk melakukannya. Namun selain itu bersifat obyektif. Sikap ilmiah bagi seorang
juga masalah mendasar yang dihadapi ilmuwan ilmuwan bukanlah membahas tentang tujuan
setelah ia membangun suatu bangunan yang dari ilmu, melainkan bagaimana cara untuk
kokoh kuat adalah masalah kegunaan ilmu bagi mencapai suatu ilmu yang bebas dari prasangka
kehidupan manusia. Memang tak dapat pribadi dan dapat dipertanggungjawabkan secara
disangkal bahwa ilmu telah membawa manusia sosial untuk melestarikan dan keseimbangan
kearah perubahan yang cukup besar. Akan tetapi alam semesta ini, serta dapat
dapatkah ilmu yang kokoh, kuat, dan mendasar dipertanggungawabkan kepada Tuhan. Artinya
itu menjadi penyelamat manusia bukan selaras dengan kehendak manusia dengan
sebaliknya. Disinilah letak tanggung jawab kehendak Tuhan.
seorang ilmuwan, masalah moral dan akhlak
amat diperlukan. Sikap ilmiah yang perlu dimiliki para
ilmuwan menurut Abbas Hamami M., (1996)
Manusia sebagai makhluk Tuhan berada sedikitnya ada enam , yaitu :
bersama-sama dengan alam dan berada di dalam 1. Tidak ada rasa pamrih (disinterstedness),
alam itu. Manusia akan menemukan pribadinya artinya suatu sikap yang diarahkan untuk
dan membudayakan dirinya bilamana manusia mencapai pengetahuan ilmiah yang obyektif
hidup dalam hubungannya dengan alamnya. dengan menghilangkan pamrih atau
Manusia yang merupakan bagian alam tidak kesenangan pribadi.
2. Bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang
hanya merupakan bagian yang terlepas darinya.
tujuannya agar para ilmuwan mampu
Manusia senantiasa berintegrasi dengan
mengadakan pemilihan terhadap pelbagai hal
alamnya. Sesuai dengan martabatnya maka
yang dihadapi. Misalnya hipotesis yang
manusia yang merupakan bagian alam harus
beragam, metodologi yang masing-masing
senantiasa merupakan pusat dari alam itu.
menunjukkan kekuatannya masing-masing,
Dengan demikian, tampaklah bahwa diantara
atau , cara penyimpulan yang satu cukup
manusia dengan alam ada hubungan yang
berbeda walaupun masing-masing
bersifat keharusan dan mutlak. Oleh sebab
menunjukkan akurasinya.
itulah, maka manusia harus senantiasa menjaga
3. Adanya rasa percaya yang layak baik
kelestarian alam dalam keseimbangannya yang
terhadap kenyataan maupun terhadap alat-
bersifat mutlak pula. Kewajiban ini merupakan
alat indera serta budi (mind).
kewajiban moral tidak saja sebagai manusia
4. Adanya sikap yang berdasar pada suatu
biasa lebih-lebih seorang ilmuwan dengan
kepercayaan (belief) dan dengan merasa pasti

421
PROSIDING COMNEWS 2019
e-ISSN 2656-730X

(conviction) bahwa setiap pendapat atau teori para ilmuwan Indonesia. Hal ini disebabkan
yang terdahulu telah mencapai kepastian. oleh karena ilmuwan Indonesia itu mempunyai
5. Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang tugas dan tanggung jawab untuk membangun
ilmuwan harus selalu tidak puas terhadap bangsa dan negara.
penelitian yang telah dilakukan, sehingga
selalu ada dorongan untuk riset, dan riset Para ilmuwan khususnya di Indonesia
sebagai aktivitas yang menonjol dalam adalah sebagaimana tertuang dalam Ketetapan
hidupnya. MPR RI Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika
6. Seorang ilmuwan harus memiliki sikap etis Kehidupan Berbangsa, khususnya etika
(akhlak) yang selalu berkehendak untuk keilmuan dijelaskan bahwa etika keilmuan
mengembangkan ilmu untuk kemajuan ilmu dimaksudkan untuk menjunjung tinggi nilai-
dan untuk kebahagiaan manusia, lebih nilai kemanusiaan, ilmu pengetahuan dan
khusus untuk pembangunan bangsa dan teknologi agar warga bangsa mampu menjaga
negara. harkat dan martabatnya, berpihak kepada
kebenaran untuk mencapai kemaslahatan dan
Norma-norma umum bagi etika keilmuan kemajuan sesuai dengan nilai-nilai agama dan
sebagaimana yang dipaparkan secara normatif budaya. Etika ini diwujudkan secara pribadi
tersebut berlaku bagi semua ilmuwan. Hal ini ataupun kolektif dalam karsa, cipta, dan karya,
karena pada dasarnya seorang ilmuwan tidak yang tercermin dalam perilaku kreatif, inovatif,
boleh terpengaruh oleh sistem budaya, sistem inventif, dan komunikatif, dalam kegiatan
politik, sistem tradisi, atau apa saja yang hendak membaca, belajar, meneliti, menulis, berkarya,
menyimpangkan tujuan ilmu. Tujuan ilmu yang serta menciptakan iklim kondusif bagi
dimaksud adalah objektivitas yang berlaku pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
secara universal dan komunal. Etika keilmuan menegaskan pentingnya budaya
kerja keras dengan menghargai dan
Disamping sikap ilmiah berlaku secara memanfaatkan waktu, disiplin dalam berpikir
umum tersebut, pada kenyataannya masih ada dan berbuat, serta menepati janji dan komitmen
etika keilmuan yang secara spesifik berlaku bagi diri untuk mencapai hasil yang terbaik.
kelompok-kelompok ilmuwan tertentu. Disamping itu, etika ini mendorong tumbuhnya
Misalnya, etika kedokteran, etika bisnis,, etika kemampuan menghadapi hambatan, rintangan,
politisi, serta etika-etika profesi lainnya yang dan tantangan dalam kehidupan, mampu
secara normatif berlaku dan dipatuhi oleh mengubah tantangan menjadi peluang, mampu
kelompoknya itu. Taat asas dan kepatuhan menumbuhkan kreativitas untuk penciptaan
terhadap norma-norma etis yang berlaku bagi kesempatan baru, dan tahan uji serta pantang
para ilmuwan diharapkan akan menghilangkan menyerah.
kegelisahan serta ketakutan manusia terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi. Bahkan
diharapkan manusia akan semakin percaya pada KESIMPULANDAN SARAN
ilmu yang membawanya pada suatu keadaan 1. Kesimpulan
yang membahagiakan dirinya sebagai manusia. 1. Etika adalah cabang filsafat yang
Hal ini sudah barang tentu jika pada diri para membicarakan tingkah laku atau
ilmuwan tidak ada sikap lain kecuali pencapaian perbuatan manusia dalam
obyektivitas dan demi kemajuan ilmu untuk hubungannya dengan baik buruk.
kemanusiaan. Masalah moral adalah mengacu pada
perbuatan manusia sebagai manusia,
Di dalam perkembangan pembangunan sehingga norma moral adalah norma
bangsa Indonesia, moral Pancasila seyogyanya yang paling berbobot dibanding
dipertimbangkan sebagai landasan moral bagi dengan norma-norma yang lain,

422
PROSIDING COMNEWS 2019
e-ISSN 2656-730X

karena norma moral sering dipakai bukan untuk menghancurkan


untuk mengukur baik-buruknya eksistensi manusia.
manusia sebagai manusia. 2. Saran
2. Ilmu harus diusahakan dengan Etika keilmuan merupakan suatu yang sudah
aktivitas manusia, aktivitas itu harus cukup mendesak untuk disebar luaskan kepada
dilaksanakan dengan metode tertentu, para ilmuwan agar dalam perkembangan ilmu
dan akhirnya aktivitas metodis itu tidak terjerumus ke hal-hal yang tidak
mendatangkan pengetahuan yang diharapkan oleh manusia itu sendiri. Para
sistematis. Sehingga ciri dari ilmuwan yang taat asas dan patuh pada norma-
pengetahuan ilmiah adalah empiris, norma keilmuan saja belum cukup melainkan
sistematis, obyektif, analitis, dan ilmuwan harus dilapisi oleh moral dan akhlak,
verifikatif. baik moral umum yang dianut oleh masyarakat
3. Sebagai pertanggungjawaban moral atau bangsanya maupun moral religi yang
dan sosial seorang ilmuwan harus dianutnya. Hal tersebut dimaksudkan agar
memiliki sikap-sikap ilmiah yaitu jangan sampai terjadi hal-hal yang
tidak ada rasa pamrih karena menyimpang yang akibatnya menyengsarakan
pengetahuan ilmiah harus obyektif, umat manusia.
bersikap selektif, adanya rasa percaya
yang layak baik terhadap kenyataan
maupun terhadap alat-alat indra dan REFERENSI
budinya, adanya dorongan dari dalam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
diri untuk selalu melakukan kegiatan 1984/1985. Buku 1A Filsafat Ilmu.
riset, dan harus memiliki sikap etis Universitas Terbuka. Jakarta.
yang selalu berkehendak untuk Hadiwijono, Harun. 1990. Sari Sejarah
mengembangkan ilmu untuk kemajuan Filsafat Barat 2. Kanisius. Yogyakarta.
ilmu dan untuk kebahagiaan manusia. (Cetakan keenam)
Di dalam perkembangan Joesoef, Daoed Joesoef. 1987. ‘Pancasila
pembangunan bangsa Indonesia, moral Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan’
Pancasila seyogyanya dalam Pancasila Sebagai Orientasi
dipertimbangkan sebagai landasan Pengembangan Ilmu. Editor: Soeroso
moral bagi para ilmuwan Indonesia. Prawirohardjo, et al., PT Badan Penerbit
Hal ini disebabkan oleh karena Kedaulatan Rakyat. Yogyakarta.
ilmuwan Indonesia itu mempunyai Mustansyir, Rizal dan Misnal munir. 200.
tugas dan tanggung jawab untuk Filsafat Ilmu. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.
membangun bangsa dan Negara Semiawan, Conny R.1988. Dimensi Kreatif
4. Tanggung jawab etis merupakan hal Dalam Filsafat Ilmu. CV Remadja Karya.
yang menyangkut kegiatan maupun Bandung.
penggunaan ilmu. Oleh karena itu Situmorang, Josep. ‘Ilmu Pengetahuan dan
suatu keharusan para ilmuwan untuk Nilai-nilai’ dalam Majalah Filsafat
memperhatikan kodrat manusia, Driyarkara, Th. XXII No. 4, Jakarta.
martabat manusia, menjaga Sunoto. 1982. Bunga Rampai Filsafat.
keseimbangan ekosistem, bertanggung Yayasan Pembinaan Fak. Filsafat UGM.
jawab pada kepentingan umum, Yogyakarta.
kepentingan generasi mendatang, dan Suriasumantri,Jujun S. 2007. Filsafat Ilmu
bersifat universal, karena pada Sebuah Pengantar Populer. Pustaka
dasarnya ilmu pengetahuan adalah Sinar Harapan. Jakarta.
untuk mengembangkan dan Suseno, Franz Magnis. 1987.Etika Dasar.
memperkokoh eksistensi manusia Kanisius.Yogyakarta.

423
PROSIDING COMNEWS 2019
e-ISSN 2656-730X

The Liang Gie. 1987. Pengantar Filsafat


Ilmu. Yayasan Studi Ilmu dan Teknologi.
Yogyakarta.
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat
UGM. 1996. Filsafat Ilmu. Liberty
bekerja sama dengan YP Fakultas Filsafat
Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
VanMelsen. 1985. Ilmu Pengetahuan dan
Tanggung Jawab Kita. Diterjemahkan
oleh: Bertens, Gramedia.Jakarta.
Zubair, Achmad CharrisZubair. 2000.Dimensi
Etik dan Asketik ilmu Pengetahuan
Manusia : Kajian Filsafat Ilmu. Lembaga
Studi Filsafat Islam (LESFI). Yogyakarta.

424

Anda mungkin juga menyukai