Thalamus 37
Thalamus 37
ABSTRAK
Abses serebri merupakan infeksi intraserebral fokal yang diawali gejala serebritis yang terlokalisasi
dan berkembang menjadi sekumpulan pus yang dikelilingi oleh kapsul. Prevalensi abses serebri pada pasien
HIV/AIDS lebih tinggi. Diperkirakan mencapai 1 : 10.000 keseluruhan pasien di rumah sakit atau sekitar
1500-2500 kejadian pertahun. Pada tulisan ini, membahas kasus seorang laki-laki 26 tahun dengan keluhan
utama kejang secara tiba-tiba. Tipe kejang tonik-klonik dan berlangsung selama 15 menit. Selama periode
kejang pasien tidak sadar sampai dengan 1 jam setelah masuk rumah sakit. Kejang tidak diikuti dengan
demam, mual dan muntah. Hasil rapid test reaktif terhadap HIV/AIDS. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
adanya hemiparese kiri dan ptoasis mata kanan. Tekanan darah 130/90 mmHg, frekuensi nadi 80x/menit,
pernafasan 20x/menit, suhu tubuh 37 derajat celcius. Pasien memiliki riwayat kejang 1 tahun yang lalu dan
post pengobatan tuberculosis paru selama 6 bulan. Dari hasil pemeriksaan CT-Scan pasien di diagnosis
edema cerebri dengan suspek abses serebri, maka itu disarankan untuk melakukan pemeriksaan MRI. Pasien
diberikan terapi berupa dexametason, citicolin, fenitoin, ceftriaxone dan diazepam.
PENDAHULUAN
intraserebral fokal yang diawali gejala penyebaran infeksi dari jaringan non-
merupakan infeksi yang mengancam jiwa Amerika Serikat terdapat 1500-2500 kasus
yang menyerang bagian parenkim otak. per tahun dengan prevalensi 0,3 -1,3
355 | ISSN: 2721-2882
orang/tahun. Insiden laki-laki : wanita berlangsung 1x dalam 24 jam. Selama
adalah 2-3 : 1.3 Prevalensi abses serebri periode kejang pasien tidak sadar sampai
pada pasien dengan HIV/AIDS lebih dengan 1 jam setelah masuk rumah sakit.
keseluruhan pasien di rumah sakit atau mengeluhkan demam, mual muntah dan
sekitar 1500-2500 kejadian pertahun. nyeri kepala. Kejang tidak diikuti dengan
Namun, semakin lama kejadian abses demam, mual dan muntah. Pasien memiliki
serebri pada pasien HIV/AIDS semakin riwayat kejang sebelumnya, yaitu mulai 2
meningkat, terlebih abses serebri yang tahun yang lalu dan ini merupakan episode
diakibatkan oleh jamur karena banyaknya kejang yang ke 3. Kejang sebelumnya juga
pengobatan antibakteri spektrum luas, obat- terjadi secara tiba-tiba disertai penurunan
obatan immunosupresif, dan kortikosteroid. kesadaran. Pasien saat ini dalam masa
4
Pada pasien immunocompromise seperti pengobatan dengan Anti Retro Viral
keadaan adanya defisiensi imun yang sejak Mei 2018 dan mengkonsumsi obat
disebabkan oleh defisiensi kuantitatif dan ARV. Selain itu, pasien memiliki riwayat
kualitatif yang pogresif dari limfosit T. pengobatan TB Paru selama 6 bulan dan
fenotip oleh ekspresi pada permukan sel terakhir pada bulan Juli 2019.
molekul CD4 yang bekerja sebagai reseptor Pada pemeriksaan fisik, ditemukan
primer terhadap HIV. Pada pasien HIV keadaan umum pasien GCS E1V2M5.
terjadi penurunan CD4 di bawah level Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi
kritis sehingga pasien menjadi sangat 116x/menit, respirasi 24x/menit dan suhu
keluhan utama kejang secara tiba-tiba saat Pemeriksaan fisik neurologis didapatkan
sedang bekerja. Tipe kejang tonik-klonik kekuatan motorik ekstremitas dextra 5/5/5
dan berlangsung selama 15 menit. Kejang dan sinistra 4/4/4. Tonus untuk keempat
patologis Hoffman Tromer (-/-), babinsky (- Thorax AP didapatkan kesan tak tampak
II (-), brudzinski III (-) dan kernig sign (-). Gambar 1. MSCT Brain non Contrast
Pada pemeriksaan penunjang darah Pasien ini didiagnosis dengan acute
lengkap didapatkan kadar white blood cell symptomatic seizure dan suspect healed
21,84x103/uL, hemoglobin 14,7 gdL, cerebral abscess. Pasien ini diberikan terapi
hematokrit 46,8%, trombosit 450x106/uL. berupa ceftriaxone 1g/12 jam, citicolin 250
Sedangkan pemeriksaan faal hati mg/12 jam, diazepam 10 mg secara IV bolus
didapatkan SGOT/SGPT 43/21. pelan kecepatan 5mg/menit, dexametason
Pemeriksaan faal ginjal kadar serum 5mg/12 jam, fenitoin 2x100 mg per oral dan
creatinin 1,36 mg/dl dan Uric Acid 10,7 paracetamol 3x500 mg per oral.
mg/dl. Pemeriksaan gula darah sewaktu Prognosis pada pasien ini adalah
155 mg/dl. Pemeriksaan elektrolit kalsium dubia ad bonam pada ad vitam, ad
1,35 mmol/lt. fungsionam, dan ad sanationam.
Pemeriksaan MSCT brain tanpa PEMBAHASAN
kontras ditemukan kesan multiple Abses serebri adalah infeksi
calcification dengan diagnosis banding intraserebral fokal yang diawali gejala
berkembang menjadi sekumpulan pus yang ataksia, afasia). Selain itu dari hasil
penyebaran infeksi dari jaringan non- Pada pasien ini juga dilakukan
neuronal yang berdekatan, penyebaran pemeriksaan rapid test dan hasilnya reaktif
langsung yang mengenai otak. sedang dalam pengobatan Anti Retro Viral
Pada stadium awal gambaran klinis (ARV) sejak Mei 2018. Pada pasien
abses serebri tidak khas, terdapat gejala- immunocompromised seperti pada pasien
gejala infeksi seperti demam, malaise, HIV/AIDS terjadi suatu keadaan adanya
anoreksia, dan gejala gejala peningkatan defisiensi imun yang disebabkan oleh
tekanan intrakranial berupa mual, muntah , defisiensi kuantitatif dan kualitatif yang
sakit kepala dan kejang. 6 progresif dari limfosit T. Subset sel T ini
Pasien pada kasus datang dengan digambarkan secara fenotip oleh ekspresi
keluhan tiba-tiba kejang saat sedang pada permukaan sel molekul CD4 yang
bekerja dengan durasi 15 menit diikuti bekerja sebagai reseptor primer terhadap
penurunan kesadaran. Tipe kejang tonik- HIV. Pada pasien HIV terjadi penurunan
klonik dan berlangsung 1x dalam 24 jam. CD4 dibawah level kritis sehingga pasien
Kejang yang terjadi merupakan salah satu menjadi sangat rentan terhadap infeksi.
manifestasi gejala neurologi fokal yang Salah satu manifestasi yang terjadi pada
muncul pada pasien. Dengan semakin pasien HIV/AIDS adalah abses serebri.
luasnya abses, gejala menjadi lebih khas Sumber infeksi abses serebri dapat berasal
berupa trias abses serebri yang terdiri dari dari infeksi langsung atau penyebaran
gejala infeksi (demam, leukositosis), infeksi dari organ lain seperti telinga, paru-
radioimaging. Dari hasil MSCT brain non terdapat risiko potensial dalam peningkatan
lobus parietal kanan kiri, dengan kesan diberikan dalam 2 minggu setelah itu di
multiple kalsifikasi diagnosis banding tappering off dalam 3-7 hari. Selain itu
abses serebri. Diagnosis abses serebri dapat pasien juga dalam pengobatan ARV
Resonance Imaging (MRI). Pada MRI Fumarate 1x300 mg dan Efavirenz 1x600
dapat terlihat lesi-lesi yang tidak terdeteksi mg. Sedangkan indikasi tindakan bedah
pada CT scan. Sehingga pada pasien ini drainase dapat dilakukan apabila terdapat
disarankan untuk melakukan pemeriksaan lesi dengan diameter >2,5 cc, letak lesi
Terapi untuk abses serebri melibatkan memburuk, atau setelah terapi 2 minggu
terapi antibiotik untuk infeksi primer yang abses membesar atau 4 minggu ukuran
terjadi, penatalaksanaan terhadap efek abses tak mengecil. Pada pasien ini belum
massa (abses dan edema), pencegahan ada indikasi untuk dilakukan tindakan
8
kejang dan terapi kortikosteroid. Pasien bedah drainase.
eradikasi bakteri dan infeksi, terapi intraserebral fokal yang diawali gejala
dan fenitoin 2x100 mg untuk pencegahan dikelilingi oleh kapsul. Abses serebri
3x500 mg untuk anti nyeri, dan pada sistem saraf pusat yang sering
mempengaruhi penetrasi antibiotik dan Diagnosis yang cepat dan tepat dapat
23-33