Anda di halaman 1dari 23

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Automatic Transfer Switch (ATS)

Automatic Transfer Switch (ATS) yaitu sebuah rangkaian listrik yang

memiliki fungsi sebagai saklar yang beroperasi otomatis jika terjadi pemadaman

arus listrik terencana atau mendadak, begitu pula apabila terjadi trouble pada

jaringan listrik yang menyebabkan arus listrik padam, maka secara otomatis

sistem tersebut akan bekerja dengan sendirinya memindahkan suplai sumber

listrik dari sumber PLN ke genset. Begitu pula sebaliknya, ketika sumber listrik

dari PLN sudah menyala maka secara otomatis genset akan mati dan suplai daya

yang digunakan kembali ke sumber listrik PLN.

Pada prinsipnya, ATS merupakan sebuah saklar yang bekerja secara

otomatis saat terjadi pemadaman dan saat pemadaman berakhir. Untuk dapat

menghidupkan genset secara otomatis terdapat sebuah program yang berbeda

yang disebut dengan Automatic Main Failure atau AMF yang berfungsi untuk

menghidupkan dan mematikan genset.

Automatic Main Failure (AMF) yaitu sebuah sistem rangkaian listrik yang

bekerja secara otomatis untuk menghidupkan dan mematikan genset. Sistem

kerjanya adalah apabila listrik PLN padam maka AMF akan lagsung menyalakan

genset secara otomatis sesuai dengan perintah dari ATS dan mengalirkan aliran

listrik, sebaliknya apabila listrik PLN hidup maka secara otomatis AMF akan

mematikan genset.
Cara kerja dari sistem yang akan dirancang adalah yaitu pada saat terjadi

pemadaman oleh PLN, maka dalam waktu 5 detik dihitung semenjak PLM padam

ATS akan memerintahkan AMF untuk menghidupkan genset dan apabila genset

hidup akan terjadi delay warming up atau biasa disebut pemanasan pada mesin

selama beberapa waktu yang telah ditentukan seperti 10 hingga 15 detik, setelah

selesai pada proses warming up maka ATS akan memindahkan beban untuk di

tanggung oleh genset yang sudah dihidupkan tadi. Begitu juga sebaliknya pada

saat PLN kembali hidup, maka akan terjadi jeda waktu dan kemudian ke proses

selanjutnya yaitu ATS memindahkan beban kembali pada PLN dan setelah itu

akan memerintahkan untuk mematikan genset.

Pada prinsip kerja sistem yang akan dirancang terdapat beberapa waktu

yang akan di input pada kontroler yang akan digunakan, yaitu pada kontroler

PLC. Nilai waktu yang akan di input pada kontroler dengan nilai waktu pada

kondisi aktual akan terjadi keselisihan pada nilai waktu tersebut, sehingga untuk

persentase error atau selisih bisa kita hitung dengan cara berikut ini:

xn – x 0
% error = x 100 % 2.1 [1]
x0

Dimana :

xn = Data aktual (s)

x0 = Data input atau data awal (s)

Sedangkan untuk persentase rata – rata adalah:

Total jumlah rerata % pengujian


% rata – rata error =
4

2.2 [1]
Dimana terdapat 4 pengujian yang akan dilakukan berdasarkan input waktu delay.

2.2 Komponen Automatic Transfer Switch

Adapun Automatic Transfer Switch merupakan sebuah perangkat yang

terdiri dari beberapa komponen agar bisa beroperasi sebagaimana sesuai dengan

perancangan yang dilakukan. Berikut merupakan beberapa komponen –

komponen dari Automatic Transfer Switch yang terdiri dari:

2.2.1 Programmable Logic Control (PLC)

a. Teori dasar PLC

Secara mendasar PLC adalah suatu peralatan kontrol yang dapat

diprogram untuk mengontrol proses atau operasi mesin. Kontrol program dari

PLC adalah menganalisa sinyal input kemudian mengatur keadaan output sesuai

dengan keinginan pemakai.

Keadaan input PLC digunakan dan disimpan didalam memory dimana

PLC melakukan instruksi logika yang di program pada keadaan inputnya.

Peralatan input dapat berupa sensor photo elektrik, push button pada panel

kontrol, limit switch atau peralatan lainnya dimana dapat menghasilkan suatu

sinyal yang dapat masuk ke dalam PLC. Peralatan output dapat berupa switch

yang menyalakan lampu indikator, relay yang menggerakkan motor atau peralatan

lain yang dapat digerakkan oleh sinyal output dari PLC.

Selain itu PLC juga menggunakan memory yang dapat diprogram untuk

menyimpan instruksi – instruksi yang melaksanakan fungsi – fungsi khusus

seperti : logika pewaktuan, sekuensial dan aritmetika yang dapat mengendalikan

suatu mesin atau proses melalui modul – modul I/O baik analog maupun digital.
b. Prinsip kerja PLC

PLC merupakan peralatan elektronik yang dibangun dari mikroprosesor

untuk memonitor keadaan dari peralatan input untuk kemudian di analisa sesuai

dengan kebutuhan perencana (programmer) untuk mengontrol keadaan output.

Sinyal input diberikan kedalam input card. Ada 2 jenis input card, yaitu:

1. Analog input card

2. Digital input card

Setiap input mempunyai alamat tertentu sehingga untuk mendeteksinya

mikroprosesor memanggil berdasarkan alamatnya. Banyaknya input yang dapat

diproses tergantung jenis PLC- nya. Sinyal output dikeluarkan PLC sesuai dengan

program yang dibuat oleh pemakai berdasarkan analisa keadan input. Sama

seperti input card, output card juga memiliki 2 jenis, yaitu:

1. Analog input card

2. Digital input card

Setiap ouput card mempunyai alamat tertentu dan diproses oleh

mikroprosesor menurut alamatnya. Banyaknya output tergantung jenis PLC- nya.

Pada PLC juga dipersiapkan internal input dan output untuk proses dalam PLC

sesuai dengan kebutuhan program. Dimana internal input dan output ini hanya

sebagai flag dalam proses. Di dalam PLC juga dipersiapkan timer yang dapat

dibuat dalam konfigurasi on delai , off delai, on timer, off timer dan lain – lain
sesuai dengan programnya. Untuk memproses timer tersebut, PLC memanggil

berdasarkan alamatnya.

Untuk melaksanakan sebagai kontrol sistem, PLC ini didukung oleh

perangkat lunak yang merupakan bagian peting dari PLC. Program PLC biasanya

terdiri dari 2 jenis yaitu ladder diagram dan instruksi dasar diagram, setiap PLC

mempunyai perbedaan dalam penulisan program.

Gambar 2.1 PLC Board FX-1N. [2]

c. Struktur dasar PLC

PLC terdiri dari beberapa struktur bagian dasar antara lain adalah sebagai

berikut:

1. Central Processing Unit (CPU)

CPU berfungsi untuk mengontrol dan mengawasi semua pengoperasian dalam

PLC, melaksanakan program yang disimpan didalam memory. Selain itu CPU

juga memproses dan menghitung waktu, memonitor waktu pelaksanaan perangkat


lunak dan menterjemahkan program perantara yang berisi logika dan waktu yang

dibutuhkan untuk komunikasi data dengan pemrogram.

2. Memory

Memory yang terdapat dalam PLC berfungsi untuk menyimpan program dan

memberikan lokasi – lokasi dimana hasil – hasil perhitungan dapat disimpan

didalamnya. PLC menggunakan peralatan memory semi konduktor seperti RAM

(Random Acces Memory), ROM (Read Only Memory), dan PROM

(Programmable Read Only Memory) RAM mempunyai waktu akses yang cepat

dan program – program yang terdapat di dalamnya dapat diprogram ulang sesuai

dengan keinginan pemakainya. RAM disebut juga sebagai volatile memory,

maksudnya program – program yang terdapat mudah hilang jika supply listrik

padam.

Dengan demikian untuk mengatasi supply listrik yang padam tersebut maka

diberi supply cadangan daya listrik berupa baterai yang disimpan pada RAM.

Seringkali CMOS RAM dipilih untuk pemakaian power yang rendah. Baterai ini

mempunyai jangka waktu kira – kira lima tahun sebelum harus diganti.

3. Input / Output (I/O)

Sebagaimana PLC yang direncanakan untuk mngontrol sebuah proses atau

operasi mesin, maka peran modul input / output sangatlah penting karena modul

ini merupakan suatu perantara antara perangkat kontrol dengan CPU. Suatu

peralatan yang dihubungkan ke PLC dimana megirimkan suatu sinyal ke PLC

dinamakan peralatan input. Sinyal masuk kedalam PLC melalui terminal atau

melalui kaki – kaki penghubung pada unit. Tempat dimana sinyal memasuki PLC
dinamakan input poin, input poin ini memberikan suatu lokasi di dalam memory

dimana mewakili keadaannya, lokasi memory ini dinamakan input bit. Ada juga

output bit di dalam memory dimana diberikan oleh output poin pada unit, sinyal

output dikirim ke peralatan output.

Setiap input/output memiliki alamat dan nomor urutan khusus yang digunakan

selama membuat program untuk memonitor satu persatu aktivitas input dan

output didalam program. Indikasi urutan status dari input output ditandai Light

Emiting Diode (LED) pada PLC atau modul input/output, hal ini dimaksudkan

untuk memudahkan pengecekan proses pengoperasian input / output dari PLC itu

sendiri.

Tabel 2.1 Spesifikasi PLC Board FX-1N. [2]

Deskripsi Spesifikasi

Tegangan pengoperasian 12-24V


Tegangan input yang
12-24V
disarankan
Batas tegangan input 10-28V
Jumlah pin I/O 20
Baud Rate 9600
Output Relay 1A
Rated Current 5A
Input High Pulse Yes, C235, C251 Compatible

2.2.2 Relay AC dan DC


Relay adalah suatu peralatan elektronik yang berfungsi untuk memutuskan

atau menghubungkan suatu rangkaian elektronik yang satu dengan rangkaian

elektronik yang lainnya. Relay adalah komponen listrik yang bekerja berdasarkan

prinsip induksi medan elektromagnetis. Jika sebuah penghantar dialiri oleh arus

listrik, maka di sekitar penghantar tersebut timbul medan magnet. Medan magnet

yang dihasilkan oleh arus listrik tersebut selanjutnya diinduksikan ke logam

ferromagnetis. Logam ferromagnetis adalah logam yang mudah terinduksi medan

elektromagnetis. Ketika ada induksi magnet dari lilitan yang membelit logam,

logam tersebut akan menjadi magnet buatan yang sifatnya sementara. Cara ini

biasa digunakan untuk membuat magnet non permanen. Sifat kemagnetan pada

logam ferromagnetis akan tetap ada selama pada kumparan yang melilitinya

teraliri arus listrik. Sebaliknya, sifat kemagnetannya akan hilang jika suplai arus

listrik ke lilitan diputuskan.

Gambar 2.2 Struktur relay. [3]

Kontak – kontak atau kutub – kutub dari relay umumnya memiliki tiga

dasar pemakaian yaitu:


1. Bila kumparan ini dialiri arus listrik maka kontaknya akan menutup dan

disebut sebagai kontak Normally Open (NO)

2. Bila kumparan dialiri arus listrik maka kontaknya akan membuka dan

disebut dengan kontak Normally Close (NC)

3. Tukar – sambung (Change Over/ CO), relay jenis ini mempunyai kontak

tengah yang normalnya tertutup tetapi melepaskan diri dari posisi ini dan

membuat kontak dengan lain bila relay dialiri listrik.

Terdapat beberapa sifat – sifat relay seperti dibawah ini :

1. Impedansi kumparan, biasanya impedansi ditentukan oleh tebal kawat

yang digunakan serta banyaknya lilitan. Biasanya impedansi berharga 1-

50 KΩ guna memperoleh daya hantar yang baik.

2. Kuat arus yang digunakan untuk menggerakkan relay, biasanya arus ini

diberikan oleh pabrik. Relay dengan perlawanan kecil memerlukan arus

besar sedangkan relay dengan perlawanan besar memerlukan arus yang

kecil.

3. Tegangan yang diperlukan untuk menggerakkan relay.

4. Daya yang diperlukan untuk mengoperasikan relay besarnya sama

dengan nilai tegangan dikalikan arus.

5. Banyaknya kontak – kontak jangkar dapat membuka dan menutup lebih

dari satu kontak sekaligus tergantung pada kontak dan jenis relay. Jarak

antara kontak – kontak menentukan besarnya tegangan maksimum yang

diizinkan antara kontak tersebut.

2.2.3 Push Button


Push Button atau tombol tekan adalah bentuk saklar yang paling umum

dari pengendali manual yang dijumpai di industri. Tombol tekan NO (Normally

Open) menyambung rangkaian ketika tombol ditekan dan kembali pada posisi

terputus ketika tombol dilepas. Tombol tekan NC (Normally Closed) akan

memutus rangkaian apabila tombol ditekan dan kembali pada posisi terhubung

ketika tombol dilepaskan.

Ada juga tombol tekan yang memiliki fungsi ganda, yakni sudah

dilengkapi oleh dua jenis kontak, baik NO maupun NC. Jadi tombol tekan tersebut

dapat difungsikan sebagai NO, NC atau keduanya. Ketika tombol ditekan, terdapat

kontak yang terputus (NC) dan ada juga kontak yang terhubung (NO).

Gambar 2.4 Bentuk kontak Push Button. [5]

2.2.4 Light Emitting Diode (LED)

Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah komponen

elektronika yang dapat memancarkan  cahaya monokromatik ketika diberikan tegangan

maju. LED merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor. Warna –

warna cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis bahan semikonduktor

yang dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar inframerah yang tidak
tampak oleh mata seperti yang sering kita jumpai pada Remote Control TV ataupun

Remote Control perangkat elektronik lainnya.

Seperti dikatakan sebelumnya, LED merupakan keluarga dari Dioda yang

terbuat dari Semikonduktor. Cara kerjanya pun hampir sama dengan Dioda yang

memiliki dua kutub yaitu kutub Positif (P) dan Kutub Negatif (N). LED hanya

akan memancarkan cahaya apabila dialiri tegangan maju (bias forward) dari

Anoda menuju ke Katoda.

Gambar 2.5 Simbol LED. [6]

Gambar 2.6 Cara kerja LED. [6]

LED terdiri dari sebuah chip semikonduktor yang di doping sehingga

menciptakan junction P dan N. Yang dimaksud dengan proses doping dalam

semikonduktor adalah proses untuk menambahkan ketidakmurnian (impurity)

pada semikonduktor yang murni sehingga menghasilkan karakteristik kelistrikan


yang diinginkan. Ketika LED dialiri tegangan maju atau bias forward yaitu dari

Anoda (P) menuju ke Katoda (K), Kelebihan Elektron pada N-Type material akan

berpindah ke wilayah yang kelebihan Hole (lubang) yaitu wilayah yang

bermuatan positif (P-Type material). Saat Elektron berjumpa dengan Hole akan

melepaskan photon dan memancarkan cahaya monokromatik (satu warna).

2.2.5 Kapasitor

Kapasitor (Kondensator) yang dalam rangkaian elektronika dilambangkan

dengan huruf "C" adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi atau muatan

listrik di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan

internal dari muatan listrik. Kapasitor ditemukan oleh Michael Faraday (1791-

1867). Satuan kapasitor disebut Farad (F). Satu Farad = 9 x 1011 cm2 yang

artinya luas permukaan kepingan tersebut. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari

2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan

dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum, keramik, gelas dan lain –

lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan – muatan

positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat

yang sama muatan – muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi.

Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutub negatif dan sebaliknya

muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutub positif, karena terpisah oleh

bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini tersimpan selama tidak

ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. Di alam bebas, phenomena kapasitor ini

terjadi pada saat terkumpulnya muatan – muatan positif dan negatif di awan.
Gambar 2.7 Prinsip dasar Kapasitor. [7]

Kapasitansi didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk

dapat menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1

coulomb = 6.25 x 1018 elektron. Kemudian Michael Faraday membuat postulat

bahwa sebuah kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan

tegangan 1 volt dapat memuat muatan elektron sebanyak 1 coulombs. Dengan

rumus dapat ditulis :

Q = C.V 2.2[7]

Dimana :

Q = Muatan elektron dalam C (coloumbs)

C = Nilai kapasitansi dalam F (farad)

V = Besar tegangan dalam V (volt)

Fungsi penggunaan kapasitor dalam suatu rangkaian adalah sebagai berikut :

1. Sebagai kopling antara rangkaian yang satu dengan rangkaian yang lain.

2. Sebagai filter dalam rangkaian.

3. Sebagai pembangkit frekuensi dalam rangkaian antenna.

4. Untuk menghemat daya listrik pada lampu neon.

5. Menghilangkan bouncing (loncatan api) bila dipasang pada saklar.

2.2.6 Resistor
Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk menghambat

atau membatasi aliran listrik yang mengalir dalam suatu rangkain elektronika.

Sebagaimana fungsi resistor yang sesuai namanya bersifat resistif dan termasuk

salah satu komponen elektronika dalam kategori komponen pasif. Satuan atau

nilai resistansi suatu resistor di sebut Ohm dan dilambangkan dengan simbol

Omega (Ω). Sesuai hukum Ohm bahwa resistansi berbanding terbalik dengan

jumlah arus yang mengalir melaluinya. Selain nilai resistansinya (Ohm) resistor

juga memiliki nilai yang lain seperti nilai toleransi dan kapasitas daya yang

mampu dilewatkannya. Semua nilai yang berkaitan dengan resistor tersebut

penting untuk diketahui dalam perancangan suatu rangkaian elektronika oleh

karena itu pabrikan resistor selalu mencantumkan dalam kemasan resistor

tersebut.

Gambar 2.8 Simbol Resistor. [8]

Setiap resistor memiliki nilai toleransi resistor. Toleransi

resistor merupakan perubahan nilai resistansi dari nilai yang tercantum pada

badan resistor yang masih diperbolehkan dan dinyatakan resistor dalam kondisi
baik. Toleransi resistor merupakan salah satu perubahan karakteristik resistor

yang terjadi akibat operasional resistor tersebut. Nilai toleransi resistor ini ada

beberapa macam yaitu resistor dengan toleransi kerusakan 1% (resistor 1%),

resistor dengan toleransi kesalahan 2% (resistor 2%), resistor dengan toleransi

kesalahan 5% (resistor 5%) dan resistor dengan toleransi 10% (resistor 10%).

Nilai toleransi resistor ini selalu dicantumkan di kemasan resistor dengan kode

warna maupun kode huruf. Sebagai contoh resistor dengan toleransi 5% maka

dituliskan dengan kode warna pada cincin ke 4 warna emas atau dengan kode

huruf J pada resistor dengan fisik kemasan besar. Resistor yang banyak dijual

dipasaran pada umumnya resistor 5% dan resistor 1%.

2.2.7 Selector Switch

Pada dasarnya Selector Switch adalah kontak atau saklar yang digerakkan

oleh tombol atau tuas putar untuk memilih satu dari dua atau lebih posisi atau

dapat disebut sebagai saklar pemilih. Ada yang berlaku seperti toggle switch

dimana selector dapat berhenti pada satu posisi, dan ada yang berlaku seperti push

button, dimana setelah melakukan pemilihan maka selector akan kembali ke

posisi semula atau posisi netral.

2.2.8 Battery Charger

Berdasarkan namanya, alat ini berfungsi sebagai pengisi dayabattery

atau accu (aki) pada genset. Cara kerja komponen ini yaitu mengkonversi

tegangan AC menjadi tegangan DC sebesar 12 V atau 24 V sesuai dengan besar

daya yang digunakan pada genset sebagai kontrol.


Pada saaat PLN menyala, PLN akan menyuplai energi listrik sebesar 220

V, yang kemudian dikonversi ke 12 V atau 24 V untuk kemudian disuplai ke

battery atau accu (aki), sehingga daya pada battery atau accu (aki) stabil.

Komponen ini akan membantu proses kerja sistem ATS pada saat listrik PLN

padam dan proses starting genset berjalan baik.

2.3.8 Dioda

Dioda (Diode) adalah komponen elektronika aktif yang terbuat dari bahan

semikonduktor dan mempunyai fungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu

arah tetapi menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Oleh karena itu, Dioda

sering dipergunakan sebagai penyearah dalam rangkaian elektronika. Dioda pada

umumnya mempunyai 2 Elektroda (terminal) yaitu Anoda (+) dan Katoda (-) dan

memiliki prinsip kerja yang berdasarkan teknologi pertemuan p-n semikonduktor

yaitu dapat mengalirkan arus dari sisi tipe-p (Anoda) menuju ke sisi tipe-n

(Katoda) tetapi tidak dapat mengalirkan arus ke arah sebaliknya.

Berdasarkan Fungsi Dioda, Dioda dapat dibagi menjadi beberapa Jenis,

diantaranya adalah :

1. Dioda Penyearah (Dioda Biasa atau Dioda Bridge) yang berfungsi sebagai

penyearah arus AC ke arus DC.

2. Dioda Zener yang berfungsi sebagai pengaman rangkaian dan juga sebagai

penstabil tegangan.

3. Dioda LED yang berfungsi sebagai lampu Indikator ataupun lampu

penerangan

4. Dioda Photo yang berfungsi sebagai sensor cahaya


5. Dioda Schottky yang berfungsi sebagai Pengendali

2.3 Perangkat Lunak ATS

2.3.1 GX Developer

GX Developer merupakan sebuah perangkat lunak dari Mitsubishi untuk

semua jenis PLC yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. Perangkat lunak

tersebut merupakan sebuah platform untuk bisa memprogram PLC sesuai dengan

kebutuhan yang akan dibutuhkan dan sesuai dengan masukan pada masing masing

input channel agar perintah yang akan dimasukkan pada PLC dapat berjalan

sesuai dengan yang diperintahkan.

Prinsip perangkat lunak ini adalah dengan sistem ladder diagram.

Diagram Ladder menggambarkan program dalam bentuk grafik. Diagram ini

dikembangkan dari kontak – kontak relay yang terstruktur yang menggambarkan

aliran arus listrik. Dalam diagram ladder terdapat dua buah garis vertikal dimana

garis vertikal sebelah kiri dihubungkan dengan sumber tegangan positif catu daya

dan garis sebelah kanan dihubungkan dengan sumber tegangan negatif catu daya.

Program ladder ditulis menggunakan bentuk pictorial atau simbol yang secara

umum mirip dengan rangkaian kontrol relay. Program ditampilkan pada layar

dengan elemen – elemen seperti normally open contact, normally closed contact,

timer, counter, sequencer dan sebagainya ditampilkan seperti dalam bentuk

pictorial. Dibawah kondisi yang benar, listrik dapat mengalir dari rel sebelah kiri

ke rel sebelah kanan, jalur rel seperti ini disebut sebagai (garis tangga).
Peraturan secara umum di dalam menggambarkan program ladder diagram

adalah:

1. Daya mengalir dari rel kiri ke rel kanan

2. Output koil tidak boleh dihubungkan secara langsung di rel sebelah kiri.

3. Tidak ada kontak yang diletakkan disebelah kanan output coil

4. Hanya diperbolehkan satu output koil pada ladder line.

Gambar 2.8 Perangkat lunak GX Developer.

Pada dasarnya setiap vendor PLC memiliki software pendukungnya

masing – masing, seperti : PLC Omron yang menggunakan program CX, PLC

Siemens yang menggunakan program Micro Win S7, PLC LG yang menggunakan

program KGL_Win, dan Mitsubishi sendiri menggunakan Mitsubishi GX

Developer. Program pendukung ini bertujuan agar setiap pengguna personal


komputer yang bermaksud untuk menggunakan PLC sebagai alat kontrol dapat

berkomunikasi dengan PLC itu sendiri. Walaupun setiap merk PLC menggunakan

software yang berbeda-beda, namun pada dasarnya sistem operasionalnya sama

saja. Mitsubishi GX Developer memiliki enam simbol dasar yang digunakan pada

pemogramannya. Setiap simbol memiliki keunikan tersendiri. Keenam simbol

terebut adalah :

1. X : digunakan sebagai simbol input PLC

2. Y : digunakan sebagai simbol output PLC

3. T : digunakan sebagai simbol timer pada PLC

4. C : digunakan sebagai simbol counter pada PLC

5. M dan S : digunakan sebagai internal relay yang ada didalam PLC

Semua simbol di atas dikenal dengan bit. Ini berarti bahwa semua

peralatan yang diwakili oleh simbol – simbol tersebut akan bekerja hanya pada

dua keadaan yaitu: ON atau OFF, logika 1 atau logika 0. Bagian ini akan

membahas cara menggunakan software Mitsubishi GX Developer.

Pada saat mulai menggunakan program Mitsubishi GX Developer, akan

mendapat dua pilihan menu, yaitu pilihan new project atau open project. Jika

hendak merancang program baru, maka pilih menu new project. Tetapi bila

hendak membuka file rancangan program yang sudah ada sebelumnya dan telah

tersimpan, pilih open project. Jika memilih new project, maka akan terlihat

tampilan new project seperti Gambar 2.9 kemudian harus memilih tipe dan seri

PLC yang digunakan, misalnya menggunakan seri : FXCPU dengan tipe


FX1N(C), setelah itu baru dapat mengisikan nama project yang akan dibuat

seperti Gambar 2.10.

Gambar 2.9 Tampilan awal GX Developer

Untuk menggunakan ladder diagram, gunakan simbol – simbol pada

menu bar sebagai berikut. Misal hendak membuat kontak NO, maka klik simbol,

isikan kode input X1 kemudian klik OK. Begitu juga dengan simbol alamat

output, klik kemudian isikan kode output Y1, baru klik OK. Hal ini ditunjukkan

pada Gambar 2.11 dan Gambar 2.12.

Pada akhir program Mitsubishi, tidak perlu membuat instruksi END,

karena secara otomatis instruksi tersebut sudah ada pada program. Selanjutnya

klik menu convert, untuk mengecek apakah program yang dibuat sudah benar atau

salah seperti Gambar 2.13. Setelah program di-convert, maka program tersebut

dapat ditransfer ke PLC. Pilih menu convert untuk komunikasi dengan PLC yang

digunakan. kemudian pilih write to PLC. Jika program tersebut hendak di transfer
dari komputer ke PLC. Jika ingin mengetahui program sebelumnya yang telah

tersimpan pada PLC, maka pilih read from PLC seperti Gambar 3.14.

Gambar 2.10 Menu tampilan untuk memilih tipe dan seri PLC

Gambar 2.11 Menu tampilan untuk membuat input


Gambar 2.12 Menu tampilan untuk membuat output

Gambar 2.13 Menu tampilan untuk convert atau compile program


Gambar 2.14 Menu tampilan untuk proses transfer program ke PLC

Adapun berikut ini merupakan beberapa simbol perintah yang terdapat

pada program GX Developer dan yang serng digunakan untuk membuat ladder

diagram:

1. -| |- : Open contact atau biasanya disebut dengan Normally Open

digunakan sebagai input kontak yang hanya akan terhubung atau close

apabila ditekan atau ditrigger.

2. -|/|- : Close contact atau biasanya disebut dengan Normally Close

digunakan sebagai input kontak yang terhubung atau close apabila sumber

kontak yaitu coil tidak ditrigger, sedangkan jika coil ditrigger maka

kontak tersebut akan berubah menjadi Normally Open hingga coil tidak

mendapat masukan.

3. -( )- : Coil merupakan output dari rangkaian yang dirancang.

Anda mungkin juga menyukai