Anda di halaman 1dari 6

Nama : Aracelly M M Tumengkol

Nim : 19209016
Kelas : B

BAB II
BANGUNAN UTAMA

Bangunan utama dapat didefinisikan sebagai semua bangunan yang direncanakan di


sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam jaringan irigasi, biasanya dilengkapi
dengan kantong lumpur agar bisa mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan serta
memungkinkan untuk mengukur dan mengatur air yang masuk. Bendung adalah bangunan
yang dibuat melintang pada alur sungai, dengan maksud menaikkan taraf muka air sungai,
agar dapat dialirkan secara gravitasi ke seluruh daerah irigasi yang biasanya lebih tinggi
dari air sungai setempat.

2.1. Jenis – jenis Bangunan Utama


Pengaliran air dari sumber air berupa sungai atau danau ke jaringan irigasi untuk
keperluan irigasi pertanian, pasokan air baku dan keperluan lainnya yang memerlukan
suatu bangunan disebut dengan bangunan utama. Salah satu bangunan utama yang
mempunyai fungsi membelokkan air dan
menampung air disebut bendung ada enam bangunan utama yang sudah pernah atau sering
dibangun di Indonesia, antara lain:
 Bendung Tetap
 Bendung Gerak Vertikal
 Bendung Karet (Bendung Gerak Horizontal)
Bendung karet memiliki dua bagian pokok, yaitu :
- Tubuh bendung yang terbuat dari karet
- Fondasi beton berbentuk plat beton sebagai dudukan tabung karet.
 Bendung saringan bawah
 Pompa
 Pengambilan bebas
2.2. Lokasi Bendung
Untuk menentukan lokasi suatu bendung, haruslah diperhatikan beberapa
pertimbangan, sehingga bendung yang direncanakan tersebut dapat dipertanggung
jawabkan, baik secara teknis, ekonomis dan fungsionalnya. Kriteria-kriteria yang perlu
diperhatikan antara alin adalah:
 Seluruh daerah irigasi harus dapat diairi secara gravitasi
 Trase saluran induk tidak melewati daerah yang sulit
 Dipilih bagian sungai yang lurus
 Bangunan pengambilan harus dapat menjamin kelancaran masuknya air
ke saluran induk
 Kondisi tanah fondasi cukup
 Tidak menimbulkan genangan yang luas dan tanggul penutup tidak terlalu
panjang
 Biaya pembangunan tidak terlalu mahal.
2.3. Bagian-bagian bangunan utama
Bangunan utama terdiri dari berbagai bagian yang akan dijelaskan secara terinci
dalam pasal berikut ini. Pembagiannya dibuat sebagai berikut:
1. Bangunan bendung
- Bendung pelimpah
- Bendung gerak (barrage)
2. Pengambilan
3. Pembilas
4. Kantong Lumpur
5. Pembangunan Perkuatan sungai
6. Bangunan Pelengkap

2.4. Data
Data-data yang dibutuhkan untuk perencanaan bangunan utama dalam suatu
jaringan irigasi adalah :
a) Data kebutuhan air multi sector
b) Data topografi
- Debit Banjir
- Debit andalan
- Neraca Air
c) Data hidrologi
d) Data morfologi
- Data geometri sungai
e) Data geologi
- Data geologi Teknik
f) Data mekanika tanah
g) Standar untuk perencanaan
h) Data lingkungan dan ekologi
i) Data elevasi bendung
2.5. Perencanaan Hidrolis Bendung

Hidrolik Bendung, adalah komponen-komponen dari tubuh bendung yang


berhubungan langsung dengan sifat-sifat hidrolik atau pengaliran air oleh dan pada tubuh
bendung tersebut.
1. Elevasi mercu dan tinggi bendung
Tujuan utama dari membendung sungai adalah untuk menaikkan taraf muka air
sungai hingga ke ketinggian tertentu, agar diperoleh tekanan yang cukup untuk
mengalirkan air sungai secara gravitasi ke seluruh daerah irigasi yang akan diairi.
Berdasarkan kriteria di atas, maka elevasi mercu bendung yang dibutuhkan dapat
ditentukan dengan menjumlahkan semua kehilangan energy sepanjang pengaliran
terhadap tinggi muka air di sawah , sebagai berikut.

a) Elvasi sawah tertinggi


b) Tinggi genagan di sawah
c) Kehilangan tekanan di saluran tersier dan boks tersier
d) Kehilangan tekanan di bangunan sadap
e) Kehilangan di saluran sekunder
f) Kehilangan tekanan di bangunan bagi
g) Kehilangan tekanan di saluran primer
h) Kehilangan tekanan di seluruh bangunan pembawa (intake dan bangunan
ukur)
i) Kehilangan tekanan pada bangunan utama
j) Kehilangan tekanan untuk ekspolitasi
k) Persediaan tekanan untuk lain-lain
l) Elevasi Mercu

2. Lebar bendung
Lebar bendung adalah jarak antara kedua pangkal bendung (abutment). Lebar
bendung sebaiknya diambil sama dengan lebar rata-rata sungai. Di bagian hilir ruas
sungai, lebar rata-rata ini dapat diambil pada debit penuh (bankfull discharge).

3. Tinggi air Banjir


Menentukan tinggi air banjir sangat diperlukan untuk memperhitungkan
pengaruh banjir tersebut baik terhadap konstruksi bendungnya sendiri, maupun
pengaruh genangannya terhadap bantaran sungai di hulu bendung
- Banjir di hilir Bendung
- Banjir di hulu bendung
4. Lebar Efektif
Tidak semua lebar bendung dapat berfungsi secara efektif untuk melewatkan
banjir. Hal ini disebabkan adanya pilar-pilar untuk bangunan penguras, pengaruh
kontraksi pada dinding, baik pilar maupun tembok pangkal. Dengan memasukkan faktor-
faktor pengaruh tersebut maka lebar efektif bendung dapat dihitung sebagai berikut:

Be = B-2(n. Kp+Ka) H1
5. Bentuk Mercu
Bentuk mercu suatu pelimpah menetukan kemampuannya untuk melewatkan
debit banjir dan ketahanannya, terutama terhadap bahaya kapitasi. Di Indonesia pada
umumnya perencanaan bendung menggunakan mercu tipe Ogee dan Tipe Bulat.
6. Kolam peredam energy
Aliran air di kaki hilir bendung, akibat perubahan aliran yang mendadak dan
pertemuan dengan air di sebelah hilir, dapat menunjukkan berbagai perilaku terhadap
kedalaman air yang ada di sebelah hilir. Jadi dalam perencanaan suatu bendung, harus
digunakan agar keadaan loncatan air di hilir bendung selalu berada seperti pada kondisi
B atau A, untuk semua besar debit, minimal sampai dengan debit rencana.
a. Kolam olakan loncatan air
b. Dimensi kolam olakan
c. Kolam olakan tipe bak tenggelam (bucket)
d. Kolam olakan tipe vlughter

2.6. Bangunan Pengambilan dan Pembilas


Pengambilan sebaiknya ditempatkan sedekat mungkin dengan as bendung.
Pengambilan dapat dibuat di sebelah kiri bendung apabila sawah yang akan diairi terletak di
sebelah kiri, atau sebaliknya di sebelah kanan bendung, atau kedua-duanya, tergantung dengan
kebutuhan.
1. Bangunan Pengambilan
Bangunan pengambilan (intake) berfungsi untuk menyadap air sungai yang telah
dibendung, sesuai dengan kebutuhan air untuk irigasi, oleh karena itu ukurannya
tergantung dari kapasitas debit rencana saluran induk.
2. Bangunan pembilas
Bangunan pembilas berfungsi untuk mencegah tertumpuknya material
(lumpur,kerikil dan lain sebagainya) di depan pintu pengambilan. Berdasarkan empiris,
lebar bangunan pembilas dapat ditentukan sebagai berikut :
- Lebar bangunan pembilas, termasuk tebal pilar, sebaiknya diambil antara 1/6
s.d 1/10 dari lebar bendung, untuk sungai yang lebarnya kurang dari 100 m .
- Lebar pembilas sebaiknya diambil 60 % dari lebar total pengambilan, termasuk
pilar-pilarnya.
3. Daun pintu
Baik bangunan pengambilan maupun pembilas dilengkapi dengan daun sorong
(umumnya), yang dapat dibuat dari bahan kayu atau baja. Untuk pengoprasiannya
(menutup dan membuka) daun pintu tersebut dilengkapi dengan sistem roda gigi yang
dihubungkan dengan stang perangkat. Daun pintu kayu terdiri dari susunan balok-balok
kayu yang dirangkai dengan besi pelat atau siku.

2.7. Stabilitas Bendung


Salah satu akibatnya adalah timbulnya aliran rembesan dibawah tubuh bendung
(pondasi), lebih-lebih bila tanah dasarnya bersifat porus. Rembesan ini akan menimbulkan
tekanan baik terhadap butir-butir tanah, maupun terhadap konstruksi bendung itu sendiri, yang
disebut daya angkat (uplift pressure).
1. Tekanan Rembesan
rembesan air ini mendapat hambatan-hambatan terutama
karena gesekan. Oleh karena itu, air cenderung mencari jalan dengan hambatan yang
paling kecil yaitu pada bidang kontak antara bangunan (fondasi) dan tanah dasar, yang
disebut jalur rembesan (creep line).
a. Metode Bigh
b. Metoda Lane
c. Tebal lantai
2. Stabilitas tubuh bendung
Bendung yang direncanakan harus dapat bertahan dan berfungsi dengan baik
selama umur rencananya.
a. Syarat-syarat stabilitas
b. Gaya dan momen
c. Berat sendiri
d. Gaya gempa
e. Tekanan air
- Tekanan hidrostatis air normal
- Tekanan hidrostatis
- Daya angkat (Uplifit pressure)
- Tekanan Lumpur
3. Kontrol Stabilitas
dalam mengontrol stabilitas ini dilakukan beberapa kombinasi pembebanan
(gaya) dan sesuai dengan probabilitasnya, maka faktor keamanan dari masing-masing
kombinasi tersebut juga bervariasi. Ada 3 penyebab runtuhnya bangunan gravitasi,
yaitu:
a. Gelincir (sliding)
b. Guling (overturning)
c. Kontrol daya dukung/ambles
d. Stabilitas terhadap erosi bawah tanah (piping)

Anda mungkin juga menyukai