Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ANDRAGOGI

Experimental Learning Cycle


Model Kolb
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Andragogi yang diampu oleh :
1. Dr. Jajat Sudrajat Ardiwinata.
2. Dadang Yunus Lutfiansyah, M.Pd.
3. Cucu Sukmana, M.Pd

Disusun oleh:

Muhamad Saifunas Asril Mi’raj 1900788

DEPARTEMEN PENDIDIKAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, karena


atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penyusunan makalah dengan judul daur
belajar orang dewasa model kolb, dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Terimakasih kepada bapak Dr. Jajat Sudrajat Ardiwinata, bapak Dadang Yunus
Lutfiansyah, M.Pd., dan bapak Cucu Sukmana, M.Pd., atas bimbingannya dan
juga rekan-rekan yang ikut andil dalam penyusunan proposal ini.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan demi terciptanya makalah yang lebih
baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat umumya bagi pembaca
dan khususnya bagi penyusun.

Ciwidey, 24 April 2020

Penyusun

i
Contents
KATA PENGANTAR........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Permasalahan.........................................................................................................5
C. Tujuan....................................................................................................................5
BAB II ISI.............................................................................................................................6

A. Daur Belajar Orang Dewasa Kolb (Experiental Learning Cycle)...............................6


B. Contoh Kasus Penerapan Teori Daur Belajar Orang Dewasa................................10
BAB III PENUTUP..............................................................................................................14

A. Kesimpulan...........................................................................................................14
B. Saran....................................................................................................................14
Daftar Pustaka..................................................................................................................15

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Orang dewasa pola belajarnya berbeda dengan pola belajar anak. Knowles
(dalam Sujarwo, 2007, hal. 3) menyatakan bahwa pola belajar orang
dewasa dan anak berbeda pada 4 hal, yaitu pada konsep diri, pengalaman,
kesiapan untuk belajar, dan orientasi belajar. Konsep diri orang dewasa
berbeda dari anak yang masih bergantung pada guru dalam belajar.
Menurut Solfema konsep diri yang dimiliki oleh orang dewasa mampu
membantu orang dewasa untuk mengambil keputusan sendiri dalam
melaksanakan kegiatan apapun (dalam Yuse, 2018, hal. 17). Pengalaman
orang dewasa berbeda dari anak yang masih mengumpulkan pengalaman.
Orang dewasa telah mempunyai pengalaman yang berbeda sebagai akibat
latar belakang kehidupan masa mudanya. Makin lama ia hidup, makin
menumpuk pengalaman yang ia punya dan makin berbeda pula
pengalamannya dengan orang lain.[CITATION Apr13 \p 35 \l 1033 ]. Kesiapan
belajar juga berbeda antara anak dan orang dewasa. Asumsinya bahwa
setiap individu semakin menjadi matang sesuai dengan perjalanan waktu,
maka kesiapan belajar. bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan
akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh
tuntutan perkembangan dan perubahan tugas. dan peranan sosialnya
[ CITATION Ban19 \l 1033 ] . Perbedaan terakhir pola belajar orang dewasa
dan anak adalah orientasi belajar. Asumsinya, pada anak (yang belajar)
orientasi belajarnya 'seolah-olah' sudah ditentukan dan dikondisikan.
urituk memiliki orientasi yang berpusat pada rilateri pembelajaran (Subject
Matter Centered Orientatzon). Sedangkan pada orang dewasa, memiliki
orientasi belajar cenderung berpusat pada pemecahan permasalahan yang
dihadapi (Problem Centered Orientation)[ CITATION Ban19 \l 1033 ]
Dalam pembelajaran berbasis pengalaman, ada seorang ahli teori
pendidikan Amerika David Allen Kolb. Knowles menyebutkan bahwa
Kolb mendefinisikan belajar sebagai “The process whereby knowledge is
created through transformation of experience” atau sebuah proses di mana
pengetahuan dikreasikan melalui transformasi pengalaman. Bagi Kolb,

1
belajar bukan sekedar penerimaan atau transmisi materi pelajaran,
melainkan interaksi antara materi pelajaran dengan pengalaman yang
saling mentransformasi satu sama lain (dalam Rosidin, 2014, hal. 7). Kolb
yang berpendapat bahwa pengetahuan didapatkan dari pengalaman,
mengemukakan sebuah teori yang ia sebut sebagai Experiental Learning
(EL)[CITATION Pra11 \p 118 \l 1033 ].
Makalah ini bermaksud untuk membahas apa yang kolb maksud dengan
teori ELC, dan contoh penerapannya dalam proses pembelajaran orang
dewasa.

B. Permasalahan.
a. Apa yang dimaksud dengan daur belajar orang dewasa Kolb?
b. Apa saja yang menjadi contoh kasus penerapan teori daur belajar
orang dewasa Kolb?

C. Tujuan
c. Mengetahui apa yang dimaksud dengan daur belajar orang dewasa
Kolb.
d. Mengetahui contoh kasus penerapan teori daur belajar orang
dewasa kolb.

2
BAB II ISI

A. Daur Belajar Orang Dewasa Kolb (Experiental Learning Cycle).


Kolb mengatakan bahwa idealnya proses belajar adalah siklus belajar atau
spiral yang terus menerus, di mana peserta didik harus melakukan
tahapnya dari awal hingga akhir. Dimulai dari merasakan kemudian
mencerminkan, setelah itu berpikir, dan yang terakhir bertindak.
Pengalaman langsung menyebabkan pengamatan dan refleksi. Refleksi ini
kemudian berasimilasi (diserap dan diterjemahkan) ke dalam konsep-
konsep abstrak dengan implikasi untuk tindakan, dimana orang tersebut
secara aktif dapat menguji dan bereksperimen dengan apa yang dia
rasakan, yang pada gilirannya memungkinkan penciptaan pengalaman
baru (dalam Fahmi, 2016, hal. 2). Jadi Kolb berasumsi bahwa proses
belajar harus melibatkan perasaan, pengamatan, pikiran, dan perbuatan.
Gaya belajar tiap orang berbeda beda, menurut Kolb gaya belajar adalah
produk dari dua pasang variabel atau dua pilihan terpisah yang kita buat,
yang dipresentasikan oleh Kolb dalam bentuk garis sumbu yang saling
bertentangan. (dalam Rosidin, 2014, hal. 10)
Gambar 1
Kontinum Siklus EL Model Kolb

Gaya belajar yang di tetapkan oleh Kolb dengan mengelompokkan


pengamatan dengan perasaan yang disebut sebagai kemampuan menyerap
(grasping experience), dan mengelompokkan perbuatan dan pikiran

3
sebagai kemampuan mentransformasikan pengalaman (transforming
experience)[CITATION Ros14 \p 10 \l 1033 ].

Berdasarkan pengelompokkan tersebut, Kolb menetapkan empat gaya


belajar yaitu yang ia kembangkan dengan istilah Gaya Diverger kombinasi
dari perasaan dan pengamatan (feeling and watching), Gaya Assimillator
kombinasi dari berpikir dan mengamati (thinking and watching), Gaya
Converger kombinasi dari berpikir dan berbuat (thinking and doing) dan
Gaya Accomodator kombinasi dari perasaan dan tindakan (feeling and
doing). (dalam Fahmi, 2016, hal. 10)

Urfa menjelaskan tentang gaya belajar tersebut, bahwa Divergers lebih


suka belajar melalui pengalaman konkret dan observasi reflektif. Mereka
mungkin sangat mahir melihat situasi atau masalah dari berbagai
perspektif dan mengembangkan solusi imajinatif. Assimilators mendukung
konseptualisasi abstrak dan observasi reflektif. Orang-orang ini seringkali
mampu menarik bersama-sama pengamatan yang sangat berbeda dalam
penjelasan atau model teoritis. Convergers belajar dengan baik melalui
konseptualisasi abstrak dan eksperimentasi aktif. Kekuatan mereka terletak
pada aplikasi praktis dari ide-ide. Mereka cenderung untuk mengatur
pemikiran mereka, untuk menggunakan penalaran deduktif hypothetical
dan untuk fokus pada masalah-masalah tertentu. Preferensi belajar
dominan accommodators adalah pengalaman konkret dan eksperimen
aktif. Accommodators cenderung mengambil risiko yang berkembang pada
tindakan dan pengalaman baru.[CITATION Urf15 \p 6 \l 1033 ]

Menurut Fahmi (Fahmi, 2016, hal. 9) keempat gaya belajar tersebut


mampu di pahami dengan menggunakan teori experience learning cycle
(daur belajar orang dewasa), yang memuat teori ini sangat luar biasa. Ini
dikarenakan terlibatnya perasaan, pikiran, tindakan, dan pengamatan yang
menurut asumsi proses belajar Kolb semua orang pasti menggunakannya
atau melibatkannya dalam belajar.

Experirntal learning didefinisikan oleh kolb sebagai proses dimana


pengetahuan tercipta dengan mentransformasikan pengalaman.

4
Pengetahuan merupakan hasil dari kombinasi dari menyerap dan
mentransformasikan pengalaman (dalam Prasetyo, 2011, hal. 111). Savin
mengatakan hal yang serupa bahwa experiental learning menekankan pada
kapasitas manusia untuk merekonstruksi pengalaman kemudian
memaknainya (dalam Prasetyo, 2011, hal. 111).

Pembelajaran experiential menurut Huang merupakan pembelajaran orang


dewasa yang harus didasarkan pada pengalaman warga belajar, dimana
pengalaman menjadi sumber yang sangat bemilai, ketika orang dewasa
terampil dalam belajar, maka mereka memiliki kemampuan untulc belajar
sepanjang hayat (dalam Prasetyo, 2011, hal. 112).

Daur belajar orang dewasa model Kolb (ELC) menawarkan empat tahap
ELC sebagai berikut:
a. Concrete Experience. (Pengalaman Konkrit). Pada tahap ini murid
melibatkan diri sepenuhnya dalam pengalaman baru (Majid, 2013,
hal. 94). Perasaan berperan disini untuk “merasakan” pengalaman
baru (Rosidin, 2014, hal. 7)
b. Reflective Observation. (Reflektif Pengamatan). Pada tahap ini
murid mengobservasi dan merefleksikan atau memikirkan
pengalaman dari berbagai segi (Majid, 2013, hal. 94). Pengamatan
berperan disini untuk mengamati secara reflektif terhadap
pengalaman peserta didik dari banyak perspektif (Rosidin, 2014,
hal. 7).
c. Abstract Conseptualization. (Konseptualisasi abstrak). Murid
menciptakan konsep-konsep yang mengintegrasikan observasinya
menjadi teori yang sehat (Majid, 2013, hal. 94). Memformulasi
atau mengonseptualisasi yang mengintegrasikan hasil pengamatan
(dan refleksi) peserta didik (terhadap pengalaman) menjadi teori
(konsep) yang logis (Rosidin, 2014, hal. 7). Maka pikiran lah yang
berperan disini untuk memikirkan formulasi, komsep dan
mengintergrasikan apa yang telah di observasi.
d. Active Experimentation. (Percobaan aktif). Murid menggunakan
teori untuk memecahkan masalah-masalah dan mengambil

5
keputusan (Majid, 2013, hal. 94). Menguji-cobakan
(eksperimentasi) teori-teori untuk membuat keputusan dan
memecahkan masalah (Rosidin, 2014, hal. 7). Di tahap akhir ini
peserta didik menerapkan teori-teori yang telah ia pikirkan untuk
memecahkan masalah dan mengambil keputusan.

Gambar 2

Experimental Learning Cycle Model

Tahapan belajar ini bisa tidak berhenti, ketika praktek yang sudah
dilakukan warga belajar direfleksikannya kembali, diteorikan kembali, dan
seterusnya. Berdasarkan proses seperti ini, tahapan yang bisa dianggap
penting adalah proses refleksi, karena dengan melakukan itu pengalaman
kongkrit akan berguna sebagai proses belajar, bukan sekedar pengalaman
hidup. Dengan kemampuan merefleksi, belajar sepanjang hayat bagi orang
dewasa dapat terjadi di mana saja, tidak hanya di ruangan pelatihan.
[ CITATION Tan10 \l 1033 ]

Karakteristik model ini sangat memunglcinkan bagi orang dewasa untuk


mengeksplorasi pengalaman masa lalunya untuk dijadikan sumber
pengetahuan bagi orang lain dan dirinya sendiri untuk kemudian diolah
menjadi pengetahuan baru. (Prasetyo, 2011, hal. 118)

6
D. Contoh Kasus Penerapan Teori Daur Belajar Orang Dewasa.
a. Experiential Learning dalam Pelatihan Kewirausahaan. Penelitian
oleh Iis Prasetyo. (2011)
Prasetyo menilai penerapan experiental learning dalam pelatihan
kewirausahaan dengan mengkaji tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, metode pembelajaran, fasilitator dan format
evaluasi. Dan yang menerapkan teori ECL adalah pada strategi
pembelajaran.
Pada strategi pembelajaran yang warga belajarnya adalah orang
dewasa, menurut prasetyo metode pembelajaran yang diterapkan
tentu harus mengedepankan aspek humanistic. Metode experiental
learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mampu
memfasilitasi karakteristik dan gaya belajar orang dewasa tersebut.
Untuk menunjang metode experiental learning tersebut, beberapa
strategi pembelajaran penunjang yang perlu diterapkan antara lain:
1. Brainstorming, berfungsi untuk mengungkap pengalaman
warga belajar.
2. Diskusi kasus, berfungsi untuk mengkondisikan situasi
belajar agar lebih terfokus pada suatu kasus tematik untuk
sekedar menyimpulkan atau berdiskusi untuk memecahkan
masalah.
3. Roleplay, mengkondisikan warga belajar dalam situasi
tertentu untuk merangkasng tumbuhnya karakteristik
tertentu dalam diri warga belajar.
b. Penerapan siklus belajar eksperiental untuk meningkatkan
kompetensi dasar fisika siswa kelas X di SMA Negeri 2 Singaraja.
Oleh Erwan Sutarno [CITATION Sut08 \n \t \l 1033 ]
Kegiatan penerapan siklus belajar berdasarkan pengalaman yang
dilakukan oleh Sutarno adalah sebagai berikut:
1. Menggali dan mengeksplorasi pengalaman awal siswa.
2. Berkaitan dengan topik fisika yang akan dibelajarkan.
Misalnya kinematika gerak, topiknya gerak lurus beraturan.

7
Pada tahap ini para siswa masih tampak kurang aktif, hanya
1-3 kelompok tertentu yang menunjukkan keaktifan
3. Memfokuskan perhatian siswa pada pengalaman sinstifik
berupa concrete experience yang telah dicanangkan dalam
modul praktikum. (CE)
4. Dorong dan fasilitasi siswa untuk melakukan observasi dan
refleksi secara individual dalam kelompok terhadap
pengalaman sains tersebut. (RO) Misalnya dimana
pebelajar mengamati secara seksama pengalaman dari
aktifitas sains yang sedang dilakukan dengan menggunakan
panca indera (sense) juga perasaan (feeling) atau alat bantu
laboratorium lainnya, selanjutnya merefleksikan
pengalaman dan menarik pelajaran dari pengalaman
tersebut berdasarkan hasil refleksi.
5. Bombing dan berdayakan siswa dalam mengabstraksi
konseptual pengalaman sains yang sedang
dieskperimenkan, sampai siswa mampu merumuskan,
mengkomunikasikan, dan memformulasikan secara teoritik
pengalaman sains tersebut. (AC)
6. Berikan siswa persoalan sains yang bersifat open-ended
problematic berkaitan dengan pengalaman sains yang telah
diperoleh dalam kegiatan praktikum, dan dorong siswa
untuk mentransformasikan pengalaman tersebut untuk
menjelaskan pengalaman sains lainnya (AE)
c. Efektivitas Program Peningkatan Keterampilan Dukungan
Kemandirian Pada Pengasuh Toddler Di Tpa X. Oleh Ulfa
Rahmanissa dan Wahyu Indiati[CITATION Ulf19 \n \t \l 1033 ].
Penerapan ECL pada penelitian yang dilakukan oleh Ulfa dan
Wahyu adalah sebagai berikut:
1. Memberikan video kepada warga belajar dan studi kasus.
(CE).

8
2. Peserta diminta untuk merefleksikan apa yang telah
dipelajari sebelumnya dari video dan studi kasus dengan
pengalaman sebelum pelatihan. (RO)
3. Fasilitator memberikan ceramah singkat kepada warga
belajar untuk membulatkan atau menyimpulkan semua
sampai tahap refleksi (AC).
4. Untuk mencapai tahapan AE, warga belajar diminta untuk
membuat program yang akan dilakukan setelah pelatihan
dan mempresentasikannya. (AE)
d. Contoh kasus dari jurnal yang ditulis oleh Rosidin (2011) yaitu
sebagai berikut:
Mahasiswa diberi tugas melakukan penelitian lapangan (field
research) untuk mengajukan problem solving atas suatu problem
dalam suatu pembelajaran. Semisal minimnya partisipasi peserta
didik tingkat SD atau MI dalam suatu pembelajaran. Selanjutnya
mahasiswa mengalami langsung sekaligus mengadakan
pengamatan di suatu kelas yang menjadi objek penelitian. Dari
hasil pengalaman nyata dan pengamatan yang dilakukan tersebut,
mahasiswa memberdayakan nalarnya untuk membangun suatu
konsep yang berfungsi sebagai problem solving dari permasalahan
yang ada. Kemudian konsep tersebut dieksperimentasikan di kelas
yang menjadi objek penelitian.

9
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah membahas panjang lebar mengenai asumsi belajar Kolb, gaya belajar
Kolb dan experiental learning cycle model kolb dapat disimpulkan bahwa
kolb berasumsi bahwa dalam belajar seorang individu pasti dia akan
melibatkan perasaan, pemantauan, pemikiran, dan perbuatan. Asumsi yang
dimiliki oleh Kolb menyebabkan lahirnya pendapat Kolb mengenai gaya
belajar, yaitu diverger, assimilator, converger, dan accommodator. Selain itu,
untuk membuat cara memahami keempat cara belajar tersebut, Kolb
mengungkapkan sebuah teori yang ia sebut sebagai experiental learning cycle,
yang didalamnya ada tahap-tahap dalam belajar mulai dari concrete
experience, reflective observation, abstract conceptualization, dan active
experimentation. Karakteristik model ini sangat memungkinkan bagi orang
dewasa untuk mengeksplorasi pengalaman masa lalunya untuk dijadikan
sumber pengetahuan bagi orang lain dan dirinya sendiri untuk kemudian
diolah menjadi pengetahuan baru. Karena itulah teori ELC sangat tepat jika di
implementasikan untuk belajar orang dewasa.

E. Saran
Besar harapan saya untuk dapat mencoba mengimplementasikan teori yang
dikemukakan oleh Kolb ini, karena itu saya berharap semoga tim dosen dapat
memberikan wadah bagi saya dan mahasiswa yang lain untuk dapat berkreasi
menggunakan teori ini dalam mengajar. Juga tidak lupa besarnya harapan saya
untuk merasakan jalannya ELC sebagai murid lagi, sebagaimana di kelas
andragogi dulu.

10
Daftar Pustaka

Apriliana, M. (2013). Penerapan Prinsip Belajar Orang Dewasa (Andragogi)


Pada Program Life Skill Di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Pati.
Under Graduate Thesis, Universitas Negeri Semarang.

Fahmi, A. A. (2016). Learning Style Theory David Kolb Dalam Pembelajaran


Sejarah SMA : Penelitian Fenomenologi Di kelas XI IIS 4 SMA Negeri 2
Tasikmalaya. S2 Thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.

Majid, A. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Prasetyo, I. (2011). TELAAH TEORETIS MODEL EXPERIENTIAL


LEARNING DALAM. Maja/ah Ilmiah Pembelajaran, 7(2), 103-119.

Rosidin, R. (2014). Optimalisasi Pembelajaran Berbasis Pengalaman. El-Qudwah,


1-17.

Sujarwo, S. (2007). Strategi Pembelajaran Patisipasif Bagi Orang Dewasa.


Majalah Ilmiah Pembelajaran, 3(2), 1-10.

Sutarno, E. (2008). b. Penerapan siklus belajar eksperiental untuk meningkatkan


kompetensi dasar fisika siswa kelas X di SMA Negeri 2 Singaraja. Jurnal
Pendidikan dan pengajaran UNDIKSHA, 41(1), 1-24.

Tanpa Nama. (2010, 12 17). Gaya Belajar, dan Daur Belajar. Dipetik 04 23,
2020, dari Revolusi Melalui Pendidikan: http://pendidikan-
alternatif.blogspot.com/2010/12/gaya-belajar-dan-daur-belajar.html

Team LPM IAIN SMH. (2019). Pendidikan Orang dewasa. Dedikasi: Journal of
Community Engagment, 2(3), 79-88.

Ulfa Rahmanissa & Wahyu Indiati. (2019). Efektivitas Program Peningkatan


Keterampilan Dukungan Kemandirian Pada Pengasuh Toddler Di Tpa X.
Jurnal Psikologi Sains dan Profesi, 3(3), 188-194.

Urfa, U. (2015, 3 1). Experiental Learning. Dipetik 4 23, 2020, dari


Academia.edu:
https://www.academia.edu/12390126/Experiential_Learning

11
Yuse, A. P. (2018). Penerapan Pembelajaran Orang Dewasa Oleh Intrukur
Pelatihan Keterampilan Menjahit di SPNF SKB Lima Puluh Kota. Jurnal
Pendidikan Luar Sekolah, 1(1), 16-21.

12

Anda mungkin juga menyukai