Anda di halaman 1dari 20

Gebrakan SUSI (Suami Siaga) : Inovasi Pelayanan Kesehatan Kabupaten

Lumajang

Zahra Elvansari

155120607111035

Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Brawijaya

1. Pendahuluan

Salah satu perubahan yang mendasar dalam berbagai bidang kehidupan


termasuk masalah pelayanan kesehatan. Salah satunya adalah di bidang pelayanan
kesehatan AKI dan AKB. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) di Indonesia tergolong masih tinggi, untuk itu pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah dituntut bersama-sama melakukan berbagai usaha-usaha
inovatif pelayanan kesehatan.

Kesehatan ibu dan anak merupakan indikator penting dalam pembangunan


kesehatan, selain menunjukkan kinerja pelayanan kesehatan nasional juga menjadi
komitmen internasional dalam pencapaian target Millenium Development Goals
(MDGS). Kesehatan ibu ditandai dengan indikator Angka Kematian Ibu (AKI).
Selanjutnya kesehatan anak ditandai dengan indikator Angka Kematian Bayi
(AKB). Rendahnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi
penyebab utama masih tingginya angka kematian ibu dan anak. Kondisi ini
ditandai dengan rendahnya kepatuhan ibu dalam menjaga kesehatan dan
rendahnya pertololongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih. Di samping itu
tingginya kematian ibu melahirkan dipengaruhi juga oleh rendahnya status gizi
ibu hamil.

Maka dari itu, Puskesmas Gucialit Kabupaten Lumajang dalam mengatasi


permasalahan tingginya Angka Kematian Ibu dan Bayi di wilayahnya melalui
sebuah inovasi Gebrakan Suami Siaga. Hasil penelitian menunjukan bahwa
inovasi gebrakan suami siaga sudah dilaksanakan dengan baik. Banyak pelayanan
yang diberikan, kualitas pelayanan lebih baik, dan menujukkan keberhasilan
penurunan angka kematian ibu dan bayi di wilayah Gucialit, selain itu
keberhasilan inovasi gebrakan suami siaga mampu dikembangkan kedalam wadah
yang lebih luas ditahun 2013 melalui program sayang ibu dan anak.

2. Proses Inisiasi Program

Inisiasi program Gebrakan SuSi (Suami Siaga) berawal karena sampai


tahun 2013, kematian bayi dan balita di Kecamatan Gucialit, Kabupaten
Lumajang, berturut turut 22 kasus (2010), 17 kasus (2011) dan 8 kasus (2012).
Tingginya tingkat Angka Kematian Bayi (AKB) berhubungan dengan tingginya
kesenjangan antara kunjungan ibu hamil pada awal kontak (K1) dan kunjungan
ibu hamil paripurna (K4). Maksud dari K1 adalah kunjungan ibu hamil yang
pertama kali pada masa kehamilan sedangkan K4 adalah kontak ibu hamil dengan
tenaga kesehatan yang ke empat atau lebih untuk mendapatkan pelayanan Ante
Natal Care (ANC) sesuai standar yang ditetapkan dengan syarat:. Hal ini dilihat
dari laporan kegiatan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) pada tahun 2010
Drop Out K1-K4 10% dan 25% pada 2011 (Target toleransi tidak boleh lebih dari
5%).1
Kemudian dilihat dari sisi geografis dari Desa Gucialit sendiri yang
membuat kesulitan akses dari wilayah pedesaan ke Puskesmas Gucialit juga
menjadi faktor yang memperlambat pasien dengan komplikasi kehamilan sampai
di Puskesmas. Kesulitan ini disebabkan karena medan geografis wilayah Gucialit
yang didominasi oleh lembah dan pegunungan. Jarak terjauh wilayah desa sampai
di puskesmas kira-kira sekitar 20 kilometer yang membutuhkan waktu tempuh
sekitar dua jam perjalanan. Maka dari itu, kondisi ibu hamil yang datang ke
Puskesmas sudah terlambat ditangani. Besarnya budaya para suami muda dan
pihak keluarga yang lebih mempercayakan persalinan kepada dukun beranak,
menyebabkan keleluasaan sang istri untuk memperoleh informasi seputar
menghadapi persalinan dari puskesmas terhambat. Kekuasaan suami dan
keluarga, serta kentalnya budaya patrinial berdampak pula pengambilan

1
Dokumen Resmi Program Suami Siaga Puskesmas Gucialit Kabupaten Lumajang
keputusan kapan, dimana, dan siapa yang akan membantu proses persalinan.
Sehingga pemerintah perlu melakukan penanganan intensif selama masa
kehamilan dan persalinan guna pembekalan bagi pasangan muda yang berada
Inovasi “Gebrakan Suami Siaga (SUSI)” mempromosikan kebiasaan baru
bahwa tanggungjawab persalinan tidak mutlak diputuskan oleh keluarga besar
tetapi suami dan ibu hamil sendiri sangat berperan penting. Keterlibatan suami,
diharapkan dapat mengurangi risiko kematian ibu pada masa kehamilan,
persalinan, dan kematian bayi pada awal kehidupannya.

Table. 1 BAGAN KETERKAITAN ANTAR AKTOR

Identifikasi Masalah - SKPD terkait


- Akademisi
- MMD Puskesmas Gucialit - Praktisi
- FGD Kabupaten Lumajang - Pemerintah Desa
- Minlok Bulanan sebagai penggagas - Kader Posyandu
Puskesmas - Paguyuban
- Minlok Linsek - Tokoh Masyarakat
Tribulan
Sebaga Mitra dalam
mecari solusi, dan
melaksanakan program
INOVASI GEBRAKAN
SUAMI SIAGA (SUSI)

Dari table diatas berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas


yang bernama Dr. Ima Rifiyan
Awal mulanya program ini hasil dari peran para aktor hasil diskusi
bersama masyarakat dalam proses pendampingan banyak didapatkan
informasi yang ada dimasyarakat. Mulai sejarah dari masing-masing
wilayah, kebiasaan yang sering dilakukan, tokoh masyarakat yang
menjadi panutan dan rujukan tiap keputusan, sumber daya lokal yang ada
di masyarakat, kegiatan ssehari-hari masyarakat, sampai kentalnya
budaya patrilinial dalam tiap pengambilan keputusan di masyarakat2

Beberapa masalah itu menjadikan peran para aktor telah mendorong


masyarakat untuk mengembangkan jaringan dan interaksi dengan tim

2
Wawancara dengan Ima Rifiyan, Kepala Puskesmas Gucialit pada 3 April 2017
pendamping. Focus Group Disccusion (FGD) yang berlangsung beberapa
kesempatan antara tim pendamping dari puskesmas dengan masyarakat termasuk
keikutsertaan dukun bayi yang ada di wilayah Gucialit, dapat diidentifikasi
permasalahan masih terjadinya kematian bayi beberapa tahun terakhir ini.
Masalah ini dinilai cukup peting untuk segera dipecahkan terutama upaya
mengeliminir kematian bayi.
Lalu, menurut Dr. Ima Rifiyan mengatakan bahwa
Hasil dari musyawarah dengan masyarakat kemudian dibahas di mini
lokakarya bulanan puskesmas dan mini lokakarya tribulanan lintas
sektor. Pada beberapa pembahasan disepakati program Suami Siaga
sebagai solusi. Dengan komitmen Kepala Puskesmas dan semua staff
Puskesmas Gucialit maka disusunlah tim pelaksana Suami Siaga, SK,
SOP, dan mengadvokasi penggalangan dukungan lintas sektor.
Sedangkan masing-masing pemegang program berperan sebagai
fasilitator pelaksanaan Suami Siaga dan pembuatan modul pelatihan
Suami 3

Kemudian salah satu bidan di Puskesmas Gucialit mengatakan bahwa


Suami Siaga juga didukung oleh kader Suami Siaga yang berperan
penting dalam pengawalan ibu hamil dan monitoring evaluasi hasil
monitoring kegiatan suami siaga. Komponen penting dalam suami
siaga adalah optimalisasi Program Pengawalan Pencegahan dan
Penanganan Komplikasi (P4K) yang mana pemerintah desa sangat
berperan dalam pelaksanaan dan dukungan pendanaan4

Kemudian, SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yaitu Kecamatan, PKK,


KUA, UPT Pendidikan, Badan KB dan UDD PMI berperan dalam penguatan
kelembagaan dan koordinasi pelaksanaan kegiatan. Dinas Kesehatan dan
Pemerintah Daerah berperan dalam pembuatan regulasi untuk keberlanjutan dan
pengembangan Suami Siaga.

3
Iibid
4
Wawancara dengan Nurhidayati, Bidan Puskesmas Gucialit pada 3 April 2017
Dapat disimpulkan proses dan Siklus Inovasi Inovasi gebrakan suami siaga di
Puskesmas Gucialit mengalami tahapan proses dan siklus pada penerapannya,
antara lain sebagai berikut:
a) Proses mengenli masalah melalui minlok bulanan dan FGD;
b) Riset dasar dengan cara pelatihan pegawai dan peningkatan alat kesehatan;
c) Mengadakan FGD kesepakatan antar tim adanya pelatihan suami siaga;
d) Disosialisasikan;
e) Diimpelentasikan;
f) Dikembangkan.

3. Implementasi Program

Berawal dalam manajemen pelaksanaan program guna memecahkan


masalah AKI dan AKB yang terjadi di Kecamatan Gucialit, Kepala Puskesmas
Gucialit melakukan inisiatif program inovasi yaitu Gebrakan Suami Siaga (SUSI).
Inovasi ini kemudian dilontarkan pada mini lokakarya bulanan Puskesmaas
Gucialit untuk menindaklanjuti pelaksanaan program inovasi. Dari hasil diskusi
dengan seluruh staff puskesmas gucialit, maka dirasa perlu untuk membentuk
kelompok kerja tingkat puskesmas diberi nama Tim Suami Siaga Puskesmas
Gucialit.

1. Pembentukan Kelompok Kerja


Berdasarkan hasil wawancara dengan Petugas Promkes Puskesmas Gucialit
mengatakan bahwa
Tim pelaksana SUSI bertanggungjawab dalam kegiatan pelatihan
suami siaga dan pembuatan Modul Partisipatif Suami Siaga. Pada
pelaksanaan kegiatan ini beberapa tenaga kesehatan puskesmas
terlibat, diantaraya Kepala Puskesmas, Dokter Umum, Dokter Gigi,
Bidan, Penanggungjawab Program KB, Koordinator Imunisasi,
Petugas Kesehatan Lingkungan, Petugas Gizi, Promkes, Bidan dan
Perawat Desa. 5

Tim internal puskesmas yang terbentuk melakukan perannya sesuai tugas


pokok dan fungsi yang melekat pada jabatannya. Dalam memantau tindak lanjut
5
Wawancara dengan Ega Novianti, petugas promkes Puskesmas Gucialit pada 3 April 2017
hasil pelatihan, tim ini dibantu oleh PKK Desa dan kader kesehatan desa. Kepala
puskesmas mengambil peran penuh untuk mengoptimalkan dan mengefektifkan
kerja tim ini. Sedangkan penanggungjawab kegiatan Suami Siaga didelegasikan
kepada Petugas Promkes.
3.2 Program SuSi
Implemetasi program ini meliputi: (a) Pendampingan Suami Siaga merupakan
program yang memberdayakan suami dalam pengambilan keputusan dan
tanggungjawab kepada istri, (b) pemberdayaan keluarga, merupakan rangkaian
kegiatan yang diawali dari pendataan kelengkapan dokumen administratif ibu
hamil, pendampingan, pengawalan, transfer ilmu pengetahuan, dan pelatihan (c)
pemenuhan 5 Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Program ini
mulai dijalankan pada 2013 yang bersifat terpadu, lintas program, dan lintas
sektoral.
Table. 2 Alur Program SuSi

Kontak 1 P4K

Input Bumil
Pengawalan Bumil
(Sejak
(Protap ANCT dan
Pembuahan)
ANC)
Suami Siaga

Persalinan Protap Rujukan

KB AKTE 1000 hr
kehidupan
Pertama-tama akan dijelaskan program dari SuSi disisi kanan, awal mula
dari kontak pertama bumil (K1) kunjungan baru ibu hamil yang pertama kali
dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan lanjut ke
pendataan oleh kader untuk pengawalan bumil sampai pertemuan Suami Siaga.
Yang dimaksud pertemuan Suami Siaga salah satunya adalah Puskesmas Gucialit
memberikan pelatihan SuSi.
Pelatihan ini pada awalnya dirancang untuk diberikan kepada 10 pasangan
muda setiap 3 bulan, dengan harapan informasi ini akan menyebar luas kepada
pasangan lainnya. Pada kenyataannya antusias masyarakat ternyata sangat besar
sehingga melebihi target program, banyak pasangan muda berminat untuk
menjadi peserta Pelatihan ini untuk mendapatkan pengetahuan seputar kehamilan
dan kelahiran bayi mereka. Pada awal pelatihan, para pasangan muda diukur
tingkat pemahamannya terhadap beberapa hal, yaitu: resiko kehamilan &
persalinan, manfaat gizi ibu hamil dan ibu menyusui, manfaat KB pasca
persalinan, upaya lingkungan sehat bagi ibu hamil dan menyusui, serta pentingnya
suami siaga. Sejak awal, para suami juga sudah dibiasakan untuk melindungi
istrinya, berdiskusi dan memutuskan hal bersama dengan istri.
Sasaran
1. Suami serta ibu hamil di wilayah Puskesmas Gucialit
2. Waktu pelaksanaan : 3 bulan sekali
3. Tempat : balai desa di 9 desa wilayah Gucialit
Kemudian, para pasangan suami-istri tersebut diberikan 5 materi
mengenai:

1. Kebidanan, yaitu penjelasan tentang kehamilan, persalinan dan


penanganan bayi serta resikonya, dan disampaikan juga pentingnya
perilaku CTPS pada saat sebelum menyusui dan menangani bayi serta
CTPS setelah menceboki bayi;
2. Imunisasi dan keluarga berencana, yaitu dukungan KB setelah persalinan.
Para pasangan diberikan pemahaman mengenai pentingnya merencanakan
keluarga sejahtera dan manfaat program KB. Selain itu, disampaikan pula
pentingnya CTPS pada bidan dan petugas kesehatan sebelum pemberian
imunisasi pada bayi.
3. Gizi, manfaat asupan ibu hamil dan menyusui, yaitu materi mengenai
pemberian ASI eksklusif dan tata cara pemberian makanan pada bayi pada
usia 2 tahun pertama. Pada sesi ini pun diingatkan pentingnya perilaku
CTPS sebelum menyiapkan makanan dan sebelum menyusui bayi.
4. Kesehatan lingkungan dipadukan dengan PHBS, yaitu menyangkut
STBM, mulai dari penyediaan jamban sehat, praktek/demo CTPS yang
benar yang dilakukan menggunakan kanji dan cairan yodium, pentingnya
pengelolaan air minum/makanan serta pengolahan sampah dan limbah
rumah tangga agar tercipta lingkungan yang bersih dan sehat.

Terakhir, fasilitator merangkum semua materi dan membuat lembar


monitoring yang kemudian diamanahkan kepada suami, menandakan Suami
Siaga, dengan harapan persalinan yang akan dilaksanakan berjalan lancar dan
aman, dan bayinya akan menjadi amanah untuk keluarga. Selain itu, ada
kesepakatan yang mendorong suami untuk memenuhi fasilitas istri selama masa
kehamilan, kelahiran dan pengasuhan bayinya. Kesepakatan ini harus dipenuhi
sehingga keluarga akan mendapatkan JAMPERSAL (Program Jaminan Persalian)
sehingga terbebaskan dari biaya persalinan. Dengan demikian, investasi keluarga
diarahkan kepada penyediaan sarana kesehatan keluarganya6

. Kemudian tiba persalinan seorang Ibu hamil, dengan adanya pertemuan


Suami Siaga ini outputnya yaitu suami pengambil keputusan penuh waktu
persalinan agar tidak terjadi keterlambatan yaitu untuk segerakan ke Puskesmas
Gucialit dan menemani sang istri. Lalu masuk ke bagian KB, yang sudah
dijelaskan dalam pelatihan Suami Siaga, jadi ketika sudah persalinan diarahkan
untuk memakai KB atau memang dari keluarga tidak memakai KB itu memang
urusan pribadi keluarganya, tapi SuSi sendiri memiliki pelatihan seperti itu.
Kemudian uniknya dari SuSi juga adalah terdapat paket pelayanan pengurusan
permohonan Akta Kelahiran Anak yang dapat dilayani di puskesmas. Dalam hal
pengurusan permohonan Akta Kelahiran Anak Puskesmas Gucialit bekerjasama

6 Hasil Wawancara dengan Ega Novia, Promkes Puskesmas Kecamatan Gucialit pada 3 April 2017
dengan Dukcapil, Kantor Pos, Kecamatan, Bidan Praktek Swasta (BPS) dan
Bidan Desa di wilayah kerja Puskesmas Gucialit. Selanjutnya program SuSi juga
masih bertanggung jawab memberikan pengawasan atau periksa bayi di 1000 hari
kehidupannya yang berarti sampai si bayi umur 2 tahun. Maka dari itu, disitulah
peran suami untuk bertugas mengawal dan memberikan yang terbaik untuk bayi
dan istrinya. Misalnya: suami mendukung istrinya untuk memberikan ASI
Eksklusif.7

Kegiatan ini didanai melalui bantuan dana BOK dimana pelatihan di setiap
desa membutuhkan dana sebesar Rp 750.000,- yang digunakan untuk biaya
transportasi peserta pelatihan (masing-masing sebesar Rp 15.000,-), konsumsi,
dan monitoring pasca pelatihan. Seusai pelatihan, monitoring juga dilakukan
dengan berdasarkan informasi/check list awal yang ditandantangani bersama
suami-istri dan kader/bidan di awal pelatihan. Setelah lewat 1 minggu masa
persalinan, bidan bersama kader akan mengunjungi pasangan suami-istri untuk
mengevaluasi hasil pelatihan “Suami Siaga”8

4. Dampak Program
Puskesmas Gucialit sudah menjalankan fungsinya dengan baik dalam
memberikan pelayanan yaitu:
1. Masyarakat Gucialit mengetahui dan memahami inovasi gebrakan suami siaga
yang ada di Puskesmas
2. Masyarakat mendapatkan penanganan yang lebih baik di Puskesmas Gucialit
sejak adanya inovasi
3. Dengan adanya inovasi Puskesmas Gucialit mampu memperhatikan aspirasi,
kebutuhan dan harapan dari masyarakat setempat khususnya pemberian
pelayanan kepada ibu hamil
4. Petugas di Puskesmas Gucialit sangat ramah kepada setiap warga yang datang
dan tidak ada perbedaan pelayanan yang diberikan antara masyarakat miskin
dan kaya

7
Ibid
8
Ibid
Hasil terhadap Angka Kematian Ibu dan Bayi Menurut hasil penelitian sejak
diberlakukannya Inovasi Gebrakan Suami siaga kematian bayi yang turun secara
signifikan
Dari data laporan Puskesmas tercatat sebanyak 22 kematian bayi di
tahun 2010, 17 kasus kematian bayi di tahun 2011, dan di tahun 2012 sebanyak
12 kasus. Pada tahun 2013 sebanyak 8 kasus kematian bayi. Sementara untuk
kasus kematian balita ada 1 kasus pada tahun 2011. Sedangkan untuk
kasus kematian ibu, pada empat tahun terakhir Gucialit sudah berhasil
mencapai angka zero (nol). 9
Dampak yang positif antara lain:
1. Angka Kematian Ibu (AKI) di wilayah Kecamatan Gucialit pada 3 tahun
terakhir zero (0 %), sementara untuk Angka Kematian Bayi (AKB) trendnya
sudah turun signifikan
2. Ada peningkatan partisipasi suami dalam pendampingan istri, saat hamil,
bersalin sampai perawatan bayi.
3. Meningkatkan kunjungan persalinan di Fasilitas Kesehatan Kec. Gucialit
4. Adanya Kesepakatan Suami /Keluarga, kader dan Tenaga Penolong Persalinan
5. Semua Desa di wilayah Puskesmas Gucialit sudah MoU dengan PMI difasilitasi
oleh Puskesmas
6. Dari 9 desa di Gucialit sudah 8 desa yang punya Ambulance Desa bantuan dari
Pemerintah Daerah dan tahun 2013 1 desa lagi mendapatkan bantuan Ambulan
Desa dari pemerintah selain Ambulan Desa milik warga yang sudah lama
dilaksanakan sebagai sarana transportasi rujukan, terutama kasus persalinan
dan kecelakaan.
7. MOU Pembuatan Akta Kelahiran melalui Puskesmas antara Kecamatan dan
Puskesmas Gucialit, dengan Dispenduk dan Capil

Lalu, dari hasil wawancara dengan seorang ibu bersama bayinya yang berumur 8
bulan. Ibu dan bayinya berperan sebagai pasien Suami Siaga mengatakan bahwa:

9
Dokumen Laporan AKI AKB Puskesmas Gucialit Kabupaten Lumajang
Adanya SuSi sangat merubahkan dampak kesehatan para Ibu, yang
dulunya 10 tahun yang lalu banyak sekali Ibu hamil yang tidak
tertolong karena kekuasaan suami kentalnya budaya patrinial
berdampak pengambilan keputusan mau dimana untuk melahirkan
anak, kadang mending di dukun saja disbanding puskesmas karena
biaya mahal. Akhirnya, peran SuSi ini yang tidak hanya suami
mengontrol Ibu dan bayinya namun banyak program yang bagus,
seperti ambulance keliling untuk mengantarkan persalinan, dan
ditambah lagi terdapat pelatihan agar istri muda maupun suami muda
tidak awam untuk merawat bayi. 10

5. Regulasi dan Kelembagaan

1. Regulasi
Regulasi yang menjadi dasar program Gebrakan SUSI (Suami Siaga)
meliputi :
1. SK Camat Tentang Tim Forum Komunikasi Desa Sehat Kecamatan
Gucialit No. 188.4/13/427.918/2012
2. Surat Edaran Camat Gucialit Tentang Seruan Penerapan Indikator
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat No. 440/514/427.918/2013
3. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang
Tentang Pemberian Kewenangan Bidan Dalam Pennaganan Gawat
Darurat Obstetri dan Neonatal Pasca Persalinan (GDON) Dan
Pelayanan KB Pasca Persalinan Tahun 2012
4. Keputusan Kepala Puskesmas Gucialit Tentang Standar Pelayanan
Publik Puskesmas Gucialit Kabupaten Lumajang No.
800028/427.35.21/2011
5. Kesepakatan Bersama antara Direktur Unit Donor Darah PMI
Kabupaten Lumajang dengan Puskesmas Gucialit Tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Sosial Donor Darah Sukarela Masyarakat
Kecamatan Gucialit No. 800/1110/427.34.18.01/2012
6. Surat Keputusan Kepala Puskesmas Gucialit No
800/018/427.32.21/2011 Tentang Pembentukan Tim Pelaksana Suami
Siaga

10
Wawancara dengan Indawati, pasien Suami Siaga, pada 3 April 2017
7. Perjanjian Kerjasama Pemerintah Kabupaten Lumajang dan Kantor
Pos dan GIRO Tentang Kerjasama Proses Pengurusan AKTA
KELAHIRAN No. 470/638.1/427.43/2013, No.
445/11848/427.35/2013, No. 1759/PENJUALAN 3/2/1213/2013

2. SDM, Kelembagaan, Sarana Prasarana, Serta Pembiayaan


Program Suami Siaga tidak memerlukan SDM khusus. SDM yang
dibutuhkan terdiri atas Kepala Puskesmas, Dokter Umum, Dokter Gigi, Bidan,
Penanggungjawab Program KB, Koordinator Imunisasi, Petugas Kesehatan
Lingkungan, Petugas Gizi, Promkes, Bidan dan Perawat Desa. Peningkatan
kapasitas SDM Tim Suami Siaga bisa melalui Training Of Trainer (TOT),
Pemahaman tentang Modul Suami Siaga, dan Public Speaking, serta
Pembelajaran Orang Dewasa.
Sarana dan Prasarana yang diperlukan yaitu Modul Partisipatif Suami
Suaga, LCD Proyektor, Banner Evaluasi, alat bantu peraga praktek pengasuhan
bayi, Lembar Balik KB, Food Model, CTPS Model, Model Gigi (Pantum Gigi),
alat peraga ibu hamil, brosur dan leaflet, form amanh, buku KIA dan SUSI KIT.
Untuk pelaksanaan pertemuan pelatihan Suami Siaga dianggarkan di Dana
Alokasi Khusus (DAK) yang setiap tahun diterima oleh puskesmas sebesar Rp.
16.200.000,-. Sedangkan untuk SUSI KIT dianggarkan sebesar Rp. 2.000.000,-
setiap tahun.11

6. Hambatan dan Tantangan


Selama dalam pelaksanaan kegiatan Suami Siaga hambatan-hambatan
yang ditemukan diantaranya penganggaran. Belum ada anggaran khusus yang
secara langsung merujuk pada kegiatan Suami Siaga. Selain itu, metode pelatihan
yang digunakan dirasa belum cukup efektif. Evaluasi output pemantauan pasca
pelatihan suami siaga dan pengawalan juga masih menjadi hambatan dalam
pelaksanaan kegiatan Suami Siaga.

11
Hasil Wawancara dengan Ega Novia, Promkes Puskesmas Kecamatan Gucialit pada 3 April 2017
Selama pelaksanaan inovasi SuSi Kabupaten Lumajang tidak luput juga
dari kendala-kendala yang dihadapi, khusus pada Kecamatan Gucialit kendala
yang dihadapi diantaranya:

1. Karena banyak pasutri di usia muda, sehingga peserta baru malu untuk
melakukan konsultasi;
2. Pertemuan petugas kesehatan dengan suami ibu hamil kurang serius;
3. Keterbatasan dana BOK (biaya operasional puskesmas);
4. Masih banyaknya para suami yang diwakili keluarga dalam pertemuan,
sehingga informasi yang disampaikan tidak langsung diterima oleh suami;
5. Masih adanya dukun persalinan di kecamatan lain.12

Menghadapi tantangan tersebut Puskesmas Gucialit memperkuat jejaring


baik dengan lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah. Dengan
lembaga pemerintah lintas sektoral dan Dinas Kesehatan, Puskesmas Gucialit
memperkuat jejaring kelembagaan yang nantinya menghasilkan produk regulasi
bagi keberlanjutan dan pengembangan Suami Siaga. Rintisan tim Suami Siaga
mulai dari desa hingga kabupaten. Dengan lembaga non pemerintah dalam hal
pelatihan fasilitator, narasumber, penyempurnaan modul partisipatif dan sistem
monitoring.
7. Peluang Replikasi
Berbagai hal menarik dapat diperhatikan secara lebih mendalam terhadap
inovasi pemerintahan ini. inovasi pemerintahan terkait pelayanan kesehatan ini
sangat mungkin untuk di replikasi. Manfaat utama SuSi, khususnya menurunkan
AKB secara signifikan, karena AKI sudah zero sebelumnya. SuSi perlu
dikembangkan, antara lain dengan “Gerakan Sayang Ibu dan Anak” didukung
tenaga kesehatan yang kompeten dan pelatihan “Dasa Wisma Siaga”. SuSi
berkelanjutan akibat komitmen kuat, gebrakan SuSi merupakan solusi ampuh AKI
dan AKB, kemandirian masyarakat terbangun, pelibatan masyarakat, dan “bayi
sehat – ibu selamat”. Peluang replikasi besar, ditandai banyaknya kunjungan dari
Kementerian/ Lembaga, Pemprov dan Pemkab/Pemkot. Pembelajaran dari SuSi

12
Ibid
adalah komitmen, penghematan dana, asal mau pasti bisa, diskusi dan sosialisasi,
peran fasilitator dalam pertemuan, kepedulian masyarakat, semangat melalui mars
suami siaga, dan penataan kesehatan lingkungan.
Namun, kekurangan dari SuSi ini adalah hanya diterapkan satu Puskesmas
di desa Gucialit saja. Harapannya, SuSi bisa menjadi contoh untuk para
puskesmas di Gucialit bahkan bisa menjadi contoh di Kabupaten lainnya.
Kemudian, ada hal yang harus ditekankan lagi untuk suami bisa mendampingi
istri apalagi suami muda yang masih malu-malu untuk bertanya. Karena program
SuSI ini adalah targetnya ke suami untuk bisa mengawal sang istri dan buah hati.
Ada kontrak untuk suami agar benar-benar mendampingi sang istri.
LAMPIRAN DOKUMENTASI SUSI KIT
LAMPIRAN DOKUMENTASI KEGIATAN SUAMI SIAGA

Sumber: Dokumen Lampiran Puskesmas Gucialit diambil pada 3 April 2017


LAMPIRAN DOKUMENTASI EKSEKUSI
DAFTAR PUSTAKA

Dokumen Resmi Program Suami Siaga Puskesmas Gucialit Kabupaten Lumajang

Dokumen Laporan AKI AKB Puskesmas Gucialit Kabupaten Lumajang

Dokumen Resmi SOP SuSi (Suami Siaga) Puskesmas Gucialit Kabupaten


Lumajang

Wawancara dengan Ima Rifiyan, Kepala Puskesmas Gucialit pada 3 April 2017

Wawancara dengan Nurhidayati, Bidan Puskesmas Gucialit pada 3 April 2017

Wawancara dengan Ega Novianti, petugas promkes Puskesmas Gucialit pada 3


April 2017

Wawancara dengan Indawati, pasien Suami Siaga, pada 3 April 2017

Anda mungkin juga menyukai