Anda di halaman 1dari 17

Pengelolaan Kelas Era Industri 4.

0
Oleh Imam Sujianto, M.Pd

ojonegoro,
10 Juli 2021
Bimbingan dan Latihan

“Pendidikan adalah tantangan


besar abad ini.
Jika tidak mengubah cara
mendidik dan belajar-mengajar”.

“ada dua jenis guru yang kita kenal:


guru kurikulum dan guru Inspiratif.”
Pengelolaan Kelas Era Industri 4.0
Oleh Imam Sujianto, M.Pd (Pengawas SMK Bojonegoro)

Revolusi Industri 4.0 merupakan era inovasi disruptif, di mana inovasi ini
berkembang sangat pesat, sehingga mampu membantu terciptanya pasar baru. Inovasi
ini juga mampu mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada dan lebih dahsyat
lagi mampu menggantikan teknologi yang sudah ada.
(Dalam Revolusi Industri 4.0, setidaknya ada
lima teknologi yang menjadi pilar utama dalam
mengembangkan sebuah industri siap digital,
yaitu: Internet of Things, Big Data, Artificial
Intelligence, Cloud Computing, dan Additive
Manufacturing)
Internet of Things (IoT), merupakan sistem
yang menggunakan perangkat komputasi,
mekanis, dan mesin digital dalam satu
keterhubungan (interrelated connection)

Materi Diklat Pelaksanaan Pembelajaran 1


Big Data adalah istilah yang menggambarkan
volume besar data, baik terstruktur maupun tidak
terstruktur. Namun bukan jumlah data yang penting,
melainkan apa yang dilakukan organisasi terhadap
data. Big Data dapat dianalisis untuk pengambilan
keputusan maupun strategi bisnis yang lebih baik.

Artificial Intelligence (AI), merupakan sebuah


teknologi komputer atau mesin yang memiliki
kecerdasan layaknya manusia dan bisa diatur sesuai
keinginan manusia,
Teknologi terakhir yang dibutuhkan dalam industri
4.0 adalah machine learning. Anda pernah
mendengar tentang robot yang bisa berbicara dan melayani pengunjung restoran di
Jepang? Itulah bentuk aplikasi dari teknologi machine learning.

Komputasi awan (cloud computing) adalah


teknologi yang menjadikan internet sebagai pusat
pengelolaan data dan aplikasi, dimana pengguna
komputer diberikan hak akses (login) menggunakan
cloud untuk dapat mengkonfigurasi peladen (server)
melalui internet. Contohnya, hosting situs web
berbentuk peladen virtual.
 Additive manufacturing merupakan terobosan baru di industri manufaktur
dengan memanfaatkan mesin pencetak 3D atau sering dikenal dengan
istilah 3D printing. Gambar desain digital yang telah dibuat diwujudkan
menjadi benda nyata dengan ukuran dan bentuk yang sama dengan desain
sebenarnya atau dengan skala tertentu. Teknologi additive manufacturing

Materi Diklat Pelaksanaan Pembelajaran 2


mampu memproduksi lebih banyak desain dan memproduksi barang yang
tidak bisa dibuat dengan teknologi manufaktur tradisional.

Era pendidikan yang dipengaruhi oleh revolusi industri 4.0 disebut Pendidikan
4.0. Pendidikan 4.0 merupakan pendidikan yang bercirikan pemanfaatan teknologi
digital dalam proses pembelajaran atau dikenal dengan sistem siber (cyber system).
Sistem ini mampu membuat proses pembelajaran dapat berlangsung secara kontinu
tanpa batas ruang dan batas waktu.
 (Tantangan dalam penelitian dan pengembangan bidang sistem siber (cyber
system) saat ini mendapat dorongan dengan hadirnya Industri 4.0. Sistem siber
yang lebih dikenal dengan arsitektur yang terdiri atas sistem komputer,
jaringan, aplikasi dan database, menjadi berubah menjadi sistem siber yang
terdiri atas Internet of Things, Big Data dan Artificial Intelligence)
 (Sistem siber merupakan arsitektur dan konfigurasi dari komponen teknologi
berupa sistem komputer (sistem operasi dan perangkat keras), jaringan
komputer, aplikasi dan sistem informasi, serta database. Sistem siber memiliki
kemampuan menghadirkan komputasi terpusat dan multitasking untuk
keperluan komputasi atau pengolahan data tertentu. Sistem siber ini dapat
bekerja untuk keperluan perkantoran, komunikasi dan sistem informasi
manajemen sesuai dengan proses bisnis yang berjalan pada organisasi.)
 (Revolusi Industri 4.0 merupakan fenomena yang mengkolaborasikan
teknologi siber dan teknologi otomatisasi. Revolusi Industri 4.0 dikenal juga
dengan istilah “cyber physical system”. Konsep penerapannya berpusat pada
otomatisasi)
Sebagai garda terdepan dalam dunia pendidikan, guru harus meng-upgrade
kompetensi dalam menghadapi era Pendidikan 4.0. Peserta didik yang dihadapi guru
saat ini merupakan generasi milenial yang tidak asing lagi dengan dunia digital. Oleh
sebab itu, guru harus terus belajar meningkatkan kompetensi sehingga mampu

Materi Diklat Pelaksanaan Pembelajaran 3


menghadapi peserta didik generasi milenial. Guru 4.0 memiliki tanggung jawab yang
lebih besar dalam mendidik peserta didik menghadapi Revolusi Industri 4.0. Guru 4.0
merupakan guru yang mampu menguasai dan memanfaatkan teknologi digital dalam
pembelajaran.
Era pendidikan 4.0 merupakan tantangan yang sangat berat
dihadapi guru. Jack Ma (CEO Alibaba Group) dalam
pertemuan tahunan World Economic Forum 2018,
menyatakan bahwa pendidikan adalah tantangan besar abad
ini. Jika tidak mengubah cara mendidik dan belajar-
mengajar, Pendidikan merupakan masalah terbesar sekarang.,
maka 30 tahun mendatang kita akan mengalami kesulitan besar. Pendidikan dan
pembelajaran yang sarat dengan muatan pengetahuan mengesampingkan muatan
sikap dan keterampilan sebagaimana saat ini terimplementasi akan menghasilkan
peserta didik yang tidak mampu berkompetisi dengan mesin.

Kompetensi yang dibutuhkan dalam era Pendidikan 4.0 adalah:

Pertama, keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and
problem solving skill).
Kedua, keterampilan komunikasi dan kolaboratif (communication and collaborative
skill).
Ketiga, keterampilan berpikir kreatif dan inovasi (creativity and innovative skill).
Revolusi industri 4.0 mengharuskan peserta didik untuk selalu berpikir dan bertindak
kreatif dan inovatif.
Keempat, literasi teknologi informasi dan komunikasi (information and
communication technology literacy). Literasi teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) menjadi kewajiban bagi guru 4.0.

Materi Diklat Pelaksanaan Pembelajaran 4


Kelima, contextual learning skill. Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran
yang sangat sesuai diterapkan guru 4.0. Jika guru sudah menguasai literasi TIK, maka
pembelajaran kontekstual era pendidikan 4.0 lebih mudah dilakukan.
Keenam, literasi informasi dan media (information and media literacy). Media sosial
menjadi salah satu media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan guru 4.0.

Pengelolaan Kelas yang Dibutuhkan pada Era Industri 4.0, adalah


Pembelajaran Berbasis Penelitian

Tuntutan terhadap proses pembelajaran yang berkualitas semakin tinggi


seiring dengan perkembangan dan perubahan zaman. Mengingat kebhinekaan
budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk
menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran
harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar proses (Permendikbud Nomor 22
Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran). Untuk terlaksananya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien harus: interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, perkembangan fisik dan psikologis peserta didik, serta student
wellbieng. Kuncinya adalah bagaimana proses pembelajaran lebih bersifat
kontekstual, Differentiated Instruction (Pembelajaran Berdiferensiasi), saintifik dan
adanya kesesuaian antara kompetensi, materi, dan sistem penilaian yang dilaksanakan
(kurikulum 2013).
Menurut Rhenald Kasali, ada dua jenis guru yang kita
kenal yaitu guru kurikulum dan guru Inspiratif. Guru
kurikulum sangat patuh pada kurikulum dan merasa
berdosa bila tidak bisa mentransfer semua isi buku yang
ditugaskan. Ia mengajarkan sesuatu yang standar (habitual

Materi Diklat Pelaksanaan Pembelajaran 5


thinking) dan jumlahnya sekitar 99%. Sedangkan guru inspiratif jumlanya kurang dari
1%. Ia bukan guru yang mengejar kurikulum tetapi mengajak murid-muridnya
berfikir kreatif (maximum thinking). Ia mengajak murid-muridnya melihat sesuatu
dari luar (thinking out of box) mengubahnya di dalam, lalu membawa kembali keluar,
ke masyarakat luas. Guru inspiratif melahirkan pemimpin pembaru yang berani
menghancurkan aneka kebiasaan lama.
Perubahan paradigma pembelajaran terjadi, karena tuntutan kondisi global
(persaingan, persyaratan kerja, perubahan orientasi) sehingga terjadi perubahan
kompetensi lulusan (perubahan kurikulum). Perubahan kurikulum juga berlatar
belakang perubahan paradigma (pengetahuan, belajar dan mengajar). Akibat
perubahan paradigma ini diharapkan ada perubahan perilaku pembelajaran, sehingga
mampu meningkatkan mutu lulusan. Mengajar bukan lagi bagaimana guru mengajar
dengan baik (teacher center), tetapi transfer of knowledge, sehingga terbentuk
pembelajaran bagaimana siswa bisa belajar dengan baik dan berkelanjutan (student
centered Learning).
Pembelajaran yang berlangsung di sekolah seyogyanya menerapkan
prinsip-prinsip teori kognitif-konstruktivistik serta teori pemodelan tingkah laku agar
kemandirian aktif siswa sebagai pebelajar dapat diwujudkan. Pendidikan inspiratif
adalah proses memanusiakan manusia yang diarahkan untuk terwujudnya insan-insan
yang memiliki sifat mampu menjadi ilham atau memberikan dorongan orang lain,
sehingga orang lain tergerak hatinya untuk berbuat. Proses pembelajaran yang
inspiratif adalah proses pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang mampu
memberikan inspirasi, mampu membangkitkan rasa ingin tahu siswa, dan mampu
menfasilitasi pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa.
Pembelajaran berbasis riset (PBR) merupakan salah satu metode student
centered learning (SCL) yang mengintegrasikan riset di dalam proses pembelajaran.
PBR bersifat multifaset yang mengacu kepada berbagai macam metode pembelajaran.
PBR memberi peluang/kesempatan kepada siswa untuk mencari informasi, menyusun
hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan atas data

Materi Diklat Pelaksanaan Pembelajaran 6


yang sudah tersusun; dalam aktivitas ini berlaku pembelajaran dengan pendekatan
“learning by doing”.
Ada beberapa strategi dalam memadukan pembelajaran dan riset yang
secara empirik, yaitu; (1) memperkaya bahan ajar dengan hasil penelitian pendidik,
(2) menggunakan temuan-temuan penelitian mutakhir dan melacak sejarah, (3)
memperkaya kegiatan pembelajaran dengan isu-isu penelitian kontemporer, (4)
mengajarkan materi metode penelitian di dalam proses pembelajaran, (5)
memperkaya proses pembelajaran dengan kegiatan penelitian dalam skala kecil, (6)
memperkaya proses pembelajaran dengan melibatkan peserta didik dalam kegiatan,
(7) memperkaya proses pembelajaran dengan mendorong peserta didik agar merasa,
dan (8) memperkaya proses pembelajaran dengan nilai-nilai yang harus dimiliki oleh
peneliti.
Pada dasarnya student-centered learning (SCL) diilhami oleh “Patrap
Triloka” yang dimunculkan oleh Ki Hadjar Dewantoro sebagai nilai kearifan lokal.
“Patrap Triloka” (Ing ngarso sung tulodho, Ing madyo mangun karso, Tut wuri
andayani). Hal ini kemudian dikemas sebagai Student Teacher Aesthetic Role-
sharing (STAR). STAR adalah suatu kegiatan pembelajaran yang bersifat kolaboratif,
interaktif, dan kontekstual untuk membawa perserta didik dan pendidik dalam suatu
hubungan/suasana akademik yang lebih erat dan serasi. Strategi STAR atau SCL Plus
memiliki berbagai macam metode pembelajaran; salah satu di antaranya adalah
research-based learning (RBL) atau pembelajaran berbasis riset (PBR). Ditinjau dari
aspek interaksi social di dalam proses pembelajaran maka ciri-ciri STAR sangat
sesuai dengan ciri utama PBR, yaitu “berpikir tentang sesuatu yang sedang
dikerjakan, mengerjakan sesuatu yang sedang dipikirkan”. Sementara itu, ditinjau
dari aspek inspiratif, maka STAR merupakan “ruh” pembelajaran berbasis riset
(PBR).
Bentuk penerapan DI dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai
cara menyesuaikan perkembangan dan kurikulum terkini. Dalam konteks penerapan
Kurikulum 2013 dapat dilakukan melalui penerapan pendekatan Scientific berbasis

Materi Diklat Pelaksanaan Pembelajaran 7


riset yaitu: model pembelajaran Problem-based learning (PBL); Project-based
learning (PjBL), Discovery Learning; Inquiry Learning; dan Teacher Factory.

Model pembelajaran berbasis penelitian, antara lain: Problem-based learning


(PBL); Project-based learning (PjBL), Discovery Learning; Inquiry Learning; dan
Teacher Factory.

1. Problem-based learning (PBL);


a) Pembelajaran Problem Based Learning menjadi sebuah pendekatan
pembelajaran yang berusaha menerapkan masalah yang terjadi dalam dunia
nyata sebagai sebuah konteks bagi para siswa dalam berlatih bagaimana cara
berfikir kritis dan mendapatkan keterampilan dalam pemecahan masalah,
serta tak terlupakan untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus konsep yang
penting dari materi ajar yang dibicarakan.
b) Sintaksis pembelajaran Problem-based learning yang disesuaikan dengan
kompetensi keahlian:
1. Penyajian Masalah. Pertama-tama Peserta didik disajikan suatu masalah.
Selain itu dalam kegiatan ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi Peserta didik
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. Hal ini dimaksudkan agar
peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan
mendapatkan peta yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran.
2. Diskusi Masalah. Peserta didik mendiskusikan masalah dalam tutorial
PBL dalam sebuah kelompok kecil. Mereka mengklarifikasi fakta-fakta
suatu kasus kemudian mendefinisikan sebuah masalah. Mereka
membrainstorming gagasan-gagasannya dengan berpijak pada
pengetahuan sebelumnya. Kemudian, mereka mengidentifikasi apa yang
mereka butuhkan untuk menyelesaikan masalah serta apa yang mereka
tidak ketahui. Mereka menelaah masalah tersebut. Mereka juga

Materi Diklat Pelaksanaan Pembelajaran 8


mendesain suatu rencana tindakan untuk menggarap masalah. Guru
dalam hal ini hanya memfasilitasi kegiatan tersebut, sehingga berjalan
dengan lancar.
3. Penyajian Solusi dari Masalah. Membantu peserta didik dalam
merencanakan dan menyiapkan penyajian solusi dari masalah, dan
membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
4. Mereview. Peserta didik bersama-sama dengan guru melakukan
mereview terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka
gunakan.
2. Project-based learning (PjBL),
a) Project Based Learning adalah model pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada pendidik untuk mengelola pembelajaran dikelas dengan
melibatkan kerja proyek. Kerja proyek merupakan suatu bentuk kerja yang
memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan
permasalahan yang sangat menantang dan menuntun peserta didik untuk
merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan
investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja secara
mandiri.
b) Sintaksis pembelajaran Project Based Learning yang disesuaikan dengan
kompetensi keahlian:
1. Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the
big question) Pembelajaran dimulai dengan sebuah pertanyaan driving
question yang dapat memberi penugasan pada peserta didik untuk
melakukan suatu aktivitas. Topik yang diambil hendaknya sesuai dengan
realita dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
2. Merencanakan proyek (design a plan for the project). Perencanaan
dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dengan peserta didik.
Dengan demikian peserta didik diharapakan akan merasa memiliki atas
proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan

Materi Diklat Pelaksanaan Pembelajaran 9


aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial
dengan mengintegrasikan berbagai subjek yang mendukung, serta
menginformasikan alat dan bahan yang dapat dimanfaatkan untuk
menyelesaikan proyek.
3. Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule). Pendidik dan peserta
didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan
proyek. Waktu penyelesaian proyek harus jelas, dan peserta didik diberi
arahan untuk mengelola waktu yang ada. Biarkan peserta didik mencoba
menggali sesuatu yang baru, akan tetapi pendidik juga harus tetap
mengingatkan apabila aktivitas peserta didik melenceng dari tujuan
proyek. Proyek yang dilakukan oleh peserta didik adalah proyek yang
membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya, sehingga pendidik
meminta peserta didik untuk menyelesaikan proyeknya secara
berkelompok di luar jam sekolah. Ketika pembelajaran dilakukan saat
jam sekolah, peserta didik tinggal mempresentasikan hasil proyeknya di
kelas.
4. Mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of the
project). Pendidik bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap
aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring
dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses.
Dengan kata lain, pendidik berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta
didik. Pendidik mengajarkan kepada peserta didik bagaimana bekerja
dalam sebuah kelompok. Setiap peserta didik dapat memilih perannya
masing masing dengan tidak mengesampingkan kepentingan kelompok.
5. Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome).
Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur
ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing
masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman
yang sudah dicapai oleh peserta didik, serta membantu pendidik dalam

Materi Diklat Pelaksanaan Pembelajaran 10


menyusun strategi pembelajaran berikutnya. Penilaian produk dilakukan
saat masing-masing kelompok mempresentasikan produknya di depan
kelompok lain secara bergantian.
6. Evaluasi (evaluate the experience). Pada akhir proses pembelajaran,
pendidik dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil
proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara
individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan
proyek.
3. Discovery Learning;
a) Pembelajaran penemuan (discovery learning) diartikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi ketika siswa tidak disajikan informasi secara
langsung tetapi siswa dituntut untuk mengorganisasikan pemahaman
mengenai informasi tersebut secara mandiri. Siswa dilatih untuk terbiasa
menjadi seorang yang saintis (ilmuan). Mereka tidak hanya sebagai
konsumen, tetapi diharapkan pula bisa berperan aktif, bahkan sebagai pelaku
dari pencipta ilmu pengetahuan.
b) Sintaksis Pembelajaran penemuan (discovery learning) yang disesuaikan
dengan kompetensi keahlian:
1. Orientation, (Guru memberikan fenomena yang terkait dengan materi
yang diajarkan untuk memfokuskan siswa pada permasalahan yang
dipelajari. Fenomena yang ditampilkan oleh guru membuat guru
mengetahui kemampuan awal siswa. Tahap orientation melibatkan siswa
untuk membaca pengantar dan atau informasi latar belakang,
mengidentifikasi masalah dalam fenomena, menghubungkan fenomena
dengan pengetahuan yang didapat sebelumnya. Sintaks orientation
melatihkan kemampuan interpretasi, analisis dan evaluasi pada aspek
kemampuan berpikir kritis. Produk dari tahapan orientation dapat

Materi Diklat Pelaksanaan Pembelajaran 11


digunakan untuk tahapan yang lainya terutama tahapan hypothesis
generation dan conclusion)
2. Hypothesis Generation, (Informasi mengenai fenomena yang didapatkan
pada tahapan orientation digunakan pada tahapan hypothesis generation.
Tahapan hypothesis generation membuat siswa merumuskan hipotesis
terkait permasalahan. Siswa merumuskan masalah dan mencari tujuan
dari proses pembelajaran. Sintaks hypothesis generation melatihkan
kemampuan interpretasi, analisis, evaluasi dan inferensi. Masalah yang
telah dirumuskan diuji pada tahapan hypothesis testing).
3. Hypothesis Testing, (Hipothesis yang dihasilkan pada tahapan hypothesis
generation tidak dijamin kebenaranya. Pembuktian terhadap hipotesis
yang dibuat oleh siswa dibuktikan pada tahapan hypothesis testing.
Tahapan pengujian hipotesis siswa harus merancang dan melaksanakan
eksperimen untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan,
mengumpulkan data dan mengkomunikasikan hasil dari eksperimen.
Sintaks hypothesis testing melatihkan kemampuan regulasi diri, evaluasi,
analisis, interpretasi dan penjelasan).
4. Conclusion, (Kegiatan siswa pada tahapan conclusion adalah meninjau
hipotesis yang telah dirumuskan dengan fakta-fakta yang telah diperoleh
dari pengujian hipotesis. Siswa memutuskan fakta-fakta hasil pengujian
hipotesis apakah sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan atau
siswa mengidentifikasi ketidaksesuaian antara hipotesis dengan fakta
yang diperoleh dari pengujian hipotesis. Tahapan conclusion membuat
siswa merevisi hipotesis atau mengganti hipotesis dengan hipotesis yang
baru. Sintaks conclusion melatihkan kemampuan menyimpulkan, analisis,
interpretasi, evaluasi dan penjelasan).
5. Regulation, (Tahapan regulation berkaitan dengan proses perencanaan,
monitoring dan evaluasi. Perencanaan melibatkan proses menentukan
tujuan dan cara untuk mencapai tujuan tersebut. Monitoring merupakan

Materi Diklat Pelaksanaan Pembelajaran 12


sebuah proses untuk mengetahui kebenaran langkah-langkah dan tindakan
yang diambil oleh siswa terkait waktu pelaksanaan dan hasil berdasarkan
perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Guru mengkonfirmasi
kesimpulan dan mengklarifikasi hasil-hasil yang tidak sesuai untuk
menemukan konsep sebagai produk dari proses pembelajaran. Sintaks
regulation melatihkan kemampuan evaluasi, regulasi diri, analisis,
penjelasan, interpretasi dan menyimpulkan).
4. Inquiry Learning;
a) Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis,
analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
penuh percaya diri.
b) Sintaksis pembelajaran inkuiri, yang disesuaikan dengan kompetensi
keahlian:
1. Orientasi, (Pada tahap ini adalah tahapan yang sangat penting dimana
pada tahap ini guru dituntut untuk menciptakan suasana kondusif dan
menyenangkan untuk belajar. Pada tahap ini guru dapat memberitahukan
siswa mengenai: a. Materi apa yang akan dipelajari; b. Apa tujuan yang
akan dicapai; serta c. Mempersiapkan siswa untuk mulai menggunakan
model pembelajaran inkuiri).
2. Merumuskan masalah, (Pada tahap ini siswa diarahkan pada suatu
masalah yang memerlukan pemecahan. Masalah dapat disajikan dengan
cara yang menarik seperti demonstrasi unik ataupun dalam bentuk teka-
teki sehingga siswa tertantang untuk mencari tahu apa yang terjadi dan
merumuskannya dalam suatu pertanyaan ataupun pernyataan yang kelak
harus dijawab nya sendiri).
3. Merumuskan hipotesis, (Pada tahapan ini siswa dilatih untuk membuat
suatu hipotesis atau jawaban sementara dari masalah yang telah

Materi Diklat Pelaksanaan Pembelajaran 13


disaksikannya. Hipotesis belum tentu benar sehingga doronglah anak-
anak untuk tidak takut dalam mengemukakan hipotesisnya. Guru juga
dapat membantu siswa membuat hipotesis dengan memberikan beberapa
pertanyaan yang jawabannya mengarah pada hipotesis siswa).
4. Mengumpulkan data, (Pada tahap ini siswa melakukan aktivitas
mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang
telah dibuatnya. Dalam pembelajaran inquiry tahapan ini merupakan
suatu proses yang sangat penting untuk mengembangkan kemampuan
intelektual siswa karena pada tahap ini siswa dilatih untuk menggunakan
seluruh potensi berfikir yang dimilikinya).
5. Menguji hipotesis, (Langkah ini merupakan langkah yang latih
kemampuan rasional siswa, dimana hipotesis yang telah dibuat kemudian
diuji dengan cara dibandingkan dengan data yang ada lalu kemudian
ditunjukkan. Pada tahap ini juga dilatih sikap jujur dan percaya diri pada
siswa sehingga siswa dapat menguji hipotesis nya berdasarkan data dan
fakta).
6. Merumuskan kesimpulan, Pada langkah ini siswa dituntut untuk
mendeskripsikan temuan yang telah diperoleh berdasarkan hasil
pengujian hipotesis, sehingga dapat mencapai kesimpulan yang akurat).
5. Teaching Factory.
a) Pembelajaran Teaching Factory adalah model pembelajaran di SMK berbasis
produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di
industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri.
Pelaksanaan Teaching Factory menuntut keterlibatan mutlak pihak industri
sebagai pihak yang relevan menilai kualitas hasil pendidikan di SMK.
Pelaksanaan Teaching Factory (TEFA) juga harus melibatkan pemerintah,
pemerintah daerah dan stakeholders dalam pembuatan regulasi, perencanaan,
implementasi maupun evaluasinya.

Materi Diklat Pelaksanaan Pembelajaran 14


b) Sintaksis pembelajaran teaching factory dapat menggunakan sintaksis
Dadang Hidayat (2011), dengan langkah-langkah yang disesuaikan dengan
kompetensi keahlian:
1. Menerima order (Pada langkah belajar ini peserta didik berperan sebagai
penerima order dan berkomunikasi dengan pemberi order berkaitan
dengan pesanan/layanan jasa yang diinginkan. Terjadi komunikasi efektif
dan santun serta mencatat keinginan/keluhan pemberi order seperti
contoh: pada gerai perbaikan Smart Phone atau reservasi kamar hotel).
2. Menganalisis order, (Peserta didik berperan sebagai teknisi untuk
melakukan analisis terhadap pesanan pemberi order baik berkaitan
dengan benda produk/layanan jasa sehubungan dengan gambar detail,
spesifikasi, bahan, waktu pengerjaan dan harga di bawah supervisi guru
yang berperan sebagai supervisor)
3. Menyatakan Kesiapan mengerjakan order, (Peserta didik menyatakan
kesiapan untuk melakukan pekerjaan berdasarkan hasil analisis dan
kompetensi yang dimilikinya sehingga menumbuhkan motivasi dan
tanggung jawab).
4. Mengerjakan order, (Melaksanakan pekerjaan sesuai tuntutan spesifikasi
kerja yang sudah dihasilkan dari proses analisis order. Siswa sebagai
pekerja harus menaati prosedur kerja yang sudah ditentukan. Dia harus
menaati keselamatan kerja dan langkah kerja dengan sungguh-sunguh
untuk menghasilkan benda kerja yang sesuai spesifikasi yang ditentukan
pemesan)
5. Mengevaluasi produk, (Melakukan penilaian terhadap benda
kerja/layanan jasa dengan cara membandingkan parameter benda kerja/
layanan jasa yang dihasilkan dengan data parameter pada spesifikasi
order pesanan atau spesifikasi pada service manual). Dan

Materi Diklat Pelaksanaan Pembelajaran 15


6. Menyerahkan order, (Peserta didik menyerahkan order baik benda
kerja/layanan jasa setelah yakin semua persyratan spesifikasi order telah
terpenuhi, sehingga terjadi komunikasi produktif dengan pelanggan)

BAHAN BACAAN
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3238241/jack-ma-ubah-pendidikan-agar-
bersaing-dengan-robot, diunduh Kamis, 5 November 2020, pukul 05.45
https://steemit.com/indonesia/@iqbalsweden/mengenal-4-tahap-perkembangan-
revolusi-industri-dunia, diunduh Kamis, 5 November 2020, pukul 06.10
https://mutudidik.wordpress.com/2017/05/26/model-pembelajaran-teaching-factory-
tefa/, diunduh Kamis, 5 November 2020, pukul 06.45
http://okeguru.com/sintak-dan-langkah-langkah-model-pembelajaran-inquiry-
learning.html, diunduh Jumat, 6 November 2020, pukul 07.04
https://sibatik.kemdikbud.go.id/inovatif/assets/file_upload/pengantar/pdf/pengantar_5
.pdf, diunduh Jumat, 6 November 2020, pukul 08.20
https://www.silabus.web.id/problem-based-learning/ diunduh Sabtu, 7 November
2020, pukul 10.15

Materi Diklat Pelaksanaan Pembelajaran 16

Anda mungkin juga menyukai