Anda di halaman 1dari 3

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber daya energi dan
mineral, baik berupa panas bumi, minyak, gas bumi, tembaga, nikel, batubara dan
lain sebagainya. Salah satu andalan energi dan mineral Indonesia adalah batubara
(coal). Berdasarkan data Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
pada tahun 2010, produksi batubara telah mencapai 260 juta ton dan pada tahun
2011 Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) memproyeksikan
sebesar 340 juta (Coal Investor 2010).
Eksploitasi batubara di Indonesia sebagian besar telah melakukan
pembukaan lahan hutan yang luas. Kementerian ESDM (2011) menyampaikan
pembukaan lahan mencapai 1.418.701,62 Ha yang. Pembukaan lahan
menyebabkan munculnya permasalahan lingkungan. Lahan-lahan menjadi tandus
dan tidak produktif. Tingkat erosivitas yang terjadi tinggi karena lahan yang
terbuka telah menghilangkan vegetasi yang tumbuh di atasnya, serta vegetasi atau
tumbuhan yang sukar tumbuh karena keadaan tanah yang rendah kandungan
unsur hara dan mengandung racun bagi tumbuhan (Mansur 2010). Hal ini harus
ada upaya dari perusahaan terkait dan pemerintah pusat maupun daerah untuk
melakukan reklamasi lahan pasca penambangan batubara melalui keilmuan
silvikultur yang tepat. Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki
atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha
pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya
(Kementrian ESDM 2008). Sedangkan revegetasi adalah usaha untuk
memperbaiki dan memulihkan vegetasi yang rusak melalui kegiatan penanaman
dan pemeliharaan pada lahan bekas penggunaan kawasan hutan (Kemenhut 2011).
Upaya-upaya reklamasi telah mengalami perkembangan karena perhatian
pemerintah yang bertambah besar, kesadaran masyarakat yang meningkat
terhadap kualitas lingkungan, serta komitmen perusahaan pertambangan yang
semakin tinggi dalam upaya reklamasi lahan pasca penambangan batubara dan
juga telah dilakukan dengan baik oleh perusahaan terkait, tetapi hal ini masih terus
2

membutuhkan perbaikan dan peningkatan teknologi reklamasi untuk mendapatkan


hasil yang baik, terjangkau dan efisien.
Permasalahan reklamasi pasca tambang diantaranya adalah keasaman
tanah, tekstur tanah dan genangan. Selain itu, kelerengan lahan yang terjal
(tebing) merupakan suatu permasalah juga dalam kegiatan reklamasi, karena
dalam operasi penambangan akan menghasilkan tebing yang terjal dari
pengambilan batubara atau mineral dalam tanah. Tebing sukar untuk ditanami
vegetasi, belum lagi tanah yang bertebing sangat mudah tererosi oleh aliran
drainase dari air hujan. Maka perlu dilakukan metode revegetasi dan jenis
tanaman yang cocok dengan kondisi tebing ini. Revegetasi dengan metode
hydroseeding memberikan hasil yang baik pada tebing-tebing pasca
penambangan, tetapi metode ini kurang ekonomis. Mansur (2010) menyatakan
kelemahan revegetasi dengan hydroseeding adalah biayanya mencapai 40-50 juta
per ha. Dengan demikian perlu adanya metode lain dalam revegetasi tebing pasca
penambangan yang memberikan hasil baik dan terjangkau.
Melihat dari pentingnya metode revegetasi tebing pasca penambangan,
maka dalam penelitian ini dilakukan pengujian metode revegetasi dengan metode
rambatan. Metode rambatan adalah metode revegetasi tebing dengan tanaman
merambat yang penanamannya menggunakan kerangka penjalar sebagai media
merambat untuk menutup tebing. Dalam penelitian ini digunakan tanaman Waluh
(Cucurbita moschata), Cipir (Psophocarpus tetragonolobus) dan Koro (Canavalia
gladiata) untuk diuji sebagai tanaman merambat yang cocok dalam penggunaan
metode rambatan, serta pengujian dalam penggunaan kerangka penjalar (coconet)
yang cocok untuk penerapan metode rambatan dalam melakukan revegetasi tebing
pasca penambangan.

1.2 Tujuan penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Menguji apakah metode rambatan cocok diterapkan dalam melakukan
revegetasi pasca penambangan
2. Mendapatkan jenis tanaman merambat dan ukuran kerangka penjalar
(coconet) yang tepat untuk revegetasi tebing pada lahan bekas tambang.
3

1.3 Manfaat penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah
1. Memberikan informasi tentang tanaman rambat yang mampu tumbuh dengan
baik pada lahan miring bekas kegiatan pertambangan
2. Memberikan data kecepatan tumbuh tanaman rambat pada areal reklamasi
lahan bekas tambang
3. Mendapatkan teknik reklamasi tebing pada lahan bekas tambang yang efektif
dan efisien
4. Sebagai acuan strategis untuk pengembangan tanaman penutup tanah pada
lahan reklamasi tambang batubara.

1.4 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah
1. Tanaman merambat dengan jenis Waluh (Cucurbitha moschata), Cipir
(Psophocarpus tetragonolobus) dan Koro (Canavalia gladiate) dapat
digunakan sebagai tanaman penutup pada tebing di lahan bekas penambangan
batubara.
2. Kerangka penjalar dari sabut kelapa (coconet) dapat meningkatkan laju
penutupan tebing pada tanaman merambat.

Anda mungkin juga menyukai