Anda di halaman 1dari 12

HAMBATAN PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE

PADA MASA PANDEMIK COVID 19

NAMA : AMIRUDDIN
NIM : 023211931
UPBJJ : 83 / KENDARI
PROGRAM STUDI : S1 / ILMU PEMERINTAHAN
e- mail : laamiruddin1973@gmail.com

UNIVERSITAS TERBUKA (UT)


TAHUN PELAJARAN 2019.2/2020.1
HAMBATAN PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE PADA MASA
PANDEMIK COVID 19

Abstrak
Pentingnya mewujudkan good governance (pemerintahan yang baik) menjadi
tuntutan dan harapan semua masyarakat. Tuntutan tersebut sangat berhubungan
dengan pemenuhan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat. Masyarakat adalah
objek dan subjek pembangunan dalam menciptakan pemerintahan yang demokrasi
yaitu pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat itu sendiri. Upaya
mewujudkan good governance memang menjadi tantangan bagi pemerintah selaku
penentu kebijakan dan pembuat keputusan. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya
tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi dan kondisi sosial
masyarakat yang heterogen. Salah satu kendala yang sangat berarti dan menjadi
hambatan terbesar dari upaya mewujudkan good governance adalah adanya
pandemik di tengah tengah masyarakat. Saai ini pandemik yang mengancam sendi-
sendi kehidupan bangsa Indonesia adalah pandemik corona virus didiase 2019
(covid 19). Pandemik covid 19 telah menjadi penghambat terbesar saat ini bagi
pemerintah untuk mewujudkan good governance di semua sektor pemerintahan.
Beberapa prinsip dalam good governance menjadi tidak terlaksana karena adanya
upaya pembatasan sosial yang merupakan salah satu langkah dari upaya percepatan
pemutusan rantai penyebaran covid 19.
Kata kunci : good governance, pandemik, corona viris disease

PENDAHULUAN
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara yang luas dengan
penduduk yang heterogen. Negara dengan penduduk yang yang heterogen seperti
Indonesia ini tentu saja mempunyai berbagai macam persoalan dalam membuat tata
kelola pemerintahan. Dalam mengelola pemerintahan tentu saja banyak tuntutan-
tuntutan yang harus dijawab oleh pemerintah sehubungan dengan terpenuhinya
kebutuhan pelayanan kepada masyarakat. Masyarakat sebagai subjek sekaligus
objek pembangunan yang harus diperhatikan kesejahteraannya sebagaimana cita-
cita terbesar Bangsa Indonesia adalah menciptakan kesejahteraan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia.
Untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera diperlukan pemerintahan yang baik
(good governance). Good governance menjadi impian dan dambaan setiap warga
negara sejak sebelum adanya reformasi. Di zaman reformasi tuntutan tersebut
semakin ditingkatkan. Masyarakat menggantungkan cita-citanya kepada
penyelenggara negara akan terciptanya good governance.
Dalam upaya pelaksanaan good governance selalu mendapat tantangan dan
hambatan. Hambatan tersebut selalu datang akibat adanya perilaku menyimpang
yang dilakukan oleh pelaku pelayanan pemerintahan yang berupa korupsi, kolusi,
nepotisme, diskriminasi, dan kesewenang-wenangan lainnya. Namun pada awal
tahun 2020 ini muncul hambatan yang berupa bencana non alam dan non teknik
yaitu munculnya pandemik corona virus disease 2019 (covid 19). Penyakit ini telah
menjadi pandemik global yang telah mewabah hampir seluruh dunia. Penyakit ini
juga telah membuat pusing tujuh keliling para ilmuhan, para ahli kesehatan seluruh
dunia. Negara-negara maju dengan teknologinya yang cukup canggih, dengan
kekuatan angkatan perang yang hebat dibuat kewalahan dengan kehaditannya
penyakit ini. Ini merupakan suatu bukti bahwa sehebat apapun peradaban manusia di
muka bumi ini, tetapi masih mempunyai keterbatasan.

PEMBAHASAN

1. Pengertian Good Governance


Istilah governance tidak sama dengan government. Ganie-Rochman
mengemukakan bahwa konsep “government” menunjuk pada suatu organisasi
pengelolaan berdasarkan kewenangan tertinggi (negara dan pemerintah). Konsep
“governance” melibatkan tidak sekedar pemerintah dan negara, tetapi juga peran
berbagai aktor diluar pemerintah dan negara, sehingga pihak-pihak yang terlibat
juga sangat luas. Paulus Effendi Lotulung mengemukakan bahwa “Konsep
governance dalam masyarakat sering dirancukan dengan konsep government.
Konsep governance lebih inklusif daripada government. Konsep government
menunjuk pada suatu organisasi pengelolaan berdasarkan kewenangan tertinggi
(Negara dan pemerintah). Konsep governance melibatkan tidak sekedar pemerintah
dan negara, sehingga pihak-pihak yang terlibat juga sangat luas”.
Good Governance adalah tata kelola pemerintahan yang baik yang telah
didefinisikan oleh berbagai lembaga yang diakui oleh dunia. Salah satu lembaga
tersebut yaitu United Netions Development Program (UND) dalam dokumen
kebijakannya yang berjudul “Governance for suistanable human
development”(1997) mendefinisikan good governance sebagai hubungan yang
sinergis dan konstruktif di antara negara, sektor swasta, dan society (Dwiyanto,
2005 : 82).
Good Governance adalah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan
yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar
yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi
secara politik maupun secara administratif menjalankan disiplin anggaran serta
penciptaan legal dan politican framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha.
Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada
proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat
dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh
pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi penyelenggaraan pemerintahan
dalam suatu negara.
Prinsip Goog Governamce

2. Prinsip Good Governance


Konsep good Governance pada prinsipnya merupakan kepemimpinan yang
mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip profesionnalitas, akuntabilitas,
transparan, demokratis, efisien, efektif, menegakkan supremasi hukum, memberikan
layanan prima, dan diterima masyarakat (Sugeng, 2007). Untuk mewujudkan hal
tersebut perlu diketahui beberapa prinsip good governance
(https://yanwariyanidwi.wordpress.com) yang meliiputi :
a. Partisipasi Masyarakat (Participation) Setiap warga masyarakat mempunyai hak
dan suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui
lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka.
Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan
mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara
konstruktif. Partisipasi bermaksud untuk menjamin agar setiap kebijakan yang
diambil mencerminkan aspirasi masyarakat. Dalam rangka mengantisipasi
berbagai isu yang ada, pemerintah daerah menyediakan saluran komunikasi agar
masyarakat dapat mengutarakan pendapatnya.
b. Tegaknya Supremasi Hukum (Rule of Law)
Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-perumusan
kebijakan publik diperlukan dasar dan rambu agar tidak menyimpang dari tujuan
yang diinginkan. Oleh karena itu diperlukan sistem dan aturan-aturan hukum.
Sehubungan dengan itu, dalam proses mewujudkan cita good governance, harus
diimbangi dengan komitmen untuk menegakkan rule of law dengan prinsip-
prinsip dasar antara lain Supremasi hukum (the supremacy of law), dan
Kepastian hukum (legal certainty).
c. Transparansi (Transparency) Transparansi adalah keterbukaan atas semua
tindakan dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Prinsip transparansi
menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat
melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh
informasi yang akurat dan memadai. Tranparansi dibangun atas dasar arus
informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan
informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan
informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.
d. Peduli pada Stakeholder/Dunia Usaha Lembaga-lembaga dan seluruh proses
pemerintahan harus berusaha melayanisemua pihak yang berkepentingan. Dalam
konteks praktek lapangan dunia usaha, pihak korporasi mempunyai
tanggungjawab moral untuk mendukung bagaimana good governance dapat
berjalan dengan baik di masing-masing lembaganya. Pelaksanaan good
governance secara benar dan konsisten bagi dunia usaha adalah perwujudan dari
pelaksanaan etika bisnis yang seharusnya dimiliki oleh setiap lembaga korporasi
yang ada didunia. Dalam lingkup tertentu etika bisnis berperan sebagai elemen
mendasar dari konsep Corporate Social Responsibility (CSR) yang dimiliki oleh
perusahaan. Pihak perusahaan mempunyai kewajiban sebagai bagian masyarakat
yang lebih luas untuk memberikan kontribusinya. Praktek good governance
menjadi guidence atau panduan untuk operasional perusahaan, baik yang
dilakukan dalam kegiatan internal maupun eksternal perusahaan. Internal
berkaitan dengan operasional perusahaan dan bagaimana perusahaan tersebut
bekerja, sedangkan eksternal lebih kepada bagaimana perusahaan tersebut
bekerja denganstakeholder lainnya, termasuk di dalamnya publik.
e. Berorientasi pada Konsensus (Consensus) Menyatakan bahwa keputusan apapun
harus dilakukan melalui proses musyawarah melalui konsesus. Model
pengambilan keputusan tersebut, selain dapat memuaskan semua pihak atau
sebagian besar pihak, juga akan menjadi keputusan yang mengikat dan milik
bersama, sehingga ia akan mempunyai kekuatan memaksa (coercive power) bagi
semua komponen yang terlibat untuk melaksanakan keputusan tersebut.
Paradigma ini perlu dikembangkan dalam konteks pelaksanaan pemerintahan,
karena urusan yang mereka kelola adalah persoalan-persoalan publik yang harus
dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
f. Kesetaraan (Equity) Kesetaraan yakni kesamaan dalam perlakuan dan
pelayanan. Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau
mempertahankan kesejahteraan mereka. Prinsip kesetaraan menciptakan
kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan
informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang
akurat dan memadai.
g. Efektifitas dan Efisiensi (Effectiveness and Efficiency) Untuk menunjang
prinsip-prinsip yang telah disebutkan, pemerintahan yang baik dan bersih juga
harus memenuhi kriteria efektif dan efisien yakni berdaya guna dan berhasil-
guna. Kriteria efektif biasanya di ukur dengan parameter produk yang dapat
menjangkau sebesar-besarnya kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok
dan lapisan sosial. Agar pemerintahan itu efektif dan efisien, maka para pejabat
pemerintahan harus mampu menyusun perencanaan-perencanaan yang sesuai
dengan kebutuhan nyata masyarakat, dan disusun secara rasional dan terukur.
Dengan perencanaan yang rasional tersebut, maka harapan partisipasi
masyarakat akan dapat digerakkan dengan mudah, karena program-program itu
menjadi bagian dari kebutuhan mereka.
h. Akuntabilitas (Accountability) Akuntabilitas adalah pertangungjawaban pejabat
publik terhadap masyarakat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi
kepentingan mereka. Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta
dan organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada
masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk
pertanggungjawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya tergantung dari jenis
organisasi yang bersangkutan. Instrumen dasar akuntabilitas adalah peraturan
perundang-undangan yang ada, dengan komitmen politik akan akuntabilitas
maupun mekanisme pertanggungjawaban, sedangkan instrumen-instrumen
pendukungnya adalah pedoman tingkah laku dan sistem pemantauan kinerja
penyelenggara pemerintahan dan sistem pengawasan dengan sanksi yang jelas
dan tegas.
i. Visi Strategis (Strategic Vision) Visi strategis adalah pandangan-pandangan
strategis untuk menghadapi masa yang akan datang. Para pemimpin dan
masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata
pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa
saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu
mereka juga harus memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya
dan sosial yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut.

3. Pandemik Covid 19 dan bahayanya


a. Pengertia Pandemik
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan, kata tersebut
berarti tersebar luas (tentang penyakit) di suatu kawasan, benua, atau di seluruh
dunia.WHO mendefinisikan istilah ini sebagai wabah patogen baru yang
menyebar dengan mudah dari orang ke orang di seluruh dunia. Pandemik adalah
ketika ia menyebar di beberapa negara atau benua dan biasanya memengaruhi
orang dalam jumlah besar. Persebarannya secara global.
Wabah penyakit yang masuk dalam kategori pandemi adalah penyakit
yang menular dan memiliki garis infeksi berkelanjutan. Jadi, jika ada kasus
terjadi di beberapa negara lainnya selain negara asal, tetap digolongkan sebagai
pandemi.

b. Covid 19 (Nama, Sejarah, dan Bahayanya bagi Kesehatan)

Penyakit Coronavirus Disease 2019 ( COVID-19 ) adalah penyakit


menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (SARS-
CoV-2). Penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada Desember 2019 di
Wuhan, ibu kota provinsi Hubei Cina, dan sejak itu menyebar secara global,
mengakibatkan pandemi koronavirus 2019 yang sampai saat ini sedang
berlangsung.
Selama wabah awal di Wuhan, Cina, virus dan penyakit itu biasa disebut
sebagai "coronavirus" dan "coronavirus Wuhan", dengan penyakit yang kadang-
kadang disebut "Wuhan pneumonia". Pada Januari 2020, Organisasi Kesehatan
Dunia merekomendasikan 2019-nCov dan 2019-nCoV penyakit pernapasan
akut sebagai nama sementara untuk virus dan penyakit per 2019 pedoman dan
pedoman internasional untuk tidak menggunakan lokasi geografis (misalnya
Wuhan, Cina), spesies hewan atau kelompok orang dengan nama penyakit dan
virus untuk mencegah stigma sosial.
Nama resmi COVID ‐ 19 dan SARS-CoV-2 dikeluarkan oleh WHO pada
11 Februari 2020. Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menjelaskan:
CO untuk corona , VI untuk virus , D untuk penyakit dan 19 untuk saat wabah
pertama kali diidentifikasi (31 Desember 2019 ). WHO juga menggunakan
"virus COVID-19" dalam komunikasi publik. Baik penyakit dan virus ini biasa
disebut sebagai "coronavirus" di media dan wacana publik.
Virus ini dianggap alami dan berasal dari hewan, melalui infeksi
spillover. Asal sebenarnya tidak diketahui, tetapi pada Desember 2019
penyebaran infeksi hampir seluruhnya didorong oleh penularan dari manusia ke
manusia. Sebuah penelitian terhadap 41 kasus pertama COVID-19 yang
dikonfirmasi, diterbitkan pada Januari 2020 di The Lancet, mengungkapkan
tanggal paling awal timbulnya gejala sebagai 1 Desember 2019. Publikasi
resmi dari WHO melaporkan timbulnya gejala paling awal sebagai 8
Desember 2019. Penularan dari manusia ke manusia dikonfirmasi oleh WHO
dan otoritas Cina pada 20 Januari 2020.
Gejala umum berupa sakit kenggorokan, flu, termasuk demam, batuk ,
kelelahan, sesak napas, dan kehilangan bau dan rasa. Sementara sebagian besar
kasus berupa gejala ringan, beberapa hari kemudian berkembang menjadi
pneumonia virus, kegagalan multi-organ, atau badai sitokin. Waktu dari paparan
hingga timbulnya gejala biasanya sekitar lima hari tetapi dapat berkisar dari dua
hingga empat belas hari. Gejala yang dialami oleh penderita bermacam-macam,
tergantung kondisi ketahanan tubuh masing-masing pasien. Bagian pasien yang
memiliki daya tahan tubuh yang kuat, hanya mengalami gejala ringan bahkan
tanpa gejala, tetapi bagi penderita dengan riwayat penyakit bawaan berupa
penyakit saluran pernapasan akut, diabetes, atau ginjal akan berakibat besar dan
bahkan menimbulkan kematian.
Virus ini terutama menyebar di antara orang-orang selama kontak dekat,
sering melalui tetesan kecil yang dihasilkan oleh batuk, bersin, atau berbicara.
Tetesan biasanya jatuh ke tanah atau ke permukaan benda dan tetap berada di
udara dalam beberapa waktu tertentu dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari
penderita. Orang dapat terinfeksi dengan menyentuh permukaan yang
terkontaminasi dan kemudian menyentuh wajah mereka. Pada awal penularan
orang yang terinfeksi tidak dapat terdeteksi, tetapi mungkin terdeteksi selama
berjam-jam atau berhari-hari. Virus ini paling menular selama tiga hari pertama
setelah timbulnya gejala, meskipun penyebaran mungkin terjadi sebelum gejala
muncul dan pada tahap selanjutnya menjadi penyakit. Metode standar diagnosis
adalah dengan reaksi rantai transkripsi polimerase terbalik (rRT-PCR) real-time
dari usap nasofaring. Pencitraan CT dada juga dapat membantu untuk diagnosis
pada individu di mana ada kecurigaan tinggi infeksi berdasarkan gejala dan
faktor risiko. Namun, pedoman tidak merekomendasikan menggunakannya
untuk penyaringan rutin.
Penyakit ini termasuk penyakit yang sangat berbahaya, karena
penularannya yang sangat cepat dan telah menginveksi jutaan orang di dunia
dan telah menimbulkan ratusan ribu korban jiwa. Upaya yang disarankan oleh
WHO untuk menghindari penularan penyakit ini adalah makan makanan
bergizi, jaga jarak, pakai masker, dan biasakan menjaga kebersihan diri,
terutama Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).

4. Pelaksanaan Good Governance di masa Pandemik Covid 19


Selama masa pandemik covid 19 sekarang ini, upaya mewujudkan Good
Governance mengalami hambatan yang sangat berarti. Hambatan ini tidak lain
karena pengaruh penyebaran virus yang sangat cepat dari orang ke orang, yang
sangat susah untuk dideteksi keberadaannya. Sehingga dimana-mana dapat saja
terjadi penularan akibat adanya interaksi sesama manusia. Hal ini mengakibatkan
tidak berlakunya beberapa prinsip good governance, sebagaimana dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Partisipasi masyarakat dalam penentuan keputusan secara langsung tentu saja
akan terhambat, karena mengindari terjadinya kontak fisik yang dikhawatirkan
terjadinya penularan penyakit. Partisipasi masyarakat hanya dapat dilakukan
melalui media sosial yang tentunya tidak akan menjangkau semua lapisan
masyarakat terutama bagi mereka yang masih minim pengetahuan tentang
teknologi informasi. Apalagi dengan upaya pembatasan sosial tentu saja
semakin menghilangkan partisipasi masyarakat.
b. Transparansi bukan di hilangkan tetapi masyarakat menjadi kesulitan untuk
mendapatkan informasi yang akurat karena terhalangnya aktivitas di luar
rumah. Para pelayan masyarakat mengurangi aktivitasnya di kantor karena
adanya anjuran untuk bekerja dari rumah (work from house) sehingga bagi
masyarakat yang membutuhkan pelayanan secara langsung menjadi tertunda.
c. Efektifitas dan efisiensi juga terhambat, karena sebagian besar perencanaan-
perencanaan yang sudah matang dilakukan oleh pemerintah untuk pelayanan
dan pemenuhan kebutuhan masyarakat pada tahun 2020 menjadi bergeser
karena harus berupaya memerangi penyebaran virus ini. Anggaran
pemerintahan untuk mewujudkan good governance yang telah terencana dengan
baik, harus dialihkan pada upaya pemutusan penyebaran covid 19. Pelayanan di
sektor pemerintahan menjadi tidak efektif karena hampir semua instansi
pemerintah meliburkan aktivitas pegawainya di kantor, demi keselamatan
mereka.
Selain itu, dengan mewabahnya penyakit ini pendapatan negara menjadi berkurang,
sektor-sektor yang menjadi sumber pendapatan negara banyak yang mengurangi
produksi. Sektor pariwisata berhenti total. Transportasi laut dan udara juga
mengurangi bahkan ada yang sampai menutup kegiatan operasinya. Sementara
tuntutan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, terutama yang kehilangan mata
pencaharian semakin besar.
Fokus perhatian pemerintah saat ini adalah uapaya percepatan pemutusan
penyebaran virus corona, dengan tetap berusaha memenuhi kebutuhan pangan
masyarakat.
KESIMPULAN DAN SARAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tuntutan untuk mewujudkan


good governance (pemerintahan yang baik) adalah suatu kewajiban. Masyarakat
harus mendapat pelayanan yang maksimal demi tercapainya pemerintahan yang
demokrasi yaitu pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat itu sendiri.
Namun perlu diketahui bahwa seberapa besarpun upaya mewujudkan good
governance tetapi kesehatan adalah yang utama dan perioritas. Semua jenis
pelayanan tidak akan berjalan maksimal jia di kalangan masyarakat berkembang
penyakit yang mengancam keselamatan jiwa manusia.
Melalui tulisan ini sangat disarankan kepada semua lapisan masyarakat agar
selalu berupaya menjadikan kesehatan sebagai perioritas utama. Semua petunjuk
dan anjuran pemerintah agar selalu dituruti, antara lain tetap tinggal di rumah jika
tidak terlalu penting dan selalu mengosumsi makanan bergizi untuk meningkatkan
daya tahan tubuh. Jika terpaksa harus keluar rumah karena tuntutan kebutuhan yang
mendesak, lakukan hal-hal berikut ini : jaga jarak fisik, pakai masker, dan biasakan
cuci tangan pakan sabun (CTPS). Kita harus selalu berusahan untuk mencegah
penularan penyakit, karena mencegah itu lebih baik dari pada mengobati. Dan yang
paling penting, sebagai umat yang beragama adalah penyerahan diri kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa. Hanya dengan pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa kita
berharap perlindungan keselamatan dari segala bahaya. Sehingga disarankan agar
kita selalu beribadah dan berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing
untuk dapat membentengi diri dari segala macam bencana, termasuk penyebaran
corona virus disease 2019 (covid 19).

DAFTAR PUSTAKA
Widodo, Joko.2001.Telaah Dari Dimensi Akuntabilitas, Kontrol Birokrasi Pada Era
Desentralisasi Dan Otonomi Daerah.Surabaya: Insan Cendekia.

Effendi Lotulung, Paulus.2001. Tata Kepemerintahan yang Baik (Good Governance)


Dalam Korelasinya Dengan Hukum Administrasi, dalam Philipus M. Hadjon, et.al.,
Hukum Administrasi dan Good Governance.Surabaya: Insan Cendekia

____________.2020.https://en.wikipedia.org/wiki/Coronavirus_disease_2019.

Anda mungkin juga menyukai