Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Mk : ulumul quran
I’jazul quran
Kemukjizatan menurut persepsi ulama harus memenuhi keriteria 5 syarat sebagai berikut:
1. Mukjizat harus berupa sesuatu yang tidak di sanggupi oleh makhluk sekalian alam.
2. Tidak sesuai dengan kebiasaan dan tidak berlawanan dengan hukum islam.
3. Mukjizat harus berupa hal yang dijadikan saksi oleh seorang mengaku membawa risalah
ilahi sebagai bukti atas kebenaran dan kebesarannya.
4. Terjadi bertepatan dengan penagakuan nabi yang mengajak bertanding menggunakan
mukjizat tersebut.
5. Tidak ada seorang pun yang dapat membuktikan dan membandingkan dalam
pertandingan tersebut.
Sedang yang di maksud dengan i`jaz secara terminology ilmu AI-Qur`an sebagaimana
yang dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
1. Menurut Manna’ Khalil Al-Qhatan I`jaz adalah menampakkan kebenaran nabi SAW
dalam pengakuan orang lain sebagai rasul utusan Allah SWT dengan menampakan
kelemahan orang-orang Arab untuk menandinginya atau menghadapi mukjizat yang
abadi. Yaitu AL Qur`an dan kelemahan-kelemahan generasi sesudah mereka.
2. Menurut Ali Al-Shabuni I`jaz ialah menetapkan kelemahan manusia baik secara
kelompok maupun bersama-sama untuk menandingi hal yang serupa dengannya, maka
mukjizat merupakan buktiyang datangnya dari Allah SWT yang di berikan kepada
hamba-Nya. Mukjizat adalah perkara yang luar biasa yang disertai dengan tsantangan
yang tidak mungkin dapat ditandingi oleh siapapun dan kapanpun. Muhammad Bakar
ismail menegaskan, mukjizat adalah perkara luar biasa yng di sertahin dan di ikuti
tantangan yng di berikan oleh Allah Swt kepada nabi-nabi sebagai hujjah dan bukti yang
kuat atas misi dan kebenaran terhadap apa yang di embannyah yang bersumber dari
Allah swt
Al-Qur’an di gunakan oleh nabi muhamad saw untuk menantang orang-orang pada
masa beliau dan generasi sesudanya tidak percaya akan kebenaran Al-Qur’an sebagai firman
Allah (bukan ciptaan Muhammad) dan tidak percaya akan risalah nabi saw dan ajaran yang
di bawanya. Terhadap mereka sesungguhnya mereka memiliki tingkat fashahah dan
balaghah sedemikian tinggi di bidang bahasa Arab. Nabi meminta mereka untuk menadingi
Al-Qur’an dalam tiga tahapan.
Di tampilkan I’jaz atau mukjizat itu bukanlah semata- semata bertujuan untuk
menampakan kelemahan manusia untuk menandinginya tetapi untuk menyakinkan mereka
bahawa Nabi muhammad SAW adalah benar-benar utusan Allah, Al-Qur’an itu benar-benar
diturunkan di sisi Allah swt. Kepada Muhammad yang mana AlQur’an itu sama sekali
bukanlah perkataan manusia atau perkataan lainnya. Al-Qur’an di gunakan oleh nabi
muhamad saw untuk menantang orang-orang pada masa beliau dan generasi sesudanya
tidak percaya akan kebenaran Al-Qur’an sebagai firman Allah (bukan ciptaan Muhammad)
dan tidak percaya akan risalah nabi saw dan ajaran yang di bawanya. Terhadap mereka
sesungguhnya mereka memiliki tingkat fashahah dan balaghah sedemikian tinggi di bidang
bahasa Arab.
1. Satu golongan ulama berpendapat Qur’an itui mukjizat dengan balaghah-Nya yang
mencapai tingkat tinggi dan tidak ada bandinganya.
2. Sebagian yang lain berpendapat segi kemukjizatannya Al-Qur’an itu ialah karena
mengandung badi’ yang sangat unik dan berbeda dengan apa yang di kenal dalam
perkataan orang Arab.
3. Golongan yang lain berpendapat bahwa Al-Qur’an itu terletak pada pemberitaanya
tentang hal-hal ghaib yang akan datang yang tidak dapat di ketahui kecuali dengan
wahyu .
4. Satu golongan berpendapat Al- Qur’an itu mukjizat karena ia mengandung bermacam-
macam ilmu hikmah yang sangat dalam.
Macam-macam Ijaz al-Qur’an Secara garis besarnya, i'jaz dapat dibagi ke dalam dua
bagian pokok, yaitu: Pertama, mukjizat yang bersifat material inderawi lagi tak kekal, dan
kedua, mukjizat immaterial, logis lagi dapat dibuktikan sepanjang masa”. Untuk lebih jelas
akan dijelaskan dari kedua bagian pokok berikut ini :
Pengertian tafsir terambil dari akar kata [" ]رس فFassara" yang berarti menjelaskan
atau menguraikan. Akar kata lain dari "Fassara", yakni kesungguhan membuka secara
berulang-ulang. Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa kata "Tafsir" adalah upaya
kesungguhan untuk membuka penjelasan tentang makna dan hakikat yang tersembunyi di
dalam al-quran. Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa "Tafsir" hanyalah upaya
menyingkap makna dari segi aspek-aspek lughawiyyah atau aspek linguistiknya
(kebahasaan) saja. Sedangkan "Takwil" lebih pada upaya membangun pemahaman ulang
atau pemahaman baru dalam membangun makna baru dalam konteks yang lebih kompleks
dan luas, baik itu dari segi filosofis atau simboliknya.
Tafsir-tafsir bil ma'tsur yang terkenal antara lain: Tafsir Ibnu Jarir, Tafsir Abu Laits As
Samarkandy, Tafsir Ad Dararul Ma'tsur fit Tafsiri bil Ma'tsur (karya Jalaluddin As Sayuthi),
Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al Baghawy dan Tafsir Baqy ibn Makhlad, Asbabun Nuzul (karya Al
Wahidy) dan An Nasikh wal Mansukh (karya Abu Ja'far An Nahhas)
2. Tafsir bi ar-Ra'yi
Seiring perkembangan zaman yang menuntut pengembangan metode tafsir karena
tumbuhnya ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah maka tafsir ini memperbesar
peranan ijtihad dibandingkan dengan penggunaan tafsir bi al-Matsur. Dengan bantuan ilmu-
ilmu bahasa Arab, ilmu qiraah, ilmu-ilmu Al-Qur'an, hadits dan ilmu hadits, ushul fikih dan
ilmu-ilmu lain seorang mufassir akan menggunakan kemampuan ijtihadnya untuk
menerangkan maksud ayat dan mengembangkannya dengan bantuan perkembangan ilmu-
ilmu pengetahuan yang ada.
Contoh Tafsir bir ra'yi dalam Tafsir Jalalain: "Khalaqal insaana min 'alaq" (Surat Al Alaq: 2).
Kata 'alaq di sini diberi makna dengan bentuk jamak dari lafaz 'alaqah yang berarti segumpal
darah yang kental.
Beberapa tafsir bir ra'yi yang terkenal antara lain: Tafsir Al-Jalalain (karya Jalaluddin
Muhammad Al Mahally dan disempurnakan oleh Jalaluddin Abdur Rahman As-Sayuthi),
Tafsir Al-Baidhawi, Tafsir Al Fakhrur Razy, Tafsir Abu Suud, Tafsir An Nasafy, Tafsir Al Khatib,
Tafsir Al Khazin.
3. Tafsir Isyari
Menurut kaum sufi, setiap ayat mempunyai makna yang zahir dan batin. Yang zahir adalah
yang segera mudah dipahami oleh akal pikiran. Sedangkan yang batin adalah yang isyarat-
isyarat yang tersembunyi dibalik itu yang hanya dapat diketahui oleh ahlinya. Isyarat-isyarat
kudus yang terdapat di balik ungkapan-ungkapan Al-Qur'an inilah yang akan tercurah ke
dalam hati dari limpahan gaib pengetahuan yang dibawa ayat-ayat. Itulah yang biasa disebut
tafsir Isyari. tafsyir berdasarkan intuisi, atau bisikan batin.