Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
DHF

OLEH :
NAMA KELOMPOK :
1. LENDA MOMIAKE 8. NAOMI M. LAMALEI
2. MANAS M. TOLEU 9. NOFRI D. KOA
3. MARIA F. OEMATAN 10. NORBETWAN PULUTATA
4. MARIA C. MOUW 11. OKTOVIANUS BUNGALOLON
5. MARLIN L.F LETTE 12. PRITILIA M. AKOIT
6. MAXIMIANA COSTA 13. PUTRI L.M TANGPEN
7. MELDA S.K.Y KOTA

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama hikma
kesempatan dan  kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul DBD
Makalah ini salah satu tugas dari mata kuliah di program studi S1 keperawatan. Akhirnya
kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penuliasan makalah ini, maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan saran secara konstrukif dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Kupang, 25 november 2020

penulis

i
DAFTR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1.........................................................................................................Latar belakang
...................................................................................................................1
1.2........................................................................................................Tujuan penulisan
...................................................................................................................2
1.3.......................................................................................................Manfaat penulisan
...................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 4
2.1. Konsep askep medis DBD......................................................................... 4
a. Definisi................................................................................................ 4
b. Etiologi................................................................................................ 4
c. Manifestasi klinis................................................................................. 5
d. Patofisiologi......................................................................................... 6
e. Komplikasi........................................................................................... 8
f. Pemeriksaan diagnosa.......................................................................... 8
g. Penatalaksanaan medis........................................................................ 9
h. Pathway............................................................................................... 9
2.2. Konsep askep pada DBD........................................................................... 9
a. Pengkajian........................................................................................... 9
b. Diagnosa keperawatan (SDKI)............................................................ 10
c. Keperawatan (SLKI dan SIKI)............................................................ 10
BAB III TINJAU KASUS................................................................................ 11
3.1. Pengkajian................................................................................................. 11
3.2. Analisa data diagnosa keperawatan........................................................... 14
BAB IV PENUTUP.......................................................................................... 18
4.1. Kesimpulan................................................................................................ 18
4.2. Saran.......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Hemrrhagic Fever (DHF) ialah penyakit
yang disebabkan virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegyti dan Aedes albbopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok
Indonesia kecuali ditempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut
(Ginanjar, 2008). Musim hujan tiba maka perlu diwaspadai adanya genangan – genangan air
yang terjadi pada selokan yang buntu, gorong – gorong yang tidak lancar serta adanya banjir
yang berkepanjangan, perlu diwaspadai adanya tempat reproduksi atau berkembangbiaknya
nyamuk pada genangan – genangan tersebut sehingga dapat mengakibatkan musim nyamuk
telah tiba pula, itulah kata-kata yang melakat pada saat ini. saatnya kita melakukan antisipasi
adanya musim nyamuk dengan cara pengendalian nyamuk dengan pendekatan perlakukan
sanitasi lingkungan atau non kimiawi yang tepat sangat diutamakan sebelum dilakukannya
pengendalian secara kimiawi.Selama ini semua manusia pasti mengatahui dan mengenal
serangga yang disebut nyamuk. Antara nyamuk dan manusia bisa dikatakan hidup
berdampingan bahkan nyaris tanpa batas. Namun, berdampingannya manusia dengan
nyamuk bukan dalam makna positif. Tetapi nyamuk dianggap mengganggu kehidupan umat
manusia. Meski jumlah nyamuk yang dibunuh manusia jauh lebih banyak daripada jumlah
manusia yang meninggal karena nyamuk, perang terhadap nyamuk seolah menjadi kegiatan
tak pernah henti yang dilakukan oleh manusia.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana
menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah,
sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.Penyakit ini banyak ditemukan didaerah
tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia,
kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Hal ini
disebabkan karena penyakit ini telah merenggut banyak nyawa. Berdasarkan data dari
Departemen Kesehatan RI terdapat 14 propinsi dalam kurun waktu bulan Juli sampai dengan
Agustus 2005 tercatat jumlah penderita sebanyak 1781 orang dengan kejadian meninggal

1
sebanyak 54 orang. DBD bukanlah merupakan penyakit baru, namun tujuh tahun silam
penyakit inipun telah menjangkiti 27 provinsi di Indonesia dan menyebabkan 16.000 orang
menderita, serta 429 jiwa meninggal dunia, hal ini terjadi sepanjang bulan Januari sampai
April 1998 (Tempo, 2004). WHO bahkan memperkirakan 50 juta warga dunia, terutama
bocah-bocah kecil dengan daya tahan tubuh ringkih, terinfeksi demam berdarah setiap tahun.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati
dan manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah
dan pasien jatuh syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. DBD merupakan suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang penularannya dari satu penderita ke
penderita lain disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu langkah yang dapat
dilakukan untuk mencegah penyebaran DBD adalah dengan memotong siklus
penyebarannya dengan memberantas nyamuk tersebut. Salah satu cara untuk memberantas
nyamuk Aedes aegypti adalah dengan melakukan Fogging. Selain itu juga dapat dilakukan
pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan abatisasi untuk memberantas jentik nyamuk.
Berbagai upaya pengendalian penyakit demam berdarah dengue (DBD) telah
dilaksanakan meliputi : promosi kesehatan tentang pemberantasan sarang nyamuk,
pencegahan dan penanggulangan faktor resiko serta kerja sama lintas program dan lintas
sector terkait sampai dengan tingkat desa /kelurahan untuk pemberantasan sarang nyamuk.
Masalah utama dalam upaya menekan angka kesakitan DBD adalah belum optimalnya
upaya pergerakan peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk Demam
Berdarah Dengue. Oleh karena itu partisipasi masyarakat dalam pemberantasan sarang
nyamuk DBD tersebut perlu di tingkatkan antara lain pemeriksaan jentik secara berkala dan
berkesinambungan serta menggerakan masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk
DBD.

1.2. Tujuan penulis


a. Tujuan umum
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara angka kenaikan DBD dengan angka
kematian penderita demam berdarah.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui angka kematian pada penderita DBD.

2
2. Mengetahui status kehidupan (hidup/mati) pada penderita DBD.
3. Mengetahui tanda dan gejala dari Penyakit DBD.
4. Mengetahui bagaimana cara mencegah dan mengurangi penyakit DBD.

1.3. Manfaat penulisan


a. Manfaat praktis :
1. Penelitian ini dapat membantu setiap mahasiswa dalam mengerjakan tugas yang di
berikan oleh dosen.
2. Bagi institusi pendidikan Sebagai bahan masukan bagi instansi pendidikan dalam
upaya penyebaran informasi mengenai adanya hubungan antara angka penyakit
DBD.
3. Membantu mahasiswa untuk mengetahui apa penyebab dan gejala dari penyakit
DBD.
b. Manfaat teoritis :
1. diharapkan dapat memberikan informasi mengenai adanya hubungan antara angka
kematian dengan angka penderita penyakit DBD.
2. Bagi rumah sakit Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi
dalam rangka meningkatkan upaya pelayanan kesehatan pada penderita penyakit
DBD.

3
BAB II
TINJAU PUSTAKA
2.1. Konsep Medis DBD
a. Definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang
berbahaya. Penyakit ini dapat menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian dalam
waktu yang siingkat. DBD pertama kali ditemukan di Manila (Filipina) pada tahun 1953.
Di Indonesia penyakit DBD ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan DKI Jakarta.
Kini semua provinsi sudah terjangkit penyakit ini (Meilany, 2010). Demam berdarah
dengue adalah suatu penyakit  yang disebabkan oleh virus Dengue (arbo virus) yang
masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aides aegypti. Demam Berdarah
Dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue terutama
menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak, disertai manifestasi
perdarahan dan berpotensi menimbulkan renjatan/syok dan kematian (Aplikasi NANDA
NIC NOC jilid 1, 2013).DHF (Dengue Haemorragic Fever) adalah merupakan penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan
nyamuk Aedes aegipty betina.(Hidayat, A. Aziz, 2009). Demam Berdarah Dengue
(DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam,
nyeri otot dan sendi dan biasanya memburuk setelah 2 hari pertama (Meilany, 2010).

b. Etiologi
Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorragic fever (DHF)
adalah virus dengue. Di Indonesia virus tersebut saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe
virus dengue yang termasuk dalam grup B. Dari arthopedi borne virus (arbovirus) yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang
menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand dilaporkan bahwa serotipe DEN-2 adalah
dominan sementara di Indonesia yang terutama deominan adalah DEN-3 tapi akhir-akhir
ini adalah kecenderungan dominan DEN-2. Setelah oleh nyamuk yang membawa virus,
maka inkubasi akan berlangsung antara 3-15 hari sampai gejala demam Dengue muncul.
(Meilany, 2010. Menurut (Warsidi, E.2009) Karakteristik nyamuk Aedes aegypti yang
menyebarkan penyakit demam berdarah antara lain :

4
1. Badannya kecil, warnanya hitam dengan bintik-bintik putih.
2. Hidup didalam dan disekitar rumah di tempat yang bersih dan sejuk seperti: hinggap
di pakaian yang tergantung, vas bunga yang ada airnya atau ditempat kaleng
bekas  yang menampung air hujan.
3. Biasanya nyamuk Aedes aegypti yang menggigit tubuh manusia adalah betina,
sedangkan nyamuk jantan manyukai aroma manis pada  tumbu-tumbuhan.
4. Nyamuk Aedes aegypti menggigit pada siang atau sore hari dengan peningkatan
aktivitas menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit dan beberapa jam setelah
mataharit terbenam, sedangkan malamnya digunakan untuk bertelur.

c. Manifestasi klinis
Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan umur dan
bermanivestasi lebih berat pada orang dewasa. Demam dengue pada bayi dan anak
berupa demam ringan yang disertai dengan timbulnya ruam makulopapular. Pada anak
besar dan dewasa, penyakit ini dikenal dengan sindrom triase dengue yang berupa
demam tinggi dan mendadak yang dapat mencapai 40°C atau lebih dan terkadang
disertai dengan kejang demam, sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting),
epigastrik discomfort, nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut dan perdarahan,
terutama perdarahan kulit, walaupun hanya berupa uji tourniguet positif. Selain itu,
perdarahan kulit dapat berwujud memar atau juga berupa perdarahan spontan mulai dari
petechiae (muncul pada hari-hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada
ekstremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan perdarahan gusi, sementara
perdarahan gastrointestinal masih lebih jarang terjadi dan biasanya terjadi pada kasus
syok yang berkepanjangan. Pada masa konvalesens seringkali ditemukan eritema pada
telapak tangan dan kaki dan hepatomegali. Nyeri tekan sering kali ditemukan tanpa
ikterus maupun kegagalan peredaran darah. Patokan World Health Organization (WHO,
1975) untuk menegaskan diagnosa Dengue Haemorragic Fever (DHF) adalah sebagai
berikut :
1. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.

5
2. Manifestasi perdarahan, termasuk paling tidak uji tourniguet positif dan bentuk lain
perdarahan/perdarahan spontan (Patechia, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan
gusi) dan hematemesis melena.
 Rumpel leed test dengan tekhnik :
 Klien diukur tekanan darahnya dan dicari sistol dan diastolnya.
 Setelah ketemu kemudian dijumlahkan lalu dibagi dua.
 Hasil digunakan untuk patokan mempertahankan tekanan air raksa
tensimeter.
 Pompa lagi balon tensimeter sampai patokan tadi lalu kunci dan
pertahankan sampai 5 menit.
 Setelah itu buka kuncinya dan mansit dilepaskan.
 Kemudian lihat apakah ada petekie / tidak didaerah vola lengan
bawah.      Kriteria normal Rumple leede yaitu <10 dalam 1 lingkaran 5
cm.
 Pembesaran hati.
 Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan
nadi yang menurun (20 mmHg atau kurang) tekanan darah yang menurun
(tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang) dan kulit yang
teraba dingin dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan kaki
penderita gelisah serta timbul sianosis disekitar mulut.

d. Patofisiologis
Demam Berdarah tidak tertular langsung dari satu orang ke orang lainnya, namun
melalui perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti.  Penderita menjadi infektif bagi
nyamuk pada saat viremia, yaitu sejak beberapa saat sebelum panas sampai masa demam
berakhir, biasanya berlangsung 3-5 hari, nyamuk menjadi infektif 8-12 hari setelah
menghisap darah orang yang infektif dan penderita akan tetap infektif selama hidupnya.
Adapun masa inkubasi dari 3-14 hari, biasanya 4-7 hari. Virus dengue akan masuk ke
dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan
antibodi dan terbentuklah komplek virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktivasi
sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida

6
yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma mealui
endotel dinding itu. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen)
merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, teutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF. Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya
hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut. Nilai
hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik. Apabila
tidak diatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan kematian (Warsidi, E. 2009)
e. Komplikasi
Menurut (Warsidi, E, 2009) Komplikasi dari penyakit demam berdarah
diantaranya :
1. Ensepalopati : demam tinggi,gangguan kesadaran disertai atau tanpa kejang
2. Disorientasi dan penurunan kesadaran
3. Perdarahan luas
4. Shock atau renjatan dan dapat terjadi anoksia jaringan

f. Pemeriksaan diagnosis
1. Test Darah
Selama serangan jantung, sel-sel otot jantung mati dan pecah sehingga protein-
protein  tertentu keluar masuk aliran darah.
2. Tes NS1
NS1 adalah sejenis protein yang ada dalam virus dungue. Saat infeksi terjadi, virus
akan mengeluarkan protein ini untuk masuk ke dalam darah. Sehingga, jika positif
DBD, maka protein ini akan terbaca di dalam darah.
Tes NS1 paling efektif di lakukan pada masa awal infeksi yaitu hari ke 0-7 sejak
gejala petama muncul. Setelah melewati hari ke tujuh, tes ini sudah tidak di
rekomendasikan untuk di lakukan.
3. Tes serologi IgG/ IgM

7
Imunoglobulin G ( IgG ) atuu imunoglobin M ( IgM ) adalah sejenis antibody yang
akan terbentuk saat tubuh mengalami infeksi DBD. Sehingga jika terdapat salah satu
dari kedua antibody tersebut pada tubuh maka bisa di pastikan bahwa kita positif
DBD. Antibody ini tidak berlangsung terbentuk saat infeksi terjadi. Sehingga,
berlawanan dengan tes NS1, pemeriksaan IgG dan IgM biasanya di lakukan pada hari
ke lima setelah munculnya gejala. Setelah dokter mendiagnosis positif demam
berdarah, maka perawatan bisa segera di lakukan untuk mengatasi virus ini,
sebenarnya tidak ada perawatan khusus, dokter biasanya akan mengintruksi untuk
banyak minum air putih agar tidak dehidrasi dan memberikan obat untuk mengurangi
frekuensi muntah serta menurunkan panas.

g. Penatalaksanaan medis
Menurut (Warsidi, E, 2009) upaya pencegahan harus dilakukan dengan cara yang
terbaik, murah, mudah dan dapat pula dilakukan oleh masyarakat umum. Upaya
pencegahan tersebut meliputi :
1. Pencegahan dengan prinsip 3 M :
a) Menguras: tempat penyimpanan air seperti bak mandi, sekurang-kurangnya
seminggu sekali
b) Menutup: tempat penyimpanan air agar nyamuk tidak masuk dan berkembang.
c) Mengubur: barang-barang bekas, seperti kaleng bekas yang dapat menampung
air hujan, agartiak menjadi tempat perkembang biakan nyamuk.
2. Lipatlah pakaian / kain yang tergantung agar nyamuk tidak himggap.
3. Untuk tempat-tempat air yang sulit untuk dikuras, taaburkan bubuk abate kedalam
genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi 2-3 bulan
sekali.
4. Memberantas nyamuk Aedes aegepti, dengan cara: penyemprotan dengan bahan
kimia, pengasapan dengan bahan insektisida (fogging).
5. Memberantas jentik nyamuk dengan menggunakan serbuk abate, dengan cara :
a) Untuk 10 liter air, cukup dengan 1 gram serbuk abate.

8
b) Bila memerlukan abate kurang dari 10 gram caranya: ambil 1 sdm abate dan
tuangkan pada selembar kertas, lalu bagilah abate menjadi 2,3 atau 4 bagian
sesuai dengan takaran yang dibutuhkan
c) Setelah dibubuhkan abate, selama 3 bulan bubuk abate tersebut mampu
membunuh jentik nyamuk, hendaknya jangan menyikat dinding penampungan air
selama 3 bulan setelah dibubuhi abate, dan air yang dibubuhi abate selama
takarannya benar tetap aman digunkaan.
Penatalaksanaan medis dan Keperawatan
a. Penatalaksanaan Medis
1. DBD tanpa renjatan Demam tinggi, anoreksia, dan sering muntah menyebabkan
pasien dehidrasi dan haus. pemberian minum pada dewasa sedikt demi sedikit
yaitu 1,5-2 liter dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat
antipiretik dan kompres 15 Poltekkes Kemenkes Padang hanga. pasien teruss
menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancan terjadinya
dehidrasi atau hematokrit yang cenderung meningkat.
2. DBD disertai renjatan Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segara
dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma.
Cairan yang biasanya diberikan Ringer Laktat. Pada pasien dengan renjatan berat
pemberian infus harus diguyur. Apabila renjatan sudah teratasi, kecepatan tetesan
dikurangi menjadi 10 ml/kgBB/jam. Pada pasien dengan renjatan berat atau
renjatan berulang perlu dipasang CVP (central venous pressure) untuk mengukur
tekanan vena sentral melalui safena magna atau vena jugularis, dan biasanya
pasien dirawat di ICU.
b. Penatalaksanaan keperawatan
1. Perawatan pasien DBD derajat I Pada pasien ini keadaan umumya seperti pada
pasien influenza biasa dengan gejala demam, lesu, sakit kepala, dan sebagainya,
tetapi terdapat juga gejala perdarahan. Pasien perlu istirahat mutlak, observasi
tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit secara periodik (4 jam
sekali). Berikan minum 1,5-2 liter dalam 24 jam. Obat-obatan harus diberikan
tepat waktunya disamping kompres hangat jika pasien demam.

9
2. Perawatan pasien DBD derajat II Umumnya pasien dengan DBD derajat II, ketika
datang dirawat sudah dalam keadaan lemah, malas minum dan tidak jarang setelah
dalam perawatan baru beberapa saat pasien jatuh kedalam keadaan renjatan. Oleh
karena itu, lebih baik jika pasien segera dipasang 16 Poltekkes Kemenkes Padang
infus. Bila keadaan pasien sangat lemah infus lebih baik dipasang pada dua tempat.
Pengawasan tanda vital, pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin serta trombosit.
3. Perawatan pasien DBD derajat III (DSS) Pasien DSS adalah pasien gawat maka
jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat akan menjadi fatal
sehingga memerlukan perawatan yang intensif. Masalah utama adalah kebocoran
plasma yang pada pasien DSS ini mencapai puncaknya dengan ditemuinya tubuh
pasien sembab, aliran darah sangat lambat karena menjadi kental sehingga
mempengaruhi curah jantung dan menyebabkan gangguan saraf pusat. Akibat
terjadinya kebocoran plasma pada paru terjadi pengumpulan cairan didalam rongga
pleura dan menyebabkan pasien agak dispnea, untuk meringankan pasien
dibaringkan semi-fowler dan diberikan O2. Pengawasan tanda vital dilakukan
setiap 15 menit terutama tekanan darah, nadi dan pernapasan. Pemeriksaan Ht, Hb
dan trombosit tetap dilakukan secara periodik dan semua tindakan serta hasil
pemeriksaan dicatat dalam catatan khusus.

10
h. Pathway

virus dengue

viremia

Hiperthem Hepatomegali Depresi Permebilitas


kapiler
Sum-sum Tulang
meningkat
-Anoreksia

-Muntah
Manifestasi

perdarahan Permebilitas
kapiler meningkat
Perubahan Nutrisi Resti
kurang dari kebutuhan Kekurangan
Volume Kehilangan plasma

cairan

Resiko Efusi peura


Hipovolemia tjd Ascites
perdara Hemokonsntra
han si

Resiko syok
hipovolemia

prubahan fungsi
jaringan
syok

kematian

11
2.2. Konsep asuhan keperawatan pada DBD
a. PENGKAJIAN
1. Keadaan Umum

Tinggi Badan : 157 cm

Berat Badan : 50 kg

2. TTV

Tekanan Darah : 90/60 mmHg

Nadi : 98 x/menit

Suhu : 39 C

Penafasan : 18 X/menit

3. Wajah

Mengalami kemerahan (flushig), pada hidung terjadi epistaksis

4. Kepala dan Rambut

Warna rambut putih campur hitam, tengkorak tidak ada benjolan, kulit kepala tidak ada

lesi dan massa, tidak ada nyeri tekan, kekuatan akar rambut kuat

5. Kulit

Ditemukan adanya ptekie, purpura, ekimosis, dan  hyperemia serta hematoma

6. Mulut

adanya perdarahan pada gusi, mukosa bibirtampak  kering & kadang-kadang lidah

tampak kotor dan adanya hiperemia pada tenggorokan

7. Leher

Tidak ada masalah pada leher

8. Paru

12
Pernafasan dangkal, ketika dilakukan perkusi biasanya dapat ditemukan bunyi redup

lantaran adanya efusi fleura

9. Jantung

Dapat terjadi anemia karena kekurangan cairan

10. Abdomen

Adanya nyeri ulu hati, ketika dilakukan  palpasi dapat ditemukan adanya pembesaran

hepar & limpa

11. Extremitas

Biasanya di temukan nyeri sendi

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan.pengkajian merupakan tahap yang

paling menentukan bagi tahap berikutnya. Kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan

yang terjadi pada tahap ini akan menentukan diagnosis keperawatan. Oleh karena itu, pengkajian

harus dilakukan dengan secara teliti dan cermat sehingga seluruh kebutuhan perawat pada pasien

dapat diidentifikasi. Kegiatan dalam pengkajian adalah pengumpulan data baik subjektif maupun

objektif dengan tujuan menggali informasi tentang status kesehatan pasien (Nikmatur,2012).

b. Diagnosa keperawatan ( SDKI )

Pernyataan yang jelas masalah klien dan penyebab selain itu harus spesifik berfokus pada
kebutuhan klien dengan mengutamakan prioritas dan diagnosa yang muncul harus dapat di
atasi dengan tindakan keperawatan.

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).


2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia.

13
3. Risiko kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma.
4. Risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
5. Resiko pendarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi ditandai dengan
trombositopeni.
6. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (penekanan intra
abdomen).
7. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh
diatas normal, kulit merah, takikardi, kulit terasa hangat.
8. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin ditandai dengan akral teraba dingin, warna kulit pucat.
9. Resiko hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif ditandai
dengan pendarahan.
10. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang
asing, prosedur-prosedur lingkungan.

BAB III
TINJAU KASUS
3.1. Pengkajian
Tn.P 30 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan demam. Riwayat demam sudah 5 hari,
saat ini kondisi pasien semakin memburuk, demam, mual muntah dan pusing. Tamapk ada
bercak – bercak merah di bawah kulit. Pasien di diagnose DHF,TTV : 90/60 mmHg, nadi
98x/menit, RR 18x/menit dan suhu 390 pemeriksaan darah lengkap di temukan kadar PLT :
24,5 x 10 3/ul,pasien tampak cemas setelah mengetahui menderita demam berdarah.
1. Identitas
a) Identitas pasien
Nama klien : Tn.P
TTL : Bandung,13 februari 1990
Umur : 30 tahun

14
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : jalan kemayoran no 2 bandung
Sst perkawinan : menikah
Agama/ suku : muslim/ batak
Warga Negara : Indonesia
Pendididkan : S1
Pekerjaan : PNS
Tanggal masuk : 23 Noovember 2020
No register : 023
b) Identitas penanggung jawab
Nama klien : ibu susy
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : muslim
Alamat : jln kemayoran no 2 Bandung
Hubungan dengan klien : istri
Status : menikah
Suku : batak
c) Identitas rumah sakit
Tanggal masuk     : 23 November 2020
Ruang                   : melati
No. RM                : 0038xxx
2. Riwayat kesehatan saat ini
a) Riwayat penyakit dahulu :
Pasien belum pernah menalami terkena penyakit DHF
b) Riwayat penyakit sekarang :
- Keluhan utama :
pasien mengatakan merasa merasa demam sudah 5 hari yang lalu.
- Alasan masuk : pasien mengalami demam yang semakin memburuk,demam,
mual muntah dan pusing. Tampak ada bercak- bercak merah di bawah kulit

15
c) Keluhan saat dikaji : pasien mengatakan merasakan demam dan tampak cemas
setelah mengetahui menderita demam berdarah.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
1) Penyakit yang pernah di alami : infark miokard
2) Riwayat alergi : pasien tidak alergi dengan makanan maupun obat
3) Pengobatan : Jika sakit, pasien selalu melakukan pengobatan di
puskesmas
4. Pemeriksaan fisik
TTV : TD ;90/60 mmHg
ND ; 98x/menit
RR; 18 x/menit
Suhu : 39 0 C

5. genogram ( 3 generasi )

71 ?
?

? ?
42 333

35 39 ?
?

14 19

Ket:
: laki-laki

16
: Perempuan
: klien
: meninggal
? : tidak diketahhui
: garis perkawinan
: garis keturunan
… : garis serumah

17
3.2. ANALISA DATA DIAGNOSA KEPERAWATA
a. Analisa data

No Hari/tgl Data Kemungkin Masalah kep


an penyebab
1 Senin,23 DS : pasien dengan DHF DEMAM
november keluhan demam yang di
2020 alami sudah 5 hari yang
lalu membuat nya
pasien semakin
memburuk.
DO : pemeriksaan fisik
di temukan pasien
tampak sesak dan
lemah,adanya suara
gallop saat auskultasi.

DS:pasien mengatakan
2 Selasa,24
DBF DEMAM
bahwa iya semakin
november
memburuk, demam
2020
mual muntah dan
pusing, kulit tampak
ada bercak-bercak
merah dibawah kulit.
DO : TTV 90/60
mmHg, nadi 98 x/
menit, RR 18 x/ menit,
suhu 390 c pemeriksaan
darah di temukan kadar
PLT : 24,5 x 103/ Ul,
RBC : 5,38x106 / Ul.

b. Renacana asuhan keperawatan

18
No Diagnose Luaran Intervensi
1. Demam yang sudah lewat 5 pada tanggal 24 november  Untuk
hari membuat pasien jam 18.00 di lakukan mengidentifikasi
semakin memburuk pemeriksaan Setelah di pola demam
lakukan pemeriksaan pasien pasien
mengatakan demamnya  Tanda-tanda
berkurang. vital merupakan
Hasil : acuan untuk
TTV mengetahui
TD :110/80 mmHg keadaan umum
N : 80 x/menit pasien.
S : 36,5 C  Kompres hangat
dapat
mengembalikan
suhu normal
memperlancar
sirkulasi.
 Mengurangi
panas secara
konveksi (panas
terbuang
bersama urine
dan keringat
sekaligus
mengganti
cairan tubuh
karena
penguapan)
 Pakaian yang
tipis menyerap
keringat dan

19
membantu
mengurangi
penguapan tubuh
akibat dari
peningkatan
suhu
 Penjelasan yang
diberikan pada
keluarga klien
bisa mengerti
dan kooperatif
dalam
memberikan
tindakan
keperawatan
 Dapat
menurunkan
demam

c. IMPLEMENTASI

No Diagnose Implementasi evaluasi


1. Pasien mengatakan Selasa 24 november 2020  Mengidentifikasi
demamnya semakin pukul 17.00 pasien dengan rasa takut
memburuk,mual muntah keluhan demam, tidak dapat  Mendiskusikan
dan pusing dan tampak melakukan aktivitas yang rasa takut dengan
bercak-bercak merah di berat dan mandiri di keluarga.
bawah kulit. karenakan pasien sedang
demam pasien tampak pusing
dan tak berdaya.

20
2. Pasien mengatakan iya kamis 26 november 2020  Menggunakan
tampak cemas di pukul 19.00 pasien pengalaman
karenakan iya menderita mengatakan bahwa diri nya sebelumnya
demam berdarah. telah pulih dan keluarga sebagai focus
menginginkan untuk segera perbandingan
pulang.  Mengekspresikan
rasa percaya diri
mengenai cara
yang di gunakan
untuk mengurangi
rasa sakit

BAB IV

21
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Hemrrhagic Fever (DHF) ialah penyakit
yang disebabkan virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegyti dan Aedes albbopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok
Indonesia kecuali ditempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut
(Ginanjar, 2008). Penyakit ini ditujukan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai
sakit kepala berat, sakit pada sendi otot (myalgias dan arthralgias) dan ruam. Ruam Demam
Berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya muncul dulu pada bagian
bawah, badan pada beberapa pasien, ia menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh.
Selain itu, radang perut juga bisa muncul dengan kombinasi sakit perut, rasa mual, muntah-
muntah/ diare. Pencegahan penyakit DBD dapat dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu
pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier. Pencegahan tingkat
pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau
mencegah orang yang sehat menjadi sakit.

4.2. SARAN
Dengan diselesaikannya makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui konsep
penyakit demam berdarah dengue dan dapat menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Pembaca sebaiknya mengerti dan memahami bahaya dari penyakit DBD tersebut, sehingga
setiap individu tersebut bisa lebih merasa khawatir dan mampu menjaga diri dan
lingkungannya dari kemungkinan terserangnya demam berdarah.

22
DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, E.Marlyn ,dkk. 2010. .Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman nutuk


Perawatan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta : EGC.

Meilani. 2010. Penyakit Menular di Sekitar Kita. Klaten: PT Intan Sejati.

Warsidi, E. 2009. Bahaya dan Pencegahan DBD. Bekasi: Mitra Utama.

Wilkinson, Judith. M. 2011. Buku saku diagnosa keperawatan: diagnosis NANDA,


Intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.
WHO. 2000. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit  Demam Dengua dan Demam
Berdarah Dengue,

Anda mungkin juga menyukai