Anda di halaman 1dari 43

Nama : Ervira

NIM : 130180024
Rangkuman film “A Beautiful Mind”
Seorang matematikawan genius yaitu John Forbes Nash memiliki penyakit psikologis yaitu
Skizofrenia. Penyakit ini membuatnya kerap bisa berhalusinasi dan menciptakan tokoh-
tokoh yang hanya khayalan halusinasinya saja.
Tiga orang dalam kehidupan John ternyata adalah tokoh dari halusinasinya, yaitu Charles
Herman yang teman sekamarnya selama di universitas, William Parcher sebagai agen
pemerintah, dan Marcee adalah keponakan dari Charles Herman.
Penyakit ini membuatnya dibayangi lecemasan dan juga kesulitan berpikir normal dan
rasional.
Dalam kehidupannya, John memakan obat antipsikotik yang membantunya. Tetapi, John
menganggap bahwa obat-obat itu malah mengganggu kemampuan berpikirnya dan
akhirnya ia memilih untuk tidak memakannya.
Akan tetapi jika John tidak meminum obat-obat itu, halusinasi dan kenyataannya pun
tercampur baur dalam kehidupannya, sehingga secara perlahan- lahan John mulai untuk
menghadapi kondisi itu dengan kemampuan serta kecakapan dirinya tanpa harus
terpengaruh obat-obatan.
Bersama dengan istrinya, John yaitu Alicia akhirnya mampu membedakan antara manusia
nyata dan orang-orang dalam halusinasinya.
John akhirnya tau bahwa teman-teman halusinasinya itu tidak bertambah tua.
Dan akhirnya dengan kemampuannya sendiri, John mulai belajar untuk menjalani hidup
dengan rasional dengan tidak menanggapi orang-orang halusinasinya.
Finally, dengan kemampuannya serta kegigihan John berhasil meraih nobel ditahun 1994
pada usianya yang sudah cukup tua.
Dan sampai saat ini pun, konsep ekonomi kontemporer yang ia temukan masih terus
digunakan dan dipelajari untuk masyarakat luas.
Pesan dari Film A Beautiful Mind
1. Selalu Berusaha dan Bekerja Keras
Sifat John yang selalu berusaha tertuang dalam film dimana John selalu bekerja keras
meecahkan kode yang sebenarnya adalah halusinasinya saja akan tetapi kerja keras
itulah yang membuat john dapat berhasil dalam menguasi dirinya sendiri.
2. Percaya Dengan Diri Sendiri
Didalam film juga ditunjukkan perjuangan John yang percaya bahwa dirinya dapat
menguasai dirinya sendiri menunjukkan sikap kepercayaan akan kemampuan yang ia
miliki.
3. Kekurangan Bukanlah Hambatan

1
Penyakit yang diderita oleh John bukanlah halangan yang akan menghambat
berhasilnya dirinya, dapat menjadi pembelajaran bagi kita bahwa kekurangan yang
kita miliki bukanlah alasan untuk dapat berusaha untuk mengejar mimpi kita, manusi
tidak ada yang sempurna tetapi dengan berusaha pasti kita bisa.
  
 

2
INSTITUT BISNIS, EKONOMI DAN KEUANGAN

STIE – IBEK

PROPORSAL

ANALISIS PENGARUH PEMAHAMAN SELF ASSESSMENT, SANKSI


PAJAK, KESADARAN PAJAK SERTA KUALITAS PELAYANAN FISKUS
TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
(STUDI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA KOTA PANGKALPINANG
TAHUN 2013 - 2018)

Disusun Oleh :

NAMA : ERVIRA

NIM : 130180024

UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN DARI SYARAT GUNA


MENCAPAI PENILAIAN TUGAS MATA KULIAH
METODOLOGI PENELITIAN SEMESTER 5
JURUSAN AKUNTANSI
PANGKALPINANG
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proporsal ini. Tujuan penyusunan
proporsal ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam memenuhi tugas semester 5
mata kuliah Metodologi Penelitian.

Penulisan makalah ini penulis mengambil judul “analisis pengaruh pemahaman


self assessment, sanksi pajak, kesadaran pajak serta kualitas pelayanan fi skus
terhadap ti ngkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi ”.

Mengingat keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulisan,


makalah ini tidak luput dari kekurangan dan belum sempurna, namun penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya serta bagi semua pihak yang
berkenan memanfaatkannya.

Pada proses penyusunan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, penulis
menyampaikan rasa hormat dan terimakasih. Serta dalam penyusunan makalah penulis juga
memanfaatkan berbagai informasi dari website di media sosial serta dari teman yang
pernah melakukan penyusunan skripsi. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sangat diharapkan, semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Semoga amal ibadah, dan dorongan serta doa yang diberikan kepada penulis dengan
tulus dan iklas mendapatkan Rahmat dan karunia dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Pangkalpinang, 7 Desember 2020

Ervira Rosalina Astuti

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB 1 PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 7
1.3 Tujuan Penelitian 7
1.4 Manfaat Penelitian 8
BAB 2 LANDASAN TEORI 9
2.1 Akuntansi 9
2.2 Pajak 9
2.3 Pemahaman Self Assessment 11
2.4 Sanksi Pajak 15
2.5 Kesadaran Wajib Pajak 17
2.6 Kualitas Pelayanan Fiskus 18
2.7 Kepatuhan Wajib Pajak 20
2.8 Penelitian Terdahulu 22
2.9 Kerangka Pikir 23
2.10 Hipotesis 25
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 27
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 27
3.2 Variabel Yang Diteliti 28
3.3 Teknik Pengumpulan Data. 29
3.4 Teknik Pengolahan Data Dan Analisis Data 33
3.5 Uji Hipotesis 38
DAFTAR PUSTAKA 40

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan apabila pemerintah menjalankan

pemerintahannya dengan baik dan melaksanakan pembangunan di segala bidang. Hal ini

tentunya didukung oleh pembiayaan negara yang memadai. Suatu negara akan berjalan

dengan baik ketika sumber keuangan negara stabil dan kuat. Sumber penerimaan dana

untuk negara di dominasi oleh pos penerimaan pajak.

Upaya memaksimalkan penerimaan pajak juga tidak dapat hanya mengandalkan

peran dari direktorat jendral pajak maupun petugas pajak, tetapi dibutuhkan juga peran

aktif dari para wajib pajak itu sendiri. Usaha memaksimalkan penerimaan pajak harus

lebih mengarah pada upaya meningkatkan penerimaan dengan berbagai macam program.

Reformasi sistem perpajakan sudah dilakukan pemerintah, sistem perpajakan dari official

assessment menjadi self assessment.

Self assessment system merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung,

membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Hal ini menjadi

dasar kepatuhan, kesadaran wajib pajak dan menjadi faktor yang sangat penting dalam

hal untuk mencapai keberhasilan penerimaan pajak oleh negara. Pengguna self

assessment system memiliki misi dan konsekuensi perubahan sikap (kesadaran) warga

masyarakat untuk membayar pajak secara sukarela (voluntary compliance). Kepatuhan

memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela merupakan tulang punggung sistem self

assessment.

4
Wajib pajak yang memiliki NPWP tetapi tidak melaporkan SPT (surat

pemberitahuan) padahal kewajiban perpajakan tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan

undang-undang perpajakan yang berlaku. Oleh karena itu wajib pajak perlu pemahaman

yang baik dan benar tentang peraturan perpajakan yang ada dalam undang-undang

perpajakan untuk memenuhi kewajiban perpajakan. Pemahaman yang dimaksud adalah

mengerti dan paham ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Pemahaman tersebut

tentang bagaimana cara membayar pajak, melaporkan SPT, mengetahui dimana tempat

membayar pajak, mengetahui kapan batas waktu pembayaran dan mengetahui sanksi

yang akan didapatkan jika tidak membayar pajak.

Meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya

dapat didukung dengan kualitas pelayanan dan komunikasi dari fiskus terhadap wajib

pajak yang harus ditingkatkan oleh aparat pajak. Pelayanan fiskus berperan untuk

memberikan penilaian positif kepada wajib pajak tentang layanan perpajakan yang

disediakan lembaga penerimaan pajak, khususnya di KPP Pratama Pangkalpinang.

Pelayanan fiskus yang selalu membantu, memberikan kenyamanan, memberikan

informasi melalui komunikasi atau bahasa yang baik dan selalu mendengarkan saran

serta keluhan pelanggan akan memberikan nilai tambah bagi pelayanan fiskus.

Wilayah kantor pelayanan pajak pratama Pangkalpinang meliputi kecamatan

Bukit Intan, Girimaya, Gerunggang, Taman Sari, Rangkui dan Pangkal Balam dengan

jumlah wajib pajak orang pribadi rata-rata sebanyak 44.808 orang dari tahun 2013–2018.

5
TABEL I.1
Tingkat Kepatuhan WPOP di KPP Pratama Kota Pangkalpinang
Periode 2013 – 2018

Tahun WPOP Terdaftar WPOP yang Bayar Persentase


(%)
2013 37.395 2.273 6,08%
2014 40.358 2.310 5,72%
2015 42.970 2.857 6,65%
2016 46.142 3.899 8,45%
2017 49.145 3.961 8,06%
2018 52.840 4.431 8,39%
Rata-rata 44.808 3.289 7,22%

Sumber : KPP Pratama Kota Pangkalpinang (2019)

Wajib pajak orang pribadi yang melaporkan SPT rata-rata sebanyak 3.289 orang

atau 7,22% dan wajib pajak orang pribadi yang tidak melaporkan SPT rata-rata sebanyak

41.250 orang atau 92,66%. Alasannya wajib pajak tidak percaya dengan undang-undang

di bidang perpajakan, wajib pajak tidak percaya dengan petugas pajak, wajib pajak tidak

membayar pajak karena masih ada orang yang ingin coba-coba tidak membayar pajak,

wajib pajak tidak membayar pajak lantaran membayar pajak belum menjadi budaya dan

wajib pajak belum patuh membayar pajak karena alasan pengisian SPT dinilai ribet.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut peneliti akan melakukan

penelitian mengenai faktor-faktor kepatuhan wajib pajak orang pribadi terhadap

hubungannya dengan pemenuhan kewajiban yang hasilnya dituangkan dalam laporan

akhir ini dengan judul “PENGARUH PEMAHAMAN SELF ASSESSMENT,

6
SANKSI PAJAK, KESADARAN PAJAK SERTA KUALITAS PELAYANAN

FISKUS TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG

PRIBADI (STUDI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KOTA

PANGKALPINANG TAHUN 2013-2018)”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, maka penulis

merumuskan masalah dalam penelitian yaitu:

1. Apakah pemahaman self assessment berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib

pajak orang pribadi?

2. Apakah sanksi pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang

pribadi?

3. Apakah kesadaran pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi?

4. Apakah kualitas pelayanan fiskus pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan

wajib pajak orang pribadi?

5. Apakah pemahaman self assessment, sanksi pajak, kesadaran pajak serta kualitas

pelayanan fiskus berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sebagai berikut :

1. Mengetahui apakah pemahaman self assessment berpengaruh terhadap tingkat

kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

2. Mengetahui apakah sanksi pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib

pajak orang pribadi.

7
3. Mengetahui apakah kesadaran pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

orang pribadi.

4. Mengetahui apakah kualitas pelayanan fiskus pajak berpengaruh terhadap tingkat

kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi wajib pajak

Hasil dari penelitian ini di harapkan menjadi informasi tambahan bagi masyarakat

agar lebih mengetahui tentang pajak dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam

membayar pajak.

2. Bagi KPP

Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan masukan kepada KPP Pratama

Kota Pangkalpinang dalam upaya meningkatkan kepatuhan wajib pajak melalui

peningkatan kualitas pelayanan dan pemberian sanksi perpajakan.

3. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan

pengembangan untuk penelitian selanjutnya, serta sebagai penambah ilmu bagi para

mahasiswa.

8
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Akuntansi

2.1.1 Pengertian Akuntansi Perpajakan

Akuntansi pajak menurut Sukrisno Agoes (2014) merupakan akuntansi

yang diterapkan sesuai dengan peraturan perpajakan disebut akuntansi pajak.

Akuntansi pajak merupakan bagian dari akuntansi komersial yang diatur dalam

standar akuntansi keuangan (SAK). Akuntansi pajak hanya digunakan untuk

mencatat transaksi yang berhubungan dengan perpajakan, dengan adanya

akuntansi pajak WP dapat dengan lebih mudah menyusun SPT. Akuntansi

komersial disusun dan disajikan berdasarkan SAK namun, untuk kepentingan

perpajakan, akuntansi komersial harus disesuaikan dengan aturan perpajakan

yang berlaku di Indonesia.

2.2 Pajak

2.2.1 Pengertian Pajak

Pajak menurut Undang – Undang No. 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1

merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa. Berdasarkan undang-undang, pajak tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak menurut Rochmat Soemitro

(2004) merupakan iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor

partikulir ke sektor pemerintah). Berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan)

9
dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi) yang langsung dapat

ditunjukan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum. Pajak menurut

Mardiasmo (2018) merupakan iuran kepada kas negara berdasarkan undang-

undang (yang dapat dipaksakan) langsung dapat ditunjukan dana yang digunakan

untuk membayar pengeluaran umum.

2.2.2 Wajib pajak

Wajib pajak menurut Undang-Undang Perpajakan No. 6 Tahun 1983 yang

diperbarui dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum

dan tata cara perpajakan merupakan orang pribadi atau badan meliputi pembayar

pajak, pemotongan pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan

kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan. Wajib pajak menurut Suandy (2011) merupakan orang pribadi atau

badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan termasuk pemungut atau

pemotong pajak tertentu.

2.2.3 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

Menurut Mardiasmo (2018), hak-hak wajib pajak sebagai berikut:

a) Mengajukan surat keberatan dan surat banding.

b) Menerima tanda bukti pemasukan SPT.

c) Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan.

d) Mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT.

e) Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran pajak.

f) Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang dikenakan dalam surat

ketetapan pajak.

g) Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

10
h) Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi, serta

pembetulan surat ketetapan pajak yang salah.

i) Memberikan kuasa kepada orang untuk melaksanakan kewajiban pajaknya.

j) Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak.

k) Mengajukan keberatan dan banding.

Menurut Mardiasmo (2018), kewajiban wajib pajak adalah sebagai

berikut:

a) Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP.

b) Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak

(PKP).

c) Menghitung dan membayar sendiri pajak yang benar.

d) Mengisi dengan benar SPT (SPT diambil sendiri), dan memasukkan ke

kantor pelayanan pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan.

e) Menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan.

f) Jika diperiksa wajib :

a.) Memperlihatkan dan meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang

menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan

penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerja bebas wajib pajak

atau objek yang terutang pajak.

b.) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang

dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.

c.) Memberikan keterangan yang diperlukan.

2.3 Pemahaman Self Assesment

11
2.3.1 Pengertian Pemahaman

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) (2016) pemahaman adalah

proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Menurut Mardiasmo

(2018) pemahaman pajak adalah pemahaman wajib pajak terhadap sistem

pemungutan pajak yang ada di Indonesia dan segala macam peraturan perpajakan

yang berlaku. Menurut Carolina (2009) pemahaman pajak adalah informasi pajak

yang dapat digunakan wajib pajak sebagai dasar untuk bertindak, mengambil

keputusan dan untuk menempuh arah atau strategi tertentu berhubungan dengan

pelaksanaan hak dan kewajibannya dibidang perpajakan.

2.3.2 Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Rahayu (2018) Sistem pemungutan pajak dalam sistem

administrasi perpajakan dikenal dengan self assesment system, official assesment

system dan withholding tax system. Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang

pernah dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Official assesment system

Dimana wewenang pemungutan pajak sepenuhnya ada pada fiskus. Utang

pajak timbul kalau ada surat ketetapan pajak (SKP), dilaksanakan sampai

tahun 1976.

2. Semi self assesment system

Wewenang pemungutan ada pada wajib pajak dan fiskus. Pada awal tahun

pajak wajib pajak menaksir dahulu berapa pajak yang akan terutang untuk

satu tahun pajak, kemudian mengangsurnya. Akhir tahun pajak, pajak

terutang sesungguhnya ditentukan fiskus. Dilaksanakan di Indonesia pada

periode 1968-1983.

3. Full self assesment system

12
Wewenang sepenuhnya untuk menentukan besar pajak ada pada wajib pajak.

Wajib pajak aktif menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan

sendiri pajaknya. Fiskus tidak campur tangan dalam penentuan besar pajak

terutang selama wajib pajak tidak meyalahi peraturan yang berlaku.

Dilaksanakan secara efektif pada tahun 1984 atas dasar perombakan

perundang-undangan perpajakan pada tahun 1983.

4. Withholding tax system

Wewenang pemungutan pajak ada pada pihak ketiga selain fiskus dan wajib

pajak. Dilaksanakan secara efektif sejak 1984.

Menurut Mardiasmo (2018), hambatan pemungutan pajak dapat

dikelompokan menjadi dua yaitu:

1. Perlawanan Pasif

Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan antara

lain:

a) Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.

b) Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat.

c) Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik.

2. Perlawanan Aktif

Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara

langsung ditunjukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak.

Bentuknya antara lain:

a) Tax Avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar

undang-undang.

b) Tax Evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar

undang-undang (menggelapkan pajak).

13
2.3.3 Self Assessment System

Menurut Waluyo (2014) self assessment system adalah pemungutan pajak

yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak

untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri

besarnya pajak yang harus dibayar. Menurut Suparmono dan Theresia Woro

(2010) self assessement system adalah suatu sistem pemungutan yang wajib

pajaknya boleh meghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak

yang harus disetor. Menurut Mardiasmo (2018) self assessment system

merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib

pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-ciri self

assessment system sebagai berikut :

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak ada pada wajib pajak sendiri.

b. Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri

pajak yang terutang.

c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

Menurut penjelasan undang-undang ketentuan umum perpajakan (UU

KUP) bahwa self assessment adalah ciri dan corak sistem pemungutan pajak. Self

assessment merupakan suatu sistem perpajakan yang memberikan kepercayaan

dan tanggung jawab kepada wajib pajak untuk :

a) Berinisiatif mendaftarkan dirinya untuk mendapatkan nomor pokok wajib

pajak (NPWP)

b) Menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak

terutang.

Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan, bahwa self assessment

system merupakan wewenang, kepercayaan, tanggungjawab untuk wajib pajak

14
menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besar pajak

yang harus dibayar setiap tahun sesuai dengan undang-undang perpajakan yang

berlaku.

2.3.4 Pemahaman Pelaksanaan Self Assessment

Pelaksanaan self assessment sudah diberlakukan sejak tahun 1984,

Pelaksanaan dari Self Assessment System juga terus dilakukan sampai saat ini.

Pelaksanaan yang dimaksud adalah sejauh mana wajib pajak berperan aktif,

sadar, jujur, mau dan disiplin dalam membayar pajak. Menurut Suandy Erly

(2011), keberhasilan suatu sistem Self Assessment dapat dilihat dari adanya

beberapa hal yaitu:

a) Kedisplinan Wajib Pajak.

b) Kejujuran Wajib Pajak.

c) Kemauan Membayar Pajak dari Wajib Pajak.

d) Kesadaran Wajib Pajak

Kedisplinan wajib pajak yang dimaksud disini adalah wajib pajak yang

dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan aturan atau tunduk

pada undang-undang yang berlaku. Wajib pajak yang jujur adalah wajib pajak

yang melaporkan semua hal yang berhubungan dengan pajak sesuai kenyataan

dan menghitung dengan tarif pajak yang sesuai. Kemauan dan kesadaran untuk

membayarkan pajak merupakan situasi dimana wajib pajak dengan rela hati

memenuhi kewajiban perpajakannya.

2.4 Sanksi Pajak

2.4.1 Pengertian Sanksi

Menurut Mardiasmo (2018) sanksi pajak merupakan jaminan bahwa

ketentuan perundang-undangan perpajakan akan ditaati atau dengan kata lain

15
sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar

norma perpajakan. Menurut Resmi (2014) sanksi pajak adalah sanksi yang terjadi

karena adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan,

sehingga apabila terjadi pelanggaran maka wajib pajak dihukum dengan indikasi

kebijakan perpajakan dan undang-undang perpajakan. Menurut Waluyo (2014)

Sanksi pajak adalah sarana yang digunakan untuk membuat wajib pajak menaati

perpajakan yang berlaku.

2.4.2 Jenis Sanksi Pajak

Menurut Ilyas dan Burton (2013) Penerapan sanksi administrasi umumnya

dikenakan karena wajib pajak melanggar hal-hal yang bersifat administratif yang

diatur dalam undang-undang pajak. Wajib pajak tidak atau terlambat dalam

menyampaikan laporan pajaknya, terlambat membayar pajak sesuai batas waktu

yang telah ditentukan, atau wajib pajak salah dalam melakukan perhitungan

jumlah pajak yang masih harus dibayar. Sanksi pidana umumnya diterapkan

kepada wajib pajak yang melanggar ketentuan yang dikualifikasikan sebagai

tindak pidana pajak. Sanksi pidana diterapkan karena adanya unsur kesengajaan

yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Sanksi administrasi

terdiri dari 3 (tiga) macam yaitu:

a) Sanksi administrasi berupa denda

b) Sanksi administrasi berupa bunga

c) Sanksi administrasi berupa kenaikan

Menurut Rahayu (2018) sanksi administrasi dapat dijatuhkan apabila

wajib pajak melakukan pelanggaran, terutama atas kewajiban yang ditentukan

dalam UU KUP dapat berupa sanksi bunga, denda, kenaikan. Sedangkan sanksi

pidana dapat berupa hukuman kurungan dan hukuman penjara.

16
2.5 Kesadaran Wajib Pajak

2.5.1 Pengertian Kesadaran Wajib Pajak

Menurut Muliari dan Setiawan (2010) kesadaran wajib pajak adalah suatu

kondisi dimana wajib pajak mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan

perpajakan dengan benar dan sukarela. Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib

pajak maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik

sehingga dapat meningkatkan kepatuhan. Menurut Abdul Rahman (2010)

kesadaran wajib pajak adalah kemauan tanpa paksaan membayar kewajiban

pajaknya. Wajib pajak yang mengetahui bagaimana peraturan pajak,

melaksanakan ketentuan pajak dengan benar, dan sukarela. Wajib pajak yang

sadar akan pajaknya tidak akan melanggar peraturan perpajakan yang berlaku,

wajib pajak juga menghitung pajaknya dengan benar, serta akan membayar pajak

terutangnya. Menurut Pandapotan Ritonga (2011) kesadaran wajib pajak

merupakan perilaku wajib pajak berupa pandangan atau persepsi yang melibatkan

keyakinan, pengetahuan dan penalaran serta kecenderungan untuk bertindak

sesuai dengan stimulus yang diberikan oleh sistem dan ketentuan perpajakan yang

berlaku.

2.5.2 Kesadaran Kewajiban Perpajakan Dalam Self Assessment System

Menurut Anggraeni (2007) menyimpulkan kriteria wajib pajak yang sadar

akan kewajiban perpajakannya dalam self assessment system yaitu :

17
a) Dalam mendapatkan NPWP, Wajib Pajak secara aktif mendaftarkan diri

secara aktif dan mandiri ke KPP setempat.

b) Wajib Pajak mengambil sendiri formulir SPT Masa di KPP setempat.

c) Wajib Pajak menghitung dan menetapkan sendiri jumlah pajak penghasilan

yang terutang melalui pengisian SPT tanpa bantuan fiskus.

d) Wajib Pajak menyetor dan melaporkan formulir SPT secara aktif dan mandiri

dan tepat waktu, tanpa harus ditagih oleh fiskus.

Menurut Manik Asri (2009) Wajib pajak dikatakan memiliki kesadaran

apabila sesuai dengan hal-hal berikut yaitu:

a) Mengetahui adanya undang-undang dan ketentuan perpajakan.

b) Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara.

c) Memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

d) Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan suka rela.

e) Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan benar.

2.5.3 Indikator Kesadaran Wajib Pajak

Indikator menurut Widayati dan Nurlis (2010) dalam mengukur tingkat

kesadaran wajib pajak yaitu:

1. Pajak merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang pembangunan negara.

2. Penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak sangat

merugikan negara.

3. Pajak ditetapkan dengan undang-undang dan dapat dipaksakan.

4. Membayar pajak sesuai dengan yang seharusnya dibayar akan merugikan

negara.

18
2.6 Kualitas Pelayanan Fiskus

2.6.1 Pengertian Kualitas Pelayanan Fiskus

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan

produk, jasa manusia, proses, lingkungan yang memenuhi dan melebihi harapan

(Goetsh dan Davis, dalam Fandy Tjiptono 2008). Menurut Pandji Santosa (2008)

pelayanan publik adalah pemberian jasa, baik oleh pemerintah, pihak swasta atas

nama pemerintah atau pun pihak swasta kepada masyarakat dengan atau tanpa

pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan atau kepentingan masyarakat.

Menurut Jatmiko (2006) pelayanan adalah cara melayani (membantu, mengurus

atau meyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan seseorang). Sementara itu,

fiskus merupakan petugas pajak. Jadi pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai

cara petugas pajak dalam membantu, mengurus, atau menyiapkan segala

keperluan yang dibutuhkan seseorang yang dalam hal ini adalah wajib pajak.

Menurut Fandy Tjiptono (2008) kualitas pelayanan fiskus adalah manusia atau

orang yang berupaya dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta

ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen.

2.6.2 Kriteria Penilaian Pelayanan Perpajakan

Menurut Thomas Sumarman (2012) Pegawai Pajak juga harus

memberikan Kepercayaan dan Kenyamanan untuk Wajib Pajak yang akan

membayarkan pajaknya pada Kantor Pelayanan Pajak. Beberapa tolok ukur

perusahaan atas tingkat kepercayaan terhadap konsultan pajak.

1. Komitmen (commitment)

Pegawai pajak dapat dinilai bagaimana dia memberikan nasihat dan

masukkan kepada Wajib Pajak atau perusahaan sesuai dengan peraturan

19
perundang-undangan perpajakan yang berlaku dan harus berkomitmen untuk

membantu Wajib Pajak dan klien pada waktu yang lama.

2. Integritas dan Kejujuran (integritty and honesty)

Pegawai Pajak harus memiliki kejujuran tetapi juga mempunyai integritas

tinggi. Kejujuran yaitu tidak melakukan kebohongan, tidak tepat janji, tidak

tepat waktu. Pegawai yang memiliki integritas tinggi adalah pegawai yang

jujur dan dapat diandalkan, sehingga pegawai juga harus mempunyai etika

yang tinggi juga.

3. Pengetahuan (Knowledge)

Seorang konsultan pajak atau staf perpajakan diperoleh dari pendidikan

formal, yaitu sarjana ekonomi atau sarjana lainnya yang mengerti tentang

peraturan dan perundang-undangan perpajakan. Pengetahuan keuangan,

masalah perpajakan, maupun tentang akuntansi harus dimiliki oleh tax

review.

4. Keahlian

Keahlian seorang konsultan pajak atau staf pajak adalah pengalaman,

semakin banyak pengalaman maka akan semakin tinggi tingkat keahliannya.

5. Komunikasi (communication)

Seorang konsultan atau pegawai pajak harus dapat berkomunikasi dengan

jelas, tepat dan win-win. Banyak kesalahpahaman yang terjadi karena tidak

dapat berkomunikasi dengan baik.

6. Tingkat kenyamanan (convenient level)

Tingkat kenyamanan dapat dirasakan oleh perusahaan dari ketersediaan

waktu seorang pegawai pajak atau konsultan pajak untuk Kantor Pajak.

20
2.7 Kepatuhan Wajib Pajak

2.7.1 Pengertian, Jenis-jenis dan Indikator Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Rahayu (2018) menyatakan bahwa kepatuhan perpajakan dapat

didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua

kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Menurut Devano

dalam Rahayu (2018) jenis-jenis kepatuhan Wajib Pajak adalah sebagai berikut:

a) Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi

kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang

perpajakan.

b) Kepatuhan materil adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara

substantif/hakikatnya memenuhi semua ketentuan material juga dapat

meliputi kepatuhan formal.

Menurut Rahayu (2018) kepatuhan wajib pajak diukur dengan indikator

sebagai berikut:

a) Kepatuhan formal, berkaitan dengan pendaftaran WP, penyampaian SPT,

penghitungan dan pembayaran pajak terutang dan pembayaran tunggakan

pajak.

b) Kepatuhan material, berkaitan dengan kesesuaian jumlah kewajiban pajak

yang harus dibayar dengan perhitungan yang sebenarnya, penghargaan

terhadap independensi akuntan publik konsultan pajak.

2.7.2 Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory)

Teori pembelajaran sosial mengatakan bahwa seseorang dapat belajar

lewat pengamatan dan pengalaman langsung Jatmiko (2006). Menurut Bandura

(1977) dalam Jatmiko (2006), proses dalam pembelajaran sosial meliputi:

1. Proses perhatian (attentional)

21
Proses perhatian (attentional) yaitu orang hanya akan belajar dari seseorang

atau model, jika mereka telah mengenal dan menaruh perhatian pada orang

atau model tersebut.

2. Proses penahanan (retention)

Proses penahanan (retention) adalah proses mengingat tindakan suatu model

setelah model tidak lagi mudah tersedia.

3. Proses reproduksi motorik

Proses reproduksi motorik adalah proses mengubah pengamatan menjadi

perbuatan.

4. Proses penguatan (reinforcement)

Proses penguatan adalah proses yang mana individu-individu disediakan

rangsangan positif atau ganjaran supaya berperilaku sesuai dengan model.

Menurut Jatmiko (2006) menjelaskan bahwa teori pembelajaran sosial ini

relevan untuk menjelaskan perilaku wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya

membayar pajak. Seseorang akan taat membayar pajak tepat pada waktunya, jika

lewat pengamatan dan pengalaman langsungnya.

2.8 Penelitian Terdahulu

Peneliti terdahulu yang dijelaskan dalam tabel II.1 dibawah ini:

22
TABEL II.1
Hasil peneliti terdahulu

Judul Penelitian Variabel yang Alat Hasil Penelitian


Digunakan Analisis
Pengaruh Sanksi Variabel independen: Regresi Sanksi pajak, kesadaran
Perpajakan, - Sanksi pajak Linier pajak, pelayanan fiskus
Kesadaran - Kesadaran Berganda berpengaruh positif
Perpajakan, perpajakan signifikan terhadap
Pelayanan Fiskus - Pelayanan kepatuhan wajib pajak
dan Tingkat Fiskus orang pribadi.
Pemahaman Variabel dependen:
Terhadap - Kepatuhan
Kepatuhan Wajib wajib pajak
Pajak Orang orang pribadi
Priabdi.
Sri Putri Tita Mutia
(2008)
Pengaruh Self Variabel independen: Regresi Self Assessment System
Assessment System - Self Assessment Linier berpengaruh positif
Terhadap System Berganda terhadap kepatuhan
Kepatuhan Wajib Variabel dependen: wajib pajak pribadi.
Pajak Pribadi. - Kepatuhan
Dwi Agus Setyono wajib pajak
(2017) pribadi
Pengaruh Variabel independen: Regresi Kesadaran wajib pajak,
Kesadaran Wajib - Kesadaran wajib Linier dan sanksi perpajakan
Orang Pribadi dan pajak Berganda secara parsial dan
Sanksi Perpajakan - Sanksi simultan berpengaruh
Terhadap perpajakan positif terhadap
Kepatuhan Wajib Variabel dependen: kepatuhan wajib pajak.
Pajak. - Kepatuhan
Febby Ayu Silvani wajib pajak
(2017)
Sumber : Peneliti Terdahulu

23
2.9 Kerangka Pikir

Kerangka pikir dari penelitian ini adalah tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Pos penerimaan pajak

menjadi sumber penerimaan dana yang masih diandalkan pemerintah sebagai sumber

penerimaan utama dalam membiayai pembangunan dan belanja negara. Pemerintah

berupaya melakukan pembangunan nasional, yang diharapkan akan mampu

meningkatkan kesejahteraan rakyat, untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah harus

memperhatikan dana atau anggaran agar proses pembangunan nasional dapat berjalan

dengan baik. Oleh karena itu Wajib Pajak diharapkan dapat berperan aktif dalam upaya

pembangunan nasional dari pembayaran pajak.

Peneliti ingin mengetahui tingkat penerimaan pajak wajib pajak orang pribadi

berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Peneliti menetapkan lima variabel

yang berpotensi untuk dapat diteliti. Variabel yang akan diteliti ini sebanyak lima

variabel yang terdiri dari empat variabel independen dan satu variabel dependen.

Variabel independen yang digunakan yaitu, pemahaman self Assesment perpajakan (X1),

sanksi pajak (X2), kesadaran pajak (X3) dan kualitas pelayanan fiskus (X4) sedangkan

variabel dependennya yaitu kepatuhan wajib pajak (Y).

24
GAMBAR II.1
Kerangka Pikir

Pemahaman self
assessment
(X1)
H1

Sanksi pajak

(X2) H2
Kepatuhan WPOP

H3 (Y)
Kesadaran pajak

(X3)
H4

Kualitas Pelayanan Fiskus

(X4)

H5

Sumber : Diolah oleh peneliti atas dasar penjabaran landasan teori (2019)

25
2.10 Hipotesis

Berdasarkan teori dan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1 : Pemahaman self assessment berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

orang pribadi.

H2 : Sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

H3 : Kesadaran pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

H4 : Kualitas pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang

pribadi.

H5 : Pemahaman self assessment, sanksi pajak, kesadaran pajak serta kualitas pelayanan

fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

26
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan

pada ciri-ciri ilmu yang rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian

itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia.

Sedangkan empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indra manusia,

sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis

adalah proses yang digunakan dalam penelitian itu digunakan dalam penelitian itu

mengunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis (Sugiyono, 2016).

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

3.1.1 Waktu Penelitian

Penelitian dimulai dari pengumpulan data sampai dengan analisis data yang

dilaksanakan pada bulan maret 2019 sampai dengan juni 2019. Teknik

pengumpulan data menggunakan kuesioner. Penyebaran koesioner dilakukan

sebelum dimulai dari jam aktivitas di KPP Pratama Pangkapinang dan dinas-dinas

yang ada di kota Pangkalpinang.

3.1.2 Tempat Penelitian

27
Tempat pelaksanaan pada penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Pangkalpinang.

3.2 Variabel yang Diteliti

Variabel adalah segala suatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Variabel yang diteliti terdiri dari variabel bebas

dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemahaman self

assessment, sanksi pajak, kesadaran pajak serta kualitas pelayanan fiskus, sedangkan

variabel terikatnya adalah kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Mempermudah

pembahasan dalam penulisan skripsi, penelitian ini menggunaan variabel-variabel

sebagai berikut:

3.2.1 Variabel Bebas (Variabel Independen)

Variabel bebas (independen) sering disebut sebagai variabel stimulus,

prediktor, antecendent. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

(Sugiyono, 2016). Maka yang menjadi variabel bebasnya adalah variabel

yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi, yang meliputi:

a) Pemahaman self assessment (X1)

b) Sanksi pajak (X2)

c) Kesadaran pajak (X3)

d) Kualitas pelayanan fiskus (X4)

3.2.2 Variabel Terikat (Variabel Dependen)

28
Variabel dependen atau juga sering disebut sebagai variabel output, kriteria,

konsekuen. Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat merupakan

variabel penelitian yang diukur untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh

variabel lain (Sugiyono, 2016). Variabel dalam penelitian ini adalah kepatuhan

wajib pajak orang pribadi (Y).

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dengan menggunakan

metode kuantitatif. Data primer yaitu data penelitian yang diperoleh atau

dikumpulkan langsung dari sumber asli (tanpa perantara). Metode kuantitatif

adalah metode penelitian yang berlandaskan positivisme, digunakan untuk meneliti

pada populasi atau sampel tertentu. Sumber data adalah sumber yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan sumber data primer dalam

penelitian ini diperoleh dari jawaban atas kuesioner yang dibagikan kepada

responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini juga berasal dari berbagai

literatur seperti penelitian sebelumnya dan buku-buku yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti (Sugiyono, 2016).

3.3.2 Kuesioner

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data

primer, yaitu data yang didapatkan dari hasil penyebaran kuesioner pada KPP

Pratama di Kota Pangkalpinang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara penelitian lapangan, studi lapangan dalam penelitian ini

dikaitkan dengan jenis data primer. Penelitian tersebut dilakukan dengan cara

29
penyebaran kuesioner. Menurut Sugiyono (2016) kuesioner merupakan sesuatu

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat

pertanyaan tertulis kepada sejumlah resonden. Kemudian diambil hasilnya untuk

keperluan data penelitian dari jawaban para responden tersebut.

3.3.3 Skala Pengukuran Kuesioner

Teknik pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan

skala Likert. Menurut Sugiyono (2016) skala likert merupakan skala yang

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok

orang tentang fenomena sosial. Pengukuran variabel X1 (Pemahaman self

assessment), variabel X2 (Sanksi pajak), variabel X3 (Kesadaran pajak), variabel

X4 (Kualitas pelayanan fiskus) dan variabel Y (Kepatuhan wajib pajak orang

pribadi). Skala pengukuran digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang

pendeknya interval dalam alat ukur. Alat ukur tersebut yang digunakan dalam

pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Pengukuran data diperoleh dari

penyebaran koesioner dengan menggunakan skala likert untuk pilihan jawabannya.

Menurut Sugiyono (2016), untuk keperluan analisis kuantitatif, maka

standar skor atas instrumen pernyataan atau pertanyaan dalam koesioner penelitian

dapat diberi skor sebagai berikut:

a. Sangat tidak setuju =1

b. Tidak setuju =2

c. Kurang setuju =3

d. Setuju =4

e. Sangat setuju =5

30
3.3.4 Populasi

Menurut Sugiyono (2016) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi yang diteliti dalam skripsi ini adalah wajib pajak orang pribadi yang

terdaftar dan melaporkan pajak di KPP Pratama Kota Pangkalpinang selama kurun

waktu 6 tahun sebanyak 44.808 wajib pajak orang pribadi per tahun.

3.3.5 Sampel

Menurut Sugiyono (2016) Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang baik adalah sampel

yang reprensentatif, artinya jumlah sampel yang ditentukan harus dapat mewakili

populasi yang ada. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini sangat

diperlukan karena penelitian tidak dapat menjadikan seluruh konsumen menjadi

responden. Hal ini disebabkan karena keterbatasan biaya, waktu, pikiran, tenaga

dan fasilitas. Sampel yang diteliti dalam skripsi ini adalah wajib pajak orang

pribadi yang terdaftar dan melaporkan pajak di KPP Pratama Kota Pangkalpinang.

Penentuan sampel penelitian ini digunakan rumus slovin sebagai berikut:

n
n=
1+ N . e 2

44.808
n=
1+ 44.808 ¿ ¿

n=99,77 atau 100

Keterangan :

n = ukuran sampel

31
N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang diinginkan = 10%

Dikarenakan jumlah wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama

Pangkalpinang sebanyak 44.808 orang, maka peneliti mengambil sebagian

populasi yang ada di kota Pangkalpinang sebanyak 99,77 sampel yang kemudian

digenap sebanyak 100 sampel.

3.3.6 Teknik Sampling

Menurut Sugiyono (2016) berpendapat bahwa teknik sampling pada

dasarnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu probability sampling dan non

probability sampling. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik probability

sampling dengan menggunakan metode simple random sampling. Menurut

Sugiyono (2016) probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang

memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih

menjadi anggota sampel. Menurut Sugiyono (2016) mengemukakan simple

random sampling dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota

sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada

dalam populasi ini.

3.3.7 Pengembangan Instrumen

1. Pemahaman self assessment (X1)

Self assessment menurut Mardiasmo (2018) merupakan sistem pemungutan

pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri

besarnya pajak yang terutang. Pernyataan kuesioner diambil dari penelitian

Ning Wahyuni (2013) sebanyak 7 butir pernyataan.

2. Sanksi Pajak (X2)

32
Sanksi pajak menurut Mardiasmo (2018) merupakan jaminan bahwa ketentuan

perundang-undangan perpajakan akan ditaati atau dengan kata lain sanksi

perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma

perpajakan. Pernyataan koesioner diambil dari penelitian Sri Putri Mutia (2014)

sebanyak 5 butir pernyataan.

3. Kesadaran Pajak (X3)

Kesadaran wajib pajak menurut Abdul Rahman (2010) adalah kemauan tanpa

paksaan membayar kewajiban pajaknya. Wajib pajak yang mengetahui

bagaimana peraturan pajak, melaksanakan ketentuan pajak dengan benar dan

sukarela. Wajib pajak yang sadar akan pajaknya tidak akan melanggar peraturan

perpajakan yang berlaku, wajib pajak juga menghitung pajaknya dengan benar,

serta akan membayar pajak terutangnya. Pernyataan koesioner diambil dari

penelitian Ning Wahyuni (2013) sebanyak 8 butir pernyataan.

4. Kualitas Pelayanan Fiskus (X4)

Kualitas pelayanan fiskus menurut Fandy Tjiptono (2008) adalah manusia atau

orang yang berupaya dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen

serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen.

Pernyataan koesioner diambil dari indikator kualitas pelayanan fiskus,

Parasuraman et al dalam Kusuma (2016) sebanyak 5 butir pernyataan.

5. Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y)

Kepatuhan perpajakan menurut Rahayu (2018) didefinisikan sebagai suatu

keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan

melaksanakan hak perpajakannya. Pernyataan koesioner diambil dari Rahayu

(2018) sebanyak 7 butir pernyataan.

33
3.4 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kuantitatif merupakan kegiatan setelah data dari

seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data ini

adalah mengkelompokan data berdasarkan variabel, mentabulasi data berdasarkan

variabel, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk

menjawab rumusan masalah. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif

menggunakan statistik. Aplikasi pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan

aplikasi JASP 0.9.2.0 Universiteit-Van-Armsterdam dan Microsoft Excel 2007. Analisis

data menggunakan uji asumsi klasik, analisis deskriptif, pengolahan data untuk uji

validitas dan reliabilitas, koefisien determinasi dan uji hipotesis.

3.4.1 Uji Kualitas Data

Uji kualitas data dilakukan untuk menguji kelayakan data yang digunakan

dalam penelitian. Data penelitian tidak bermanfaat apabila instrument yang

digunakan untuk mengumpul data penelitian tidak memiliki reliabilitas dan validasi

yang tinggi. Uji kualitas data dilakukan dengan menggunakan uji validitas dan uji

reliabilitas.

a. Uji Validitas

Uji validitas menurut Ghozali (2011) digunakan untuk mengukur sah

atau valid tidaknya suatu koesioner. Suatu koesioner dapat dikatakan sah atau

valid apabila pertanyaan pada koesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang

akan diukur oleh koesioner tersebut. Mengukur validitas dari koesioner bisa

dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing item dari

pertanyaan dengan total skor yang terdapat pada variabelnya sehingga hal

tersebut disebut analisis butir atau item.

34
Uji validitas dilakukan dengan teknik korelasi product moment

pearson’s yaitu dengan cara mengkorelasikan tiap petanyaan dengan skor total.

Kemudian hasil korelasi tersebut dibandingkan dengan angka kritis taraf

signifikan 5% (α = 0,05) dan nilai Corrected Item Total Correlation atau nilai r

hitung > r tabel, maka instrument tersebut dikatakan valid. Adapun rumus untuk

menghitung korelasi antar masing-masing pertanyaan atau variabel, yaitu:

n ( ∑ XY )−(∑ X ∑Y )
r=
√ n ∑ X 2 −(∑ X 2) ¿ ¿ ¿

Dimana :

r = koefisien korelasi product Moment Pearson’s

X = nilai indikator variabel

Y = nilai total variabel

n = jumlah sampel

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menurut Ghozali (2011) menyatakan reliabilitas adalah

alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel

atau konstruk. Suatu kuesioner dapat dikatakan reliabel atau handal apabila

jawaban responden terhadap pertanyaan dalam koesioner konsisten atau stabil

dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat

ukur yang dirancang dalam bentuk kuesioner dapat diandalkan. Suatu alat ukur

dapat diandalkan jika alat ukur tersebut digunakan berulang kali akan

memberikan hasil yang relatif sama. Melihat andal tidaknya suatu alat ukur

digunakan pendekatan secara statistika, yaitu melalui koefisien reliabilitas dan

35
apabila koefisen reliabilitas lebih besar dari 0,70 maka secara keseluruhan

pernyataan tersebut dinyatakan andal (reliabel). Penelitian ini menggunakan uji

realibilitas dengan koefisien cronbach’s alpha. Jadi keputusan yang digunakan

untuk menguji reliabilitas ini adalah :

1. Jika nilai cronbach’s alpha > 0,70 maka seluruh butir pertanyaan adalah

reliabel. Dengan kata lain instrument layak dan dapat digunakan.

2. Jika nilai cronbach’s alpha < 0,70 maka seluruh pertanyaan tidak reliabel.

Dengan kata lain instrument tidak layak dan tidak dapat digunakan.

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian analisis regresi linier berganda terhadap

hipotesis penelitian, maka terlebih dahulu perlu dilakukan suatu pengujian asumsi

klasik atas data yang akan diolah. Uji asumsi klasik dilakukan menggunakan uji

normalitas, uji multikolinieritas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas menurut Ghozali (2011) menyatakan uji normalitas

bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau

residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas digunakan untuk menguji

apakah distribusi variabel terikat untuk setiap nilai variabel bebas tertentu

terdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas

menggunakan grafik Q-Q Plot Standardized Residuals. Teknis dalam pengujian

ini dilakukan pada nilai residual dalam model regresi dan bukan pada masing-

masing data variabel penelitian. Model regresi yang baik memiliki nilai residual

yang normal. Mendeteksi kenormalan nilai residual ini dilakukan dengan cara

melihat titik-titik plotting dari hasil output JASP dan melihat apakah titik-titik

plotting tersebut berada pada garis diagonalnya atau tidak. Nilai residual yang

36
berdistribusi normal adalah titik-titik plotting yang berada di sepanjang garis-

garis diagonalnya sehingga dinyatakan berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2011), uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel

independen. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas atau tidak dapat

dilakukan dengan melihat nilai dari VIF (Varian Influence Factor) dan

Tolerance. Apabila nilai VIF < 10 dan Tolerance > 0,10 maka model regresi

yang digunakan terbebas dari masalah multikolinearitas.

3.4.3 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif menurut Sugiyono (2016) adalah statistik yang

digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Deskripsi data

responden dalam penelitian ini tentang usia, jenis kelamin, pendidikan dan

pekerjaan responden wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama

Pangkalpinang.

3.4.4 Analisis Regresi Linier Berganda

Menurut Sugiyono (2016) analisis regresi linear berganda merupakan

regresi yang memiliki satu variabel dependen dan dua atau lebih variabel

independen. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

berganda. Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4

37
Di mana:

Y = Kepatuhan wajib pajak orang pribadi

a = Konstanta

b1, b2, b3, b4 = Koefisien Regresi

X1 = Pemahaman self assessment

X2 = Sanksi pajak

X3 = Kesadaran pajak

X4 = Kualitas pelayanan fiskus

3.4.5 Koefisien Determinasi

Menurut Ghozali (2011) Koefisien determinasi merupakan alat untuk

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1 dengan ketentuan:

a. Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka variasi-variasi variabel terikat dapat

dijelaskan oleh variasi-variasi dalam variabel bebasnya.

b. Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka variasi-variasi variabel terikat

semakin tidak bisa dijelaskan oleh variasi-variasi dalam variabel bebasnya.

3.5 Uji Hipotesis

3.5.1 Uji t

Menurut Ghozali (2011) uji t digunakan juga untuk melihat seberapa besar

pengaruh variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.

Penelitian ini menggunakan α sebesar 5% yaitu dengan membandingkan p-value.

Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis sebagai berikut:

a) Apabila p-value > 5%, maka hipotesis ditolak yang berarti variabel independen

tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

38
b) Apabila p-value < 5%, maka hipotesis diterima yang berarti variabel

independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

3.5.2 Uji f

Menurut Ghozali (2011) uji f untuk mengetahui apakah variabel independen

secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen. Tingkat

signifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,95 atau 95% dengan α =

0,05 atau 5%. Formulasi H0 dan H1 adalah sebagai berikut :

H0 : Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dan simultan antara variabel X1,

X2, X3 dan X4 terhadap variabel Y.

H1 : Artinya ada pengaruh yang signifikan dan simultan antara variabel X1, X2,

X3 dan X4 terhadap variabel Y.

Maka dapat disimpulkan, jika fhitung > ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

39
DAFTAR PUSTAKA

Rumus-Rumus.com. 2020. https://rumusrumus.com/kerangka-proposal/. Kerangka Proporsal.


21 November 2020.

Suherly, Friandy. 2019. Analisis Pengaruh Pemahaman Self Assessment, Sanksi Pajak,
Kesadaran Pajak Serta Kualitas Pelayanan Fiskus Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi. STIE IBEK. Pangkalpinang. 21 November 2020.

Maulida, Rani. 2018. https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/objek-dan-subjek-


pajak. Subjek, Objek, Pengertian tentang Pajak. 21 November 2020.

Abdul Rahman. 2010. Panduan Pelaksanaan Administrasi Pajak: Untuk Karyawan Pelaku
Bisnis dan Perusahaan. Bandung : Nuansa
Agoes, Sukrisno. 2014. Akuntansi Perpajakan, Edisi 3. Salemba Empat, Jakarta
Anggraeni, R, 2007, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Wajib Pajak Orang Pribadi di
Kawasan Sidoarjo Barat Tidak Mengisi Sendiri SPT Tahunannya. Unpublished
undergraduate thesis, Universitas Kristen Petra, Surabaya
Agus. Jatmiko. 2006. Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada Pelaksanaan Sanksi Denda,
Pelayanan Fiskus, dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota Semarang. Universitas
Diponegoro: Tesis Megister Akuntansi
Ghozali, Imam. 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

40
41

Anda mungkin juga menyukai