Anda di halaman 1dari 77

MODUL

PERENCANAAN KESEHATAN
(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dra. TUTI SURTIMANAH, MKM

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


DHARMA HUSADA BANDUNG
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
2014

1
MODUL 1
KONSEP PERENCANAAN KESEHATAN

1. TUJUAN

Mahasiswa mampu menjelaskan :


1). Perencanaan kesehatan dan issu aksesibilitas pelayanan kesehatan
2). Definisi Perencanaan Kesehatan, siklus perencanaan
3). Pentingnya perencanaan kesehatan, issu penting dalam perencanaan, persiapan perencanaan
4). Tahapan Perencanaan menurut berbagai versi.

2. LANDASAN TEORI

Dalam landasan teori ini dibahas mengenai :


1). Perencanaan kesehatan dan issue desentraliasasi.
2). Definisi Perencanaan Kesehatan, siklus perencanaan
3). Pentingnya perencanaan kesehatan, issu penting dalam perencanaan, persiapan perencanaan
4). Tahapan Perencanaan menurut berbagai versi.

URAIAN LANDASAN TEORI

1). PERENCANAAN KESEHATAN DAN ISSUE DESENTRALISASI.

Program kesehatan merupakan program yang memiliki peran strategis dalam pembangunan negara Indonesia,
secara nasional maupun di masing-masing daerah. Peran strategis kesehatan dalam pembangunan adalah :
a). Kesehatan saling mempengaruhi dengan produktivitas
b). Kesehatan saling mempengaruhi dengan mutu Sumber Daya Manusia
c). Kesehatan saling mempengaruhi dengan kemiskinan

Memperoleh kesehatan merupakan hak setiap individu dan hak warga Negara. Secara global dirunjukkan
bahwa Kesehatan sebagai Hak Asasi Manusia tercantum dalam :
a). Konstitusi WHO (1948) “kesehatan adalah hak azasi manusia yang fundamental”
b). Deklarasi hak-hak anak (New York, 1999)

Secara nasional di Negara Indonesia hak individu sebagai warga Negara memiliki hak untuk hidup sehat
tercantum dalam UU Kesehatan Nomor 23 tahun 2009. Pemerintah dan penentu kebijakan harus menetapkan
kebijakan dan rencana kegiatan yang menjamin ketersediaan ( availability) dan keterjangkauan (accessability)
pemeliharaan kesehatan untuk semua secepat mungkin (WHO: Health and Human Right Publication Serie No 1
July 2002). Mengingat pentingnya mengupayakan agar warga negara mencapai derajat kesehatan yang optimal,
diperlukan adanya perencanaan kesehatan.

Hal yang harus diperhatikan dalam menetapkan kebijakan perencanaan adalah :


a). Ketersediaan
b). Keterjangkauan / aksesibilitas
c). Acceptability
d). Mutu

Upaya meningkatkan kesehatan tidak terlepas dari adanya hubungan timbal balik antara kesejahteraan,
ekonomi dan kesehatan, sebagaimana digambarkan dalam bagan berikut.

2
Bagan 1. Hubungan Timbal Balik Antara Kesejahteraan, Ekonomi dan Kesehatan
Sumber : Tayangan Ascobat Gani dalam pelatihan P2KT.

Perlu disadari pula oleh para stakeholders bahwa upaya kesehatan merupakan investasi jangka panjang
dalam pengembangan sumber daya manusia, dengan memberikan prioritas pada kelompok rawan ibu, bayi
dan balita. Berikut bagan yang menunjukkan bahwa perlu intervensi dini dalam kehidupan anak agar dapat
mencapai perkembangan yang optimal.

Investasi terlambat, hasil


Investasi tepat waktu tidakoptimal

100%

80%
Pertumbuhan otak

“loss generation”

lahir 2 th 5 th bbu
mur
Ascobatg/ 00

Bagan 2 : Pentingnya Intervensi Dini Kesehatan Sebagai Investasi Jangka Panjang Pengembangan
Sumber Daya Manusia
Sumber : Tayangan Ascobat Gani dalam pelatihan P2KT.

Dalam perencanaan kesehatan perlu juga memperhatikan adanya komitmen global yang perlu dicapai Negara
Indonesia khususnya dalam memberikan prioritas program/kegiatan serta tujuan serta target yang mesti dicapai.
Salah satu komitmen tersebut adalah Tujuan Pembangunan Millenium atau Millenium Development Goals
disingkat MDG’s yaitu komitmen tingkat dunia untuk meningkatkan kualitas kehidupan penduduk miskin sampai
tahun 2015.

3
Ada delapan (8) Tujuan Pembangunan Milenium yaitu :
a). Memberantas kemiskinan dan kelaparan yang parah,
b). Pendidikan dasar yang merata bagi semua orang,
c). Meningkatkan kesetaraan gender dan memberdayakan wanita
d). Mengurangi kematian anak
e). Memperbaiki kesehatan ibu
f). Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit-2 lain
g). Memastikan keberlanjutan lingkungan hidup
h). Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

Seiring dengan perkembangan sistem pemerintahan daerah di Indonesia yang menerapkan otonomi
desentralisasi di daerah kabupaten/kota, dirasakan ada beberapa masalah perencanaan kesehatan yaitu :
a). Berprinsip bottom up, tapi data berbasis populasi masih kurang kadang-kadang tidak ada.
b). Persepsi stakeholder tentang pembangunan kesehatan masih bias.
c). Pembangunan kesehatan masih banyak berorientasi kuratif serta pembangunan fisik.
d). Kemampuan perencanaan yang lemah dikarenakan dominasi top down cukup lama, Unit perencanaan
yang lemah, serta Sistem Informasi Kesehatan yang tidak efektif.

Ascobat Gani mengemukakan perlunya terjadi perubahan paradigm atau Paradigma Shift dalam Perencanaan
Kesehatan Daerah, berikut hal-hal yang perlu diperhatikan :

a). Dari perencanaan proyek ke perencanaan anggaran.


(1) Daerah harus menyusun rencana strategis
(2) Menekankanissue affordability dan sustainability
(3) Menekankan system development
(4) Menekankan komitmen politis
b). Dari perencanaan sektoral ke perencanaan wilayah
(1) Harus kuat dalam surveilans
(2) Harus kuat dalam analisis faktor risiko
(3) Melibatkan semua stakeholders
(4) Mampu melakukan advokasi rencana
c). Dari perencanaan birokratis ke perencanaan partisipatif
(1) Membuat proses perencanaan demokratis
(2) Partisipatif planning melalui civil society
(3) Keterlibatan semua stakeholders
d). Dari perencanaan top down ke perencanaan bottom up
(1) Harus kuat dalam surveilans
(2) Harus kuat dalam analisis faktor risiko
(3) Keterlibatan jenjang administrasi tingkat bawah (desa)
(4) Keterlibatan village council
e). Dari fragmented ke integrated planning and budgeting
(1) Harus kuat dalam surveilans
(2) Harus kuat dalam analisis faktor risiko
(3) Mampu identifikasi sktor yang harus terlibat
(4) Mampu melakukan advokasi perencanaan
(5) Holistic approach dalam program planning. Contoh : TB dan malaria, preventif dan promotif, early
diagnosis dan prompt treatment, kuratif dan rehabilitatif
(6) Joint activity antar sektor dan antar program
f). Dari facility based data ke facility and population based data
(1) Harus kuat dalam surveilans
(2) Penggunaan Information Technology

4
g). Dari hystorical planning ke prospective planning
(1) Kuat dalam analisis kecenderungan (trend analysis)
(2) Mampu menggunakan hasil survey
(3) Terbuka terhadap inovasi
(4) Terbuka terhadap kreatifitas
h). Dari budget based targeting ke target based budgeting
(1) Kuat dalam analisis biaya (cost budget analysis)
(2) Mampu menyusun anggaran yang komprehensif (investasi, operasional dan pemeliharaan)
(3) Mampu menyusun anggaran terpadu (lintas program dan lintas sektor).

2). DEFINISI PERENCANAAN KESEHATAN, SIKLUS PERENCANAAN, ELEMEN KUNCI PERENCANAAN

DEFINISI PERENCANAAN

Perencanaan adalah salah satu fungsi manajemen. Salah satu teori menyebutkan bahwa fungsi manajemen
adalah Planning, Organizing, Actuating, Controlling dan Evaluating disingkat POAC/E.

Berikut beberapa pengertian perencanaan :


 Perencanaan adalah proses atau kegiatan sistematis untuk menentukan tujuan dan menyusun kegiatan-
kegiatan sistematis yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut (P2KT- Ascobat G).

 Perencanaan adalah proses untuk menentukan tindakan-tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan
pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia dalam mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yg optimal (Pedoman RPJMN)

 Planning is a systematic process of identifyng and specifyng desirable future goals and outlining appropriate
courses of action and determining the resources required to achieved them . (Planning and Implementation
DHS - WHO)

 Perencanaan adalah :
 Suatu peta, suatu persiapan, suatu arrangement, kemana mau menuju, bagaimana cara mencapainya
dan tabel waktu perjalanan.
 Identifikasi patok perjalanan the journey’s milestones. Melengkapinya dg penilaian kemajuan dan
cara untuk mengukurnya terkait biaya yg dipergunakan.
 Bagan kegiatan, mengendalikan dan memelihara semua bagian perencanaan merupakan bagian
perencanaan yg baik.
(The Health planner toolkit, Health System Intelligence Project – 2006)

 Perencanaan kesehatan adalah Proses untuk memproduksi kesehatan dengan membuat berbagai kegiatan
aksi terkait dengan kebutuhan dan sumber daya. Penyusunan tergantung kepada :
 waktu yg tersedia = the time allowable
 jumlah pertanyaan yg dapat dijawab artinya untuk memecahkan masalah yang ada dan menjadi
kebutuhan
 sumber daya yg tersedia untuk men-support proses
 kondisi politik dan lingkungan sosial
Perencanaan kesehatan mesti bertujuan meningkatkan status kesehatan masyarakat melalui jaminan
kesetaraan dan keterjangkauan akses serta meresponnya melalui sistem kesehatan agar dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat. Perencanaan kesehatan mesti mencapainya dengan pelayanan kesehatan efisien
dan efektif, menggunakan sumber yang tersedia dan metode pelayanan kesehatan (Planning and
Implementation DHS - WHO).

5
SIKLUS PERENCANAAN
Berikut beberapa bagan yang menjelaskan siklus perencanaan secara umum maupun secara khusus dikaitkan
dengan tabel waktu yang diatur dalam peraturan.

Analisis situasi
Masalah
Masalah
Masalah
Masalah

P Penentuan prioritas
Masalah
prioritas
O
Penentuan
Organisasi tujuan
SDM
Anggaran Analisis alternatif
Sarana
Sistem Info Alternatif terpilih
A Rencana
Kepemimpinan operasional
Motivasi/supervisi
Pengawasan
Evaluasi
Pengendalian
C
E

Bagan 3 : Siklus Perencanaan (P2KT)

Bagan 4 : Siklus Perencanaan Kesehatan

6
Bagan 5 : Siklus Perencanaan (WHO)

Menurut WHO, siklus perencanaan adalah tahapan sekuensial perencanaan yang perlu diikuti untuk
menentukan apa yang tercakup dalam perencanaan.

Siklus menjawab pertanyaan :


(1) Where are we now? Dimana sekarang kita berada ? Untuk menjawabnya membutuhkan analisis situasi
untuk identifikasi kondisi kesehatan saat ini, kebutuhan terkait kesehatan dan masalah.
(2) Where do we want to go? Kemana kita mau pergi? Untuk menjawabnya membutuhkan seleksi prioritas dan
identifikasi tujuan serta target untuk meningkatkan kondisi kes dan pemberian pelayanan kesehatan.
(3) How will we get there? Bagaimana dapat mencapainya? Mencakup detil dan pengorganisasian intervensi
yang dilakukan, oleh siapa, kapan waktunya, berapa biaya dan menggunakan sumber daya apa untuk
mencapai tujuan dan target.
(4) How will we know when we get there? Bagaimana mengetahui kapan kita mencapainya? Membutuhkan
pengembangan pengukuran indikator untuk monitor kemajuan dan evaluasi hasil.

Siklus Perencanaan menurut A Planning Framework For Public Health Practice Planning.

(1) Identifikasi determinan masalah kesehatan : kaitan terjadinya dan populasi yang terkena.
(2) Menentukan risiko dan manfaat tiap determinan untuk identifikasi apa yang mesti dilakukan
(3) Identifikasi pilihan intervensi dan merencanakannya termasuk tingkat kejadian
(4) Memutuskan kerangka / portfolio intervensi yang dapat memecahkan masalah
(5) Implementasi portfolio;
(6) Evaluasi portfolio.

The Planning Cycle menurut The Health Planners Toolkit.

(1) Surveying the environment (What is?)


(2) Setting Directionas (What ought to be?)
(3) Problems and Challenges (Difference between what ias and what ought to be)
(4) Range of solutions (Ways to get from what is, to what to ought to be)
(5) Best solutions (Preffered ways to get to ought to be)
(6) Implementation (putting inplace the best solutions)
(7) Evaluation (Did we get from what is to what ought to be)

7
ELEMEN KUNCI PERENCANAAN

Dalam menyusun perencanaan kesehatan perlu diperhatikan determinant yang mempengaruhi munculnya
masalah atau mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Ada tiga Determinan Utama Status Kesehatan

Secara bersama lingkungan, sistem pemberian pelayanan kes dan kondisi masyarakat menentukan status
kesehatan. Berikut penjelasan determinan tersebut.
(1) Environment (Lingkungan)
(a) Lingkungan terkait :
(b) Sistem politik,
(c) Kebijakan pelayanan kesehatan,
(d) Pengembangan kebijakan,
(e) Status sosial ekonomi,
(f) Lingkungan fisik mis kondisi iklim.
(g) Semua elemen berpengaruh terhadap status kesehatan individu dan masyarakat, termasuk
mempengaruhi sistem pemberian pelayanan kesehatan.
(2) Health service delivery system = Sistem Pemberian Pelayanan Kesehatan
Bagaimana fasilitas kesehatan terdistribusi di masyarakat, akan mempengaruhi cakupan pelayanan.
Pelayanan kesehatan mesti dilihat sebagai upaya untuk memberikan dan merespon kesetaraan guna
mendukung status kesehatan masyarakat.

(3) Community = Masyarakat


Karakteristik masyarakat, misalnya budaya, gender, kepercayaan dan perilaku pencarian pengobatan.

Elemen Kunci Perencanaan pada dasarnya mencakup :


(1) Identifikasi visi dan tujuan umum / goal
(2) Menyusun strategic planning
(3) Evaluasi

Sedangkan menurut A Planning Framework For Public Health Practice Planning, Elemen Kunci Kerangka Siklus
Perencanaan adalah :
(1) Determinan kesehatan
(2) Risiko kesehatan dan manfaat
(3) Domain kesehatan masyarakat dan area kegiatan
(4) Intervensi kesehatan masyarakat
(5) Intervention portfolios = Porto polio Intervensi
(6) Pemeliharaan = custodianship

Berikut penjelasan elemen kunci tersebut :

8
(1). Determinan Kesehatan

Kesehatan masyarakat memperhatikan determinan kesehatan dan mengaturnya. Hal ini penting dalam
pemberian pelayanan klinis yaitu disain mengatur episode penyakit. Secara prinsip mencakup identifikasi,
analisis, manajemen determinan kesehatan. Pemahaman detil dan komprehensif penyebab atau determinan
kondisi kesehatan buruk atau kondisi kesehatan baik sangat penting untuk menentukan aksi efektif.

Karakteristik determinan menurut tipe hubungan kausal–langsung atau pendukung (proximate atau
contributory).
Analisis determinan dibutuhkan untuk mengetahui efek langsung atau pendukung / kontributor. Efek determinan
bisa efek antara atau langsung, misalnya keracunan disebabkan minum racun pada anak. Di saat yang sama
mungkin ada sejumlah determinan pendukung / kontributor, misalnya akses terhadap racun, kurang
pengawasan dsb. Hal ini perlu difahami agar dilakukan intervensi efektif.

Determinan kontributor membuat kondisi untuk atau meningkatkan efek dari proximate determinant. Merokok
merupakan proximate determinant untuk sejumlah penyakit. Kecenderungan individu merokok, prevalence
merokok di masyarakat dipengaruhi faktor pendukung termasuk umur, gender, kelas sosial, harga, iklan,
tekanan kelompok, banyaknya penjual, peluang merokok. Seringkali kemungkinan berbuat dipengaruhi
determinan pendukung daripada penyebab langsung.

Spesifikasi tingkatan determinan

(a). Social and environmental

Mencakup hal amat luas sebagai faktor luar individu. Bisa proximate or a contributory effect. Misalnya resesi
ekonomi, mendorong individu kehilangan pekerjaan. Akibat langsung terhadap kesehatan menyebabkan
kemarahan dan kecemasan dan mendorong respon fisik terhadap stressor. Akibat pendukung adalah kurangnya
sumber untuk makanan sehat, makanan kurang dpt menimbulkan bio-physiological impact.

Determinan sosial dan lingkungan dapat menimbulkan efek bahaya atau melindungi kesehatan. Contoh social
and environmental determinants termasuk physical environment, family, school dan lingkungan ekonomi ,
perumahan, transport dan pelayanan kesehatan maupun pelayanan kesejahteraan lainnya. Jejaring kuat social
support, misalnya menekan stress akibat kehilangan pekerjaan.

(b). Specific determinants = determinan khusus


Kejadian yang berhubungan erat dengan penyebab kondisi buruk kesehatan individu. Determinan khusus
mencakup faktor perilaku biomedical, misalnya menyupir berbahaya, merokok, tidak berolahraga dan tekanan
darah tinggi.

Determinan khusus juga memiliki pengaruh langsung atau pendukung. Contoh specific determinants mencakup
kerawanan genetik/genetic susceptibility, misalnya kegemukan, kesehatan mental, tembakau dan penggunaan
obat.

Karakteristik determinan berdasar akibatnya adalah Protective/promotive factors and hazards/risk factors.
Determinan ada yang menimbulkan akibat/efek positive atau membahayakan. Kesehatan masyarakat tertuju
meminimalisasi atau mencegah risiko penyakit dan kecelakaan, juga memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Mencakup dua hal yaitu meminimalisasi risiko kesehatan - hazards dan risk factors – dan meningkatkan
determinan yang menguntungkan kesehatan - protective dan health promoting factors.

Secara tradisional, istilah hazard in public health merujuk faktor lingkungan fisik yang merupakan faktor risiko
baik determinan biomedical dan behavioural determinants. Istilah hazard digunakan untuk determinan dengan

9
sifat mengancam kesehatan, baik determinan dari physical environment, social, biomedical atau behavioural
secara alamiah.

Protective factors mempertahankan kondisi atau status kesehatan atau mempertahankan kesejahteraan.
Misalnya imunisasi, diet sehat, kebersihan baik gigi. Contoh lain protective factor suplemen asam folat.
Promotive factors juga melindungi dengan menjalankannya dalam kehidupan misalnya physical activity, good
nutrition dan good mental health. Contoh Promotive factor adalah menyusui. Contoh promotive dan protective
factors untuk kebijakan kesehatan adalah physical activity; environmental sustainability; good mental health dan
resiliency / daya juang.

Sesekali protective/promotive factor bisa berbalik menjadi berbahaya. Misalnya makanan yang kurang atau
kurangnya olahraga adalah berbahaya, tetapi sebaliknya makanan sehat dan olahraga teratur akan melindungi
dan meningkatkan kualitas hidup. Determinan Social dan environmental dapat bersifat bahaya dan dapat jg
berakibat melindungi kesehatan. Jejaring social support, misalnya dapat mengurangi stress akibat job loss.

Konteks atau kaitan determinan


Mengisolasi determinan individu dan memahami bagaimana menyebabkan masalah sangat berguna, tapi tidak
cukup itu saja. Interaksi determinan dan bagaimana operasinya penting dalam analisis masalah dan
menghindari model yang menyederhanakan penyebab yang dapat menyederhanakan dalam solusi.
Analisis Contextual juga diperlukan bila suatu populasi lebih terkena suatu masalah dibanding populasi yang
lainnya dan memerlukan perhatian khusus atau prioritas. Identifikasi populasi prioritas dan key stakeholders
diperlukan untuk melaksanakan pemecahan masalah, agar perencanaan efektif.

Analisis menyeluruh terhadap penyebab atau determinan masalah kesehatan masyarakat mencakup Analisis
determinan yang bisa berakibat langsung atau pendukung, faktor sosial dan lingkungan bisa bersifat luas atau
spesifik. Perlu disadari bahwa hal yang berbahaya dapat berubah menjadi determinan yang berakibat positif
terhadap kesehatan. Cara determinan bekerja dalam konteks dan interaksi; dapat membuat suatu populasi lebih
terkena akibat dibandingkan populasi lainnya.
Contoh :
 Sexually transmissible disease menggambarkan analisis rinci agar diperoleh pemahaman determinan
masalah kesehatan. Determinan langsung dua hal berbahaya yaitu unsafe sex dan satu partner sudah
terinfeksi. Kedua hal berbahaya tsb tergantung contributory determinants misalnya minum alkohol (specific)
dan ketidak setaraan hubungan gender (social and environmental). Pengaturan contributory determinants
salah satu cara intervensi.
 Upaya yg dilakukan mesti mencakup penguatan protective dan promotive factors misalnya keterampilan
negosiasi safe sex dimana tergantung peningkatan individual self-esteem.

(2). Health Risks and Benefits

Determinan tidak membicarakan apakah hal tsb dibutuhkan masyarakat atau dapat tidaknya dilaksanakan.
Dalam pelaksanaannya mesti mempertimbangkan risk atau benefit berkaitan dengan masalah atau situasi yang
ada. Risiko merujuk kemungkinan bahaya yang dapat ditimbulkan terhadap kesehatan. Manfaat merujuk
kemungkinan protective/ promotive factor yang dihasilkan untuk mencapai kegiatan kesehatan positif.

Keputusan aksi tergantung fakta terkait determinan kegiatan kesehatan, menentukan aktual atau besar potensi
akibat terhadap kesehatan baik risiko maupun manfaat. Tergantung pula pada efektifitas aksi dan kapasitas
menuju aksi efektif. Hal lain termasuk kepentingan terhadap issu oleh masyarakat.
Penentuan risiko dan manfaat berhubungan dengan determinan utama yang penting untuk pengambilan
keputusan determinan mana yang akan dikendalikan.
Risiko dan manfaat dalam kesehatan ditentukan determinan yang dibedakan dalam bentuk nyata, potensi atau
dirasakan (expressed, potential or perceived). Bentuk nyata risk or benefit terlihat bila hubungan antar

10
determinan yang berkaitan dengan kegiatan kesehatan konsisten dan dapat diukur. Dengan kata lain prevalen
determinan, hal yang sering muncul apakah risiko atau manfaat.

A potential risk or benefit bila kaitan dengan kegiatan kesehatan sporadis, tidak terlaporkan atau tidak konsisten
dan determinan prevalens hanya dapat di estimasi. A perceived risk or benefit bila aksi terasa diperlukan karena
persepsi kuat dari masyarakat yang menginginkan intervensi.

(3). Public Health Action Areas and Domains

Analisis determinan individu (dan interaksinya) amat penting untuk menentukan determinan yang akan
ditanggulangi teridentifikasi dengan benar. Dalam praktek tidak realistik atau tidak efektif melakukan aksi
terhadap masing-masing determinan. Kadang diperlukan aksi untuk sekelompok determinan. Kerangka kerja
untuk sekelompok determinan disebut public health action areas.

Kemungkinan kategorisasi public health action areas, tercantum dalam tabel. Setiap action area dikarakterisasi
oleh tujuan seluruh manajemen. Ide area aksi à kombinasi pemahaman determinan dengan cara praktek terbaik
dalam pengorganisasian aksi.

 Aksi terkait dapat dikelompokkan dalam public health domains antara lain :
(a) Kesehatan Lingkungan = Environmental Health
(b) Pengendalian Penyakit = Communicable Disease
(c) Perkembangan dan Pertumbuhan Kesehatan = Healthy Growth and Development
(d) Gaya Hidup dan Kesehatan = Lifestyles and Health
(e) Kesehatan Mulut = Oral Health
(f) Pencegahan kecelakaan = Injury Prevention
(g) Penyalahgunaan = Substance Abuse
(h) Seks dan Kesehatan reproduksi = Sexual and Reproductive Health
(i) Kesehatan mental dan Kesejahteraan = Mental Health and Wellbeing

PUBLIC HEALTH DOMAINS PUBLIC HEALTH ACTION AREAS


Environmental health ◦ Water quality = kualitas air
◦ Air quality = kualitas udara
◦ Food safety and quality = keamanan dan kualitas pangan
◦ Contaminated land = tanah terkontaminasi
◦ Health aspects of waste management
◦ Vector-borne diseases = penyakit berbasis air
◦ Hazards in the built environment = bahaya dlm lingkungan
pembangunan
Communicable disease ◦ Blood-borne disease = penyakit bersumber darah
◦ Food-borne disease = penyakit berbasis makanan
◦ Water-borne disease = penyakit berbasis air
◦ Air-borne disease = penyakit berbasis udara
◦ Vector and animal-borne disease = penyakit berbasis vektor dan
binatang
◦ Microbial resistant disease = penyakit resisten mikrobial
◦ HIV/AIDS dan STDs
◦ Vaccine-preventable disease = penyakit dicegah vaksin
◦ Nosocomial infections = infeksi nosokomial
Healthy growth and development ◦ Antenatal and perinatal care

11
(focus on childhood) ◦ Care in infancy and early childhood
◦ Infant feeding
◦ Parenting effectiveness = Orang tua efektif
◦ Early life experiences = pengalaman dini hidup
Lifestyles and health (focused on ◦ Food and nutrition
health gain in the area of non- ◦ Physical activity
communicable disease - includes ◦ Tobacco control
cardiovascular disease, diabetes, ◦ Alcohol use
obesity, renal disease, cancers, ◦ Sun protection
respiratory diseases,musculo- ◦ Cancer screening and early detection
skeletal disease)

Oral health ◦ Dental caries


◦ Fluoridation
◦ Oral hygiene
Injury prevention ◦ Transport-related injury
◦ Work-related injury
◦ Fall injury among children and older people
◦ Sport and recreation-related injury
◦ Interpersonal violence, intentional injury,
◦ self-harm and firearms
◦ Consumer safety -Burns and scalds = luka
◦ bakar injury
◦ Poisoning in children
◦ Water safety
Substance abuse ◦ Hazardous and harmful = bahaya dan kerugian
◦ Alcohol consumption
◦ Opiate use and dependency
◦ Cannabis use and dependency
◦ Use of amphetamines
◦ Use of other drugs
◦ Inappropriate use of therapeutic drugs and other poisons
◦ Tobacco use
Sexual and reproductive health ◦ Contraception (with respect to teenage pregnancy, family
planning etc)
◦ Female genital mutilation
◦ Sexual health
Mental health and wellbeing ◦ Depression
(includes focus on psychosocial ◦ Suicide
factors eg social support, social ◦ Social support & social networks
capital) ◦ Building community capacity
◦ Sense of control & self efficacy
◦ Resilience

Public Health Domain

Konsep public health domain berarti pengelompokkan secara luas public health issues. Menunjukkan area luas
keuntungan kesehatan yang membutuhkan respon kesehatan masyarakat.

12
Pengelompokkan umumnya berdasarkan penyebab/etiology atau faktor lain, bersama dengan tipe respon
kesehatan masyarakat yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah. Aplikasi dalam proses perencanaan selalu
menuju domain utama, atau dalam sub kategori (action areas) dalam domain. Domain tidak selalu mutually
exclusive. Integrasi aksi antar domain mungkin dibutuhkan dalam beberapa kasus. Klasifikasi domain contoh di
atas, hanya contoh kemungkinan pendekatan.

“Settings” /tatanan juga bisa sebagai contoh domain misalnya workplace health promotion, infection control in
acute care settings, atau preventive clinical practice in primary health care, juga penting adalah public health
issues. Domain dapat dirumuskan sesuai kebutuhan tergantung konteks dalam perencanaan. Misalnya
Population groups, settings, health issues atau kombinasi dapat muncul berbeda.

(4). Public Health Interventions

Istilah intervensi merujuk kepada semua kemungkinan aksi yang dapat mengidentifikasi pemecahan issu
kesehatan. Merupakan jawaban apa yang bisa dilakukan terhadap masalah?

Dalam hal ini intervensi tidak dirumuskan dari planning perspective – diidentifikasi secara simpel sebagai
sekumpulan kemungkinan yang dipilih. Intervensi sesuatu yang dilakukan untuk hal tertentu. Intervensi perlu
spesifik, minimal rumusan kegiatan, populasi target, konteks dan cara pemberian/delivery, serta kualitas.

Intervensi mesti berdasarkan kemungkinan kejadian secara ilmiah, opini akhli dan pengalaman praktek. Dalam
memutuskan aksi thd public health issue, tipe luas intervensi diperlukan dirumuskan, pendekatan komprehensif
dalam perencanaan mesti mencakup policy dan program interventions serta infrastructure yang dibutuhkan
untuk mendukungnya.

Sepuluh (10) tipe public health intervention, yg dimungkinkan dipilih dlm disain komprehensif intervensi
(a) Public policy development = pengembangan kebijakan masyarakat
(b) Legislation and regulation = legislasi dan regulasi
(c) Resource allocation = alokasi sumber daya
(d) Engineering and technical interventions = Enginering dan teknik intervensi
(e) Incentives (financial and non-financial)
(f) Service development and delivery
(g) Education (including skills development)
(h) Communication (including social marketing)
(i) Collaboration/partnership building (community & intersectoral)
(j) Community & organisational development (including organisational policy)

Intervensi perlu didukung infrastructure. Pengambil keputusan mesti menjamin infra struktur yang dibutuhkan
teridentifikasi. Berikut daftar kapasitas yang diperlukan agar dapat melaksanakan intervensi :
(a) Identification and surveillance of determinants
(b) Information systems
(c) Workforce
(d) Research and development capacity
(e) Plant and equipment
(f) Key commodities (eg vaccines)
(g) Management infrastructure
(h) Leadership

13
(5). Portopolio Intervensi
Setiap public health action area membutuhkan pernyataan yang jelas tentang tujuan pengendalian
determinan yang akan dilakukan. Disebut management objectives. Kombinasi yang seimbang dari
kebutuhan intervensi perlu spesifik untuk merumuskan tujuan.

Pernyataan tujuan/objectives dan intervensi yang dibutuhkan untuk pelaksanaan dikenal istilah intervention
portfolio. Intervention portfolios sangat baik dikembangkan melalui proses pengambilan keputusan
kolaboratif oleh pengambil keputusan yang relevan dan pemangku kepentingan (relevant decision-makers
and stakeholders). Membutuhkan semua informasi tentang masalah kesehatan dan mengetahui intervensi
sehingga tujuan dapat dirumuskan. Nilai decision makers dan kaitan dengan aksi di tempat mana akan
dilaksanakan juga sangat penting.

Portfolios bukan strategi atau program. Merumuskan secara komprehensif, merumuskan secara luas
intervensi yang dibutuhkan dan standar untuk diimplementasikan.Porto polio adalah “building blocks” dari
strategi atau program. Pengembangan dan tinjauan national intervention portfolios, bukan hanya satu-
satunya cara untuk melaksanakan framework, merupakan hal yang kritis. National intervention portfolios
merupakan sumber informasi dasar untuk perencana kesehatan di semua tingkatan sistem. Hal ini
merupakan hal esensial untuk dikerjakan. Pembuatan secara khusus intervensi/ tailoring of these
interventions untuk keperluan tertentu merupakan tugas perencanaan strategis lokal.

Management objectives for portfolios for three public health action areas (contoh)

Vectors
• Mendeteksi dari waktu ke waktu, aktifitas virus mengenai populasi dengan bahaya terjadinya human
infection.
• Mengontrol dlm jangka panjang, populasi serangga dan binatang yang menimbulkan bahaya untuk
penyakit pada manusia.
• Melindungi manusia dari infeksi selama periode aktifitas virus.
• Mengontrol kendaraan yang memasukkan virus dan trabsfer vektor antar region.

Drinking Water
• Memberikan akses dan kesinambungan suplai air untuk kebutuhan personal.
• melindungi suplai air untuk manusia dari toxins, xenobiotics, dan microbial contamination.
• Mencapai tingkat kimia dan mikroba dalam air untuk dikonsumsi manusia sesuai ketentuan dan
pedoman.
• Mencapai tingkat konfidensi masyarakat dalam keamanan suplai air,

Waste = sampah , limbah


• Menurunkan kontaminasi lingkungan manusia oleh sampah manusia.
• Menurunkan bahaya physical, chemical, radiation dan microbial dalam sampah yang dihasilkan
kegiatan manusia.
• Melindungi manusia dari keterpaparan bahaya sampah yang dihasilkan kegiatan manusia.

National intervention portfolios harus berfungsi dalam perumusan praktek terbaik, mencakup fakta dan opini
untuk mendukung perencanaan lokal dan membantu mempromosikan konsistensi upaya kesehatan masyarakat.
Konsep portfolios adalah flexible yang dapat digunakan di tingkatan berbeda - national, provinsi dan kab/kota
dst. Pandangan dan isi tiap tingkatan bisa berbeda, di tingkat nasional mesti menggambarkan pengorganisasian
public health action areas dan dirumuskan dalam intervensi secara luas. National portfolios juga
menggambarkan peran tiap tingkatan sistem portfolio implementation.

14
Local Portfolios
Menjelaskan intervensi national portfolios tetapi diadaptasi sesuai kebutuhan dan disesuaikan kondisi lokal.
Penentuan local context dan the input of local experts and stakeholders merupakan hal kritis dalam mencapai
kombinasi porfolio yang memadai.

Misalnya national portfolio identifikasi “quit smoking education” dan dirumuskan spesifik tujuan dan materi yang
perlu dicakup. Selanjutnya di tingkat lokal dirumuskan intervensi sesuai sasaran secara khusus. Di tingkat lokal
pendekatan portfolio mesti memberikan proses berguna untuk memutuskan distribusi terbaik antar area berbeda
sesuai dengan area geografis maupun populasi. Juga memberikan metode untuk me-review apa yang sdudah
dikerjakan sekarang.

Contoh : Domain: Communicable Disease Action Area:Vaccine preventable disease


 Pengawasan vaksin pencegah penyakit selalu difikirkan sebagai intervensi tunggal yaitu vaccination.
Padahal agar program efektif untuk mengontrol vaccine-preventable disease mesti tercakup kegiatan :
(a) Pelayanan vaksinasi atau pelayanan ;
(b) Social marketing untuk mempromosikan penerimaan dan peningkatan vaccinations;
(c) Health promotion di tatanan klinis untuk menentukan, promosi dan pencatatan vaksinasi individual;
(d) Analisis untuk identifikasi target populasi;
(e) Evaluasi kinerja;
(f) Suplai vaksin dan pembagian infra struktur;
(g) Pengembangan public policy dan legislation.
 Pencapaian kinerja intervensi dan ketersediaan infra struktur diperlukan untuk mencapai portfolio objective
vaksin untuk meningkatkan imunitas.

(6). Custodianship - Managing Portfolios

Meliputi peran “caretaking” atau “guardian” dalam melaksanakan framework dan developing a portfolio untuk
public health action area utama. Custodianship dapat dilaksanakan di berbagai tingkatan system - national,
state and local. Berguna untuk investigasi lebih luas.

Custodianshipdi tingkat nasional berperan :


 Bertanggung jawab untuk pooling, analysing, dan reviewing information on a public health action area.
Custodianship of national portfolios by appropriate dapat dirumuskan secara bersama ke dalam payung
National Public Health Partnership.
 Memberikan instrumen manajemen menyeluruh dan kendaraan komunikasi diantara area kesehatan
masyarakat. Keputusan pengawasan sesuai untuk area utama tergantung issu dan kelompok yang sudah
melaksanakan tanggung jawab tsb sekarang.
 Ada sejumlah komite dan forum untuk melaksanakan issu kesehatan utama atau bertanggung-jawab dalam
strategi bagi kelompok populasi khusus. Perannya bisa bervariasi. Custodianship mendorong konsistensi
dalam pertanggung- jawaban diantara kelompok yang berbeda.

Peran Pembina terhadap public health domain or a set of action areas mencakup :
 Analisis dan evaluasi risiko serta manfaat terkait determinan kunci.
 Identifikasi populasi prioritas dan mitra kolaborasi
 Merekomendasi tujuan manajemen risiko dan manfaat
 Menentukan pilihan intervensi dan kombinasi intervensi yang sesuai
 Merekomendasi investment portfolios yang ideal dan spesifikasi intervensi kunci
 Memberikan masukan pemberian mekanisme dan dukungan infra stuktur
 Memberikan masukan mekanisme monitoring yang sesuai dan pengukuran kinerja program
 Mengembangkan mekanisme review yang sistematik tentang fakta baru dan informasi serta pengetahuan
baru ke dalam praktek

15
 Melaporkan kinerja yang efisien dan berkualitas serta outcome program. Manajemen tugas pembina bukan
menambah atau duplikasi dengan komite nasional. Tetapi mendorong semua kelompok untuk
mengembangkan praktek manajemen terbaik.

3). PENTINGNYA PERENCANAAN KESEHATAN, ISSU DAN PERSIAPAN PERENCANAAN

Pentingnya Perencanaan :
(a) Menerjemahkan rumusan kebijakan baru kesehatan ke dalam plan of action.
(b) Menerjemahkan master plan misalnya rencana nasional ke rencana kab/kota.
(c) Re-planning atas dasar rencana yg ada saat ini, bertujuan review masalah kesehatan saat ini, kebutuhan
dan menyusun pelayanan yg lebih efektif efisien.
(d) Adanya emergensi masalah kesehatan baru mis. AIDS dan Ebola, atau re- emergence/resurgence maslaah
kesehatan yg sudah diketahui mis. tuberculosis dan malaria, yg membutuhkan strategi atau program
khusus.
(e) Menemukan standar yg diperlukan dan merumuskannya ke dalam sejumlah tujuan khusus = objectives.
(f) Mengekonomiskan sumber yg tersedia.
(g) Mendorong koordinasi upaya dan aksi.

Issu penting perencanaan


(a) Gunakan data lokal (kabupaten)
(b) Informasi masyarakat
(c) Informasi dan data riset lokal
(d) Pelayanan esensial
(e) Delegasi perencanaan dan implementasi
(f) Kemitraa masyarakat = Community partnership
(g) Efektifitas biaya = Cost-effectiveness
(h) Akuntabilitas = Accountability

Kegiatan penting dalam persiapan perencanaan :


(a) Menentukan kapan perencanaan akan disusun.
(b) Identifikasi petugas yang penting untuk mengerjakan perencanaan.
(c) Menentukan biaya yang dibutuhkan untuk perencanaan dan membandingkan dengan yang tersedia dalam
perencanaan tahunan saat ini.
(d) Menentukan kerangka waktu untuk perencanaan.
(e) Menentukan tugas khusus dan tanggung- jawab setiap anggota tim perencanaan.
(f) Mengembangkan metode evaluasi proses perencanaan dan output (biasa disebut indikator)
(g) Menyiapkan dana untuk kegiatan perencanaan dan menyiapkan logistik :
(h) Menginformasikan kpd anggota tim tentang waktu perencanaan
(i) Meminta izin kepada atasannya
(j) Menyiapkan transpor
(k) Menyiapkan alat tulis dan perlengkapan (komputer, LCD, OHP, dsb.)
(l) Mengumpulkan dokumen untuk review (ternasuk update profil kesehatan kab/kota)

4). TAHAPAN PERENCANAAN


Menurut berbagai versi :
(a) Planning and Implementation of District Health Services – WHO (2004)
(b) Perencanaan Tahunan Pembangunan Kesehatan (RTPK)
(c) A Planning Framework for Public Health Practice – National Public Health Partnership (2000)
(d) Langkah Perencanaan (Gabungan berbagai pendekatan)
(a) Planning and Implementation of District Health Services – WHO (2004)

16
i. Situation analysis
ii. Problem prioritization and analysis
iii. Setting objectives and targets
iv. Formulating interventions
v. Determining resource allocation
vi. Preparing action plan and budget
vii. Monitoring and evaluation

(b) Perencanaan Tahunan Pembangunan Kesehatan (RTPK)


i. Analisis Situasi
ii. Identifikasi Masalah
iii. Penentuan Prioritas Masalah
iv. Analisis Penyebab Masalah
v. Penetapan Tujuan, Indikator dan Target
vi. Penentuan Program dan Kegiatan

(c) A Planning Framework for Public Health Practice – National Public Health Partnership (2000)
i. Identifikasi determinan
ii. Menentukan risiko dan manfaat
iii. Merumuskan pilihan intervensi
iv. Menentukan portfolios
v. Implementasi
vi. Review

(d) Langkah Perencanaan (Gabungan berbagai pendekatan)


i. Analisis Situasi, Identifikasi Masalah
ii. Prioritas Masalah dan Analisis Masalah
iii. Penentuan Tujuan Umum, Tujuan Khusus, Target dan Strategi
iv. Penentuan Program, Kegiatan
v. Penentuan Sumber Daya, Biaya dan Penyusunan Rencana Operasional Kegiatan
vi. Integrasi Kegiatan dan Biaya
vii. Rencana Monitoring dan Evaluasi

3. TUGAS PENDAHULUAN

Belum ada tugas pendahuluan

4. TUGAS PRAKTIKUM

Mahasiswa ditugaskan :
1) Mencari lokasi atau data untuk praktikum. Menentukan institusi yang akan dijadikan latihan dalam
perencanaan dan evaluasi kesehatan (bisa berdasarkan lingkup/jenis pelayanan, tingkat Pelayanan).
2) Melakukan observasi pendahuluan ke institusi tersebut, mengumpulkan dokumen program / kegiatan di
institusi tersebut termasuk kegiatan yang dilaksanakan (kalau mungkin di-copy). Data tersebut akan
menjadi data dasar pelaksanaan praktikum. Bila data diambil dari internet, maka data ditelaah
kelengkapannya.
3) Hasil observasi dibawa dan menjadi tugas pendahuluan pada modul 2.
4). Membaca dan menyajikan ringkasan landasan teori modul 2 (maksimal 15 slide) pada perkuliahan
selanjutnya.

17
5. REFERENCE

 Departemen Kesehatan, Perencanaan Tahunan Pembangunan Kesehatan (RTPK)


 Departemen Kesehatan dan Universitas Indonesia, Perencanaan Pembangunan Kesehatan Terpadu (P2KT)
 National Public Health Partnership (2000), A Planning Framework for Public Health Practice.
 WHO (2004), Planning and Implementation of District Health Services.

18
MODUL 2
KONSEP PERENCANAAN KESEHATAN (Lanjutan)

1. TUJUAN

Mahasiswa mampu menjelaskan :


1). Perlunya data dalam perencanaan kesehatan, profil kesehatan, pemanfaatan data dan temuan riset untuk
pengambilan keputusan
2). Paket Esensial Kesehatan
3). Kesiagaan bencana

2. LANDASAN TEORI

Dalam landasan teori ini dibahas mengenai :


1). Perlunya data dalam perencanaan kesehatan, profil kesehatan, pemanfaatan data dan temuan riset untuk
pengambilan keputusan
2). Paket Esensial Kesehatan
3). Kesiagaan bencana

URAIAN LANDASAN TEORI

1). PERLUNYA DATA DLM PERENCANAAN KESEHATAN, PROFIL KESEHATAN, PEMANFAATAN DATA DAN
TEMUAN RISET UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PERLUNYA DATA DALAM PERENCANAAN KESEHATAN


Kesehatan adalah hak setiap individu, hak setiap warga Negara; maka para politisi dan petugas kesehatan di
berbagai tingkatan mendorong semua orang mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya sehingga dapat
berpartisipasi aktif dalam kehidupan sosial ekonomi dalam masyarakat.

Riset dapat memberi kontribusi terhadap kesehatan dengan memberikan pengetahuan penyebab penyakit dan
pengembangan teknologi pengobatan dan peningkatan kesehatan.

Pertanyaan mendasar kebutuhan informasi para pengambil kebijakan adalah :


• Apa kebutuhan kesehatan (kelompok yang berbeda) dari masyarakat?
• Seberapa jauh perluasan intervensi kesehatan dibutuhkan agar memenuhi kebutuhan tsb ?
• Apakah dapat mencakup lebih banyak kebutuhan, lebih banyak masyarakat, dengan cara yang lebih cost-
efektif ?

Manfaat Profil Kesehatan


Memberikan informasi tentang kab/kota secara terorganisasi dalam satu dokumen dan membantu untuk
mengangkat dan mentafsirkan gambaran penting kab/kota. Mengingat pentingnya Profil Kesehatan Kab/Kota,
maka harus di update rutin dan sebelum penyusunan perencanaan.

Profil Kesehatan Kabupaten / Kota mencakup informasi dan data tentang :


1) Gambaran geografis;
2) Kegiatan ekonomi termasuk produksi makanan;
3) Literasi rate = Literacy rates;
4) Data demografis (total populasi, wanita usia subur, anak usia dibawah satu tahun dan lima tahun,
population growth rate, crude birth rate, crude death rate, infant mortality rate, under-five mortality rate,
maternal mortality rate, etc.);
5) Data epidemilogis (10 penyebab penyakit dan kematian) dari pasien rawat jalan dan rawat inap.

19
6) Ketersediaan dan penggunaan pelayanan kesehatan (patient bed ratio, bed occupancy, etc.) ;
7) Akses air bersih dan fasilitas sanitasi;
8) Data sumber daya kesehatan (human, material, financial) termasuk distribusi dan gap – nya;
9) Infrastuktur fisik kesehatan, misalnya bangunan
10) Status kesehatan utama dan masalah pelayanan dg prioritasnya;
11) Keanggotaan Dewan Kesehatan Kabupaten dan komite fasilitas;
12) Fasilitas komunikasi (transport, telephone, radio, jalan);
13) Peta kab/kota dg detil yg dibutuhkan, termasuk pembagian wilayah, jalan, fasilitas kesehatan dsb;
14) Mitra kunci utama dlm kes kab/kota, mis. NGOs, swasta (for profit dan non-profit) masyarakat;
15) Peralatan kesehatan;
16) Institusi pelatihan yg tersedia dan sumber daya pelatihan;
17) Ketersediaan dan berfungsinya komite kesehatan;

Sumber Data Penyusunan Profil Kesehatan


1) Health Management Information System (HMIS) dan Health Statistics Abstracts atau catatan di fasilitas
kesehatan.
2) Laporan Survey dan research.
3) Rencana dan laporan proyek atau program.
4) Catatan Vital statistics.
5) Sensus
6) Laporan Tahunan kab / Kota dan Laporan Keuangan
7) Kebutuhan yg dirasakan masyarakat - Community felt needs (hal2 yg dikemukakan masyarakat atau
pemimpin masyarakat ttg perasaan, kebutuhan dan prioritasnya)
8) Pengalaman para petugas kesehatan.
9) Hasil asesmen operasional sistem kesehatan di kab / kota.
10) Sumber informasi lain yg relevan dan tersedia.

2). PAKET ESENSIAL KESEHATAN

a) Definisi

Salah satu pilar reformasi sektor kesehatan adalah konsep cost-effective and quality essential health care
packages. Riset dan analisis dibutuhkan untuk menentukan isi paket esensial kesehatan. Tim manajemen mesti
memiliki sekurangnya pemahaman dasar rasional dlm pengembangan paket esensial untuk mendorong
implementasinya.

Paket Pelayanan Kesehatan Esensial (An essential health care package) mencakup intervensi kesehatan
(promotive, preventive, curative dan rehabilitative) termasuk input yg dibutuhkan, dipilih berdasarkan
kemampuan untuk memperoleh dampak terbesar dalam reduksi beban penyakit di berbagai level dalam negara.

Intervensi dipilih setelah mempertimbangkan berbagai issu misalnya cost-effectiveness dan keadilan untuk di
akses. Paket akan berbeda antar negara, tergantung prioritas masalah kesehatan di negara tsb dan situasi
ekonomi.

b) Apa yg mesti masuk dalam paket

Kab/Kota mesti mengacu kepada kebijakan Kementerian Kesehatan. Paket mesti terdiri dari intervensi yang
cost-effective, bersama dengan ketersediaan input dan dukungan manajemen.

20
Paket bisa terdiri intervensi yang tidak perlu di-negosiasikan lagi karena merupakan keharusn strategi regional
maupun global dalam pengendalian penyakit global, mis eradikasi polio, imunisasi tetanus.

c) Penentuan paket

Ada dua metodologi untuk menentukan isi paket kesehatan :


 METODE ANALISIS BIAYA – THE COST-ANALYSIS METHODOLOGY;
 METODE DALY – THE DALY METHODOLOGY.

METODE ANALISIS BIAYA – the cost-analysis methodology;

 Menggunakan data pelayanan kesehatan – health services data dilengkapi data dari masyarakat –
community-based data tentang morbidity dan mortality rates untuk menentukan penyebab terbesar
kematian dan kesakitan di bbg tingkatan di kabupaten. Masalah yg ditemukan, masuk kedalam paket
kesehatan

Menentukan biaya setiap kegiatan :


i. Pertama, mengklasfikasikan dan mengkuantifikasi kebutuhan input setiap kegiatan kedalam jumlah
uang dan pengeluaran yg berulang. Tercantum dalam tabel berikut.
ii. Kedua, menentukan unit cost (satuan biaya) setiap input berdasarkan pilihan yg bervariasi / berbeda yg
tersedia. Biaya digunakan untuk menghasilkan pelayanan kesehatan atau paket pelayanan kesehatan
iii. Ketiga, menentukan biaya tahunan setiap kategori input. Lihat tabel berikut.

Contoh : Klasifikasi Biaya menurut INPUTS

Input Kuantitas Satuan Biaya Total Biaya


Modal :
 Kendaraan
 Peralatan
 Bangunan
 Pelatihan yg dilakukan
skali/sgt jarang
 Mobilisasi sosial yg dilakukan
1 kali / sgt jarang

Recurrent/Variabel
• Biaya personal
• Bahan
• Operasional kendaraan
• Operasi bangunan /
pemeliharaan
• Pelatihan singkat
• Mobilisasi sosial
• Dll. Biaya operasional

Tim 21bisa tahu besaran tiap input dibandingkan biaya total dan membantu identifikasi kapan memotong biaya
untuk efisiensi dalam implementasi paket kesehatan. Dengan menentukan biaya tahunan setiap kategori input,
tim dapat menentukan biaya total.
Lihat tabel berikut.

Tabel : Rincian Biaya dirinci Menurut kategori input

21
Kategori Input Biaya Tahunan (Rp.) % dari Total Biaya
Modal :
Kendaraan 5.000.000 10
Peralatan 5.000.000 10
Bangunan 5.000.000 10
Pelatihan 0
Jumlah Biaya Modal 15.000.000 30
Recurrent = Variabel
Personal 20.000.000 40
Bahan 5.000.000 10
Operasional kendaraan 5.000.000 10
Operasional bangunan 1.000.000 2
Pelatihan 4.000.000 8
Jumlah Biaya Variabel 35.000.000 70
Jumlah Biaya Total 50.000.000 100

o Ketika menghitung biaya per-kegiatan perlu dicari alasan dan cara akurat membagi biaya antar sumber
diantara program (alokasi biaya)
o Berbagai parameter digunakan dalam menentukan biaya. Contoh tercantum dalam tabel berikut.

Penentuan Pembagian Biaya


Input Parameter Penentuan Biaya
Kendaraan Jarak perjalanan, waktu penggunaan
Peralatan Waktu penggunaan
Bangunan Waktu penggunaan, luas penggunaan
Personal Waktu kerja
Bahan Berat dan volume
Operasional Kendaraan Jarak perjalanan, waktu penggunaan
Operasional dan Pemeliharaan Waktu penggunaan, luas penggunaan
Bangunan
Lain-lain Input Makan, minum dsb.
Pengukuran Efektifitas

22
Informasi biaya digunakan menentukan efisiensi tiap kegiatan atau intervensi dalam paket kesehatan esensial
dengan mempertimbangkan pula outcomes, outputs, hasil dan dampak yg bisa dicapai. Efektifitas diukur dg
mengukur luasnya tujuan yg dapat direalisasikan atau dicapai.

Semua program pelayanan kesehatan dasar bertujuan meningkatkan status kesehatan masyarakat yg dilayani,
misalnya reduksi penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi atau menurunkan kematian maternal.
Efisiensi tiap intervensi = Cost Effectiveness. Misalnya = Cost Jumlah Kehidupan dipelihara

Program kesehatan atau unit pelayanan kes lebih efisien bila memberikan lebih banyak manfaat dg
menggunakan sumber daya yg disediakan.

Memilih Indikator Efektifitas


Perlu memilih indikator yang dibandingkan secara fair dengan kegiatan yang diperbandingkan. Perlu indikator
yang bernilai menunjukkan perbedaan antar alternatif kegiatan yang diperbandingkan.

Misalnya : tidak dapat dpt membandingkan dokter di rumahsakit dengan penolong persalinan di desa dengan
menggunkan jumlah kelahiran. Dokter mesti dibandingkan dengan dokter lain yang mirip tempat kerjanya dan
kriterianya. Sedangkan penolong persalinan di desa dibandingkan dg penolong persalinan di desa lainnya. Juga
dapat mengukur health outcomes untuk masalah kesehatan yang sama di puskesmas berbeda.

Indikator efektifitas hrs merefleksikan outcome yg menarik dlm kegiatan tsb. Intervensi dg efektifitas besar
adalah yg terlihat (yg mungkin bisa saja lebih mahal)

Efektifitas Data Lokasi


Pengukuran efektifitas bisa dilakukan dengan menggunakan sistem pencatatan informasi kesehatan yang ada
saat ini. Bila tidak memadai karena sistem pencatatan kurang baik, bisa mengumpulkan data dengan riset dalam
waktu dan sumber daya yang ada.

Sumber dan Tipe Data


 Catatan rawat jalan di puskesmas atau rumah sakit.
 Catatan rawat inap di rumah sakit
 Data laboratorium ttg diagnosis bbrp kondisi penyakit, misalnya informasi malaria dari hasil riset.
 Catatan di masyarakat
 Surveys.
 Catatan sektor lain

Melaksanakan Pengukuran Efektifitas


Pengukuran mesti kuantitatif. Misalnya : 800 kunjungan dilaksanakan, 1200 anak di vaksinasi. Hal ini dapat
menunjukkan efektifitas melalui proporsi , mis % anak yg divaksinasi. Perlu difikirkan menggunakan % dapat
menimbulkan masalah ketika dihubungkan dengan biaya.

Menentukan Cost Efektiveness


Analisis Cost-effectiveness suatu teknik yang dapat digunakan untuki :
o Membantu pengambilan keputusan.
o Identifikasi area program yg efektif dan yg tidak.
o Merencanakan paket kesehatan lebih baik.

Determinan Cost Efectiveness

23
Cost-effectiveness analysis mencakup :
 Mengukur keuntungan (effectiveness)
 Sumber input yang dibutuhkan (costs) dari alternatif cara dalam mencapai tujuan spesifik

Tahapan Cost-effectiveness analysis

i. Identifikasi tujuan setiap paket intervensi


ii. Identifikasi kemungkinan cara mencapai tujuan.
iii. Identifikasi dan mengukur biaya setiap pilihan alternatif.
iv. Identifikasi dan mengukur efektifitas tiap pilihan alternatif
v. Menghitung cost-effectiveness tiap pilihan dan membandingkan hasil

Penjelasan tahapan :

i. Identifikasi tujuan setiap paket intervensi


Alasan dilakukan analisis misalnya identifikasi masalah dalam implementasi rendahnya cakupan imunisasi.
Tujuan program dalam situasi tsb, meningkatkan cakupan imunisasi.

Tujuan yang baik dirumuskan atas dasar rumusan masalah yang didefinisikan dengan baik. Rumusan tujuan
yang tepat memudahkan analisis cost- effectiveness karena biaya dan efek dapat dirumuskan lebih jelas dan
memudahkan pengukuran.

ii. Identifikasi kemungkinan cara mencapai tujuan.


Untuk analisis cost-effectiveness, diperlukan identifikasi minimum dua pilihan cara mencapai tujuan dan
membandingkan biaya tiap kegiatan. Misalnya membandingkan biaya menggunakan dua obat dalam kondisi
yang sama.

iii. Identifikasi dan mengukur biaya setiap pilihan alternatif.


Sumber daya yang memerlukan biaya perlu dipertanggungjawabkan menghasilkan efek yang akan diukur.
Pengukuran biaya perlu menyeluruh. Termasuk semua input yang dipakai. Donasi dan pembayaran sumber
daya mesti masuk. Pastikan pengukuran biaya dan efektif dilakukan pada periode waktu sama.

iv. Identifikasi dan mengukur efektifitas tiap pilihan alternatif


Gunakan metode yg telah dijelaskan

v. Menghitung cost-effectiveness tiap pilihan dan membandingkan hasil


Menghitung cost-effectiveness ratio tiap pilihan dengan membagi biaya / nilai efek. Pastikan efek yang diukur
adalah yang dihasilkan dengan menggunakan input yang biayanya ditentukan.

Cost-effectiveness: Cost / Numerical Value of Effect. Rasio dibandingkan untuk menentukan pilihan dengan
cost-effective terbaik yaitu biaya terendah dari per unit pencapaian.

Lakukan tindak lanjut dan temukan mana pilihan yang paling dapat dipertanggungjawabkan à membantu
meningkatkan disain program atau dlm implemntasi kegiatan. Misalnya : Bila ditemukan suatu puskesmas
lebih efisien dari puskesmas lainnya, carilah alasan dan lakukan tindakan lanjutan. Mungkin perlu pelatihan
staf puskesmas atau mungkin terjadi pemborosan

d) Tahapan pemilihan intervensi cost efektif

24
Dalam menentukan paket cost effektif, hal berikut perlu dipertimbangkan :
 Fakta bahwa sumber daya terbatas à digunakan efisien.
 Maksimalkan penggunaan sumber daya untuk mengatasi penyebab kematian dan memperoleh lebih lama
masa produktif dalam kehidupan
 Sebagian besar kondisi kesehatan perlu di intervensi pada tahap awal di pelayanan kes dasar agar dapat
menekan biaya.
 Pelayanan kesehatan rujukan hanya melaksanakan intervensi cost-effective yg tdk dapat di tkt dasar (kasus
rujukan) dan kondisi penyakit komplikasi.
 Intervensi yg masuk sbg paket kesehatan esensial diseleksi dg pertimbangan intervensi tsb. Berkontribusi
dlm memecahkan beban penyakit yg ditangani pemerintah.
 Intervensi selalu dipertanyakan cost-effective nya.

Menentukan intervensi cost efektif


 Penentuan rata-rata biaya penyembuhan penyakit utama (rata2 biaya/per-orang/tahun). Termasuk
didalamnya biaya personal petugas, obat dan bahan lainnya, per diem, operasional dan pemeliharaan
peralatan, promosi, air dan listrik.
 Penentuan kebutuhan biaya (rata-rata biaya x jumlah orang mendapat pelayanan dg menggunakan
intervensi yg sama)

Langkah Menentukan Intervensi Cost Efektif


i. Penentuan efficacy of the intervention = kemanjuran intervensi (dalam batas intervensi bekerja dalam
kondisi ideal
ii. Penentuan kualitas intervensi yg diimplementasikan (masuk dlm faktor pertimbangan à kepatuhan
pasien, akurasi diagnostik, kepatuhan petugas)
iii. Penentuan efektifitas intervensi (efficacy x quality) = (kemanjuran x kualitas)
iv. Penentuan potensial DALYs yg dipelihara intervensi. (Effectiveness intervensi x total DALYs yg hilang
akibat masalah penyakit)
v. Penentuan biaya per disability adjusted life year saved = biaya per-tahun potential DALYs saved.
vi. Biaya intervensi (biaya per-tahun untuk populasi satu kabupaten atau negara) tergantung jumlah
penduduk masing2.

Contoh MENENTUKAN INTERVENSI COST-EFFECTIVE

intervention (B) LEBIH cost-effective daripada intervention (A).

PARAMETER INTERVENSI A INTERVENSI B


DALYs lost per tahun untuk TB 105,232.00 105,232.00
Resimen Pengobatan 2 bln ranap + 4 bln rajal 3 minggu ranap + 5,25 bln rajal
Rata-rata biaya pengobatan per kasus 381 .000 287.000
Target / tahun (jumlah perlu pengobatan 25.000 25.000
per-tahun)
Biaya pengobatan per-tahun 25.000 9.539.000 7.195.000
orang
Kemanjuran pengobatan 80 % 80 %
Kualitas 60 % 52 %

25
Efektifitas intervensi (kemanjuran x 48 % 42 %
kualitas)
Potensial DALYs save (efektifitas x 50,511 43,777
DALYs lost)
Biaya per DALYs saved (biaya per 188.000 164.000
tahun/potensial DALYs saved)

PENENTUAN PAKET ESENSIAL MENGGUNAKAN DALYs

DALY singkatan dari Disability Adjusted Life Year. DALY metode yg digunakan mengukur beban setiap penyakit
atau kondisi dlm istilah kehilangan waktu hidup akibat kematian atau kecacatan (lifetime lost due to death and
disability).

Proses yang mesti dipertimbangkan dalam menggunakan DALYs :


Satu DALY à satu tahun kehidupan sehat (healthty life) yang hilang. DALYs lost suatu penyakit tidak hanya
disebabkan satu penyebab, DALYs lost terdiri berbagai hal yg diakibatkan kematian dan akibat kecacatan.

Menentukan Beban Suatu Penyakit (burden of a disease)

Untuk menghitung total DALYs kondisi masyarakat, tahun kehidupan yang hilang dan tahun hidup dengan
kecacatan dikenal dengan severity dan duration dari kondisi mesti diestimasi kemudian dijumlahkan. DALYs
menghitung kehilangan tahun hidup saat ini bernilai lebih tinggi daripada kehidupan sehat di masa yad. Nilai
kehidupan sehat bergarga lebih tinggi di masa muda dibandingkan awal kehidupan dan akhir kehidupan.
Informasi morbidity dan mortality tiap penyakit diperoleh melalui data fasilitas kesehatan didukung community-
based data.

Atas dasar informasi, DALYs lost tiap penyakit dihitung atas prinsip :

DALYs lost satu penyakit bisa merupakan jumlah sesuatu yang hilang karena kematian dan kecacatan.

Untuk menentukan DALYs lost sebagai akibat kematian, perlu diketahui jumlah orang meninggal karena
penyakit utama. Contoh :
o Penyakit malaria di suatu kabupaten dirinci atas kelompok umur dan jenis kelamin.
o Lihat di tabel berikut brp DALY lost untuk penyakit utama ini dan kalikan dg jumlah total kematian dlm
kelompok umur utama untuk mendapat DALYs lost kematian dlm klp umur tsb.
o Lakukan penghitungan serupa untuk klp umur lainnya untuk penyakit yg sama dan jumlahkan untuk
mendapat total DALYs lost akibat kematian penyakit ini.

Tahap selanjutnya menghitung DALYs lost dari penyakit yg sama akibat kecacatan.
Diperlukan informasi tentang ttg : tingkat kecacatan akibat penyakit, durasi kecacatan, umur mulai cacat dan
jenis kelamin yang terkena.
Ambil nilai DALY lost untuk kelompok umur dan jenis kelamin, kalikan dengan tingkat kecacatan (lihat tabel
berikut), kalikan dengan jumlah kasus kesakitan yang mengenai kelompok umur kalikan dengan durasi
kecacatan.

Hal yg sama lakukan untuk menghitung kesakitan penyakit yang sama pada kelompok umur berbeda,
kemudian jumlahkan untuk mendapat total DALYs lost untuk penyakit sebagai hasil dari morbidity penyakit ini.

26
DALYs lost penyakit tertentu adalah jumlah DALYs lost akibat kondisi penyakit yaitu kematian dan kecacatan.

3). KESIAGAAN BENCANA

a) Fakta bencana

Bencana (Disasters) à kejadian destruktif yang menakutkan. Bencana alam disebabkan gempa, banjir, angin
taofan, kemarau, epidemi, dll. Bencana dibuat manusia disebabkan perang, terorisme, kecelakaan pesawat
terbang. Tidak jelas perbedaan bencana alam dan bencana dibuat manusia. Mengalami tekanan bencana dapat
merupakan pengalaman menakutkan selama hidup.

Memikirkan bencana dan akibat kematian serta destruksi sesuatu yang sulit. Namun kita perlu melakukan
persiapan. Ketika masyarakat melakukan persiapan baik menghadapi bencana, kematian dalam jumlah besar
dan efek jangka panjang dapat dihindarkan atau setidaknya diminimalisir. Kesiapan dan manajemen bencana
mencakup koordinasi upaya berbagai sektor dan disiplin. Perlu dirumuskan peran dan penyiapan kontribusi
masing2.

Sebagian orang atau masyarakat sangat rawan dlm kehidupan se-hari harinya dan juga serius terkena bencana
tiba-tiba misalnya banjir dan terkena bencana secara lambat contohnya kelaparan. Masyarakat terkena bencana
adalah jauh dari apatis dan ketidakmampuan. Masyarakat selalu memberi respon pertama dan memiliki banyak
kekuatan yang perlu mendapat dukungan.

Tim kerja akan efisien dalam mengatasi bencana, bila tim terlatih kesiapan bencana. Ketaatan yang kuat
terhadap tanda yang dibuat di area rawan gempa, secara signifikan dapat menekan kehilangan kehidupan
ketika terjadi gempa. Erosi tanah dan tanah tandus terjadi akibat pengelolaan salah manusia terhadap
lingkungan. Situasi mendadak pada umumnya, terjadi sebelum sistem berjalan, banyak bantuan datang yang
sebenarnya tidak diperlukan dan obat kadaluarsa. Dampak bencana besar biasanya dirasakan beberapa tahun.

b). Persiapan bencana nasional – internasional

Untuk bencana yang besar dan luas yang dapat diprediksi, membutuhkan “early warning systems” dengan
teknologi tinggi yang mahal dan kolaborasi international.

Membutuhkan kesiapan masyarakat internasional dan pemerintah nasional. Kemarau, angin topan tropis, erupsi
gunung berapi biasanya dapat diprediksi menggunakan tekonologi tinggi. Sistem pengamatan bumi dilakukan
berbagai satelit yang dilakukan secara detil. WHO berkolaborasi dengan the United Nations High Commissioner
untuk pengungsi dan organisasi- organisasi lainnya mengembangkan emergency kit dengan obat dan bahan
medik untuk memenuhi kebutuhan 10.000 orang.

Kesiapan International mesti didukung Kesiapan Nasional, yaitu :


 Kebijakan kesehatan nasional mencakup implementasi kesiapan bencana dan pengurangan bencana.
 Petugas yg tergabung di kementerian kesehatan mesti melakukan promosi, pengembangan dan koordinasi
kesiapan disaster.
 Kegiatan kesiapan emergensi dikoordinasikan sektor kesehatan, pertahanan sipil, kementerian kunci
lainnya, serta agensi internasional di negara tsb.
 Rencana operasional nasional untuk respon kesehatan emergensi alam amupun buatan manusia.
 Rencana manajemen bencana alam masal tingkat nasional dan tingkat rumah sakit.
 Identifikasi area rawan bencana, kelompok dan musim risiko tinggi.
 Early warning dan sistem surveillance serta laboratorium rujukan nasional.

27
 Pelayanan kesehatan lingkungan menyiapkan respon emergensi dan bencana.
 Fasilitas dan area aman direncanakan sebagai tempat penampungan sementara dalam keadaan bencana.
 Ketentuan dibuat untuk pelayanan kesehatan, petugas pelaksna, bahan2, air dan sanitasi dlm kondisi
bencana.
 Kegiatan pelatihan untuk kesiapan bencana.
 Pusat komunikasi yang terorganisir di kemenkes, biaya emergensi dan penyiapan transportasi emergensi.
 Memperbaharui inventories tentang sumber daya, obat, kendaraan, dan sumber lain yang potensial
diperlukan.
 Kesempatan test efektifitas rencana emergensi melalui latihan dan latihan keterampilan.

c). Kegiatan saat terjadi bencana

Apa yg mesti dikerjakan di Kab dan fasilitas Kesehatan dlm Kondisi Bencana
Masyarakat nasional dan internasional mungkin membantu, tetapi reduksi terbesar akibat bencana diharapkan
dari kesiapan lokal. Kesiapan terbaik terdiri hubungan kerja saat ini, kemitraan dan jejaring komunikasi.

Kesiapan Khusus Mengukur :


 Identifikasi contact person dan contact network: kemantapan tinggi dan komunikasi reguler tertulis siapa yg
dikontak saat emergensi. Rantai kontak yg luas dari masyarakat ke tingkat kab dan sebaliknya. Untuk
kesiapan kasus banyak di RS, akhli anestesi memperoleh latihan khusus mengatasi banyak kasus.
 Identifikasi saluran komunikasi di kab. Apakah ada radio lokal ?
 Identifikasi masyarakat dan area rawan.
 Membuat rencana kesiapan bencana.
 Ketahui situasi transport di kab. Dimana kendaraan, siapa punya, bgmn persetujuan dlm kasus emergensi.
 Memiliki stock obat emergensi.
 Pelatihan petugas kesehatan dlm monitoring dan early reporting dugaan epidemi, termasuk meningococcal
meningitis, cholera, pes, dsb.
 Pelatihan anggota masyarakat dlm prosedur pertolongan pertama.

d). Prinsip Epidemic Control

Epidemik à kejadian luar biasa penyakit dalam tempat dan waktu tertentu. Biasanya terjadi cepat sehingga
diperlukan respon yang cepat. (mis kolera, meningococcal meningitis, rabies, etc).

Ancaman dan potensi epidemik penyakit khusus perlu diantisipasi, memerlukan :


 Susceptible human population;
 Kehadiran atau adanya pendahulu agen penyakit ;
 Kehadiran mekanisme kemungkinan potensial transmisi ( misalnya air yg terkontaminasi, populasi vektor,
dll.)

Prinsip Umum Aksi


Ketika epidemik terjadi, menimbulkan kepanikan pada masyarakat dan sering memerlukan waktu untuk
menentukan aksi untuk mengontrol situasi. Keberhasilan menangani epidemik, tergantung besarnya kesiapan
dan melakukan aksi secara mantap.

Tahapan Dasar dan Prinsip Penanganan Epidemik


i. Pelembagaan pelayanan kesehatan emergensi di kabupaten dikepalai koordinator yang bertg jawab
menyiapkan rencana kontingensi.
ii. Mengorganisasikan tim

28
iii. Pemantapan early warning system untuk deteksi kejadian tidak biasa penyakit infeksi (communicable
disease ) yang dpt menyebabkan situasi emergensi.
iv. Menggunakan teknik yang sesuai dlm pengumpulan, penanganan dan pengiriman sampel/spesimen.
v. Konfirmasi bahwa ini epidemik atau terjadinya ancaman/potensial epidemik telah terjadi.
vi. Memastikan ketersediaan minimum stock obat, bahan misalnya cairan, antibiotik, sarung tangan,
desinfektans, dsb.
vii. Eliminasi atau reduksi sumber infeksi
viii. Merintangi penyebaran / transimisi
ix. Melindungi orang dalam risiko
x. Melaksanakan active epidemiological surveillance (monitor trends penyakit menggunakan SIMKES)
xi. Mobilisasi sumber daya
xii. Penandaan / menghubungi otoritas yang memiliki kewenangan dalam epidemik.

Struktur adekuat mesti mantap dan terpelihara, sehingga repons cepat dapat dilakukan terhadap epidemik atau
ancaman epidemik. Pimpinan kesehatan kabupaten harus mempertimbangkan emergency health services
sebagai bagian integral dari pencegahan dan pengendalian communicable disease.

Pelatihan dan kursus penyegaran untuk petugas penanggung-jawab respon bencana harus menjadi prioritas di
kabupaten.

3. TUGAS PENDAHULUAN

Pengerjaan tugas sesuai praktikum modul 1 yaitu :


a. Mencari lokasi atau data untuk praktikum. Menentukan institusi yang akan dijadikan latihan dalam
perencanaan dan evaluasi kesehatan (bisa berdasarkan lingkup/jenis pelayanan, tingkat Pelayanan).
b. Melakukan observasi pendahuluan ke institusi tersebut, mengumpulkan dokumen program / kegiatan di
institusi tersebut termasuk kegiatan yang dilaksanakan (kalau mungkin di-copy). Data tersebut akan
menjadi data dasar pelaksanaan praktikum. Bila data diambil dari internet, maka data ditelaah
kelengkapannya.
c. Hasil observasi dibawa dan menjadi tugas pendahuluan pada modul 2.
d. Membaca dan menyajikan ringkasan landasan teori modul 2 (maksimal 15 slide) pada perkuliahan
selanjutnya.

4. TUGAS PRAKTIKUM

Mahasiswa ditugaskan :
a. Mengisi tabel 2.1. Yaitu identifikasi kegiatan institusi sebagai basis data praktikum
b. Membaca dan menyajikan ringkasan landasan teori modul 3 (maksimal 15 slide) pada perkuliahan
selanjutnya.

Tabel 0.1.
Identifikasi Kegiatan Institusi Sebagai Basis Data Praktikum

Institusi Basis Data Praktikum Kegiatan yang sudah ada / Ketersediaan Data Pendukung
(pilih salah satu dilaksanakan
program/upaya/kegiatan)

29
5. REFERENCE

 Departemen Kesehatan, Perencanaan Tahunan Pembangunan Kesehatan (RTPK)


 Departemen Kesehatan dan Universitas Indonesia, Perencanaan Pembangunan Kesehatan Terpadu (P2KT)
 National Public Health Partnership (2000), A Planning Framework for Public Health Practice.
 WHO (2004), Planning and Implementation of District Health Services.

30
MODUL 3
TAHAP I : ANALISIS SITUASI DAN IDENTIFIKASI MASALAH

1. TUJUAN

Mahasiswa mampu menjelaskan :


1). Analisis situasi
2). Identifikasi masalah

2. LANDASAN TEORI

Dimana tahapan yang akan dibahas ?


1) Analisis Situasi, Identifikasi Masalah
2) Prioritas Masalah dan Analisis Masalah
3) Penentuan Tujuan Umum, Tujuan Khusus, Target, Strategi dan Kebijakan
4) Penentuan Program, Kegiatan
5) Penentuan Sumber Daya, Biaya dan Penyusunan Rencana Operasional Kegiatan
6) Integrasi Kegiatan dan Biaya
7) Rencana Monitoring dan Evaluasi

PEMBAHASAN :

1). ANALISIS SITUASI

Analisis Situasi adalah tahapan menentukan situasi saat ini dari berbagai pandangan untuk menunjukkan aktual
situasi kesehatan menurut kebutuhan dan prioritas. Secara umum, analisis situasi menjawab pertanyaan kunci “
Dimana kita sekarang?” ‘where are we now?’ Identifikasi kebutuhan dan masalah, mengarahkan pada
pertanyaan kunci berikutnya “Kemana kita mau pergi?” ‘where do we want to go’? (Merumuskan prioritas dan
target)

Untuk menyusun rencana tahun-tahun berikutnya, data dan informasi yang dianalisa adalah:
 Data dan informasi terkini yang berkaitan dengan kesehatan yang berasal dari laporan-laporan
 Hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan rencana tahun yang lalu

Gambar. Faktor yang menentukan [determinants] pada Status Kesehatan

LINGKUNGAN
Fisik, Biologi & Kimia
Sosial Ekonomi
Pasca bencana

STATUS
KESEHATAN

MASYARAKAT
PELAYANAN KESEHATAN
[pemerintah & swasta] Perilaku atau gaya hidup
Budaya & Kepercayaan
Input, proses, output, outcome, Gender
kebijakan

31
Menurut WHO Regional Office for Africa, dalam salah satu terbitannya Planning and Implementation of
District Health Services, untuk praktisnya Status Kesehatan ditentukan [determine] oleh faktor lingkungan,
faktor pelayanan kesehatan dan faktor masyarakat. Sedangkan menurut H.L. Blum faktor yang berpengaruh
ditambah satu faktor lagi yaitu keturunan, namun pada umumnya dilapangan faktor keempat jarang
dilakukan karena sulit mencari datanya. Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi.

Dengan demikian disamping melakukan analisis data tentang status kesehatan, minimal data tentang
ketiga faktor yang berpengaruh pada status kesehatan harus dilakukan analisis.
(a) Faktor Pelayanan Kesehatan meliputi input, proses, output, outcome, dan kebijakan
(b) Faktor Lingkungan meliputi, fisik seperti kondisi geografi, biologi, kimia, sosial ekonomi termasuk
pendidikan, keamanan dan politik
(c) Faktor Masyarakat meliputi, budaya, kepercayaan/mitos, perilaku dalam mencari pengobatan serta
gender

Selain tiga (3) faktor diatas, hal yang perlu dilakukan dalam analisis situasi adalah melakukan review terhadap
perencanaan sebelumnya, hasil pencapaian rencana sebelumnya serta review dan interpretasi dokumen
kebijakan.

(d) Review dan hasil pencapaian perencanaan sebelumnya

Kritikal analisis dari perencanaan sebelumnya merupakan hal esensial dalam tahapan perencanaan.
Hal yang bisa diperoleh dari kegiatan ini adalah :
 Review perencanaan sebelumnya melihat apakah ada perubahan informasi tentang populasi,
pemberian pelayanan kesehatan, partisipasi masyarakat dan faktor sosio ekonomi serta faktor
kultural lainnya.
 Mengetahui perubahan ketersediaan sumber daya misalnya sumber daya manusia, biaya dan
material serta alokasi di tingkat nasional, tingkat lokal dan masyarakat.
 Analisis dukungan manjemen yang dibutuhkan sesuai tuntutan baru.
 Review pencapaian kegiatan sesuai perencanaan sebelumnya.

(e) Review dan interpretasi dokumen kebijakan

Hal ini esensial untuk review pedoman kebijakan saat ini agar memahami petunjuk dan regulasi yang
berlaku untuk diikuti dalam persiapan perencanaan kesehatan. Manfaat review meyakinkan pedoman
kebijakan nasional, kebijakan local melekat dalam keputusan masyarakat dan diinterpretasikan serta
diterjemahkan ke dalam kegiatan yang sesuai.
Hal yang bisa diperoleh dari kegiatan ini adalah :
 Apakah ada perubahan kebijakan pemerintah dan apa akibatnya terhadap perencanaan ?
 Review pedoman kebijakan kesehatan nasional yang dikembangkan dan diimplementasikan dalam
perencanaan paket kesehatan yang diberikan, apa masalah dan hambatannya, aturan dan
regulasi yg diikuti.
 Review sumber daya yang tersedia untuk implementasi rencana meliputi sumber daya manusia
dan anggaran, peralatan, infra struktur dan pelayanan pendukung di kab/kota.
 Review reformasi sektor kesehatan , sumber daya manusia untuk pengembangan kebijakan
kesehatan, PHC strategy, pedoman persiapan perubahan rencana serta pedoman program.
 Mencari sumber daya tambahan yang dibutuhkan di dalam masyarakat yang dapat digabungkan.
 Menentukan hambatan dan keuntungan yang melekat dalam lingkungan sosio kultural dimana
perencanaan akan dikembangkan

32
2). IDENTIFIKASI MASALAH

Dalam bidang kesehatan umumnya masalah dimulai dari status kesehatan, masalah tersebut solusinya
memerlukan waktu yang lama; sedangkan masalah yang lain merupakan penyebab dari masalah status
kesehatan. Masalah-masalah tersebut diklasifikasikan, sbb.:

a). Masalah yang berkaitan dengan status kesehatan, antara lain:

(1) Kematian:
 Kematian umum
 Kematian bayi
 Kematian balita
 Kematian ibu bersalin
 Kematian kasus penyakit menular
 Kematian penyakit tidak menular
(2) Kesakitan:
 Kesakitan penyakit menular
 Kesakitan penyakit tidak menular
(3) Gangguan Gizi
 Kurang Gizi
 Gizi buruk
 Gizi lebih
(4) Umur Harapan Hidup

b). Masalah yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan, dapat berupa input, proses, output maupun outcome
yaitu:
(1) Input, antara lain: SDM [jenis, jumlah, kemampuan, dsb.], peralatan dan perbekalan [jenis, jumlah dan
kualitas], gedung dan ruangan [lokasi, luas, susunan ruangan, kelengkapan, kondisi], sarana dan
prasarana [air, listrik]
(2) Proses antara lain: perencanaan, supervisi, pengawasan, pengendalian, pembinaan, pendistribusian
nakes, dsb.
(3) Output antara lain: hasil pelayanan [jumlah kunjungan, Bed Occupational Rate, jumlah rumah yang
direhabilitasi, jumlah persalinan yang ditolong nakes, dsb.]
(4) Outcome antara lain: cakupan program [cakupan K1, K4, dsb.]
(5) Kebijakan antara lain: global, nasional, provinsi, manajemen, organisasi, desentralisasi, peraturan
perundangan dan pedoman [Undang Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, Peraturan
daerah, Surat Keputusan Gubernur, Surat Keputusan Bupati/Walikota, Prosedur Tetap, dsb.]

(c) Masalah yang berkaitan dengan lingkungan, yaitu:


(1) Fisik, biologi, kimia, antara lain: kondisi geografi, polusi, limbah, air bersih, jamban keluarga, dsb.
(2) Sosial ekonomi antara lain: keluarga miskin, anak jalanan, dsb.
(3) Pasca bencana antara lain: pengungsian

(d) Masalah yang berkaitan dengan masyarakat, yaitu:


(1) Perilaku antara lain: peran serta dalam kesehatan, pencarian pengobatan, dsb.
(2) Budaya dan kepercayaan antara lain: tentang makanan, vaksinasi, dsb.
(3) Gender antara lain: perempuan kawin muda, dsb.

Hal yang perlu diperhatikan dalam identifikasi masalah antaralain :


• Masalah harus berdasarkan data dan fakta

33
• Masalah merupakan kesenjangan antara data atau fakta yang ditemukan saat ini dengan standar atau
harapan yang telah disepakati antara lain Standar Pelayanan Minimal.
• Masalah harus spesifik tunggal. Masalah harus spesifik [tidak ganda] dan mengandung jawaban
pertanyaan: apa, siapa, berapa, dimana dan kapan.
• Masalah harus jelas apa yang menjadi masalah, seberapa besar, siapa yang terkena, kapan dan dimana
masalah tersebut terjadi.
• Masalah dapat merupakan masalah yang sudah ada sejak lama sehingga penanggulangannya dianggap
merupakan kegiatan rutin dari tahun ke tahun.
• Masalah dapat pula merupakan temuan baru yang bersifat inovatif atau masalah yang bersifat kedaruratan
baik wabah maupun bencana.
• Selama identifikasi masalah harus ditujukan terhadap masalah kesehatan dan masalah terkait kesehatan
berdasarkan data dari Sistem Informasi Manajemen Kesehatan, hasil survey masyarakat, sensus, laporan
dan pengalaman sendiri.
• Rujuklah Profil Kesehatan Kabupaten / Kota maupun Puskesmas.

Contoh Masalah Outcome:

Cakupan [apa] K4 [siapa] hanya 60 % [berapa] dari target 80 % di Kabupaten/Kota X [dimana] pada tahun
2005 [kapan]

Masalah kesehatan bisa bersifat primary atau secondary.

Primary Problems
Mencakup penyakit yang teridentifikasi di masyarakat mis malaria, tuberculosis, AIDS dsb., yang berkaitan
dengan ketidak setaraan saat ini, ketidak seimbangan dan ketidakpuasan klien.

Secondary Problems (masalah kontributor)


Mencakup ketidak adekuatan sumber kesehatan, inefisiensi pemberian pelayanan kesehatan atau keterampilan
manajemen yang rendah yang menyebabkan atau mendukung terjadinya masalah primer.

Merumuskan masalah kesehatan yang perlu dipecahkan.


Berikut beberapa pertimbangan dalam menentukan masalah yang perlu mendapat penanganan, mencakup
rasional / alasan mengapa masalah perlu dipecahkan.
(1) Apa hambatan di masyarakat dalam pandangan kesehatan maupun ekonomi, apa manfaat yang
diperoleh dengan pemecahan masalahnya ?
(2) Apakah kelompok masyarakat tertentu lebih banyak terkena masalah ?
(3) Informasi dan pengetahuan dari berbagai sumber diperlukan untuk merumuskan secara luas masalah
kesehatan dan besaran masalahnya.
(4) Ketika masalah kesehatan adalah penyakit, maka surveillance dan data populasi dari sumber lain
dapat digunakan. Juga studi beban penyakit, yang memberikan pengukuran dampak kesehatan.
(5) Bila masalah adalah sesuatu yang potensial – mis kemungkinan akibat sanitasi buruk atau kualitas air
yang buruk, atau produk tidak aman yang berdampak terhadap kesehatan, maka dapat menggunakan
referensi sebelumnya ketika masalah terjadi, atau menggunakan pemodelan atau metode lain.
(6) Bila masalah dirasakan tapi bukan masalah aktual, dapat mengakibatkan minat / perhatian masyarakat
sering menurun terhadap masalah utama yang ada.

Hal yang perlu diperhatikan waktu melakukan identifikasi masalah adalah apakah ada masalah-masalah yang
masih tetap ada dari dulu serta apakah ada yang baru seperti HIV AIDS, Flu Burung dan masalah yang bersifat
timbul kembali seperti Polio, dsb.

34
Dalam perencanaan, dibedakan masalah yang intervensinya lebih dari satu tahun [masalah bersifat out come],
merupakan masalah jangka panjang (tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah / Panjang)
dan masalah yang dapat ditanggulangi dalam waktu satu tahun [masalah bersifat output yang menjadi penyebab
masalah out come], merupakan masalah dalam Rencana Tahunan Pembangunan Kesehatan.

Menentukan masalah bila berkaitan dengan cakupan menggunakan persentase dan bila melihat kecenderungan
menggunakan angka nominal / persentase beberapa tahun (minimal 3 tahun) untuk dapat melihat apakah ada
peningkatan atau penurunan.

Contoh Masalah Outcome


 Pada tahun 2005 kematian ibu bersalin 13 kasus, meningkat dibandingkan 9 kasus pada tahun
2004 di Kabupaten X
 Kasus DBD di Kabupaten X meningkat dari 15 kasus pada tahun 2004 menjadi 30 kasus pada
tahun 2005

Contoh Masalah Output


 Cakupan kunjungan ibu hamil [K4] hanya 70 % dari target yang telah ditetapkan pada tahun
2005
 Dapat pula masalah yang merupakan pencapaian kegiatan dibandingkan dengan target yang
telah ditetapkan pada periode tertentu
 Persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 63 % dari target yang ditentukan yaitu 80 % dari
ibu hamil yang tercatat di Kabupaten X pada tahun 2005.

3. TUGAS PENDAHULUAN

1) Mengisi format rencana praktikum perencanaan evaluasi kesehatan.


2) Membaca dan menyajikan ringkasan landasan teori modul 3.

Tabel 0.1 : Identifikasi Kegiatan Institusi Sebagai Basis Data Praktikum

Institusi Basis Data Praktikum Kegiatan yang sudah ada Ketersediaan Data Pendukung
(pilih salah satu / dilaksanakan
program/upaya/kegiatan)

4. Tugas Praktikum

a). Mahasiswa ditugaskan menyusun analisis situasi dan identifikasi masalah dengan mengisi format-format
berikut serta mengemukakan data yang diharapkan diperoleh yang tidak perlu dalam bentuk tabel.
b). Tugas lainnya : membaca dan menyajikan ringkasan landasan teori modul 4.

1) Analisis Situasi

35
a. Geografi
Tabel 1.1.
Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan di Kabupaten/Kota/Puskesmas ............................................... Tahun …..

Rata-rata waktu
tempuh dari Jumlah Kelurahan/Desa
Jumlah Jarak terjauh dari
Nama Kecamatan/ Desa - Luas Wilayah Kelurahan/Desa yang terjangkau dengan
No Kelurahan/ Kelurahan/ Desa
Kelurahan (km2/ha) ke Puskesmas
Desa/RW/RT ke Puskesmas
Roda 2 Roda 4 Roda 2 Roda 4 Jalan
kaki
1 2 3 4 6 7 8 9 10 11

Sumber: ………………

Analisis : …………………………….. (Selanjutnya setelah data dan fakta tersajikan, maka di lakukan analisis kesenjangan dan
kecenderungan untuk mengidentifikasi masalah dibidang kesehatan)

b. Demografi
Tabel 1.2.
Jumlah Penduduk menurut Sex dan Umur di Kabupaten/Kota/Puskesmas : ............................. Tahun …….

JUMLAH PENDUDUK
Nama
Jumlah LAKI-LAKI PER GOLONGAN UMUR PEREMPUAN PER GOLONGAN UMUR
No Kec./Desa
Pend. 5- 15 45 5- 15 45 -
/kelurahan <1 1-4 >65 Jml. <1 1-4 >65 Jml.
14 -44 -64 14 -44 64
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1
2
3
Dst
Sumber:

Analisis : ……………………………..

Tabel 1.3.
Jumlah Penduduk menurut Pendidikan (umur > 12 tahun) di Kabupaten/Kota/Puskesmas: ............................. Tahun …..

Nama JUMLAH PENDUDUK


Kecamatan/ LAKI-LAKI PER GOLONGAN UMUR PEREMPUAN PER GOLONGAN UMUR
No
Desa-
<SD SD SLTP SLTA DI-II DIII DIV/S <SD SD SLTP SLTA DI-II DIII DIV/S
Kelurahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
1
2
3
Dst
Sumber:

Analisis : ……………………………..

c. Status Kesehatan
o Angka kematian umum, bayi, ibu bersalin
o Angka kematian kasus
o Analisis Epidemiologi
o Angka kesakitan puskesmas dan rumah sakit
o Umur harapan hidup

36
o Gangguan gizi
Uraikan tidak perlu dalam bentuk tabel.

Tabel 1.4.
Kematian Umum, Bayi, Balita dan Ibu Bersalin yang dilaporkan
Kabupaten/Kota/ Puskesmas: ......................................................... Tahun ……………

Kematian ibu
No. Nama Kecamatan/ Desa-Kelurahan Kematian umum Kematian bayi Kematian balita
bersalin
1
2
3
Dst
Jumlah se Kabupaten/Kota
Sumber : …………….

Analisis : …………………………………..

Tabel 1.5.
Sepuluh Penyakit Penyebab Kematian Semua Umur di Rumah Sakit
Kabupaten/Kota : ............................................................ Tahun:

RS Pemerintah RS Swasta
No. No.
Nama Penyakit Jml % Nama Penyakit Jml %
1 1
2 2
3 3

10 10
Sumber …………

Analisis : …………………………………..

Tabel 1.6. Sepuluh Penyakit Utama Rawat Inap di Rumah Sakit


Kabupaten/Kota : ............................................................ Tahun ………….

RS Pemerintah RS Swasta
No. No.
Nama Penyakit Jml % Nama Penyakit Jml %
1 1
2 2
dst 3
Sumber …………

Analisis : …………………………………..

Tabel 1.7.
Sepuluh Penyakit Utama Rawat Jalan di Puskesmas
Kabupaten/Kota/ Puskesmas: ............................................................ Tahun:….

Puskesmas Balai Pengobatan Swasta


No. No.
Nama Penyakit Jml % Nama Penyakit Jml %
1 1
2 2

10 10
Sumber …………

37
Analisis : …………………………………..

d. Status Lingkungan
o Lingkungan fisik dan biologis
o Perumahan : wilayah, kondisi
o Industri : jenis, rawan limbah
Uraikan tidak perlu dalam bentuk tabel.

Table 1. 8.
Sarana Sanitasi yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Kabupaten/Kota/ Puskesmas: ............................................................ Tahun ………….

Sarana sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan


No Kecamatan/ Desa/ Kelurahan
SAB SPAL Jamban Lantai Rumah Ventilasi
1
2
3
Dst
Sumber …………

Analisis : …………………………………..

e. Perilaku masyarakat terhadap kesehatan


o Pencarian pengobatan : fasilitas kesehatan, non kesehatan, diobati sendiri
o Kepercayaan/budaya : makanan, pengobatan
o Gaya hidup : makanan, pergaulan
Uraikan tidak perlu dalam bentuk tabel.

Tabel. 1.9
Pencarian Pengobatan Masyarakat
Kabupaten/Kota/Puskesmas : .................................... Tahun ………….

Fasilitas yang dikunjungi bila sakit


No Kecamatan, Desa / Kelurahan
Fas. kesehatan Fas. non kes. diobati sendiri
1
2
3
Dst
Sumber …………

Analisis : …………………………………..

f. Pelayanan Kesehatan
o Pelayanan kesehatan dasar [pemerintah dan swasta]: jenis, jumlah, penyebaran, kunjungan.
o Pelayanan kesehatan rujukan [pemerintah dan swasta]: jenis, jumlah, penyebaran, kunjungan, BOR, LOS.
o Pelayanan kesehatan penunjang [pemerintah dan swasta], jenis, penyebaran.
Uraikan tidak perlu selalu dalam bentuk tabel.

Tabel 1.10:

38
Hasil Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
(Pelayanan puskesmas termasuk puskesmas pembantu dan puskesmas keliling)
Kabupaten/Kota/Puskesmas : ............................................ Tahun …………………

Pelayanan rawat
Pelayanan rawat jalan Posyandu Kunjungan
inap
Institusi Poli Ibu
Poli gigi KB Bayi Persalinan Lain-lain Ibu Balita Rumah TTU
umum hamil
Puskesmas A
Puskesmas B
Puskesmas C
Dst.
Sumber …………

Analisis : …………………………………..

Tabel 1.11:
Hasil Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Tahun Lalu
Kabupaten/Kota : ............................ Tahun:

Institusi Pelayanan rawat jalan Pelayanan rawat inap


Poli PD Poli Anak Poli Bedah Poli Obgyn Poli Lain UGD Poli Gigi BOR LOS
RSUP
RSUD
RSU AD
RSU AL
RSU AU
RSU Polri
RS Khusus
RSU Swasta
Dst.
Sumber …………

Analisis : …………………………………..

g. Manajemen Kesehatan
o Sistem kesehatan daerah
o Sistem informasi kesehatan
o Sumber daya manusia kesehatan
o Sumber daya pembiayaan kesehatan
Uraikan tidak perlu selalu dalam bentuk tabel.

Tabel 1.12.
Tenaga Kesehatan yang tersedia di Dinkes dan Puskesmas Saat Ini
Kabupaten/Kota/ Puskesmas : ...........................................Tahun ………………………………….

Tenaga
Tenaga kesehatan Masyarakat Jumlah
kesehatan lain
Institusi Posyandu
dokter bidan Pera- asisten tidak
dokter bidan admin kader dukun aktif
gigi didesa wat apt aktif
Dinas Kesehatan
Puskesmas A
Puskesmas B
Puskesmas C
Dst.
Keterangan: yang dihitung pegawai tetap dan honor

39
Sumber …………

Analisis : …………………………………..

Tabel 1.13.
Tenaga Kesehatan yang tersedia di Rumah Sakit Saat Ini
Kabupaten/Kota : ..........................................Tahun …………

Tenaga
Tenaga kesehatan
kesehatan lain
Institusi
Dr Sp Dr Sp Dr Sp Dr Sp Dr Sp Pera- Non
Dr Um Dr Gigi Apote- ker Bidan Teknis
PD KA Bdh Obgyn Lain wat Teknis
RSUP
RSUD
RSU AD
RSU AL
RSU AU
RSU Polri
RS Khusus
RSU Swata
Dst.
Keterangan: yang dihitung pegawai tetap dan honor

Sumber …………

Analisis : …………………………………..

h. Kondisi/situasi yang merupakan tanggung jawab sektor lain dan berpengaruh pada kesehatan
o Infrastruktur
o Transportasi dan komunikasi
o Penyediaan makanan
o Perumahan rakyat
o Data dan informasi
Uraikan tidak perlu selalu dalam bentuk tabel.

Sumber …………

Analisis : …………………………………..

i. Perencanaan kesehatan tahun yang lalu


o Kebijakan pemerintah terutama tentang program kesehatan apakah cukup, kurang, membingungkan tumpang tindih,
dll.
o Hasilnya apakah ada perubahan positif atau negatif atau tetap saja
o Hambatan yang terjadi terutama dalam input dan proses
o Data dan informasi yang masih diperlukan
o Perbaikan untuk perencanaan selanjutnya
Uraikan tidak perlu selalu dalam bentuk tabel.

Sumber …………

Analisis : …………………………………..

40
Tabel 1.14.
Pelaksanaan Kegiatan Rencana Kesehatan Tahun Lalu di Kabupaten/Kota/Puskesmas : .............................

Data/ informasi
Pencapaian Hambatan Hambatan input / Usulan
Kegiatan yang masih
target kebijakan proses perbaikan
diperlukan
1.
2.
3.
Dst.

Sumber …………

Analisis : …………………………………..

2). IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan hasil analisis kesenjangan dan kecenderungan serta membandingkan dengan keadaan yang diharapkan dengan
mengacu pada Standar Pelayanan Minimal Kabupaten/Kota, maka didapatkan masalah-masalah, sebagai berikut:

a. Masalah yang berkaitan dengan status kesehatan, antara lain:


1) Kematian:
(a) Kematian umum
(b) Kematian bayi
(c) Kematian balita
(d) Kematian ibu bersalin
(e) Kematian kasus penyakit menular
(f) Kematian penyakit tidak menular
2) Kesakitan:
(a) Kesakitan penyakit menular
(b) Kesakitan penyakit tidak menular
3) Gangguan Gizi
(a) Kurang Gizi
(b) Gizi buruk
4) Umur harapan hidup
b. Masalah yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan, dapat berupa input, proses, output, outcome dan kebijakan yaitu:
1) Input, antara lain: SDM [jenis, jumlah, kemampuan, dsb.], peralatan dan perbekalan [jenis, jumlah dan kualitas],
gedung dan ruangan [lokasi, luas, susunan ruangan, kelengkapan, kondisi], sarana dan prasarana [air, listrik] serta
Kebijakan antara lain: global, nasional, provinsi, lokal, manajemen, organisasi, desentralisasi, peraturan perundangan
dan pedoman [UU, PP, Kepmen, Perda, SK Gub, SK Bupati/Walikota, Prosedur Tetap, dsb.]. dsb
2) Proses antara lain: perencanaan, supervisi, pengawasan, pengendalian, pembinaan, pendistribusian nakes, dsb.
3) Output antara lain: hasil pelayanan [jumlah kunjungan, BOR, jumlah rumah yang direhabilitasi, jumlah persalinan yang
ditolong nakes, dsb.], cakupan program [cakupan K1 , K4, dsb.]
4) Outcome antara lain: Jumlah kesakitan dan kematian

c. Masalah yang berkaitan dengan lingkungan, yaitu:


1) Fisik, biologi, kimia, antara lain: kondisi geografi, polusi, limbah, air bersih, jamban keluarga, dsb.
2) Sosial ekonomi antara lain: keluarga miskin, anak jalanan, dsb.
3) Pasca bencana antara lain: pengungsian
4) Yang berkaitan dengan tanggung jawab sektor lain yang berpengaruh pada kesehatan antara lain: Infrastruktur,
transportasi, komunikasi, penyediaan makanan, perumahan rakyat, data dan informasi

d. Masalah yang berkaitan dengan perilaku masyarakat, yaitu:


1) Perilaku, antara lain: peran serta dalam kesehatan [pembiayaan], pencarian pengobatan, dsb.
2) Budaya dan kepercayaan antara lain: tentang makanan, vaksinasi, dsb.

41
3) Gender, antara lain: perempuan kawin muda, dsb.

e. Masalah yang ditemukan pada pelaksanaan rencana tahun sebelumnya


Lihat pada RPJMK terutama masalah-masalah yang kemungkinan besar dapat di intervensi dalam satu tahun. Lihat
kebijakan atau ketentuan terbaru dari Depkes dan Depdagri/ Pemda.

Tabel 1.15.
Masalah yang Teridentifikasi di Kabupaten/Kota/Puskesmas : .............................

Status Pelayanan kesehatan Pelaksanaan


Lingkungan Masyarakat rencana tahun
Kesehatan input Proses output outcome lalu

Analisis : ………………………………………………………

5. REFERENCE
 Departemen Kesehatan, Perencanaan Tahunan Pembangunan Kesehatan (RTPK)
 National Public Health Partnership (2000), A Planning Framework for Public Health Practice.
 WHO (2004), Planning and Implementation of District Health Services.

42
MODUL IV
TAHAP II :
PRIORITAS MASALAH DAN ANALISIS MASALAH

1. TUJUAN

Mahasiswa mampu melakukan :


1) Prioritas Masalah
2) Analisis (penyebab / determinan) masalah

2. LANDASAN TEORI

Dimana tahapan yang akan dibahas ?


1) Analisis Situasi, Identifikasi Masalah
2) Prioritas Masalah dan Analisis Masalah
3) Penentuan Tujuan Umum, Tujuan Khusus, Target dan Strategi
4) Penentuan Program, Kegiatan
5) Penentuan Sumber Daya, Biaya dan Penyusunan Rencana Operasional Kegiatan
6) Integrasi Kegiatan dan Biaya
7) Rencana Monitoring dan Evaluasi

PEMBAHASAN :

2.1 PRIORITAS MASALAH

Dalam menyusun prioritas masalah perlu memperhatikan Kebijakan global dan nasional serta hasil analisis
situasi kondisi terkini. Dalam menyusun perencanaan, harus memilih dari sejumlah kebutuhan sehingga
penggunaan sumber daya secara efisien.

Di kabupaten / Kota / puskesmas pendekatan praktis me-ranking urutan masalah sangat penting. Ketika
mengerjakan hal ini, harus ingat prioritas nasional yang tercantum dalam pedoman kebijakan nasional.
(Misalnya HIV/AIDS dan pengendalian malaria serta eradikasi polio).

Masalah besar yang teridentifikasi, penyebabnya mesti di analisis dengan bertanya dan mencari tahu kenapa
terjadi. Hal ini dilakukan dengan melakukan analisis penyebab masalah yang bisa menggunakan alat bantu /
model analisis penyebab masalah. Kadang-kadang bisa membingungkan, dalam beberapa kasus
mengharuskan melakukan konsultasi atau mencari hasil riset.

Menyusun Prioritas adalah membuat keputusan bagaimana di dalam keterbatasan sumber daya harus
dialokasikan yang terbaik untuk masalah kesehatan atau kebutuhan prioritas. Mungkin digunakan kombinasi
pendekatan yang berbeda dan kombinasi kriteria.

Berikut contoh untuk menentukan kriteria untuk ranking masalah kesehatan


 Magnitude = besar masalah : Proporsi populasi yang terkena seperti wanita, anak pra-sekolah, anak
sekolah, orang tua, dsb. Pada dasarnya menjelaskan seberapa besar masalah.
 Severity/danger = keseriusan : Pada individu dan masyarakat. Seberapa serius kondisi tsb. Apakah
mengancam kehidupan, penyebab utama penyakit, penurunan kemampuan hidup normal, penurunan
produktifitas?
 Vulnerability untuk intervensi (feasibility) = kelayakan. Bila masalah tidak layak untuk di intervensi, membuat
sedikit kemungkinan masuk dalam daftar target kegiatan.

43
 Cost-effectiveness dari intervensi : menjawab pertanyaan bila masalah dipecahkan berapa banyak
membutuhkan biaya.
 Political expediency = kedayagunaan politis. Bila masalah telah memenuhi seluruh kriteria diatas, bila tidak
mempunyai kedayagunaan politis oleh otoritas pusat, sulit masuk dalam daftar prioritas tinggi. Hal ini
mengapa pentingnya data evidence untuk menunjukkan prioritas kepada politisi lokal. Hal esensial
mencakup kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat dlm perencanaan agar mendorong rasa memiliki
masyarakat thd intervensi yang mengarahkan kesinambungan kegiatan.

Mendapatkan prioritas dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan metode yang dikembangkan
oleh PAHO dengan memberikan bobot pada setiap kriteria oleh Tim Perencana.

1) Menimbulkan kerugian yang cukup besar dan bermakna pada masyarakat luas [Urgency /Kegawatan]
2) Berdampak pada pembangunan daerah secara keseluruhan [Seriousness/keseriusan]
3) Memilki kecenderungan semakin meluas/membesar [Growth/trend/kecenderungan]
4) Bila berhasil ditangani akan memiliki daya ungkit bagi kinerja kesehatan [Daya ungkit/leverage] antara lain:
 Masih dalam kapasitas [kemampuan] dinas kesehatan untuk menanganinya [manageable]
 Memiliki resiko moderat ketika permasalahan dipecahkan [moderate risk] atau resikonya tidak terlalu
berat masih dapat ditanggung dinkes
 Tidak memerlukan sumber daya yang melampaui batas kemampuan dinkes/pemda [no extra drive]
 Memberikan tantangan positif dan kebanggaan bagi organisasi yang melaksanakan [challenging]
 Merupakan hasil komitmen dari semua yang terlibat

Tabel Prioritas Menggunakan Skor Kriteria


Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Puskesmas : .............................

KRITERIA
No. MASALAH Perkalian Ranking
Kegawatan Keseriusan Kecenderungan Daya ungkit

1 Status kesehatan :

2 Pelayanan kesehatan :

3 Lingkungan :

4 Perilaku Masyarakat :

5 Pelaksanaan
rencana tahun lalu :

Catatan :
Kriteria: [skor ditentukan atas dasar kesepakatan, makin tinggi kriteria makin tinggi skornya].
Pemberian skor secara vertikal, skor 1-10
Skor dikalikan horisontal.

44
Cara lain untuk memprioritaskan masalah adalah Nominal Group Process (NGP).

Menurut beberapa akhli Cara ini Kurang cocok untuk kesehatan, tujuannya lebih untuk mencapai konsensus dari
perbedaan pendapat.

a). Delbeque
 Expert judgement: 8 – 10 org
 Masing-masing memberi ranking secara anonimous (tertutup)
 Hitung rata-rata ranking masing-masing masalah
 Ulangi tanpa diskusi è konsensus

b). Delphi
 Sama seperti Delbeque
 Ada diskusi/tukar pendapat antara expert
 Kemudian masing-masing menentukan ranking pririotas
 Hasilnya diberi tahu
 Kemudian diskusi lagi
 Ditentukan ranking sekali lagi è konsensus

2). ANALISIS PENYEBAB / DETERMINAN MASALAH

Identifikasi dan pengelompokkan determinan masalah yang menyeluruh dan benar tentang determinan kesehatan
diperlukan agar disain intervensi efektif. Dalam hal ini penting untuk memahami interaksi antar determinan,
konteksnya dan identifikasi kelompok populasi yang lebih berisiko (population groups most at risk). Analisis mesti
komprehensif dan se-akurat mungkin untuk mendorong intervensi sesuai target.

Dalam melakukan analisis masalah perlu memperhatikan Proximate dan contributory determinants. Identifikasi
seluruh kemungkinan penyebab dan mengkategorikan menurut efeknya kedalam proximate or contributory. Hal ini
penting untuk mulai identifikasi penyebab mana perlu dipecahkan. Bila proximate determinants terjadi normal,
mungkin penyebab tidak langsungnya yang terjadi dan perlu dipecahkan. Studi khusus mungkin diperlukan atau
pengumpulan pendapat melalui kelompok misalnya “brainstorming” juga sangat bermanfaat.

Dari satu masalah kemungkinan ditemukan beberapa penyebab termasuk penyebab dari sektor atau pihak lain yang
berkaitan dengan kesehatan. Tandai penyebab yang kegiatan intervensinya kemungkinan dapat diselesaikan dalam
kurun waktu satu tahun terutama dari aspek kekurangan tenaga atau dana. Penyebab harus faktual, kalau perlu
dilakukan assessment atau diuji dengan survey cepat [observasi, kuesioner, dan wawancara].

Analisis masalah untuk mencari akar penyebab terutama ditujukan pada masalah prioritas dari kondisi terkini. Faktor
penyebab terjadinya masalah kesehatan bisa berasal dari faktor lingkungan, pelayanan kesehatan dan masyarakat

45
Gambar Masalah dan Penyebab

PENYEBAB
LINGKUNGAN Fisik, Biologi & Kimia
Sosial Ekonomi
Pasca bencana

PENYEBAB Mortalitas PENYEBAB


Morbiditas MASYARAKAT
PELAYANAN KESEHATAN UHH Perilaku atau gaya hidup
[pemerintah & swasta] Budaya & Kepercayaan
Input, proses, output, outcome, Gender
kebijakan.

Mencari penyebab dapat menggunakan beberapa teknik antaralain teknik “analisis akar penyebab” [root cause
analysis], dan akar penyebab inilah yang di intervensi menjadi kegiatan-kegiatan.

Langkah analisis akar penyebab dengan menggunakan diagram sebab-akibat: [contoh lihat Gambar ]
a) Mulai dengan menuliskan satu masalah prioritas dengan tulisan yang besar disatu halaman kertas dan
ditempel di tembok. Kemudian setiap anggota tim perencana diberikan beberapa lembar kertas atau jika
memungkinkan yang berlem [post it].
b) Setiap anggota tim menuliskan sebanyak-banyaknya penyebab mengapa masalah prioritas tersebut dapat
timbul dalam kalimat pendek pada lembar post it satu penyebab satu lembar post it.
c) Satu penyebab yang telah ditulis, terus dilanjutkan dengan pertanyaan “mengapa” dan ditulis lagi pada post
it berikutnya.
d) Post it-post it yang telah diisi dengan penyebab kemudian ditempel ditembok dibawahnya masalah yang
telah ditempel sebelumnya, disusun berdasarkan suatu urutan “sebab-akibat” yang logis dan bila dibaca
dari bawah didapatkan suatu hubungan “jika-maka”. Pernyataan penyebab harus negatif.
e) Susunan penyebab tidak harus selalu ditempel dibawahnya, dapat pula ditempel menyamping apabila tidak
saling berhubunganan langsung.
f) Setelah tersusun suatu hubungan yang sebab-akibat yang lengkap, kemudian diamati oleh semua tim,
apakah masih ada yang harus diperbaiki hubungannya atau masih ada penyebab yang masih harus
ditambahkan.
g) Terakhir menetapkan akar-akar penyebab yang perlu ditanggulangi.

Teknik lain melakukan Problem analysis adalah dengan teknik pohon masalah atau problem and needs tree. Hal ini
penting bagi tim perencana untuk analisis identifikasi masalah dalam hubungan kondisi yang diharapkan di kab/kota,
menggunakan pohon masalah dan pohon kebutuhan. Pohon masalah à suatu set asumsi penyebab berhubungan dg
masalah dan akibatnya. Analisis masalah merupakan seni latihan kritis terhadap masalah melawan kondisi yang ada
di kab/kota.

Tahapan menyusun pohon masalah :


(a) Mulai dengan menuliskan rumusan masalah dalam lembar kertas lebar dan tempelkan di dinding. Setiap
anggota kelompok diberi kartu dan pulpen.
(b) Fasilitator meminta untuk menuliskan apa yang difikirkan sebagai penyebab utama masalah kesehatan.
Tulis hanya satu penyebab di masing-masing kartu dengan kata atau kalimat sesingkat mungkin.
(c) Untuk setiap penyebab, lanjutkan dengan pertanyaan “tetapi mengapa?” - “BUT WHY?” dan tuliskan satu
jawaban di satu kartu.
(d) Fasilitator menyusun kartu dibawah rumusan masalah di dinding, membentuk pohon masalah.

46
Penyebab harus faktual, bila tidak ada datanya dapat dilakukan survey cepat dan jika akar-akar penyebab dapat
ditanggulangi, biasanya penyebab-penyebab yang diatasnya dapat tertanggulangi pula.

Gambar. Contoh diagram sebab-akibat untuk analisis akar penyebab


[ROOT CAUSE ANALYSIS]

Angka kematian ibu bersalin tinggi

LINAKES MASIH RENDAH

Cakupan K1 masih sangat Ibu bersalin lebih


rendah nyaman ke dukun

UDE
Fasilitas pelayanan UDE
Penyuluhan kepada
ibu hamil kurang
kesehatan jauh

Tenaga penyuluh
Tranportasi 40 % desa belum ada
kurang bidan
Tenaga kader
UDE posyandu
UDE
(c)
Jalan sangat
jelek
Penempatan bidan Peminat bidan bertugas
(d) desa tak merata di desa kurangUDE
(a)
UE Kesejaterahan bidan
desa kurang

(b)

Untuk diketahui bahwa “penyebab” dapat menjadi “masalah” apabila dibawahnya masih ada penyebabnya, sebagai
contoh penyebab “40% desa belum ada bidan” menjadi masalah karena dibawahnya masih ada penyebabnya yaitu
“penempatan bidan di desa tidak merata” dan “peminat bidan bertugas di desa kurang”.

Mencari penyebab harus kreatif. Kemungkinan yang menjadi penyebab dapat berupa :
(1) Pelayanan Kesehatan dalam aspek input [sumber daya], aspek proses (manajerial : P1=Perencanaan,
P2=Penggerakkan Pelaksanaan, P3 = Pengawasan Pengendalian Penilaian) atau kepemimpinan:
kebijakan/arahan, pembinaan, supervisi dll.] , aspek output [frekuensi] , aspek outcome [cakupan],
(2) Lingkungan [fisik, social ekonomi dan politik]
(3) Perilaku masyarakat [perilaku, budaya, gender]

3. TUGAS PENDAHULUAN

1) Analisis Situasi
a. Geografi
b. Demografi
c. Status Kesehatan

47
d. Status Lingkungan
e. Perilaku masyarakat terhadap kesehatan
f. Pelayanan Kesehatan
g. Manajemen Kesehatan
h. Kondisi/situasi yang merupakan tanggung jawab sektor lain dan berpengaruh pada kesehatan
i. Perencanaan kesehatan tahun yang lalu

2). Identifikasi Masalah


a. Masalah yang berkaitan dengan status kesehatan
b. Masalah yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan, dapat berupa input, proses, output, outcome dan
kebijakan
c. Masalah yang berkaitan dengan lingkungan, yaitu:
d. Masalah yang berkaitan dengan perilaku masyarakat
e. Masalah yang ditemukan pada pelaksanaan rencana tahun sebelumnya

3). Membaca dan menyajikan ringkasan landasan teori modul 4.

4. TUGAS PRAKTIKUM

Mahasiswa ditugaskan menyusun prioritas masalah serta analisis penyebab / determinan dari masalah yang telah
dirumuskan pada tugas praktikum sebelumnya.

Tabel 2.16. Kebijakan Global, Nasional, Provinsi dan Lokal


Kabupaten/Kota/Puskesmas : ............................

Kebijakan Global Kebijakan Nasional Kebijakan Provinsi Kebijakan Lokal

Tabel 2.17.
Prioritas Masalah
……………………………………………………….

KRITERIA
No. MASALAH Perkalian Ranking
Kegawatan Keseriusan Kecenderungan Daya ungkit

1
2
3
4
5

48
Tabel 2.18.
Masalah dan Prioritas Masalah Kesehatan di Kabupaten/Kota/Puskesmas : .............................

Masalah yang teridentifikasi Prioritas Masalah


Masalah status kesehatan:
[lebih dari satu]
Masalah pelayanan kesehatan:
[lebih dari satu]
Masalah lingkungan:
[lebih dari satu]
Masalah masyarakat:
[lebih dari satu]
Masalah pelaksanaan tahun yang lalu :
[lebih dari satu]

Diagram sebab-akibat untuk analisis akar penyebab


[ROOT CAUSE ANALYSIS]

UDE UDE

UDE UDE
(c)

(d) UDE
(a)
UE
(b)

Catatan :
Kotak dalam Diagram ini hanya contoh, bisa dikembangkan sesuai kebutuhan.

49
Tabel 2.19 . Masalah, Prioritas Masalah dan Penyebab Masalah Kesehatan
Kabupaten/Kota/Puskesmas : .............................

Akar-akar Penyebab Masalah Prioritas


Prioritas Masalah
yang perlu diintervensi
a.
1.
b.
a.
2. b.
c.
3. a.

Dst. Dst.
Keterangan:
 Satu prioritas masalah dapat mempunyai lebih dari satu akar penyebab [lihat pedoman]

5. REFERENCE

 Departemen Kesehatan, Perencanaan Tahunan Pembangunan Kesehatan (RTPK)


 National Public Health Partnership (2000), A Planning Framework for Public Health Practice.
 WHO (2004), Planning and Implementation of District Health Services.

50
MODUL V
TAHAP III
PENENTUAN TUJUAN UMUM, TUJUAN KHUSUS DAN TARGET

1. TUJUAN

Mahasiswa mampu melakukan :


1) Penentuan Tujuan Umum dan Tujuan Khusus
2) Penentuan Target
3) Penentuan strategi dan kebijakan

2.LANDASAN TEORI

Dimana tahapan yang akan dibahas ?


1) Analisis Situasi, Identifikasi Masalah
2) Prioritas Masalah dan Analisis (penyebab/determinan) Masalah
3) Penentuan Tujuan Umum, Tujuan Khusus, Target, Strategi dan Kebijakan
4) Penentuan Program, Kegiatan
5) Penentuan sumber daya dan biaya
6) Penyusunan Rencana Operasional Kegiatan
7) Integrasi Kegiatan dan Biaya
8) Rencana monitoring dan evaluasi

PEMBAHASAN :
1). Penentuan Tujuan Umum dan Tujuan Khusus
2). Penentuan Target
3). Penentuan strategi dan Kebijakan

Untuk mengetahui solusi yang tepat terhadap masalah, maka terlebih dahulu ditetapkan tujuan atau apa yang
diinginkan sehubungan adanya masalah tersebut sekaligus ditetapkan seberapa besar keinginan tersebut.

1). TUJUAN

Setelah diketahui penyebab masalah, selanjutnya tetapkan keinginan saudara terlebih dahulu [“kemana saudara
pergi”] sebelum menetapkan kegiatan [“bagaimana saudara pergi”]. Keinginan dinyatakan dalam tujuan khusus
program kesehatan yang tercantum dalam RPJMK dan atau tujuan yang ditetapkan setelah saudara menemukan
akar penyebab [lihat Pedoman] dan harus memenuhi kriteria SMART. Pernyataannya harus mengacu pada
masalah. Untuk menentukan tujuan harus dilihat apa masalahnya, karena rumusan tujuan umumnya merupakan
pernyataan positif dari masalah.

Tahapan menentukan adalah menentukan tujuan umum, tujuan khusus dan target. Perumusan tujuan pada
dasarnya menjawab pertanyaan kunci : Kemana kita mau pergi ? - ‘where do we want to go’? Atau : Apa yang ingin
kita peroleh? - ‘what do we want to achieve?

Tujuan khusus (Objectives) adalah hasil yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan yang sukses dengan
menggunakan input melalui proses. Tujuan khusus / Objectives diformulasikan menurut masalah prioritas dan
penyebab antara. Objectives harus specific, measurable (sekurang-kurangnya dapat diamati), attainable / mungkin
dicapai (menggunakan sumber daya, lingkungan dan kapasitas manajemen), realistic dan time-bound (SMART).

51
Kriteria suatu tujuan adalah:
a) Harus spesifik, mudah diukur, mudah dicapai, rasionil, dalam batasan waktu [SMART]
b) Harus terkait dengan masalah
c) Jenis tujuan: tujuan umum [program], tujuan khusus [jangka pendek/proyek] dan tujuan kegiatan
d) Dalam RTPK dicantumkan tujuan program, tujuan jangka pendek dan tujuan kegiatan yang diperlukan
untuk menghitung pembiayaan

Contoh: Tujuan Khusus [kegiatan]:


 Penurunan prevalensi gizi buruk,
 Peningkatan linakes,
 Peningkatan posyandu,
 Penurunan penderita dbd,
 Penurunan kematian kasus diare,
 Penurunan Drop Out penderita TBC

Untuk membantu penyusunan tujuan, dapat menggunakan teknik Pohon Tujuan = Objectives tree, dengan langkah
sbb. :
 Konversi masalah dalam pohon masalah ke pernyataan positif.
Contoh bila masalah dalam pohon masalah. Keterlambatan rujukan kedaruratan obstetrik”, tujuan
dirumuskan : Dalam periode perencanaan mendatang, jumlah keterlambatan rujukan kedaruratan obstetrik
turun 40 %. Perlu dijelaskan definisi secara jelas apa yg dimaksud keterlambatan dan kedaruratan obstetrik
 Menetapkan tujuan dapat melihat pada diagram sebab-akibat, yang semula merupakan pernyataan masalah
menjadi pernyataan tujuan dengan merubah kalimat negatif menjadi kalimat positif

Contoh:
- Menurunkan kematian ibu bersalin [tujuan jangka panjang],
- Meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan [tujuan jangka pendek]
- Meningkatkan ketrampilan dukun bersalin [tujuan kegiatan]

Berikut contoh Pohon Tujuan.

52
Pohon Tujuan

Menurunkan angka
kematian ibu bersalin

Meningkatkan linakes

Meningkatkan Meningkatkan
cakupan k1 ketrampilan dukun

Meningkatkan
Meningkatkan jangkauan penyuluhan kepada ibu
pelayanan kesehatan hamil

Meningkatkan
tenaga penyuluh
Meningkatkan
tranportasi
Meningkatkan
desa berbidan Meningkatkan
tenaga kader posyandu
Memperbaiki jalan

Pemerataan Meningkatkan
penempatan bidan peminat bidan untuk
di desa

Meningkatkan
kesejahteraan bidan
desa

Untuk menentukan tujuan perlu memperhatikan hal-hal sebagaimana tercantum dalam bagan berikut :

53
2). TARGET

Setelah penentuan objectives, kemudian menentukan jumlah dan kualitas kegiatan spesifik yang perlu dilakukan
sebelum objectives tercapai, disebut penentuan target. Penentuan target membantu penentuan objektif agar realistik.
Bila target direncanakan lebih tinggi daripada potensial jumlah pelayanan yang dpt diberikan, ketersediaan sumber
daya dan hambatan yang ada, tujuan khusus mesti dimodifikasi agar konsisten antara target pelayanan yang
direncanakan dan potensial tingkat kinerja. Target merupakan bentuk kuantitatif/angka nominal atau
persen/perseribu.

Besaran hasil kegiatan yang dapat dicapai pada akhir tahun untuk melihat apakah rencana dapat dilaksanakan dan
tujuannya cukup realitas, misalnya seberapa banyak kasus gizi buruk yang ditemukan atau seberapa banyak tenaga
kesehatan yang ditingkatkan kemampuan mereka, dsb.

Menetapkan target harus melihat kemampuan sumber daya dan teknologi. Untuk pemberantasan penyakit menular,
misalnya penyakit apa saja dan sampai seberapa banyak kasus yang diharapkan, dst. Target juga bisa dilihat dalam
Standar pelayanan Minimal (SPM) masing-masing Kabupaten / Kota.

Contoh 1:
 Kematian ibu bersalin di Kabupaten X turun dari 236 per seratus ribu menjadi 250 per seratus ribu pada
tahun 2007
 Balita yang ditanggulangi gizinya naik dari 4.000 anak pada th 2006 menjadi 5.000 anak pada th 2007 di
Kabupaten P

Contoh 2 :
 Di suatu kab ada 2.000 ibu hamil. Bila tujuan pelayanan mencakup 40 % ibu hamil dg rata-rata kunjungan 3
kali, diperlukan minimum 2,400 kontak pelayanan diberikan di satu fasilitas kesehatan (40% dari 2,000 =
800, kemudian 800 x 3 = 2,400 kontak).
 Bila 4 kali pemeriksaan antenatal per minggu, (dlm satu tahun ada 52 minggu), dan bila staf dpt melayani
20 kontak per kali buka, maka 4,160 kontak per-tahundapat diakomodasi (mis. 4x52x20 = 4,160, lebih
besar drpd target rencana pelayanan 2,400).
 Implikasinya objektif mesti 60% ibu hamil, jadi 3,600 kontak, ketersediaan staf dpt melakukannya tanpa
penambahan sumber daya.

3). PENENTUAN STRATEGI DAN KEBIJAKAn

Strategi :

Strategi adalah bagaimana satu organisasi akan mencapai visi dan misi serta tujuannya dengan cara :
 Memaksimalkan keunggulan kompetitif [competitive advantages]
 Meminimalkan keterbatasan kompetitif [competitive disadvantages]
 Sesuai dengan tantangan dan perubahan lingkungan pada waktu yang tepat.
Dalam arti lain, bagaimana organisasi memecahkan masalah dengan menetapkan cara atau pendekatan terobosan
yang tepat untuk tempat dan waktu yang tepat.

Kebijakan :

Kebijakan adalah pengambilan keputusan organisasi dalam menyelenggarakan program atau kegiatan dengan
menetapkan dasar pertimbangan dan arah dan ketentuan organisasi sebagai acuan baku dalam melaksanakan
proses pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

54
Pemilihan strategi sebagai pendekatan atau cara yang paling tepat untuk dapat mencapai tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan dalam upaya memecahkan masalah kesehatan prioritas secara efektif dan efisien.

Dalam pemilihan strategi hendaknya dapat diupayakan agar dapat dikembangkan strategi yang bersifat:
[1]Inovatif
[2]Terobosan

Pemilihan kebijakan yang paling tepat dalam proses pencapaian tujuan dan sasaran, yang dilakukan setelah
mempertimbangkan :

(1) Potensi dan kapasitas sumberdaya yang dapat didayagunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan
(2) Hambatan maupun kendala dalam pelaksanaan yang diperkirakan mungkin timbul selama periode yang
ditetapkan baik yang bersifat internal maupun eksternal
(3) Terjaminnya konsistensi arah dan strategi organisasi

Dalam menentukan kebijakan hendaknya mempertimbangan dimensi-dimensi esensial :


(1) Masalah-masalah kesehatan prioritas dan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya utamanya.
(2) Tujuan dan Sasaran yang akan dicapai untuk dapat memecahkan masing-masing masalah kesehatan
prioritas dalam periode lima tahun mendatang.
(3) Prakiraan kebutuhan dan kemungkinan ketersediaan sumberdaya yang dapat diupayakan untuk mendukung
pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
(4) Tingkat komitmen dari semua pihak terkait dengan pembangunan sektor kesehatan [stakeholder]

Contoh penentuan tujuan, target, strategi dan kebijakan

Masalah Penyebab Tujuan Target Strategi Kebijakan


Kematian ibu bersalin -ANC rendah -Peningkatan ANC -90 % K4 Peningkatan SDM Mengoptimalkan
masih tinggi -Linakes rendah -Peningkatan linakes -90 % linakes petugas UKBM yang sudah
-40% desa belum -Peningkatan desa -80% desa berbidan Peningkatan PSM ada
ada bidan berbidan -30 % posyandu dan UKBM Pelatihan On The
-60% posyandu -Peningkatan purnama dan mandiri Job training
belum berfungsi posyandu purnama
optimal dan mandiri

3. TUGAS PENDAHULUAN

 Mahasiswa ditugaskan menyusun prioritas masalah serta analisis penyebab / determinan dari masalah yang
telah dirumuskan pada tugas praktikum sebelumnya.
 Tugas lainnya : membaca dan menyajikan ringkasan landasan teori modul 5.

4. TUGAS PRAKTIKUM
1) Rumuskan tujuan umum untuk memecahkan masalah yang telah dianalisis pada tugas praktikum
sebelumnya.
2) Rumuskan tujuan khusus
3) Rumuskan target
4) Rumuskan strategi dan kebijakan

55
Tabel 3.20.
Contoh Tujuan, Kegiatan dan Target di Kabupaten/Kota/Kecamatan : .............................

No Masalah Tujuan Umum Tujuan Khusus Target Strategi Kebijakan

5. REFERENCE

 Departemen Kesehatan, Perencanaan Tahunan Pembangunan Kesehatan (RTPK)


 National Public Health Partnership (2000), A Planning Framework for Public Health Practice.
 WHO (2004), Planning and Implementation of District Health Services.

56
MODUL VI
TAHAP IV : PENENTUAN PROGRAM, KEGIATAN

1. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan :
1) Penentuan Program,
2) Penentuan Kegiatan

2. LANDASAN TEORI
Dimana tahapan yang akan dibahas ?
1) Analisis Situasi, Identifikasi Masalah
2) Prioritas Masalah dan Analisis Masalah
3) Penentuan Tujuan Umum, Tujuan Khusus, Target, Strategi dan Kebijakan
4) Penentuan Program, Kegiatan
5) Penentuan sumber daya dan biaya
6) Penyusunan Rencana Operasional Kegiatan
7) Integrasi Kegiatan dan Biaya
8) Rencana monitoring dan evaluasi

PEMBAHASAN :

1). PENENTUAN PROGRAM

Pengembangan intervensi program adalah proses identifikasi, short-listing dan memutuskan antara pendekatan
alternative dan mengukur pelaksanaan identifikasi dan prioritas masalah serta kebutuhan kesehatan. Dalam tahapan
ini pertanyaan kunci adalah : “how will we get there?” – bgmana cara mencapainya?

Formulasi intervensi dilaksanakan dalam hubungan dengan tahapan selanjutnya dalam tahapan perencanaa,
penentuan kebutuhan sumber daya dan persiapan tahapan plan of action. Intervensi adalah alternatif pengukuran
untuk melaksanakan kebutuhan kesehatan prioritas.

Program
Tuliskan program-program untuk melakukan intervensi masalah, satu program dapat mencakup beberapa masalah
sekaligus.

Kegiatan
Setelah diketahui penyebab masalah dan tujuan dari pemecahan masalah, maka tentukan kegiatan [“bagaimana
saudara pergi”] untuk menanggulangi masalah yang dapat di laksanakan dalam satu tahun. Kegiatan merupakan
intervensi terhadap penyebab dan dari satu penyebab dapat diusulkan beberapa alternatif kegiatan, kemudian dipilih
dengan menggunakan suatu alat, kegiatan yang paling tepat dan dapat dilaksanakan.

Tahapan dalam pengembangan intervensi


(1) Identifikasi dan short-listing gaps and weaknesses dalam komponen pelayanan saat ini dengan melihat :
a) Input pelayanan yang sesuai seperti infrastuktur pemberian pelayanan, sumber daya dan sistem
dukungan;
b) Manajemen dan organisasi terfokus pada pengendalian sumber daya, kegiatan monitoring,
pengendalian kualitas, distribusi pelayanan kesehatan, keterlibatan masyarakat dan partisipasi.
(2) Identifikasi komponen tambahan dan kegiatan yang dibutuhkan untuk perubahan yang diinginkan dalam
komponen pelayanan saat ini.
(3) Identifikasi hambatan potensial dan keterbatasan untuk perencanaan intervensi.

57
(4) Modifikasi intervensi terdahulu sejalan geographical, political, climatic dan sociocultural conditions, termasuk
existing infrastructure, management and organization.
a) Berikut kriteria untuk modifikasi intervensi :
b) Intervensi lain atau pilihan yg memiliki dukungan politik yg sangat kuat, mesti dimasukkan;
c) Intervensi lain yang memiliki hambatan sehingga tidak layak harus dikeluarkan;
(5) Mengatasi hambatan dengan menggunakan sumber masyarakat, modifikasi tg jawab pekerjaan dan tugas;
mengganti sumber daya yang ada di satu kegiatan ke kegiatan lain dan memperoleh sumber daya
tambahan ;
(6) Meningkatan manajemen dan administrasi yang sesuai dengan intervensi yg dilakukan.

Solusi atau intervensi diwujudkan dalam strategi yang dalam masalah kesehatan telah digariskan secara nasional
menjadi program-program kesehatan dan merupakan kebijakan nasional. Sedangkan kegiatan yang sesuai dan
tepat untuk mengintervensi penyebab masalah ditentukan sendiri oleh Kabupaten/Kota sesuai dengan kondisi dan
kemampuan

Contoh Perumusan Program dan Kegiatan


Kabupaten/Kota: .............................

Tujuan Target Program Kegiatan Rutin Kegiatan Inovatif


-Peningkatan ANC -90 % K4 -Upaya -Pelatihan bidan -Pembuatan peta
-Peningkatan linakes -90 % linakes pelayanan desa kebutuhan bidan
-Peningkatan desa -80% desa kesehatan di desa
berbidan berbidan dasar Pelatihan kader
-Peningkatan -30 % posyandu
posyandu purnama purnama dan
dan mandiri mandiri

Pikirkan kegiatan yang diusulkan yang bersifat reformatif, inovatif, berpihak pada keluarga miskin dan dapat
dipertanggung jawabkan. Dengan Tabel diatas dapat di identifikasi kegiatan yang bersifat inovatif dan sekaligus
dapat dibedakan dengan kegiatan rutin.

Untuk diperhatikan bahwa ada kebijakan nasional tentang fokus pelayanan kesehatan, misalnya untuk tahun 2013
dan selanjutnya kegiatan kesehatan diutamakan yang menyangkut pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan
keluarga miskin dan pelayanan kesehatan akibat bencana.

2). PENENTUAN KEGIATAN

Jenis Kegiatan Program dapat dikelompokkan sbb :

(1) Kegiatan pelayanan individu:


a) Penemuan kasus (case finding)
b) Pengobatan (case treatment)
(2) Kegiatan kesehatan masyarakat:
a) Intervensi thd faktor resiko lingkungan
b) Intervensi thd faktor resiko perilaku
c) Kegiatan mobilisasi sosial (kemitraan)
(3) Kegiatan manajemen untuk mendukung 1 dan 2 termasuk sistem informasi, monev dan koordinasi.
(4) Kegiatan pengembangan / peningkatan kapasitas yaitu kegiatan memelihara / mengembangkan kapasitas
program. Termasuk pelatihan, pembelian alat, penambahan fasilitas, pengadaan kendaraan dll.

58
Ada dua kelompok kegiatan :
(1) Kegiatan Langsung :
 Penemuan kasus dan pengobatan
 Intervensi terhadap faktor lingkungan
 Intervensi terhadap faktor perilaku
(2) Kegiatan tidak langsung :
 Kegiatan manajemen untuk menunjang kegiatan langsung
 Kegiatan pengembangan dan inovatif untuk menunjang kegiatan langsung maupun kegiatan
manajemen

Perumusan kegiatan hendaknya melihat pedoman program yang telah ada, disusun Depkes, WHO dsb. Selain itu
memilih kegiatan hendaknya yang bersifat intervensi cost efektif. Beberapa Pedoman :
 Pedoman MTBS
 Pedoman Gebrak Malaria
 Pedoman TB-DOTS
 Pedoman Program Imunisasi, dsb.

Menentukan pilihan dari beberapa alternative kegiatan menggunakan MCUA [Multiple Criteria Utilility Assessment-
Pengkajian Penetapan Menggunakan Kriteria )

Alternatif 1 Alternatif 2 pelatihan Alternatif 4


Kriteria
pelatihan bidan desa tenaga puskesmas pelatihan kader

Keharusan:
jumlah puskesmas 47 dipilih 30
pelatihan untuk jumlah bidan desa 78 orang jumlah posyandu 93 bh dipilih 30
puskesmas
2 angkatan @ 5 hari 30 dipilih 60 bidan @ 2 kader
@ 2 orang
peserta biaya 100 juta

Keinginan: Bobot Tanggapan NR NT Tanggapan NR NT Tanggapan NR NT

- kurikulum disusun dulu disusun dulu


4 4 16 siap 8 32 6 24
susah mudah

- waktu 1 siang 8 8 siang malam 4 4 Siang 8 8

- pengajar 2 dari RS 6 12 konsultan 8 16 Dinkes 4 8

- daya ungkit langsung


3 8 24 tak langsung 4 12 tak langsung 6 18
diterapkan

jumlah 60 jumlah 64 jumlah 58

Alternate terpilih

Kegiatan program dapat dikelompokkan menurut sifatnya yaitu :

Public goods:
(1) Sulit melarang org menikmatinya
(2) Tak ada marginal cost utk pengguna berikutnya
(3) Ekternalitasnya besar (dampak thd orang banyak/org lain)
(4) Permintaan (demand) elastis thd harga
Contoh: keamanan, mercu suar, vector control, dll

PRIVATE GOODS:

59
(1) Ada marginal cost
(2) Marginal Cost menjadi barries untuk konsumsi
(3) Ekternalitasnya kecil (dampak hanya thd orang bersangkutan)
(4) Demand elastis thd harga
Contoh: barang lux, bedah kosmetik, USG utk periksa kelamin janin, dll.

MERIT GOODS:
(1) Ada marginal cost,
(2) Marginal Cost bisa menjadi barries untuk konsumsi
(3) Ekternalitasnya besar (dampak thd orang banyak)
(4) Demand bisa elastis atau in-elastis thd harga
Contoh: pelayanan KIA, immunisasi, K B

Public finance Private investmentUsers fee (tarif)Insurance Dll

Public goods ++++ (*) +


Merit goods +++ ++ + +++
Private goods (**) ++++ ++++ ++++
(*) Misal swasta non-profit, badan sosial
(**) Dengan tujuan profit, dalam rangka subsidi silang dan peningkatan mutu

Tanggung jawab minimum pemerintah adalah membiayai:


(1) Program Public goods
(2) Beberapa program/pelayanan merit goods
(3) Pelayanan esensial untuk penduduk miskin

Setiap kegiatan perlu ditetapkan indikator-nya, sehingga memudahkan waktu melihat keberhasilannya setelah
pelaksanaan. Indikator adalah cirri yang menunjukkan bahwa suatu kegiatan dilakukan. Dalam penetapan tingkat
keberhasilan perlu ditetapkan patok duga kriteria keberhasilan, yang bisa digunakan patokan ideal (criterion
reference) atau patokan normative (normative reference).

CATATAN :

Hasil Analisis Situasi digunakan sebagai dasar menentukan besaran tujuan :


◦Tujuan yg berkaitan dg outcome, mis. Menurunkan morbiditas / mortalitas
◦Tujuan yg berkaitan dg output program, mis meningkatkan temuan kasus, meningkatkan cakupan dsb.

Hasil analisis situasi dan perumusan tujuan menjadi dasar penentuan / identifikasi kegiatan

Selanjutnya perlu dilakukan Identifikasi Pelaku Potensial untuk melakukan setiap kegiatan.

60
Tabel Identifikasi pelaku potensial

No Kegiatan Pelaks Pelaksanaan oleh fihak / sektor lain :


Sektor Kes
Sektor lain Swasta/ LSM Masyarakat (kader)Toga
Lain2
1 Pelayanan Individu : Petugas Surveilance
• Penemuan kasus …..
2 Kes. Masy : V Terurai Terurai
• Promosi Campak :
• Penyul BP
• Penyul Posyandu
• Penyul Pengajian
3 Manajemen :
• ………
4 Pengembangan
• ……..

.
3. TUGAS PENDAHULUAN

1) Rumuskan tujuan umum, tujuan khusus, target untuk memecahkan masalah yang telah dianalisis pada
tugas praktikum sebelumnya.
2) Tugas lainnya : membaca dan menyajikan ringkasan landasan teori modul 6.

4. TUGAS PRAKTIKUM

Tabel 4. 21 :
Penentuan Program dan Kegiatan

Tujuan Khusus Target Program Kegiatan Rutin Kegiatan Inovatif Indikator

61
Tabel 4.22 :
Identifikasi Pelaku Potensial

No Kegiatan Pelaks Pelaksanaan oleh fihak / sektor lain :


Sektor Kes
Sektor lain Swasta/ LSM Masyarakat (kader)Toga
Lain2
1 Pelayanan Individu :
• Penemuan kasus …..
2 Kes. Masy :
• ….
3 Manajemen :
• ………
4 Pengembangan
• ……..

5. REFERENCE

 Departemen Kesehatan, Perencanaan Tahunan Pembangunan Kesehatan (RTPK)


 National Public Health Partnership (2000), A Planning Framework for Public Health Practice.
 WHO (2004), Planning and Implementation of District Health Services.

62
TAHAP V : PENENTUAN SUMBER DAYA DAN BIAYA

1. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan :
1) Penentuan Sumber Daya,
2) Penentuan Biaya

2. LANDASAN TEORI
Dimana tahapan yang akan dibahas ?
1) Analisis Situasi, Identifikasi Masalah
2) Prioritas Masalah dan Analisis Masalah
3) Penentuan Tujuan Umum, Tujuan Khusus, Target, Strategi dan Kebijakan
4) Penentuan Program, Kegiatan
5) Penentuan sumber daya dan biaya
6) Penyusunan Rencana Operasional Kegiatan
7) Integrasi Kegiatan dan Biaya
8) Rencana monitoring dan evaluasi

PEMBAHASAN :

1). Penentuan Sumber Daya

Kebutuhan sumber daya penunjang Program dan Kegiatan alternatif, yang mencakup kebutuhan untuk setiap tahap
dan kurun waktu. Setelah diketahui kegiatan dan target, maka ditetapkan kebutuhan tenaga, perbekalan dan biaya.
Sumber Daya dapat berasal dari APBN, APBD, Dekonsentrasi, BLN atau sektor lain.

Menterjemahkan intervensi dan semua kegiatan kedalam sumber daya yg diperlukan :


a). Sumber daya manusia
b). Biaya
c). Ruang / lokasi
d). Waktu dan informasi

Proses perhitungan sistematis dalam memperkirakan kebutuhan realistis semua elemen sumber daya yang
diperlukan untuk penunjang kegiatan. Penyusunan tersebut didasarkan pada rencana program dan kegiatan
alternatif yang telah direncanakan, sesuai dengan tujuan dan sasaran dalam upaya memecahkan masalah
kesehatan prioritas yang telah ditetapkan.

Cara Penetapan Kebutuhan Sumber Daya

Penetapan Jumlah Program dan Kegiatan Alternatif yang direncanakan, termasuk perkiraan beban kerja dan nilai
finansial kebutuhan sumberdaya untuk setiap elemen program atau kegiatan yang direncanakan.

Penjajagan ketersediaan sumber daya dari berbagai sumber yang memungkinkan, baik berasal dari tingkat
internasional [pinjaman atau hibah], nasional [APBN], provinsi dan Kabupaten/Kota [APBD] dan PAD, maupun
sumber daya swasta dan swadaya masyarakat.

Bagaimana menentukan kebutuhan sumber daya :


 Buat tabel kebutuhan sumber daya
 Tabel mencakup sumber daya yg ada sekarang
 Tambahan sumber daya yg dibutuhkan

63
 Total kebutuhan sumber daya
 Buatlah daftar seluruh kegiatan, tipe dan kuantitas sumber daya yg dibutuhkan untuk setiap kegiatan
 Penghitungan total
[1]Tahap Persiapan Penyusunan Rencana
[2]Tahap Penyusunan Program dan Kegiatan
[3]Tahap Pelaksanaan Program dan Kegiatan
[4]Tahap Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan

Contoh :

 Tentukan kebutuhan sumber daya untuk 10.00 wanita 15-45 tahun untuk 2 kali suntikan dimana satu TT
setiap tahun .
 Intervensi mesti mencakup :
◦ training;
◦ immunization;
◦ health education;
◦ supervision.
 Kebutuhan sumber daya :
◦ personnel;
◦ physical infrastructure;
◦ Peralatan dan bahan
◦ Obat dan alat kesehatan;
◦ Perjalanan / ongkos / biaya

Kegiatan intervensi jangka pendek pada umumnya meliputi:


◦ Pelatihan
◦ Penyuluhan
◦ Imunisasi lapangan
◦ Supervisi
◦ Pembinaan lapangan
◦ Pemberian obat atau makanan

Kebutuhan sumberdaya meliputi:


◦ Tenaga
◦ Fasilitas fisik/infra struktur
◦ Peralatan dan bahan termasuk ATK
◦ Obat dan alat kesehatan
◦ Transport/perjalanan
◦ Dana

Untuk mengetahui kebutuhan sumber daya, terutama kegiatan inovatif perlu dilampirkan Kerangka Acuan
[Term of Reference]

64
Contoh : Tabel Identifikasi Sumber Daya

Kebutuhan Peralatan Kebutuhan Alat


Kegiatan Kebutuhan Tenaga Kebutuhan Fasilitas
& ATK Transport
Pelatihan bidan - 3 fasilitator S1 Ruang kelas untuk 30 orang 1 bh Laptop 1 Satu bis untuk pergi
desa - 2 fasilitator DIII -RS untuk praktek bh LCD projector ke RS
30 set bahan ajar

Penemuan -Tenaga penyuluh:2 org -Reagen Lab -Leaflet -Motor


kasus DBD ptgs/.. Kdr/..Toga -Alat periksa lab Poster
-Jumantik Spanduk dsb
-Dokter
Pengobatan
kasus

Penentuan Biaya

Setelah rencana kegiatan pembangunan kesehatan tahunan tersusun, selanjutnya disusun kebutuhan anggarannya.
Anggaran dapat dari berbagai sumber seperti APBN, APBD Propinsi, APBD Kabupaten/Kota, BLN, Masyarakat dan
lainnya. Namun untuk perkiraan anggaran yang dibutuhkan, cara perhitungan anggaran menggunakan ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku di Kabupaten/Kota, antara lain Kepmendagri. [Peraturan perundangan
sewaktu-waktu dapat berubah, cek ke Bappeda]

Misalnya jenis pembiayaan kegiatan menurut Kepmendagri tersebut diatas antara lain:
o Belanja Pegawai/Personalia
o Belanja Barang dan Jasa
o Belanja Perjalanan Dinas
o Belanja Operasi dan Pemeliharaan
o Belanja Modal
o Bagian Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan
o Dll.

Elemen Pembiayaan:
o Volume [orang hari, orang bulan, kali, buah, paket]
o Harga Satuan

Perhitungan anggaran untuk kegiatan yang dibiayai oleh penyandang dana lain diluar pemerintah mungkin
menggunakan system perhitungan anggaran tersendiri

65
Tabel Contoh Penyusunan Rencana Kebutuhan Anggaran setiap Kegiatan
Kabupaten/Kota/Puskesmas : .............................

Volume Satuan Biaya Anggaran


Kegitan Uraian Kegiatan
Kegiatan Rp. Rp.
Pelatihan kader Belanja barang dan jasa
kesehatan 40 orang -Honor panitia OH
selama 5 hari -Honor fasilitator JPL
-Bahan Paket x peserta
-ATK Paket
-Sewa gedung lengkap Peket Hari

Perjalanan Dinas
-Luar kota OK
Transport OH
Lumpsum
-Transport OK

Belanja Operasi
-Penyelenggaraan OH
[akomodasi]
-Penggandaan dan Paket
pelaporan
Jumlah

Tabel Contoh Rekapitulasi Pembiayaan Pembangunan Kesehatan berdasarkan Perkiraan Sumber Anggaran
Kabupaten/Kota/Puskesmas : .............................

Kebutuhan SUMBER ANGGARAN


No Program dan Kegiatan Anggaran [dlm APBD
APBN BLN Lain-lain
ribuan Rp] Provinsi Kab/ Kota
I. Program berkaitan dengan masalah
kesehatan
A. Program pemberantasan dan
pencegahan penyakit
1. Kegiatan
2. Kegiatan
3. dst.
B. Program perbaikan gizi
1. Kegiatan
2. Kegiatan
3. dst.
C. Program upaya kesehatan masyarakat
1. Kegiatan
2. Kegiatan
3. dst.
D. Program, dst.
II. Program berkaitan dengan kebijakan
kesehatan
A. Program manajemen pembangunan
kesehatan
1. Kegiatan
2. Kegiatan
3. dst.
Jumlah

66
3. TUGAS PENDAHULUAN

1) Rumuskan tujuan umum, tujuan khusus, target untuk memecahkan masalah yang telah dianalisis pada
tugas praktikum sebelumnya.
2) Tugas lainnya : membaca dan menyajikan ringkasan landasan teori modul 7.

4. TUGAS PRAKTIKUM

Tabel 5.23.
Penentuan Kebutuhan Sumber Daya Kegiatan ………………………..
Kabupaten/Kota/Puskesmas: .............................

Kebutuhan Peralatan & Kebutuhan Alat


Kegiatan Kebutuhan Tenaga Kebutuhan Fasilitas
ATK Transport

Tabel 5.24 :
Penentuan Biaya Program

Volume Anggaran
Kegiatan Uraian Kegiatan Satuan Biaya Rp.
Kegiatan Rp.

Jumlah
Tabel 5. 25.
Rekapitulasi Pembiayaan Pembangunan Kesehatan berdasarkan Perkiraan Sumber Anggaran
Kabupaten/Kota/Puskesmas : .............................

Kebutuhan SUMBER ANGGARAN


No Program dan Kegiatan Anggaran [dlm APBD
APBN BLN Lain-lain
ribuan Rp] Provinsi Kab/ Kota
I. Program berkaitan dengan masalah
kesehatan
A. Program pemberantasan dan
pencegahan penyakit
1. Kegiatan
2. Kegiatan
3. dst.
B. Program perbaikan gizi
1. Kegiatan
2. Kegiatan
3. dst.
C. Program upaya kesehatan masyarakat
1. Kegiatan
2. Kegiatan
3. dst.
D. Program, dst.
II. Program berkaitan dengan kebijakan
kesehatan
A. Program manajemen pembangunan
kesehatan
1. Kegiatan
2. Kegiatan
3. dst.
Jumlah
dst

67
5. REFERENCE
 Departemen Kesehatan, Perencanaan Tahunan Pembangunan Kesehatan (RTPK)
 National Public Health Partnership (2000), A Planning Framework for Public Health Practice.
 WHO (2004), Planning and Implementation of District Health Services.

68
MODUL VII
TAHAP VI : PENYUSUNAN RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN

1. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan : penyusunan rencana operasional kegiatan

2. LANDASAN TEORI
Dimana tahapan yang akan dibahas ?
1) Analisis Situasi, Identifikasi Masalah
2) Prioritas Masalah dan Analisis Masalah
3) Penentuan Tujuan Umum, Tujuan Khusus, Target, Strategi dan Kebijakan
4) Penentuan Program, Kegiatan
5) Penentuan sumber daya dan biaya
6) Penyusunan Rencana Operasional Kegiatan
7) Integrasi Kegiatan dan Biaya
8) Rencana monitoring dan evaluasi

PEMBAHASAN :

PENYUSUNAN RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN

Setelah kegiatan-kegiatan ditetapkan dan agar tujuan pembangunan kesehatan tahun yang bersangkutan dapat
tercapai, maka perlu dibuat rencana pelaksanaan [POA]. POA terdiri dari semua program dan semua kegiatan.
Untuk kepentingan monitoring waktu pelaksanaan dibantu dengan menggunakan Gantt Chart

Setelah rencana pelaksanaan tersusun kemudian diikuti dengan penyusunan anggaran kegiatan setelah diketahui
perkiraan sumber dana atau dari mana biaya dapat diperoleh, karena kemungkinan masing-masing penyandang
dana mempunyai sistem atau cara penganggaran yang berbeda.

Prinsip rencana kesehatan adalah penentuan berbagai kegiatan agar tujuan pembangunan kesehatan yang telah
ditetapkan dapat terwujud, dari manapun sumber dananya. POA termasuk Rencana secara keseluruhan oleh Dinas
Kesehatan dapat digunakan sebagai alat untuk menawarkan pada penyandang dana dalam rangka mencari
anggaran untuk kegiatan yang tidak dapat dibiayai oleh Pemda. Penyandang dana dapat melihat secara sekilas
semua kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka pembangunan kesehatan di Kabupaten/Kota dan sekaligus
dapat melihat kegiatan mana yang memenuhi kriteria untuk diberikan atau dibantu dananya.

Manfaat lain, POA dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan monitoring jalannya pembangunan kesehatan
oleh pimpinan dan alat untuk mengadakan supervisi.
POA biasanya disusun dalam format matriks mencakup :
 Masalah
 Tujuan Khusus
 Intervensi
 Kegiatan-kegiatan
 Input
 Pelaksana utama – pelaksana lapangan
 Asumsi dan risiko penting
 Indikator monitoring kegiatan
 Output yg direncanakan
 Biaya kegiatan
 Waktu pelaksanaan

69
Tabel.
Rencana Pelaksanaan Kegiatan dan Kebutuhan Anggaran [POA Mix]
Kabupaten/Kota/Puskesmas: .............................

Masalah: cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan hanya mencapai 60% pada tahun 2005 [target 80%]
- kemampuan bidan desa belum optimal
Penyebab: - sarana pelayanan bidan desa masih kurang
- sarana pelayanan bumil masih kurang
Tujuan: peningkatan linakes dari 60 % menjadi 70 % pada akhir tahun 2006
Tujuan Khusus ………………….
Cara
Penanggung Sektor Kebutuhan Sumber
Program Kegiatan Target Waktu Indikator Monitor Biaya
jawab terkait sumber daya Dana
Upaya Kesehatan Pelatihan 75 orang Maret Seksi KIA RSUD Terse- Laporan Ruangan APBD 75 juta
Masyara kat bidan desa lenggara dan Pelatih
nya absensi ATK
latihan
Pembangunan 50 buah Apr - Agt Seksi KIA Lurah/ Fasilitas Laporan Bahan APBD 750 juta
Polindes Kades dan foto bangunan dan
Obat dan masyar
alkes akat
Mebel
Kader
Peningkatan 25 Posy Apr – Jul Seksi PKK Posy Laporan Mebel APBD 125 juta
Posyandu Purnama Promkes Purnama dan foto Obat dan dan
25 Posy dan alkes masyar
Mandiri Mandiri akat

Contoh Gant Chart Program / Kegiatan :


Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Output Sumber Penangg
Kegiatan xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx daya Jawab
1. Survei darah tepi
2. Pengobatan
3. Penyemprotan
4. Kampanye malaria
5. Supervisi
6. Rapat kordinasi
6. Dll

3. TUGAS PENDAHULUAN

1) Penentuan Kebutuhan Sumber Daya


2) Penentuan Biaya
3) Rekapitulasi Biaya
4) Tugas lainnya : membaca dan menyajikan ringkasan landasan teori modul 7.

4. TUGAS PRAKTIKUM

Tabel 6.26 :
Rencana Pelaksanaan Kegiatan dan Kebutuhan Biaya

Masalah:
Penyebab:
Tujuan:
Tujuan Khusus
Cara
Penanggung Sektor Kebutuhan Sumber
Program Kegiatan Target Waktu Indikator Monitor Biaya
jawab terkait sumber daya Dana

70
Tabel 6.27.
Gant Chart Program / Kegiatan :

No Kegiatan Jan Feb Maret April mei Juni Juli dst

5. REFERENCE

 Departemen Kesehatan, Perencanaan Tahunan Pembangunan Kesehatan (RTPK)


 National Public Health Partnership (2000), A Planning Framework for Public Health Practice.
 WHO (2004), Planning and Implementation of District Health Services.

71
TAHAP VII : INTEGRASI KEGIATAN DAN BIAYA

1. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan : penyusunan integrasi kegiatan dan biaya

2. LANDASAN TEORI

Dimana tahapan yang akan dibahas ?


1) Analisis Situasi, Identifikasi Masalah
2) Prioritas Masalah dan Analisis Masalah
3) Penentuan Tujuan Umum, Tujuan Khusus, Target, Strategi dan Kebijakan
4) Penentuan Program, Kegiatan
5) Penentuan sumber daya dan biaya
6) Penyusunan Rencana Operasional Kegiatan
7) Integrasi Kegiatan dan Biaya
8) Rencana monitoring dan evaluasi

PEMBAHASAN :

1). INTEGRASI PERENCANAAN DAN BIAYA

Untuk efektifitas dan efisiensi kegiatan maupun pembiayaan disusun integrasi perencanaan dari semua program dan
kegiatan yang telah disusun.
Contoh Tabel Integrasi Perencanaan Program

Program
Aspek diintegrasikan
A B C dst
Sasaran
 Lokasi
 Target Populasi
Jenis Kegiatan
 Surveilans
 Penyuluhan
 Pelatihan
 Pengobatan
Sarana
 Kendaraan
 AVA
 Cold Storage
Waktu
dll

2). PENULISAN RENCANA KESEHATAN


Sistimatika / outline mencakup elemen inti :
 Executive Summary:
◦Maximum 2 halaman.
◦Ringkasan major objectives, interventions dan sumber daya yg dibutuhkan
◦Spesisikasi bgmn rencana diimplemntasikan, monitor dan evaluasi.
 Pengantar = Introduction:
◦Pernyataan tujuan umum perencanaan

72
 Situation analysis (diambil dari Profil Kesehatan)
◦Deskripsi wilayah (Prov / kab kota/ kecamatan)
◦Masalah kesehatan utama
◦Satistik kematian dan kesakitan
◦Prioritas masalah / kebutuhan
◦Masalah kesehatan sekunder (atau kontributor)
◦Status pelayanan kesehatan
◦Kemampuan Pelayanan Kesehatan
◦Pelayanan Kesehatan yg akan berkembang dlm waktu dekat
◦Pengaruh dan kemungkinan masalah (bila ada)
◦Review sumber daya yg ada mis. Tenaga, peralatan dan biaya serta sumber lainnya.
 Pengukuran Intervensi yg direncanakan = Planned intervention measures:
◦Tujuan dan target.
◦Inputs.
◦Kegiatan yg direncanakan
◦Pelaksana dan mitra utama
 Rencana Implementasi = Plan of operation dan biaya
 Monitoring dan evaluation.
 Asumsi dan risiko.

Rencana perlu disahkan tim kesehatan (prov / kab / kota / kecamatan), dan diajukan oleh konsil kesehatan serta
digabungkan dalam rencana keseluruhan pemerintah prov / kab / kota / kecamatan.

3. TUGAS PENDAHULUAN
 Rencana Pelaksanaan Kegiatan dan Kebutuhan Biaya serta Gant Chart Program / Kegiatan :

4. TUGAS PRAKTIKUM
Tabel 7.28 Integrasi Perencanaan Program
Program
Aspek diintegrasikan
A B C dst
Sasaran
 Lokasi
 Target Populasi
Jenis Kegiatan
 Surveilans
 Penyuluhan
 Pelatihan
 Pengobatan
Sarana
 Kendaraan
 AVA
 Cold Storage
Waktu
dll

5. REFERENCE
 Departemen Kesehatan, Perencanaan Tahunan Pembangunan Kesehatan (RTPK)
 National Public Health Partnership (2000), A Planning Framework for Public Health Practice.
 WHO (2004), Planning and Implementation of District Health Services.

73
TAHAP VIII : RENCANA MONITORING DAN EVALUASI

1. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan :
1) Penyusunan rencana monitoring dan evaluasi
2) Review Perencanaan

2. LANDASAN TEORI

Dimana tahapan yang akan dibahas ?


1) Analisis Situasi, Identifikasi Masalah
2) Prioritas Masalah dan Analisis Masalah
3) Penentuan Tujuan Umum, Tujuan Khusus, Target, Strategi dan Kebijakan
4) Penentuan Program, Kegiatan
5) Penentuan sumber daya dan biaya
6) Penyusunan Rencana Operasional Kegiatan
7) Integrasi Kegiatan dan Biaya
8) Rencana monitoring dan evaluasi

PEMBAHASAN :

Pertanyaan kunci untuk dilaksanakan dlm tahap ini adalah : “how will we know when we get there and what have we
achieved ?” Bagaimana mengetahui kapan sampai disana dan apa yang sudah dicapai?
Untuk itu harus dirumuskan :
 Pengembangan / pengkajian indikator
 Identifikasi cara pengukuran
 Membuat perencanaan pelaksanaan monitoring dan evaluasi

1). MONITORING

Monitoring dilaksanakan oleh tim perencana untuk dilaporkan kepada pimpinan dan yang dimonitor adalah:
 Pelaksanaan RTPK melalui Rencana Pelaksanaan [Plan of Action]
 Pelaksanaan kegiatan melalui Laporan kemajuan kegiatan dan Laporan setiap kegiatan bila telah selesai dibuat
oleh penanggung jawab kegiatan
 Laporan supervisi waktu kegiatan sedang berjalan, dibuat oleh atasan penanggung jawab kegiatan.

Monitoring meliputi hal-hal yang menyangkut Input [tenaga, peralatan, bahan, dsb.], Proses [cara melakukan dan
kesesuaian dengan protap atau standar], Output [hasil dari kegiatan] dan Outcome [efek dari kegiatan].

Monitoring dilakukan untuk memastikan bahwa:


 Kegiatan dikerjakan sesuai dengan jadwal
 Kegiatan dilakukan sesuai dengan standar/protap
 Sumber daya dipergunakan sesuai rencana
 Terpenuhinya data dan informasi yang diperlukan
 Timbulnya masalah dalam pelaksanaan yang perlu ditanggulangi
 Rencana diimplementasikan sesuai dengan yang telah ditetapkan

2). EVALUASI
Merupakan pengkajian suatu kegiatan dalam rangka peningkatan atau implementasi dari ”kegiatan yang sedang
atau akan” dilaksanakan. Umumnya evaluasi dilakukan pada akhir tahun.

74
Evaluasi dapat dilakukan:
 Sebelum implementasi, untuk menentukan titik-titik rawan dan feasibility dari rencana.
 Selama implementasi untuk menentukan area yang perlu perbaikan atau modifikasi.
 Pada akhir kegiatan, untuk menilai efek atau outcomes dari kegiatan atau proyek dengan mendapatkan
informasi pada :
o Efektifitas dalam pencapaian tujuan proyek
o Kontribusinya dalam pencapaian visi
o Efisiensi dalam penggunaan sumber daya
o Sustainability dari hasil proyek
o Keperluan untuk melanjutkan, modifikasi atau mengakhiri proyek.

Evaluasi meliputi konteks, input, proses dan outcome dalam rangka pencapaian tujuan yang diinginkan. Dapat
bersifat internal atau pelaksana dan eksternal.

Setelah dievaluasi tentang kinerja kegiatan, efektifitas dan efisiensi, maka ditetapkan:
 Apakah kegiatan telah dilaksanakan secara tepat
 Apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai
 Apakah kegiatan dapat diteruskan atau tidak
 Apakah proyek perlu diperpanjang

Penjelasan lebih rinci pada modul evaluasi.

3. TUGAS PENDAHULUAN
 Integrasi Kegiatan dan Biaya

4. TUGAS PRAKTIKUM

Tabel 8.29.
Menyusun Rencana Monitoring dan Evaluasi

No Aspek yang perlu direncanakan Jawaban


A Monitoring :
1 Apa kegunaan monitoring?
2 Siapa yang memonitoring?
3 Apa informasi yang diinginkan?
4 Bagaimana akan dimonitoring?
5 Bagaimana monitoring dikoordinasikan?
6 Bagaimana data akan dianalisis dan ditafsirkan?
7 Bagaimana data dikumpulkan?
8 Bagaimana format dan detil laporan monitoring?
9 Apakah ada persetujuan diantara mitra kunci
mengenai issue?
10 Sumber daya apa yg akan dialokasikan untuk
melakukan monitoring?
11 Bgmn perwakilan masyarakat dan partisipasi
dilaksanakan secara terstruktur dalam monitoring?
12 Apakah ada keterbatasan monitoring dan
bagaimana mengatasinya bila muncul?
13 Bgmn hasil monitoring akan dikomunikasikan
kepada key stakeholders, penyandang dana dan
kelompok masyarakat?

75
No Aspek yang perlu direncanakan Jawaban
B Evaluasi
1 Apa kegunaan evaluasi?
2 Siapa yg mengevaluasi? Apa informasi yang
diinginkan?
3 Bgmn akan dievaluasi?
4 Bgmn evaluasi dikoordinasikan?
5 Bgmn data akan dianalisis dan ditafsirkan?
6 Bgmn data dikumpulkan?
7 Bgmn format dan detil laporan evaluasi?
8 Apakah ada persetujuan diantara mitra kunci
mengenai issue?
9 Sumber daya apa yg akan dialokasikan untuk
melakukan evaluasi?
10 Bgmn perwakilan masyarakat dan partisipasi
dilaksanakan secara terstruktur dlm evaluasi?
11 Apakah ada keterbatasan evaluasi dan bgmn
mengatasinya bila muncul?
12 Bgmn hasil evaluasi akan dikomunikasikan kpd
key stakeholders, penyandang dana dan klp
masyarakat?
13 Bgmn temuan akan diintegrasikan kembali kedalam
perencanaan yg berkesinambungan?

Tabel 8.30 :
Review Perencanaan

No Langkah Perencanaan Sudah Memadai Belum Memadai


(Beri V bila ya) (Beri V bila ya)
1 Apakah objectives dirumuskan jelas
dalam rumusan outcome?
2 Apakah kegiatan2 jelas dan dapat
diukur?
3 Apakah tipe dan jumlah sumber daya
memadai?
4 Apakah ada keterkaitan kausal antara
objectives dan strategies/activities yg
masuk akal?
5 Apakah hambatan2 membatasi program?
6 Review Sumber Daya manusia dan
Keterkaitannya.
7 Review Sumber Daya Finansial dan
Keterkaitannya.
8 Review kesesuaian rencana dg
pengumpulan data dan pengambilan
keputusan pd waktu tsb.
9 Bila ada kebutuhan baru ketika
menyusun perencanaan, apakah sudah
dipenuhi.
10 Bila perlu penyesuaian agar perencanaan
sesuai dg situasi dan siap
diimplementasikan, apakah sudah
dipenuhi.
11 Revisi perencanaan sesuai keperluan.

76
5. REFERENCE

 Departemen Kesehatan, Perencanaan Tahunan Pembangunan Kesehatan (RTPK)


 National Public Health Partnership (2000), A Planning Framework for Public Health Practice.
 WHO (2004), Planning and Implementation of District Health Services.

77

Anda mungkin juga menyukai