Anda di halaman 1dari 5

TRIAGE DALAM PERAWATAN GAWAT DARURAT

Ryan Faisaldo Sirad

2020

Abstrak

Triase adalah proses pengumpulan data yang diambil dari keaadaan pasien untuk
mengkategotikan pasien sesuai dengan kebutuhan dan tingkat urgensinya, hal tersebut
adalah upaya perawat dalam manajemen keselamatan pasien di rumah sakit yaitu pada
instalasi gawat darurat. Metode triase banyak digunakan dalam istalasi gawat darurat
dan berbeda-beda tiap negara di Indonesia yang digunakan adalah triase dengan lima
level dan mengkategorikan pasien dalam lima prioritas yaitu Resucitation, Emergent,
Urgent, Nonurgent, Referred. Triase secara otonomi dilakukan oleh perawat dalam
hal itu kemampuan perawat sangat mempengaruhi keberhasilan pertolongan pasien
saat mengalami kegawatdaruratan. Dalam hal ini perawat harus memahami metode
yang digunakan agar pertolongan yang diberikan pada pasien sesuai dengan
kebutuhanya. Beberapa metode yang sering digunakan, yaitu metode Metode START
(Simple Triage And Rapid Treatment), ATS (Australia Triage Scale), CTAS
(Canadian Triage Acquity System)

Triase adalah proses pengumpulan data pasien gawat darurat yang digunakan untuk
mencari dan mengkatagorikan sesuai dengan perawatan yang dibutuhkan pasien
sebagai upaya managemen pasien safety (Emergency Nurses Association, 2017, p. 1;
Astuti, Nurjannah and Widyastuti, 2018, p. 132). Triase dibagi menjadi lima
sistem,yaitu:

1. Level I: Resucitation. Tingkan ini mencangkup pasien yang membutuhkan


perawatan segera dan perawtan medis, seperti pasien yang mengalami trauma
berat, kesulitan bernafas yang parah dan serangan jantung.
2. Level II: Emergent. Tingkat ini pasien membutuhkan pengkajian perawatan
segera dan perawatan cepat. Pasien yang dinilai level II mencangkup pasien
dengan cedera kepala, nyeri dada, stroke, asma, dan cedera serangan seksual.
3. Level III: Urgent. Tingkat ini pasien butuh perhatian cepat tapi bisa menunggu
selama 30 menit untuk pengkajian dan perawatan. pasien pada level III ini
mencangkup pasien yang melapor tanda-tanda infeksi, gangguan pernafasan
ringan, atau nyeri sedang.
4. Level IV: Less urgent. Pada tingkat triase ini pasien dapat menunggu 1 jam untuk
pengkajian dan perawatan. Pasien pada level IV mencangkup penderita sakit
telinga, nyeri punggung kronis, gejala pernafasan bagian atas, dan sakit kepala
ringan
5. Level V: Non urgent. Pasien pada tingkat ini mampu menunggu 2 jam mungkin
lebih untuk pengkajian dan perawatan. pasien pada level V mencangkup penderita
tenggorokan yang sakit, kram pada menstruasi, dan gejala ringan lainya

Triase adalah metode yang digunakan untuk memprioritaskan perawatan pasien


berdasarkan jenis penyakit atau cidera dan urgensi yang di alami pasien. Metode ini
digunakan untuk memastikan bahwa pasien dapat menerima pelayanan dan perawatan
sesuai dengan kebutuhannya dan tepat waktu. Tujuan dari triase adalah untuk
mengidentifikasi pasien yang membutuhkan tindakan resusitasi dengan segera,
menetapkan serta memprioritaskan dalam perawatan yang dilakukan dan memulai
dalam tindakan diagnostik atau terapi. Perawat triase harus dengan cepat menilai sifat
dan urgensi bagi banyak pasien dan memprioritaskan perawatan. Dalam
memprioritaskan tersebut terdapat metode yang digunakan, yiatu START, ATS dan
CATS (Williams and Wilkins, 2008, pp. 14–15; Addiarto and Wahyusari, 2018, p.
35).

Metode Simple Triage And Rapid Treatment atau dikenal dengan START adalah
metode triase yang umumnya digunakan untuk korban bencana. Dalam
mengidentifikasi korban metode ini mengklasifikasikan menjadi 4 kelompok dengan
menggunakan tagging atau tanda warna (merah, kuning, hijau, dan hitam) (Addiarto
and Wahyusari, 2018, pp. 38–39). Dalam instalasi gawat darurat triase digunakan
untuk menggolongkan pasien yang mengalami kondisi gawat darurat (kartu merah),
kondisi gawat dan tidak darurat (kartu kuning), kondisi tidak gawat dan tidak darurat
(kartu hijau) serta death arrival (kartu hitam) (Irawati, 2017, p. 1).

Prioritas metode START dibagi menjadi, empat yaitu (Herling, 2011):

1. Prioritas 1 merah, adalah prioritas utama, termasuk pasien gawat daarurat yang
membutuhkan pertolongan segera dan diberikan kepada para pasien yang kritis
keadaannya seperti gangguan jalan napas, gangguan pernapasan, perdarahan berat
atau perdarahan tidak terkontrol, penurunan status mental.
2. Prioritas 2 kuning, adalah prioritas berikutnya diberikan kepada para pasien yang
mengalami keadaan seperti patah tulang tertutup yang tidak dapat berjalan, luka
bakar tanpa gangguan saluran napas atau kerusakan alat gerak dan cedera pada
punggung.
3. Prioritas 3 hijau merupakan pasien dengan prioritas paling akhir, dikenal juga
sebagai ‘Walking Wounded” atau pasien cedera ringan yang dapat berjalan sendiri
dan dapat mengikuti intruksi yang diberikan perawat.
4. Prioritas 0 hitam diberikan kepada pasien henti nafas atau meninggal atau
mengalami cedera yang mematikan.

Metode Australia Triage Scale (ATS) mulai berlaku pada tahun 1993 dan digunakan
di setiap IGD di Australia (Sheehy, 2013, p. 53). ATS adalah triase dengan
pembagian tingkatan ini berdasarkan tingkat kesegeraan (urgency) dari kondisi
pasien. Selain menetapkan prioritas pasien, ATS juga dapat memberikan waktu
berapa lama pasien dapat menunggu sampai mendapatkan pertolongan pertama.
Sistem ATS juga memeberi pelatihan khusus triase untuk pasien-pasien dengan
kondisi tertentu seperti pasien geriatri, pasien anak-anak, pasien gangguan mental.
Tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan konsistensi peserta dalam menetapkan
kategori triase dan menurunkan lama pasien berada di UGD (Habib et al., 2016, p. 6).

Tabel 1. Australasian Triage Scale (Sheehy, 2013, p. 54)

No Level Waktu Presentase Contoh


tunggu kinerja
tindakan
1 Langsung mengancam Segera 100 Henti napas atau
nyawa heti jantung
2 Tidak langsung 10 menit 80 Nyeri dada
mengancam nyawa
3 potensi mengancam 30 menit 75 Hipertensi berat,
nyawa penuruna imun
dengan demam
4 Potensi menjadi lebih 60 menit 70 Nyeri abdomen
parah
5 Tidak gawat 120 menit 70 Luka minor

Metodi triase Kanada (Canadian Triage Acquity System/CTAS) Pertama kali


dikembangkan tahun 1990 oleh sebuah grup dokter yang bergerak dibidang gawat
darurat dari kanada. Konsep awal CTAS mengikuti konsep ATS, mengembangkan
metode dengan 5 level dan 5 warna (biru, merah, kuning, hijau dan putih)
Pengambilan keputusan mengkategorikan pasien dalam sistim CTAS berdasarkan
keluhan utama pasien, dan hasil pemeriksaan tanda vital yang meliputi tingkat
kesadaran, nadi, pernafasan, tekanan darah, dan nyeri. Penilaian CATS ini dilakukan
selama 2-5 menit, jika pasien masuk dalam kategori CTAS 1 dan 2, maka harus
segera dikirim ke area terapi (Sheehy, 2013, p. 54; Habib et al., 2016, p. 10).

Tabel 2. Canadian Triage and Acuty Scale (Sheehy, 2013, p. 54)

Level Warna Nama Waktu untuk pengkajian


ulang
1 Biru Resuscitation Perawatan terus menerus
2 Merah Emergent 15 menit
3 Kuning Urgent 30 menit
4 Hijau Less urgent 60 menit
5 putih Non urgent 120 menit
DAFTAR PUSTAKA

Addiarto, W. and Wahyusari, S. (2018) Strategi Terkini Simulasi Bencana Dengan


Media Tabletop Disaster Exercise. Malang: Unidha Press. Available at:
https://books.google.co.id/books?
id=7fmwDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false.

Astuti, Z., Nurjannah, M. and Widyastuti, D. (2018) ‘Studi Fenomenologi:Peran


perawat Dalam Penetapan Level Triase’, Care : Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan,
6(2), p. 131. doi: 10.33366/cr.v6i2.887.

Emergency Nurses Association (2017) ‘Triage Qualifications and Competency’,


Journal of Emergency Nursing, 43(6), pp. 571–574. doi:
10.1016/j.jen.2017.08.008.

Habib, H. et al. (2016) ‘Triase Modern Rumah Sakit dan Aplikasinya di Indonesia’,
Research Gate, 3(2), pp. 112–115. Available at:
https://www.researchgate.net/profile/Hadiki_Habib/publication/311715654_Trias
e_Modern_Rumah_Sakit_dan_Aplikasinya_di_Indonesia/links/58576da608aeff08
6bfbd53d/Triase-Modern-Rumah-Sakit-dan-Aplikasinya-di-Indonesia.pdf.

Herling (2011) Pelaksanaan Triage Metode S.T.A.R.T pada Evakuasi Korban


Bencana. Available at:
http://innecomcreative.blogspot.com/2011/03/pelaksanaan-triage-metode-start-
pada.html (Accessed: 24 February 2020).

Irawati, W. (2017) ‘FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN


PELAKSANAAN TRIAGE DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD Dr.
SOEDIRMAN KEBUMEN’.

Sheehy (2013) Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana. Singapore: ELSEVIER.

Williams, L. and Wilkins (2008) Emergency Nursing made Icredibly Easy. 2nd edn.
Philadelphia: Wolters Kluwer.

Anda mungkin juga menyukai