Tentang GAGAL GINJAL KRONIK REFERAT ....
Tentang GAGAL GINJAL KRONIK REFERAT ....
PENDAHULUAN
sehingga dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien
mengalami komplikasi yang lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner,
bergantung pada etiologi, dapat dicegah jika dilakukan penanganan secara dini.
Di Swedia yang melibatkan 926 kasus dan 998 kelompok kontrol yang diamati
selama tahun 1996-1998 menemukan bahwa terdapat korelasi antara gaya hidup
Indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal cukup tinggi
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindroma klinis yang disebabkan oleh
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan cukup
lanjut (IPD Jilid II, 2001).1
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3
bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti
proteinuria, yang ditandai dengan p[eningkatan ureun dan kreatinin. Jika tidak ada
tanda kerusakan ginjal diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju
filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m². Batasan penyakit ginjal
kronik1
1. Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan
atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan:
Kelainan patologik
Petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria atau kelainan pada
pemeriksaan pencitraan radiologi
2. Laju filtrasi glomerulus < 60 ml/menit/1,73m² selama > 3 bulan dengan atau
tanpa kerusakan ginjal.
1. Renal pyramid
2. Interlobar artery
3. Renal artery
4. Renal vein
5. Renal hilum
6. Renal pelvis
7. Ureter
8. Minor calyx
9. Renal capsule
10. Inferior renal capsule
11. Superior renal capsule
12. Interlobar vein
13. Nephron
14. Minor calyx
15. Major calyx
16. Renal papilla
17. Renal column
2
2.2. Epidemiologi
Di amerika serikat, data tahun 1995-1999 menyatakan insiden penyakit
ginjal kronik diperkirakan 100 kasus perjuta penduduk pertahun, dan angka ini
meningkat sekitar 8% Setiap tahunnya. Di malaysia, dengan populasi 18 juta,
diperkirakan terdapat 1800 kasus baru gagal ginjal pertahunnya. Di negara-negara
berkembang lainnya, insiden ini deperkirakan sekitar 40-60 kasus perjuta
penduduk pertahun.2
2.3. Etiologi
Glomerulo nefritis, nefropati analgestik, nefropati ferluks, ginjal poli kristik,
nefropati diabetik, penyebab lain seperti hipertensi, obstruksi, gout, dan tidak
diketahui (Kapita Selekta Kedokteran 2001).1
Pada parenkim ginjal : Glomerulonefritis dan pielonefritis
Pada Penyakit ginjal Obstruktif : BSK, Prostat Hipertrophy, dan Striktura
ureter.
2.4. Klasifikasi
Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan oleh
nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai
laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah. adalah gagal ginjal. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 1:4
Tabel 1. Klasifikasi penyakit ginjal kronik berdasarkan laju filtrasi glomerulus.6
Penjelasan LFG
(mL/menit/1,73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ≥ 90 + Albumin
Aliran darah keginjal
↑ terganggu persisten
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ ringan 60-89 + Albumin
Cairan tubuler menurun
(melalui tubuler lambat ) persisten
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ sedang 30-59
4 Kerusakan ginjalPeningkatan
dengan LFG ↓ beratNa
reabsorbsi 15-29
5 Gagal ginjal dan air <15 atau dialisis
Terlarut dalam tobuler >
Proteinuria = > 300 mg lambat dibuat
2.5. Patofisiologi
Renal
Pre Renal 4
3
Osmolaritas dan Bj menurun Aliran urine menurun BUN + creat
(serupa konsentrasi plasma) Creatinin meningkat
menurun
Osmolaritas dan Bj menurun
Renal
Post Renal
Terhambatnya urine keluar
Obstruksi
Kongesti
Merusak nefron
4
Gambaran klinik gagal ginjal kronik berat disertai sindrom azotemia sangat
kompleks atau Uremic syndrom, meliputi kelainan-kelainan berbagai organ
seperti: kelainan hemopoeisis, saluran cerna, mata, kulit, selaput serosa, kelainan
neuropsikiatri dan kelainan kardiovaskular.5
Trias penyakit gagal ginjal krtonik :
1. Anemia : Eritropoetin terganggu
2. HT : Kebocoran → Renin ↑ → merangsang aldosteron
3.Oliguri : GNA / GGK : Hematuri
Ggk menyebakan gangguan pada organ atau vaskular :
Gangguan GI tract : (dyspepsia, anoreksia) : Mual, muntah, kembung, karena
gangguan metabolisme protein
Gangguan hematologi (Anemia, Trombositopenia)
Anemia disini terjadi karena :
- Eritropoetin ginjal menurun → sehingga eritropoesis di sumsum tulang
juga terganggu → eritrosit turun
- Hematinik faktor terganggu (Iron def, B12 DEF, Asam folat defisiensi)
- Trombositopenia → Koagulasi turun → mudah terjadi perdarahan
- Anemia pada GGK : Anemia normokrom –normositter, tapi karena ada
defisiensi, juga bisa terjadi anemia hipokrom-mikrositer.
Gangguan kulit (Pruritus, pucat, urea frost)
- Pruritus → pe↑ ureum/ magnesium → histamine lepas → gatal
- Urea frost : pengumpulan kristal ureum di kulit
Gangguan Endokrin ( gangguan klnjr tiroid, Paratiroid, DM, Impotensi)
Gangguan Neurologi ( Kebas – kebas pada kedua ujung kaki)
Gangguan Jantung ( LVH, Pericarditis)
Gangguan Paru ( Uremic Lung, Haemoptoe, efusi pleura)
Gangguan keseimbangan air dan elektrolit
- Gangguan Hiperkalemia, Hiponatremia → dehidrasi →krena cairan
ekstravaskular lebih besar.
Gangguan keseimbangan Asam basa dan metabolic asidosis
Gangguan otak ( coma uremicum)
5
Pendekatan diagnosis gagal ginjal kronik (GGK) dilihat dari anamnesis,
histopatologis.3
pemeriksaan yang terarah dan kronologis, mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik
perjalanan penyakit termasuk semua faktor yang dapat memperburuk faal ginjal
6
Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi sesuai dengan
penyakit yang mendasarinya, penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan
ureum dan kreatinin serum, dan penurunan laju filtrasi glomerolus (LFG) yang
dapat dihitung mempergunakan rumus Kockcroft-Gault, serta kelainan
biokimia darah lainnya, seperti penurunan kadar hemoglobin, hiper atau
hipokalemia, hiperfosfatemia, hipokalsemia. Kelainan urinanalisi meliputi
proteinuria, hematuri, leukosuria, dan silinder.2
c. Pemeriksaan penunjang diagnosis
Pemeriksaan radiologis penyakit ginjal kronik meliputi:1
1. foto polos abdomen: dapat terlihat batu radio opak
2. pielografi intravena: sekarang jarang digunakan karena kontras seriing tidak
bisa melewati filter glomerolus, di samping kekhawatiran terjadinya
pengaruh toksisk oleh kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami
kerusakan
3. pielografi antergrad atau retrograde dilakukan sesuai indikasi
4. ultrasonografi ginjal dapat memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil,
korteks yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa,
klasifikasi
5. pemeriksaan pemindaan ginjal atau renografi dikerjakan bila ada indikasi.
2.8. Penatalaksanaan
1. Terapi konservatif
7
Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya
jumlah diuresis mencapai 2 L per hari.
d.Periksa ureum kreatinin per 3 hari
e. Substitusi bila ada gangguan elektrolit
infus pada GGk : untuk jalan obat 6-8 tetes
- D5%, karena pada GGK sering hipokalemia, berguna untuk menarik
kalium
Terapi simptomatik
a. Asidosis metabolik
Asidosis metabolik harus dikoreksi karena meningkatkan serum kalium
(hiperkalemia). Untuk mencegah dan mengobati asidosis metabolik dapat
diberikan suplemen alkali. Terapi alkali (sodium bicarbonat) harus segera
diberikan intravena bila pH ≤ 7,35 atau serum bikarbonat ≤ 20 mEq/L.3
b. Anemia
Dapat diberikan eritropoetin pada pasien gagal ginjal kronik. Dosis inisial
50 u/kg IV 3 kali dalam seminggu. Jika Hb meningkat >2 gr/dL kurangi
dosis pemberian menjadi 2 kali seminggu. Maksimum pemberian 200 u/kg
dan tidak lebih dari tiga kali dalam seminggu.
Transfusi darah misalnya Paked Red Cell (PRC) merupakan salah satu
pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi darah
harus hati-hati karena dapat menyebabkan kematian mendadak. Sasaran
hemoglobin adal 11-12 gr/dL.3
c. Keluhan gastrointestinal
Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan yang sering
dijumpai pada GGK. Keluhan gastrointestinal ini merupakan keluhan utama
(chief complaint) dari GGK. Keluhan gastrointestinal yang lain adalah ulserasi
mukosa mulai dari mulut sampai anus. Tindakan yang harus dilakukan yaitu
program terapi dialisis adekuat dan obat-obatan simtomatik.
d. Kelainan kulit
Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan kulit.
e. Kelainan neuromuskular
Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu terapi hemodialisis
reguler yang adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal paratiroidektomi.
f. Hipertensi
8
Pemberian obat-obatan anti hipertensi terutama penghambat Enzym
Konverting Angiotensin (Angiotensin Converting Enzyme/ ACE inhibitor).
Melalui berbagai studi terbukti dapat memperlambat proses pemburukan
antihipertensi dan antiproteinuria.3
g. Kelainan sistem kardiovaskular
Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular merupakan hal
yang penting, karena 40-50% kematian pada penyakit ginjal kronik
disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Tindakan yang diberikan tergantung
dari kelainan kardiovaskular yang diderita, termasuk pengendalian diabetes,
hipertensi, dislipidemia, hiperfosfatemia, dan terapi terhadap kelebihan cairan
dan gangguan keseimbanagan elektrolit.3
9
Akhir-akhir ini sudah populer Continuous Ambulatory Peritoneal
Dialysis (CAPD) di pusat ginjal di luar negeri dan di Indonesia. Indikasi
medik CAPD, yaitu pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65
tahun), pasien-pasien yang telah menderita penyakit sistem kardiovaskular,
pasien- pasien yang cenderung akan mengalami perdarahan bila dilakukan
hemodialisis, kesulitan pembuatan AV shunting, pasien dengan stroke,
pasien GGT (gagal ginjal terminal) dengan residual urin masih cukup, dan
pasien nefropati diabetik disertai co-morbidity dan co-mortality. Indikasi
non-medik, yaitu keinginan pasien sendiri, tingkat intelektual tinggi untuk
melakukan sendiri (mandiri), dan di daerah yang jauh dari pusat ginjal.
c. Transplantasi ginjal
2.9. Prognosis
Pasien dengan gagal ginjal kronik umumnya akan menuju stadium terminal
mendasari, keberhasilan terapi, dan juga dari individu masing-masing. Pasien yang
menjalani dialisis kronik akan mempunyai angka kesakitan dan kematian yang tinggi.
Pasien dengan gagal ginjal stadium akhir yang menjalani transpantasi ginjal akan
hidup lebih lama daripada yang menjalani dialisis kronik. Kematian terbanyak adalah
karena kegagalan jantung (45%), infeksi (14%), kelainan pembuluh darah otak (6%),
2.10 Pencegahan
BAB III
10
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penyakit gagal ginjal kronik terjadi apabila penyakit ginjal yang berjalan lebih
dari 3 bulan, dengan tanda- tanda proteinuria serta penurunan laju filtrasi
glomerulus <60 ml/menit/1.73m2 selama > 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan
ginjal. Stadium dari gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi 5 stadium yang
ditentukan dari laju filtrasi glomerulus ginjal. Etiologi dari penyakit gagal ginjal
yaitu pengaturan diet, nutrisi, metabolisme cairan serta elektrolit. Selain itu
terdapat terapi pengganti ginjal, karena fungsi ginjal pasien dengan gagal ginjal
kronik tidak mampu lagi bekerja secara fisiologis, sehingga diperlukan terapi
3.2. Saran
1. Sebaiknya dilakukan pemantauan fungsi organ secara berkala (konservatif)
dengan dilihat dari hasil laboratorium kadar nilai eritrosit, jumlah elektrolit
(kalium, natrium, clorida), , jumlah hasil urinalisis ( ureum dan kreatinin) dan
2. Dan perlu adanya kerjasama dan komunikasi yang baik dari dokter dengan
11
DAFTAR PUSTAKA
12
1. Arief Mansjoer dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua Penerbit Media
Jakarta, 1996.
3. Ketut Suwitra. Penyakit Ginjal Kronik. Aru WS, Bambang S, Idrus A, Marcellus
SK, Siti S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 4 Jilid I. Jakarta:
4. Wilson, Lorraine McCarty, RN, PhD. Dkk. Patofisiologi konsep Klinis Proses-
http://www.emedicine.medscape.com/article/238798-overview
13