Anda di halaman 1dari 7

bakteri bermanfaat sebagai anti parasit aktif, dan peluru

PENDAHULUAN air seni, juga bersifat stimulan karena mempercepat


Indonesia Memiliki keanekaragaman hayati kedua denyut jantung dan tekanan darah. Selain itu tanaman
terbesar setelah Brazil keanekaragaman hayati yang ini juga digunakan dalam pengobatan untuk gangguan
dimiliki Indonesia merupakan kekayaan yang tak ternilai lambung dan cacingan juga disebut sebagai pengobatan
harganya. Sebagian besar penduduk di Indonesia cacar, kolera dan penyakit kelamin.
memanfaatkan tumbuhan untuk tujuan pengobatan Bakteri patogen pada saluran cerna merupakan
(Edy, 2008). golongan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit
Salah satu tumbuhan berkhasiat sebagai pengobatan infeksi pada saluran cerna manusia. Jenis bakteri yang
adalah tumbuhan Pinang (Arecae semen) Yang secara sering menyebabkan penyakit pada saluran cerna adalah
tradisional telah digunakan secara luas sejak ratusan bakteri bakteri famili enterobacteriaceae diantaranya
tahun lalu. penggunaan paling populer adalah kegiatan adalah Escherichia coli, Salmonella typhi, dan Shigella
menyirih dengan bahan campuran biji Pinang, daun dysentriae. Enterobacteriaceae Merupakan bakteri gram
sirih, kapur. Ada juga yang mencampurnya dengan negatif yang bersifat anaerob fakultatif dan oksidase
tembakau (Chamima, 2012). kulitnya masih hijau negatif. Bakteri ini sering ditemukan pada feses dan
digunakan bersama dengan buah sirih untuk bagian tubuh yang terinfeksi. semua bakteri enterik
menguatkan gigi, mengecilkan rahim, dan hormonnya meragi glukosa menjadi glukosa dengan atau tanpa
lebih tinggi karena masih pertumbuhan. Sedangkan disertai pembentukan gas mereduksi nitrat menjadi
Pinang tua warnanya kuning, bijinya agak keras. Areca nitrit, ada yang membentuk Indo dan ada yang tidak titik
catechu Merupakan tanaman famili Arecaceae Yang perbedaan jenis karbohidrat yang difermentasi, produk
berpotensi sebagai antikanker. Areca catechu Memiliki akhir metabolisme dan substrat yang digunakan menjadi
efek antioksidan dan antimutagenik, antiringent, dan dasar pembagian spesies Enterobakteriaceae (Radji, M.
obat cacing. biji buah pinang (Arecae semen) 2011).
Mengandung alkaloid seperti arekolin (C8H13NO2), METODE PENELITIAN
arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine, dan Jenis penelitian
isoguvasine. Ekstrak biji Pinang mengandung Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
tanin terkondensasi, tanin terhidrolisis, flavan, dan metode eksperimental dengan tahapan penelitian yaitu
senyawa-senyawa fenol, asam galat, getah, lignin minyak pengumpulan bahan identifikasi tumbuhan, pemeriksaan
menguap dan tidak menguap serta makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, pembuatan
garam. ekstrak etanol buah pinang (Aracae semen) ekstrak etanol biji Pinang (Arecae semen), Pembuatan
Tersebut memperlihatkan aktivitas antioksidan dengan larutan pereaksi, skrining fitokimia dan Pengujian
kan IC50 sebesar 45,4 g/ml (Edy, 2008). aktivitas bakteri dengan metode difusi agar
Pada penelitian sebelumnya oleh Edy (2008) hasilnya menggunakan kertas cakram.
menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak etanolik biji Persiapan sampel
buah areca catechu (25-100 µg/ml) Selama 48 jam - Pengambilan sampel
menghambat pertumbuhan sel kanker sebesar 13-48% Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah biji
(IC50 77 µg/ml), Sedangkan perlakuan arekolin (10-500 Pinang (Arecae semen). kegiatan pengambilan sampel
µg/ml) Menghasilkan penghambatan pertumbuhan sel dilakukan di desa Wono Sari Tanjung Morawa Medan
kanker sebesar 8 sampai 73% (IC50 180 g/ml). Hasil Sumatera Utara.
penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji Pembuatan pereaksi
Pinang (Arecae semen) Memiliki efek - Pereaksi Bauchardat
antiproliferatif dengan menghambat pertumbuhan Larutkan 2 gram iodium pekat dan 4 gram kalium iodida
kanker dan memacu apoptosis. Noni Puspawati (2012) pekat dalam air suling secukupnya hingga 100 ml.
melakukan pengujian biji Pinang terhadap bakteri - Pereaksi Dragendorff
Staphylococcus aureus dengan bunuh minimum adalah Sebanyak 8 gram bismut nitrat dilarutkan dalam 20 ml
1,57% dan bakteri Pseudomonas aeruginosa Adalah 25%. NNO3 kemudian dicampur kan dengan larutan kalium
Hasil menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji Pinang iodida sebanyak 27,2 gram dalam 50 ml air suling.
(Arecae semen) mempunyai aktivitas antibakteri lebih Campuran dibiarkan sampai memisah secara sempurna
efektif terhadap Staphylococcus aureus daripada Pseudomonas titik ambil larutan jernih dan diencerkan dengan air
aeruginosa (Desrini, 2015). secukupnya hingga 100 ml (Harbone, 1987).
Ekstrak etanol serbuk biji pisang (Arecae - Pereaksi Mayer
semen) efektif sebagai antibakteri terhadap pertumbuhan

1
Sebanyak 1,36 gram raksa (II) klorida dilarutkan suhu 105 °C sampai bobot tetap titik dasar larut etanol
dalam air suling hingga 60 ml. pada wadah lain dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
ditimbang 5 gram kalium iodida, dilarutkan dalam 10 ml (Depkes, 1995).
air suling kemudian kedua larutan dicampur dan - Penetapan kadar abu total
ditambahkan air suling hingga 10 ml (Depkes RI, 1995). Sebanyak 5 gram serbuk simplisia yang telah dihaluskan
- Pereaksi besi (III) klorida 1% di timbang seksama dimasukkan ke dalam krus yang
Sebanyak 1 gram besi (III) klorida dilarutkan dalam air telah di pijar dan ditara kemudian diratakan. Terus di
suling sampai 100 ml. pijar perlahan-lahan sampai arang habis, pijaran
Pereaksi timbal (II) asetat 0,4 M dilakukan pada suhu 600 °C selama 3 jam kemudian
Larutan timbal (II) sebanyak 15,17 gram dilarutkan didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot
dalam air suling hingga 100 ml. tetap. kadar Abu dihitung terhadap bahan yang telah
- Pereaksi asam klorida 2 N dikeringkan (Depkes, 1995).
Larutan asam klorida pekat sebanyak 17 ml diencerkan - Penetapan kadar abu tidak larut asam
dengan air suling hingga 100 ml. Abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu
- Pereaksi natrium hidroksida 2 N total didirikan dalam 25 ml asam klorida encer selama 5
Sebanyak 8,001 1 gram pelet natrium hidroksida menit bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan
dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml. disaring dengan kertas saring dipijarkan kemudian
- Reaksi asam sulfat 2 N didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap titik
Larutan asam sulfat pekat sebanyak 9,8 ML dilarutkan kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap
air suling hingga 100 ml. bobot yang dikeringkan (Depkes, 1995).
- Pereaksi Lieberman-Bouchard Skrining fitokimia
Campuran 5 gram bagian volume asam sulfat pekat Pemeriksaan alkaloid tanin flavonoid saponin dan
dengan 50 bagian volume etanol 95%, tambahkan 5 steroid atau triterpenoid.
bagian volume asam asetat anhidrida ke dalam - Pemeriksaan alkaloid
campuran tersebut dinginkan (Depkes RI, 1995). Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 gram kemudian
- Larutan kloralhidrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 1
Larutkan 50 gram kloralhidrat P dalam 20 ML air suling. ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di
Pemeriksaan karakteristik simplisia atas penangas air selama 2 menit, didinginkan lalu
- Pemeriksa makroskopis disaring. Filtrat dipakai untuk percobaan berikut :
Pemeriksaan makroskopik meliputi bentuk, bau rasa dan 1. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan 2 tetes larutan
warna dari biji Pinang. Mayer akan terbentuk endapan menggumpal
- Pemeriksaan mikroskopik berwarna putih atau kuning.
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan terhadap serbuk 2. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan 2 tetes larutan
dan ekstrak simplisia biji Pinang. Caranya, yaitu pada Bauchardat akan terbentuk endapan warna hitam.
objek ditetesi dengan kloralhidrat Kemudian 3. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan 2 tetes larutan
ditambahkan sedikit serbuk simplisia dan ditutup dengan Dragendorff akan terbentuk endapan berwarna
kaca penutup Kemudian dilihat di bawah mikroskop. merah atau jingga.
- Penetapan kadar sari larut air Alkaloid dinyatakan positif jika terjadi endapan.
Sebanyak 5 gram serbuk simplisia, dimaserasi selama 24 - Pemeriksaan tanin
jam dalam 100 ml air kloroform dalam labu tersumbat Sebanyak 0,5 gram serbuk simplisia disaring dengan 10
sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama dibiarkan ml air suling disaring lalu filtratnya diencerkan dengan
selama 18 jam lalu disaring dan diuapkan 20 ml filtrat air suling sampai tidak berwarna. diambil 2 ml larutan
sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar data lalu ditambahkan 1-2 tetes besi (II) klorida 1%
yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada terbentuk warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan
suhu 105 °C sampai bobot tetap titik dasar larut air adanya tanin.
dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan - Pemeriksaan flavonoid
(Depkes, 1995). Sebanyak 10 gram serbuk simplisia ditambahkan 10 ml
- Penetapan kadar sari larut etanol air panas di didihkan selama 5 menit dan disaring dalam
Sebanyak simplisia, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 keadaan panas ke dalam 5 ml. Filtrat ditambahkan 0,1 g
ml etanol 95% dalam labu tersumbat sambil sesekali serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2
dikocok selama 6 jam pertama 6 jam pertama dibiarkan ml amil alkohol dikocok dan dibiarkan memisah.
selama 18 jam lalu disaring dan diuapkan 20 ml filtrat flavonoid positif terjadi warna merah atau kuning atau
sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar data jingga pada lapisan amil alkohol.
yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada - Pemeriksaan saponin

2
Sebanyak 0,5 gram serbuk simplisia dimasukkan ke sampai 45 derajat Celcius. tuangkan ke dalam cawan
dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 10 ml air panas, petri titik inokulasi mikroorganisme ke dalam cawan dan
didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 inkubasi pada suhu 37 derajat celcius selama 24 jam.
detik. jika terbentuk buih setinggi 1 sampai 10 cm yang Pembuatan media agar miring
mantap dan tidak kurang dari 10 menit dan pada ada Sebanyak 3 ml media nutrient agar yang sudah dicairkan
penambahan satu tetes larutan asam klorida 2 N, buih dimasukkan ke dalam tabung reaksi steril didiamkan
tidak hilang, menunjukkan adanya saponin. pada temperatur kamar sampai memadat pada posisi
- Pemeriksaan steroid/ triterpenoid miring titik kemudian disimpan dalam lemari pendingin
Sebanyak 1 gram serbuk simplisia dimaserasi dengan 20 (Ditjen POM, 1995).
ml etanol selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan Pembuatan stok kultur
dalam cawan penguap. pada sisa dalam cawan penguap Diambil satu koloni bakteri escheria colli dengan
ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes menggunakan jarum Ose lalu ditanamkan pada media
asam sulfat pekat (pereaksi Liebermann- nutrient agar miring dengan cara menggores, setelah itu
Bouchard). diteteskan pada saat akan meresmikan diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37 °C selama 18
sampel uji. timbul warna ungu atau merah kemudian sampai 24 jam. hal yang sama dilakukan pada bakteri
berubah menjadi hijau biru menunjukkan adanya Salmonella typhi dan Shigella dysentriae.
stereoid/ triterpenoid. Penyiapan inokulum
Pembuatan ekstrak biji Pinang (Arecae semen) Diambil stop kultur bakteri Escherichia coli Dengan
Sebanyak 500 gram serbuk simplisia dimaserasi menggunakan jarum Ose steril kemudian disuspensikan
dimasukkan ke dalam wadah tertutup dan dibasahi ke dalam tabung yang berisi 10 ml larutan NaCl 0,9%
dengan etanol 96% sebanyak 500 ml dan ditutup dengan sampai diperoleh kekeruhan yang sama dengan larutan
aluminium foil dengan rapat serta disimpan pada tempat standar Mc.Farland dimana konsentrasi bakteri 108
yang tidak terkena sinar matahari langsung. didiamkan CFU/ml. Dipipet 0,1 ml larutan diatas kemudian
selama 24 jam tetapi pada 6 jam pertama sekali dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml, ditambahkan
dilakukan pengadukan. setelah 24jam disaring ampasnya NaCl 0,9% sampai garis tanda di mana konsentrasi
diambil kembali dan ditambahkan dengan cairan penyari bakteri menjadi 106 CFU/ml. hal yang sama dilakukan
yang sama dan jumlah yang sama lalu Diamkan selama pada bakteri Shigella dysentriae dan Salmonella typhi.
12 jam kemudian disaring kembali Hal tersebut Pembuatan larutan uji ekstrak etanol biji pinang
dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. hasil (Areceae semen)
penyaringan digabung lalu diuapkan dengan penangas Sebanyak 4 gram ekstrak etanol biji pinang (Areceae
air hingga diperoleh ekstraksi kental biji pinang semen) Di timbang seksama dengan neraca analitik,
(Handayani, 2016). dilarutkan dengan pelarut DMSO (Dymethil sulfoxide)
Sterilisasi alat Hingga volume total 8 ML dan diaduk hingga larut dan
Alat-alat yang digunakan disterilkan terlebih dahulu dapat konsentrasi 500 mg per ml. kemudian dibuat
sebelum dipakai titik alat-alat gelas disterilkan di dalam pengenceran dengan konsentrasi 400 mg/ml, 300
oven pada suhu 170 derajat Celcius selama 1 sampai 3 mg/ml, 200 mg/ml, 150 mg/ml, 100 mg/ml, 50
jam titik media disterilkan di autoklaf pada suhu 121 mg/ml, dan 25 mg/ml.
derajat Celcius selama 15 menit titik jarum Ose dan Metode pengujian efek antibakteri
pinset di pijar dengan api bunsen (Lay, 1994). Kedalam 0,1 ml inokulum Kemudian ditambahkan 20
Pembuatan media ml media nutrient agar steril yang telah dicairkan dan
Media nutrient agar (NA) nutrient agar adalah medium ditunggu hingga suhu mencapai 45 °C, dihomogenkan
padat untuk pertumbuhan mikroorganisme yang umum dan dibiarkan sampai media memadat. selanjutnya
digunakan dalam berbagai kultur mikroorganisme. cakram kertas (diameter 6 mm) ke dalam dikeringkan
Prosedur pembuatannya adalah sebanyak 23 gram dan diletakkan titik kemudian diinkubasi pada suhu 37
nutrient agar dimasukkan ke dalam erlenmeyer °C selama 18 sampai 24 jam. selanjutnya diameter
Tambahkan air suling 1000 ml lalu dipanaskan sampai daerah hambat di sekitar cakram kertas diukur dengan
larut lalu disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121 menggunakan jangka sorong. pengujian dilakukan
derajat Celcius selama 15 menit (Oxoid, 1982). sebanyak 3 kali ( Ditjen POM 1995).
Media Mueller-Hinton agar (MHA)
Prosedur pembuatannya adalah sebanyak 38 gram HASIL DAN PEMBAHASAN
Mueller-Hinton agar (MHA) dimasukkan ke dalam Hasil karakterisasi simplisia
tabung atau botol untuk disterilisasi di dalam autoklaf - Makroskopik
selama 15 menit, pada suhu 121 derajat Celcius selama 1
sampai 2 jam tunggu hingga agak dingin sekitar suhu 40

3
Buah bentuk bulat telur sungsang memanjang, panjang Dilakukan skrining fitokimia terhadap tumbuhan pinang
3, 5 - 7 cm, dinding buah berserabut, warna merah meliputi pemeriksaan alkaloid tanin flavonoid saponin
jingga jika massa. Biji satu berbentuk seperti kerucut steroid atau triterpenoid. hasil skrining dapat dilihat pada
pendek dengan ujung membulat pangkal agak datar tabel 2 di bawah ini.
dengan suatu lekukan dangkal panjang 15 - 30 Tabel 2 hasil skrining senyawa kimia biji pinang
mm, permukaan luar berwarna kecoklatan sampai No Golongan senyawa Serbuk Ekstrak
coklat kemerahan. 1 Alkaloid + +
- Mikroskopik 2 Tanin + +
Hasil pemeriksaan biji pinang (Arecae semen) terdapat sel- 3 Flavonoid + +
sel batu, berpigmen butir-butir aleuron. 4 Saponin + +
- Karakteristik simplisia 5 Steroid/Triterpenoid + +
Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia tumbuhan Keterangan :
pinang (Arecae semen) dapat dilihat pada tabel 1 di bawah (+) positif : mengandung golongan senyawa
ini. Serbuk/ekstrak biji pinang (Arecae semen) yang
Tabel 1 Hasil karakterisasi simplisia dari tumbuhan ditambah dengan pereaksi Dragendroff memberikan
pinang muda dan pinang tua. endapan warna merah atau jingga dengan pereaksi
No Karakterisasi PM (%) PT (%) Bouchardat memberikan endapan coklat dan dengan
1 Kadar sari larut air 18,02 12,93 pereaksi Mayer terbentuk endapan kuning. Ini
2 Kadar sari larut etanol 30,58 21,03 menunjukkan adanya alkaloid. Alkaloid dianggappositif
3 Kadar abu total 4,19 3,89 jika endapan paling sedikit dua atau tiga kali pereaksi
4 Kadar abu tidak larut asam 0,35 0,57 yang ditambahkan. Flavonoid dengan menambahkan
Penetapan kadar simplisia biji pinang tua dan biji Mg, HCl dan Amil alkohol pada lapisan Amil alkohol
pinang muda dilakukan menggunakan dua pelarut yaitu ini dianggap bahwa 8 positif pada biji Pinang.
air dan etanol. penetapan kadar sari larut air adalah Penambahan asam asetat dan HCl pekat memberikan
untuk mengetahui bahwa kadar senyawa kimia bersifat warna biru menunjukkan adanya steroid atau
polar yang terkandung di dalam simplisia sedangkan triterpenoid. Skrining pada tanin dengan penambahan
kadar sari larut dalam etanol dilakukan untuk FeCl3 kan warna hijau kehitaman menunjukkan adanya
mengetahui kadar senyawa larut dalam etanol baik tanin (Famsworth, 1996). skrining saponin positif
senyawa polar maupun senyawa non polar. Hasil dengan memberikan bisa kurang lebih 1 cm selama 30
penetapan kadar sari larut air biji pinang tua 12,93% biji detik ( Depkes RI, 1995).
pinang muda 18,02% sesuai dengan ketetapan MMI Dari hasil skrining fitokimia minyak didapatkan
yaitu harus besar dari 18%. Ini berarti simplisia layak hasil bahwa biji pinang (Arecae semen) mengandung
untuk dijadikan bahan baku dalam pembuatan obat senyawa alkaloid tanin saponin flavonoid dan
tradisional dan obat herbal terstandar sedangkan kadar triterpenoid. Hasil yang diperoleh dari pengujian
sari larut etanol biji pinang tua 21,93% biji pinang muda senyawa kimia dapat diketahui bahwa ekstrak etanol di
30,58% titik nilai tersebut sesuai dengan ketetapan MMI biji pinang (Arecae semen) mengandung senyawa alkaloid
memiliki nilai lebih dari 9,7%. Dengan demikian tanin saponin flavonoid dan triterpenoid fungsi
diketahui simplisia tersebut memiliki kandungan pengujian dilakukan secara triplo. Uji kandungan
senyawa senyawa yang layak untuk dilakukan ekstraksi. senyawa kimia ekstrak etanol biji pinang ini dilakukan
Penetapan kadar abu total dilakukan untuk untuk mengetahui senyawa-senyawa yang terlarut setelah
mengetahui kadar senyawa anorganik dalam simplisia proses ekstraksi simplisia dengan pelarut etanol dengan
misalnya Mg, Ca, Na dan Pb. Sedangkan penetapan diketahuinya kandungan senyawa dalam ekstrak etanol
kadar abu tidak larut dalam asam untuk mengetahui biji pinang maka dapat diperkirakan mekanisme kerja
kadar senyawa yang tidak larut dalam asam misalnya dari ekstrak etanol biji pinang menghambat
silika. Penetapan kadar abu total simplisia biji pinang pertumbuhan bakteri dan penyembuhan penyakit seperti
tua 3,89%, biji pinang muda 4,19%. sesuai dengan MMI cacingan luka diare sembelit disentri senyawa yang
kurang dari 8% dan kadar abu tidak larut asam biji terkandung dalam ekstrak biji pinang arek semen adalah
pinang tua 0,57%, biji pinang muda 0,3 5%. Adanya senyawa-senyawa yang larut dalam pelarut semi polar
kandungan abu tidak larut dalam asam yang rendah seperti etanol hal ini sesuai dengan penelitian yang
menunjukkan adanya pasir atau pengotor yang lain dilakukan oleh Sa’roni dan Adjirni, di mana ekstraksi
dalam kadar rendah. biji pinang dengan pelarut etanol mengandung senyawa
Hasil skrining fitokimia alkaloid saponin tanin dan flavonoid serta triterpenoid
(Asa, 2014)

4
Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji
pinang muda (EEPM)
Hasil uji aktivitas antibakteri EEBPM dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Eschericia coli, Shigella
disentriae, dan Salmonella typhi. Aktivitas suatu zat
antibakteri untuk menghambat pertumbuhan dan
membunuh mikroorganisme tergantung pada
konsentrasi dan dan jenis bakteri digunakan. Hasil
pengukuran EEBPM dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Hasil pengukuran diameter daerah hambatan
pertumbuhan bakteri Eschericia coli, Shigella disentriae, dan
Salmonella typhi dari ekstrak etanol biji pinang muda
(EEBPM).
Diameter daerah hambat (mm)
Konsentrasi
No Eschericia Shigella Salmonella
(mg/ml)
coli disentriae typhi.
Gambar 1 Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
1 500 17,33 16,23 15,50
biji pinang muda (EEBPM) terhadap bakteri Escherichia
2 400 16,46 15,63 14,23
coli.
3 300 16,36 14,16 13,80
4 200 15,40 12,43 13,60
5 150 14,36 10,86 12,36
6 100 13,23 8,86 10,02
7 50 11,80 7,33 7,80
8 25 9,40 6,73 6,30
9 Blanko - - -
Keterangan :
(*) : Hasil rata – rata tiga kali pengulangan
(-) : Tidak ada hambatan
DMSO : Dimetilsulfoksida
Pada tabel 3 terlihat bahwa konsentrasi yang dapat
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh farmakope
Indonesia rendah 95 dengan batas daerah hambatan
yang efektif kurang dari 14-16 mm. berdasarkan hasil
pengukuran diameter daerah hambatan memperlihatkan
bahwa EEBPM memberikan aktivitas antibakteri pada
konsentrasi optimum menghambat pertumbuhan bakteri
Esherichia coli pada konsentrasi 150 mg/ml mempunyai
daerah hambat 14,36 mm. Shigella dysentriae konsentrasi
300 mg/ml mempunyai daerah hambat 14,16 mm,
Salmonella thypi konsentrasi 400mg/ml mempunyai
daerah hambat 14,23 mm. Dengan KHM konsentrasi 25
mg/ml masing - masing 9,40 mm, 6,73 mm dan 6,30
mm. Zona hambat antibakteri ekstrak etanol biji pinang
muda terlihat pada gambar 1 dibawah ini.

Gambar 2 Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol


biji pinang muda (EEBPM) terhadap bakteri Shigella
dysentriae

5
Salmonella typhi pada konsentrasi 500
mg/ml memberikan daerah hambat 14,2 lemak dan
diperoleh KHM pada konsentrasi 25 mg/ml, masing-
masing 7,63 mm, 6,16 mm, dan 6,00 mm.
Pada pengujian EEBPM dan EEBPT, aktivitas
terhadap ketiga bakteri sama-sama memberikan daya
hambat tetapi memberikan hasil yang berbeda yaitu
Eschericia coli memberikan warna hambat yang lebih
besar dibandingkan terhadap bakteri Shigella dysentriae
dan bakteri Salmonella typhi pada berbagai variasi
konsentrasi dikarenakan bakteri tersebut memiliki
dinding sel yang berbeda titik namun keduanya
mengandung golongan senyawa sebagai antibakteri yaitu
adanya senyawa alkaloid (Ozcelik, et al, 2011), Flavonoid
(Cowan, 1999), tannin (Ashok, 2012), saponin dan
triterpenoid (Harbone , 1987).
Pada penelitian sebelumnya aktivitas hambatan S.
Gambar 3. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol aurens oleh ekstrak etanol biji pinang disebabkan
biji pinang muda (EEBPM) terhadap bakteri Salmonella pengaruh senyawa bioaktif atau metabolit sekunder yang
thypi terdapat pada ekstraksi alkaloid memiliki aktivitas
Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol Pinang antibakteri dengan cara mengganggu terbentuknya
tua (EEBPT) komponen jembatan silang peptidoglikan pada sel
Hasil uji aktivitas antibakteri EEBPT dapat bakteri sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk
menghambat pertumbuhan bakteri Esherichia coli, Shigella secara utuh dan sel akan lisis. Saponin merupakan zat
dysentriae, dan Salmonella thypi. Aktivitas suatu zat aktif yang dapat meningkatkan permeabilitas membran
antibakteri untuk menghambat pertumbuhan atau sehingga terjadi hemolisis sel apabila saponin
membunuh Mikroorganisme dapat dilihat pada tabel 4. berinteraksi dengan sel bakteri bakteri akan pecah atau
Tabel 4 hasil pengukuran diameter daerah lisis. Tanin merupakan target utama pada polipeptida
hambatan pertumbuhan bakteri Esherichia coli, Shigella dinding sel yang akan menyebabkan kerusakan pada
dysentriae, dan Salmonella thypi ekstrak etanol pinang tua dinding sel. Flavonoid merupakan senyawa fenol yang
(EEBPT). mempunyai kecenderungan untuk mengakibatkan
Diameter daerah hambat (mm) perubahan komposisi fosfolipid membran dengan
Konsentrasi
No Eschericia Shigella Salmonella pemberontakan dan dinding sel yang lisis. mekanisme
(mg/ml)
coli disentriae typhi. terpenoid sebagai antibakteri adalah reaksi dengan porin
1 500 16,30 15,76 14,26 (protein transmembran) pada luar dinding sel bakteri
2 400 15,53 14,16 13,56 membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga
3 300 14,46 12,10 11,90 mengakibatkan rusaknya protein.
4 200 13,30 10,20 8,86 Zona hambat antibakteri ekstrak etanol biji Pinang
5 150 11,40 9,83 7,80 tua terlihat pada gambar dibawah ini.
6 100 9,50 7,80 7,46
7 50 8,20 7,30 6,13
8 25 7,63 6,16 6,00
9 Blanko - - -
Keterangan :
(*) : Hasil rata – rata tiga kali pengulangan
(-) : Tidak ada hambatan
DMSO : Dimetilsulfoksida
Pada EEBPT memberikan aktivitas antibakteri pada
konsentrasi optimum menghambat pertumbuhan bakteri
Escherichia coli pada konsentrasi 300
mg/ml memberikan diameter daerah hambat 14,46
bakteri Shigella dysentriae pada konsentrasi 400
mg/ml memberikan daerah rambat 14,16 bakteri

6
Gambar 4 uji antibakteri ekstrak etanol biji Pinang dan kadar abu tidak larut atau 0,35%. Hasil karakterisasi
tua (EEBPT) terhadap bakteri Eschericia coli. simplisia pinang tua kadar sari larut air 12,93%, kadar
sari larut etanol 21,03% kadar abu total 3,89% dan kadar
abu tidak larut asam 0,57%.
Hasil skrining fitokimia serbuk biji pinang diperoleh
senyawa alkaloid flavonoid, saponin,
steroid/triterpenoid dan tanin. hasil uji aktivitas
antibakteri ekstrak etanol biji pinang muda dan biji
pinang tua memiliki efektivitas terhadap pertumbuhan
bakteri.

Gambar 5 Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol


biji pinang tua (EEBPT) terhadap bakteri Shigella
dysentriae

Gambar 6 Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol


bijipinang tua (EEBPT) terhadap bakteri Salmonella typhi
Dari gambar diatas terlihat jelas zona daya hambat
bakteri Eschericia coli, Shigella dysentriae, Salmonella typhi,
ekstrak biji pinang muda maupun biji pinang tua.
Semakin tinggi konsentrasi maka daya hambatnya
semakin besar.

KESIMPULAN
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap biji pinang
(Arecae semen), diperoleh kesimpulan, karakterisasi
simplisia biji pinang muda pada sari larut air 18,02% dan
kadar sari larut etanol 30,58%, kadar abu total 4,19%

Anda mungkin juga menyukai