Anda di halaman 1dari 8

YAYASAN PENDIDIKAN TRI SANJA HUSADA

STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
Kampus : Jl. Cut Nyak Dien No. 16 Kalisapu Slawi

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH : AGAMA

Nama : Siti Nur Hanifah

NIM : E0019041

Kelas : 1A Farmasi

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar !

1. Bagaimana konsep Islam tentang keluarga yang sakinah mawaddah warahmah? Jelaskan!

2. Bagaimana dampak perkembangan IPTEK terhadap nilai-nilai agama? Jelaskan!

3. Apa yang Anda lakukan ketika menghadapi pasien muslim/muslimah yang sedang sakit?

Jelaskan!

4. Apa saja kewajiban seorang muslim/muslimah terhadap jenazah muslim/muslimah? Jelaskan!

5. Apa yang dimaksud shalat Istikharah? Bagaimana tata caranya? Jelaskan!

Selamat Mengerjakan
LEMBAR JAWAB
UAS MK AGAMA S1 FARMASI

1. Dalam pandangan al-Qur’an, salah satu tujuan pernikahan adalah untuk menciptakan

sakinah, mawaddah, dan rahmah antara suami, istri, dan anak-anaknya. Hal ini

ditegaskan dalam QS. Ar-Rum: 21., yang Artinya:

Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-

pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram

kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada

yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum

yang berpikir

Kata sakinah, dalam QS. Al-Rum ayat 21 diatas, dalam al-Qur’an dan Tafsirnya

Departemen Agama ditafsirkan dengan cenderung dan tenteram.27 Penafsiran ini tidak

jauh berbeda dengan penafsiran yang dikemukakan oleh mufassir lainnya. Mufassir

Indonesia Quraish Shihab, menjelaskan bahwa kata sakinah yang tersusun dari huruf-

huruf sin, kaf dan nun mengandung makna “ketenangan” atau antonim kegoncangan

dan pergerakan. Menurutnya pakar-pakar bahasa menegaskan bahwa kata itu tidak

digunakan kecuali untuk menggambarkan ketenangan dan ketenteraman setelah

sebelumnya ada gejolak.

Dalam penjelasan tafsirnya, al-Qur’an dan Tafsirnya Departemen Agama menguraikan

penjelasan tentang mawaddah dan rahmah dengan mengutip dari berbagai pendapat.

Diantaranya, pendapat Mujahid dan Ikrimah yang berpendapat bahwa kata mawaddah

adalah sebagai ganti dari kata “nikah” (bersetubuh), sedangkan kata rahmah sebagai

kata ganti “anak”.31Menurutnya, maksud ayat “ bahwa Dia menjadikan antara suami

dan istri rasa kasih sayang” ialah adanya perkawinan sebagai yang disyariatkan Tuhan

antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan dari jenisnya sendiri, yaitu jenis

manusia, akan terjadi ‘persenggamaan’ yang menyebabkan adanya ‘anak-anak’ dan


keturunan. Persengamaan merupakan suatu yang wajar dalam kehidupan manusia,

sebagaimana adanya anak-anak yang merupakan suatu yang umum pula.

2. Dampak negatif maupun positif dalam perkembangan iptek, Kemajuan dalam bidang

iptek telah menimbulkan perubahan sangat cepat dalam kehidupan umat manusia.

Perubahan ini, selain sangat cepat memiliki daya jangkau yang amat luas. Hampir tidak

ada segi-segi kehidupan yang tidak tersentuh oleh perubahan. Perubahan ini pada

kenyataannya telah menimbulkan pergeseran nilai nilai dalam kehidupan umat

manusia, termasuk di dalamnya nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan.

Pertentangan antara agama dan IPTEK terjadi karena adanya sikap curiga dan sikap

kurang terbuka baik dari sisi pemeluk agama dan ilmuwan. Hal itu terjadi ketika agama

dipahami secara sempit sebagai aturan beku dan peribadatan belaka yang tidak boleh

dikritisi dan ilmu menempatkan diri sebagai oposisi terhadap agama. Meskipun agama

dan IPTEK masing-masing bersifat otonom, artinya masingmasing memiliki hukum-

hukum dan nilai-nilai sendiri, keduanya mempunyai subyek yang sama, yaitu manusia.

Manusia sebagai makhluk yang berakal budi dan berhati nurani mempunyai

tanggungjawab moral untuk mengembangkan IPTEK supaya dapat membantu

memecahkan persoalan-persoalan kemanusiaan.

3. Seperti sikap rosulullah,manakala terdapat sahabat yang sakit beliau selalu melakukan

5 hal yaitu :

a. Menjenguk, sebagai umatnya tetntunya kita harus mengamalkan dari sikap-sikap

rosulullah. Dengan menjenguk pasien yang sakit pasti akan merasa bahagia.

b. Memberikan kabar gembira, sebagai tenaga medis tidak ada salahnya kita mengutip

perkataan beliau untuk pasien “orang sakit akan mendapatkan pahala atas penyakit

yang menimpanya dan dosa-dosanya akan dihapus dengan sakitnya”. Hal ini pernah

diutarakan Nabi Muhammad ketika mengunjungi Ummul Ala atau Ummu Kharijah

binti Zaid bin Tsabit.


c. Mendoakan, Ketika menjenguk orang sakit, Nabi Muhammad selalu berdoa agar Allah

memberikan kesembuhan dan mengangkat penyakitnya. Terkadang Nabi Muhammad

juga menyertakan doa pengampunan dosa dan perlindungan agama mereka yang

sedang sakit.

d. Meringankan beban. Nabi Muhammad sadar bahwa orang sakit itu payah. Oleh

karenanya, beliau memberikan keringanan kepada orang sakit.

e. Mengobatinya

4. Terdapat 4 kewajiban muslim/muslimah terhadap jenazah, Keempat- empat perkara ini

‘ Fardu Kifayah’ hukumnya bagi umat Islam, apabila yang mati itu orang yang

beragama Islam. Bila pekerjaan itu ditinggalkan berdosalah semua orang Islam di

negeri itu tetapi bila ada di antara mereka yang mengerjakannya, maka sekalian umat

Islam di negara itu lepaslah dari dosa.

1. Memandikan Mayat

Syarat sah-nya mandi :

 Mayat itu orang Islam (muslim)

 Belum dimandikan

 Didapati tubuhnya walaupun sedikit

 Mayat itu bukan mati syahid/ syuhada (mati dalam peperangan untuk membela

agama Allah).

Rukunnya adalah menyeluruhkan air suci kepada segenap tubuhnya. Tata caranya

secara sunnah adalah memulai dengan mewudhukannya, lalu memulai dengan bagian

kanan dari tubuhnya, dan kemudian kiri tubuhnya, air untuk memandikan dicampur

dengan daun sidir (bidara), setelah selesai maka diulang demikian hingga 3X, atau 5X

atau 7X, dan pada kali yg terakhir dicampur dengan kafur. (shahih Bukhari hadits

no.1196)

Yang berhak memandikan mayat


Kalau mayat itu lelaki hendaklah yang memandikannya lelaki, tidak boleh perempuan

memandikan mayat lelaki, terkecuali isteri dan mahramnya. Sebaliknya jika mayat itu

perempuan hendaklah dimandikan oleh perempuan pula; tidak boleh lelaki

memandikan mayat perempuan terkecuali suami atau mahramnya.

2. Mengkafankan Mayat

Hukum mengkafankan(membungkus) mayat itu adalah “Fardu Kifayah” atas orang

yang hidup. Kafan itu diambil dari harta si mayat sendiri, jika ia meninggalkan harta,

kalau ia tidak meninggalkan harta, maka kafan atas orang yang wajib memberi

belanjanya ketika ia hidup. Kalau yang wajib memberikan belanja itu tidak pula

mampu, hendaklah diambil dari Baitulmal, bila ada Baitulmal dan diatur menurut

hukum agama Islam. Jika Baitulmal tidak ada atau tidak teratur, maka wajib atas orang

Muslim yang mampu. Demikian pula belanja yang lain-lain yang bersangkutan dengan

keperluan mayat.

Untuk lelaki

Kafan sekurang-kurangnya selapis kain yang menutupi sekalian badan mayat, baik

mayat lelaki maupun perempuan. Sebaiknya untuk lelaki tiga lapis kain, tiap-tiap lapis

daripadanya menutupi seluruh badannya. Sebagian ulama berpendapat , satu daripada

tiga lapis itu, hendaklah izar (kain mandi) ,dua lapis menutupi sekalian badannya.

Untuk Perempuan

Adapun mayat perempuan maka sebaiknya dikafani dengan lima lembar, yaitu

basahan (kain basah), baju, kepala, mukena dan kain yang menutupi seluruh badannya.

3. Sholat Jenazah

Sholat Jenazah merupakan salah satu di antara perkara yang wajib yang dilakukan atas

orang-orang yang hidup sebagai fardu kifayah dan disunatkan sholat berjamaah

sebagaimana sabda Rasullullah SAW : “Tidaklah ada di antara seorang muslim yang
mati kemudian sholat ke atasnya 40 orang lelaki yang tidak menyekutukan Allah

dengan sesuatu pun melainkan disyafaatkan Allah padanya” (HR. Muslim)

4. Menguburkan Mayat

Adab-adab menguburkan mayat:

oWajib menguburkan mayyit, meskipun kafir.

oTidak boleh menguburkan seorang muslim dengan seorang kafir, begitu pula

sebaliknya, harus dipekuburan masing-masing.

oMenurut sunnah Rasul, menguburkan di tempat penguburan, kecuali orang-orang

yang mati syahid mereka dikuburkan di lokasi mereka gugur tidak dipindahkan ke

penguburan. [Hal ini memuat bantahan terhadap sebagian orang yang mewasiatkan

supaya dikuburkan di masjid atau di makam khusus atau di tempat lainnya yang

sebenarnya tidak boleh di dalam syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala]

oTidak boleh menguburkan pada waktu-waktu terlarang [Lihat Bagian XII No 27]

atau pada waktu malam, kecuali karena dalam keadaan darurat, meskipun dengan cara

memakai lampu dan turun di lubang kubur untuk memudahkan pelaksanaan

penguburan.

oWajib memperdalam lubang kubur, memperluas serta memperbaiki.

oPenataan kubur tempat mayat ada dua cara yang dibolehkan :

 [a] Lahad : yaitu melubangi liang kubur ke arah kiblat (ini yang afdhal).

 [b] Syaq : Melubangi ke bawah di pertengahan liang kubur.

oDalam kondisi darurat boleh menguburkan dalam satu lubang dua mayat atau lebih,

dan yang lebih didahulukan adalah yang lebih afdhal di antara mereka.

oYang menurunkan mayat adalah kaum laki-laki (mekipun mayatnya perempuan).

oPara wali-wali si mayyit lebih berhak menurunkannya

oBoleh seorang suami mengerjakan sendiri penguburan istrinya.


o Dipersyaratkan bagi yang menguburkan wanita ; yang semalam itu tidak

menyetubuhi isterinya.

5. Shalat istikharah merupakan shalat sunnat sebanyak 2 rakaat atau paling banyak 12 rakaat

( 6 salam ) yang dilakukan oleh umat muslim untuk meminta petunjuk kepada Allah SWT

karena bingung dengan pilihan yang ada dan merasa ragu ketika akan memutuskan sesuatu.

Sedangkan waktu untuk pelaksanaan shalat istikharah bisa dilakukan kapan saja asalkan

bukan waktu yang terlarang untuk melakukan shalat. Meskipun bisa dilakukan kapan saja,

shalat istikharah akan lebih efektif jika dilakukan ketika waktu sepertiga malam seperti

waktu pelaksanaan shalat tahajud. Alasannya adalah berdoa dan memohon petunjuk di

keheningan malam bisa membuat ibadah yang dilakukan akan lebih khusyu dilakukan.

Tata cara salat istikharah

Dikutip dari Dream, Fiqih Sunnah karya Sayyid Sabiq menjelaskan, sholat istikharah boleh

berupa sholat sunnah apa saja. Baik sholat sunnah rawatib, sholat sunnah tahiyatul masjid,

maupun sholat sunnah lainnya.

Menurut Syaikh Wahbah disunnahkan membaca surat Al Kafirun setelah membaca surat

Al Fatihah pada rakaat pertama. Setelah itu membaca surat Al Ikhlas setelah membaca

surat Al Fatihah pada rakaat kedua. Berikut cara sholat istikharah:

1. Niat

2. Takbiratul ihram, diikuti dengan doa iftitah

3. Membaca surat Al Fatihah

4. Membaca surat dari Alquran, diutamakan Surat Al Kafirun

5. Ruku’ dengan tuma’ninah

6. I’tidal dengan tuma’ninah

7. Sujud dengan tuma’ninah

8. Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah

9. Sujud kedua dengan tuma’ninah


10. Berdiri lagi untuk menunaikan rakaat kedua

11. Membaca surat Al Fatihah

12. Membaca surat dari Alquran, diutamakan Surat Al Ikhlas

13. Ruku’ dengan tuma’ninah

14. I’tidal dengan tuma’ninah

15. Sujud dengan tuma’ninah

16. Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah

17. Sujud kedua dengan tuma’ninah

18. Tahiyat akhir dengan tuma’ninah

19. Salam

Anda mungkin juga menyukai