Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kebutuhan akan layanan bimbingan di sekolah dasar muncul dari
karakteristik dan masalah-masalah perkembangan peserta didik. Pendekatan
perkembangan dalam bimbingan merupakan pendekatan yang tepat digunakan di
SD karena pendekatan ini lebih berorientasi pada pengembangan ekologi
perkembangan peserta didik. Konselor (guru bimbingan) yang menggunakan
pendekatan perkembangan melakukan identifikasi keterampilan dan pengalaman
yang diperlukan peserta didik agar berhasil di sekolah dan dalam kehidupannya.

Dalam konteks perkembangan peserta didik, bimbingan dapat diartikan


sebagai suatu upaya memgoptimalkan perkembangan peserta didik (usia 6 – 13
tahun) melalui penyediaan perlakuan dan lingkungan pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan perkembangan peserta didik serta pengembangan berbagai
kemampuan dan keterampilan hidup yang diperlukan anak. Perkembangan
perilaku yang efektif dapat dilihat dari tingkat pencapaian tugas-tugas
perkembangan dalam setiap tahapan perkembangan. Oleh karena itu, untuk
memahami karakteristik peserta didik SD sebagai dasar untuk pengembangan
program bimbingan di SD difokuskan kepada pencapaian tugas-tugas
perkembangannya. Mengkaji tugas-tugas perkembangan merupakan hal yang
penting dan menjadi dasar bagi pengembangan dan peningkatan mutu layanan
bimbingan.

B. RUMUSAN MASALAH
1.

1
BAB II
PEMBAHASAN

Bimbingan dan konseling perkembangan bertolak dari anggapan bahwa


menghargai secara positif dan respek terhadap martabat manusia merupakan aspek
yang amat penting dalam masyarakat. Guru kelas yang sekaligus merangkap
sebagai konselor (guru bimbingan) memiliki tugas untuk mengembangkan potensi
dan keunikan individu secara optimal dalam perubahan masyarakat yang global.
Dalam program bimbingan yang komprehensif peserta didik diharapkan
memperoleh keterampilan yang penting dalam memberikan kontribusi terhadap
masyarakat yang memiliki aneka budaya.

1. Tujuan Bimbingan dan Konseling SD


Pemahaman terhadap tugas-tugas perkembangan pesert didik SD
sangat berguna bagi pendidik. Dalam kacamata bimbingan, pemahaman
tugas-tugas perkembangan peserta didik SD sangat berguna bagi
pengembangan program bimbingan dan konseling, karena sangat
membantu dalam:
a. Menemukan dan menentukan tujuan program bimbingan dan konseling
diSD
b. Menentukan kapan waktu upaya bimbingan dapat dilakukan.

Dalam konteks bimbingan perkembangan, perkembangan perilaku yang


efektif sebagai tujuan pelaksanaan bimbingan yang dapat dilihat dari tingkat
pencapaian tugas- tugas perkembangan. Memahami karakteristik peserta didik SD
sebagai dasar untuk pengembangan program bimbingan di SD difokuskan kepada
Spencapaian tugas-tugas perkembangan peserta didik SD. Mengkaji tugas-tugas
perkembangan merupakan hal yang penting dan menjadi dasar bagi
pengembangan dan peningkatan mutu layanan pendidikan /bimbingan.

2
Pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan memiliki tujuan
untukmemberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga
negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk
mengikuti pendidikan menengah (UUSPN, dan PP No.: 28 tahun
1990).Pengembangan kehidupan murid sebagai pribadi sekurang-kurangnya
mencakup upaya untuk:
a. Memperkuat dasar keimanan dan ketaqwaan,
b. Membiasakan untuk berperilaku yang baik,
c. Memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar,
d. Memelihara kesehatan jasmani dan rohani,
e. Memberikan kemampuan untuk belajar, dan membentuk kepribadian yan
mantap dan mandiri.
f. Pengembangan sebagai anggota masyarakat mencakup:
g. Memperkuat kesadaran hidup beragama dalam masyarakat,
h. Menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam lingkungan hidup, dan
i. Memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk
berperan serta dalam kehidupan bermasarakat.
j. Pengembangan sebagai warga negara mencakup upaya untuk:
 Mengembangkan perhatian dan pengetahuan hak dan kewajiban
sebagai warga negara
 Menanamkan rasa ikut bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa
dan negara,
 Memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan
untuk berperan serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pengembangan sebagai umat manusia mencakup upaya untuk:


a. Meningkatkan harga diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat,
b. Meningkatkan kesadaran tentang HAM,
c. Memberikan pengertian tentang ketertiban dunia,

3
d. Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya persahabatan antar bangsa,
e. Mempersiapkan peserta didik untuk menguasai isi kurikulum.

Bertolak dari rumusan Tujuan Pendidikan Nasional, dan tujuan pendidikan


dasar dirumuskan seperangkat tugas-tugas perkembangan yang seyogyanya
dicapai oleh peserta didik SD. Secara operasional tugas-tugas perkembangan
peserta didik SD adalah pencapaian perilaku yang seyogyanya ditampilkan peserta
didik SD yang meliputi:
a. Sikap dan kebiasaan dalam berimtaq (iman dan taqwa),
b. Pengembangan kata hati-moral dan nilai-nilai,
c. Pengembangan keterampilan dasar dalam membaca – menulis - berhitung
(calistung),
d. Pengembangan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari,
e. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok sebaya,
f. Belajar menjadi pribadi yang mandiri,
g. Mempelajari keterampilan fisik sederhana,
h. Membina hidup sehat,
i. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin, serta
j. Pengembangan sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial.

Dalam aspek perkembangan pribadi sosial layanan bimbingan membantu


peserta didik SD agar dapat:
a. Memiliki pemahaman diri
b. Mengembangkan sikap positif
c. Membuat pilihan kegiatan secara sehat
d. Mampu menghargai orang lain
e. Memiliki rasa tanggung jawab
f. Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi
g. Menyelesaikan masalah
h. Membuat keputusan secara baik.

4
Dalam aspek perkembangan pendidikan dan karier, layanan bimbingan
membantu peserta didik SD agar dapat:
a. Melaksanakan cara-cara belajar yang benar
b. Menetapkan tujuan dan rencana pendidikan lanjutan
c. Mencapai prestasi belajar secara optimal sesuai bakat dan kemampuannya
d. Memiliki keterampilan untuk menghadapi ujian.

Pada dasarnya dijelaskan oleh sejumlah pakar bahwa hakikat dan tujuan
bimbingan untuk peserta didik SD adalah sebagai berikut:
Pertama, bimbingan pada hakikatnya merupakan aktivitas yang terarah ke
optimalisasi perkembangan peserta didik. Aktivitas atau perlakuan yang sifatnya
mendukung, mempermudah, memperlancar, dan bahkan sampai batas tertentu
mempercepat proses perkembangan peserta didik adalah bimbingan.
Sebaliknya, kegiatan-kegiatan yang sifatnya memaksa, mengambat,
menghalangi, dan atau mempersulit proses perkembangan peserta didik, maka itu
bukanlah kegiatan bimbingan.
Kedua, tercapainya perkembangan peserta didik yang optimal adalah sasaran
akhir dari bimbingan yang sekaligus juga dapat merupakan sasaran akhir dari
proses pendidikan secara keseluruhan.
Ketiga, dalam konteks bimbingan, upaya membantu peserta didik dalam meraih
keberhasilan perkembangan peserta didik dilakukan melalui tiga aktivititas pokok
sebagai berikut:
a. Menyerasikan perlakuan dan lingkungan pendidikan dengan kebutuhan
perkembangan peserta didik serta dengan mempertimbangkan tuntutan
nilai-nilai keagamaan dan kultural yang dianut,
b. Menyelenggarakan layanan untuk mengembangkan berbagai kemampuan
dalam keterampilan pribadi-sosial, belajar dan karir peserta didik yang
diperlukan untuk keperluan perkembangan dan belajarnya seperti
keterampilan belajar, bergaul, menyelesaikan konflik dan sejenisnya,
c. Menyelenggarakan layanan intervensi khusus bagi peserta didik yang
memerlukan perhatian dan bantuan khusus.

5
2. Karakteristik Bimbingan dan Konseling Sekolah Dasar
Beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SD menurut Dinkmeyer
dan Caldwell (Cory 1989) adalah:
a. Bimbingan di sekolah dasar lebih menekankan akan pentingnya peranan
guru dalam fungsi bimbingan. Dengan sistem guru kelas, guru lebih
memiliki banyak waktu untuk mengenal peserta didik lebih mendalam,
sehingga memiliki peluang untuk menjalin hubungan yang lebih efektif.
b. Fokus bimbingan di SD lebih menekankan pada pengembangan
pemahaman diri, pemecahan masalah, dan kemampuan berhubungan
secara efektif dengan orang lain.
c. Bimbingan di SD lebih banyak melibatkan orang tua, mengingat
pentingnya pengaruh orang tua dalam kehidupan peserta didik selama di
SD.
d. Bimbingan di SD hendaknya memahami kehidupan peserta didik secara
unik
e. Program bimbingan di SD hendaknya peduli terhadap kebutuhan dasar
peserta didik, seperti kebutuhan untuk matang dalam penerimaan dan
pemahaman diri, serta memahami keunggulan dan kelemahan dirinya.
f. Program bimbingan di SD hendaknya meyakini bahwa masa usia sekolah
dasar merupakan tahapan yang amat penting dalam perkembangan peserta
didik.

Muro dan Kottman (Winkel, 2014) mengkaji perbedaan bimbingan dan


konseling di SDdari sudut karakteristik peserta didik termasuk beberapa
keterbatasannya, teknik pemberian layanan, dan jenis pemberian layanan.
Terdapat enam perbedaan penting yang harus dipertimbangkan dalam
mengembangkan program bimbingan di SD, yaitu:
a. Guru kelas yang merangkap sebagi konselor/guru bimbingan memandang

6
bahwa siswa belum memiliki keajegan. Oleh karena itu, konselor belum
dapat menciptakan lingkungan belajar secara permanen.
b. Beberapa jenis layanan bimbingan tidak langsung kepada peserta didik,
melainkan diluncurkan melalui guru, orang tua, dan orang dewasa lainnya.
c. Kesempatan peserta didik untuk melakukan pilihan masih terbatas.
d. Peserta didik SD memiliki keterbatasan dalam menerima tanggung jawab
dirinya (self- responsibility).
e. Pengembangan program bimbingan hendaknya berawal dari konsep dasar
bimbingan, terutama kepedulian untuk memberikan bantuan kepada
peserta didik sebagai pebelajar.
f. Layanan bimbingan di SD kurang menekankan pada penyimpanan data,
testing, perencanaan pendidikan, pendekatan yang berorientasi pada
pemecahan masalah, dan konseling atau terapi individual.

Mencermati karakteristik bimbingan dan konseling di SD, tergambar


bahwa intervensi layanan bimbingan di SD lebih banyak dilakukuan melalui
orang-orang yang berarti dalam kehidupan peserta didik seperti orang tua dan
guru. Kerjasama guru dengan orang tua akan berpengaruh terhadap keberhasilan
peserta didik. Oleh karena itu, guruSD memiliki peranan strategis dalam
pelaksanaan layananbimbingan.

3. Fungsi dan Peran Guru Kelas sekaligus merangkap Pembimbing di


SD
Guru SD sebagai guru kelas yang mengajarkan mata pelajaran,
pada dasarnya mempunyai peran sebagai pembimbing. Dalam SK Menpan
No.83/1993 ditegaskan bahwa selain tugas utama mengajar, guru SD
ditambah dengan melaksanakan program bimbingan di kelas yang menjadi
tanggung jawabnya. Bahkan Murro dan Kottman (Sunarya, 2005)
menempatkan posisi guru sebagai unsur yang sangat kritis dalam
implementasi program bimbingan perkembangan. Guru merupakan garda
terdepan dalam mengidentifikasi kebutuhan peserta didik, penasehat utama

7
bagi peserta didik, dan perekayasa nuansa belajar yang mempribadi. Guru
yang memonitor peserta didik dalam belajar, dan bekerja sama dengan
orang tua untuk keberhasilan peserta didik.

Rochman Natawidjaja, (1997) merekomendasikan fenomena


perilaku guru dalam bimbingan dalam rangka PBM, yaitu:
a. Mengembangkan iklim kelas yang bebas dari ketegangan dan yang
bersuasana membantu perkembangan siswa,
b. Memberikan pengarahan atau orientasi dalam rangka belajar yang efektif,
c. Mempelajari dan menelaah siswa untuk menemukan kekuatan, kelemahan,
kebiasaan dan kesulitan yang dihadapinya,
d. Memberikan konseling kepada siswa yang mengalami kesulitan, terutama
kesulitan yang berhubungan dengan bidang studi yang diajarkannya,
e. Menyajikan informasi tentang masalah pendidikan dan jabatan,
f. Mendorong dan meningkatkan pertumbuhan pribadi dan sosial siswa,
g. Melakukan pelayanan rujukan referral,
h. Melaksanakan bimbingan kelompok di kelas,
i. Memperlakukan siswa sebagai individu yang mempunyai harga diri,
dengan memahami kekuarangan, kelebihan dan masalah-masalahnya,
j. Melengkapi rencana-rencana yang telah dirumuskan siswa,
k. Menyelenggarakan pengajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
siswa,
l. Membimbing siswa untuk mengembangkan kebiasaan belajar dengan baik,
m. Menilai hasil belajar siswa secara menyeluruh dan berkesinambungan,
n. Melakukan perbaikan pengajaran bagi siswa yang membutuhkan,
o. Menyiapkan informasi yang diperlukan untuk dijadikan masukan dalam
konferensi kasus,
p. Bekerja sama dengan tenaga pendidikan lainnya dalam memberikan
bantuan yang dibutuhkan siswa,
q. Memahami, melaksanakan kebijaksanaan dan prosedur-prosedur
bimbingan yang berlaku.

8
Peran guru sebagai guru pembimbing, sesungguhnya akan tumbuh subur
jika guru menguasai rumpun model mengajar Pribadi. Rumpun mengajar pribadi
terdiri atas model mengajar yang berorientasi kepada perkembangan diri siswa.
Penekanannya lebih diutamakan kepada proses yang membantu individu dalam
membentuk dan mengorganisasikan realita yang unik, dan lebih banyak
memperhatikan kehidupan emosional siswa.

4. Karakteristik Peserta Didik/Konseling Sekolah Dasar


Karakteristik peserta didik Sekolah Dasar (SD) diartikan sebagai
ciri-ciri yang melekat pada peserta didik di sekolah dasar yang bersifat
khas dan membedakannya dengan peserta didik pada satuan/jenjang
pendidikan lainnya. Karakteristik peserta didik Sekolah Dasar yang perlu
dipahami meliputi aspek-aspek berikut:
a. Aspek Fisik-Motorik
Perkembangan fisik peserta didik usia Sekolah Dasar dicirikan
dengan beragam variasi dalam pola pertumbuhannya. Keberagaman ini
disebabkan karena beberapa hal seperti kecukupan gizi, kondisi
lingkungan, genetika, hormon, jenis kelamin, asal etnis, serta adanya
penyakit yang diderita. Pada fase ini pertumbuhan fisik tetap berlangsung
sehingga peserta didik menjadi lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat. Seiring
dengan pertumbuhan fisiknya yang beranjak matang, maka perkembangan
motorik peserta didik sudah dapat terkoordinasi dengan baik.

Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya,


dapat menggerakan anggota badannya dengan tujuan yang jelas, seperti (1)
menggerakan tangan untuk menulis, menggambar, mengambil makanan,
serta melempar bola; dan (2) menggerakan kaki untuk menendang bola
dan lari mengejar teman pada saat main kucing-kucingan. Fase atau usia
sekolah dasar (7 – 12 tahun) ditandai dengan gerak atau aktivitas motorik
yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk

9
belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, baik motorik halus
maupun motorik kasar

b. Aspek Kognitif
Pada usia sekolah dasar, peserta didik sudah dapat mereaksi
rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang
menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti:
membaca, menulis, dan menghitung atau CALISTUNG). Sebelum masa
ini, yaitu masa prasekolah (usia Taman Kanak-kanak), daya pikir anak
masih bersifat imajinatif, berangan-angan atau berkhayal, sedangkan pada
usia sekolah dasar daya pikirnya sudah berkembang ke arah berpikir
kongkrit dan rasional.

Dilihat dari aspek perkembangan kognitif, menurut Piaget masa ini


berada pada tahap operasi kongkrit, yang ditandai dengan kemampuan (1)
mengklasifikasikan (mengelompokkan) benda-benda berdasarkan ciri
yang sama, (2) menyusun atau mengasosiasikan (menghubungkan atau
menghitung) angka-angka atau bilangan, dan (3) memecahkan masalah
(problem solving) yang sederhana. Kemampuan intelektual pada masa ini
sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang
dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Kepada anak sudah
dapat diberikan dasar-dasar keilmuan, seperti membaca, menulis, dan
berhitung (CALISTUNG). Pada usia 11 tahun tahapan perkembangan
kognitif memasuki tahap operasional formal ditandai dengan mampu
berpikir abstrak, menalar secara logis dan menarik kesimpulan dari
informasi yang tersedia.

Di samping itu, kepada anak juga sudah dapat diberikan dasar-


dasar pengetahuan yang terkait dengan kehidupan manusia, hewan,
lingkungan alam, lingkungan sosial budaya, dan agama. Untuk

10
mengembangkan daya nalarnya, daya cipta, atau kreativitas anak, maka
kepada anak perlu diberi peluang-peluang untuk bertanya, berpendapat,
atau menilai (memberikan kritik) tentang berbagai hal yang terkait dengan
pelajaran, atau peristiwa yang terjadi di lingkungannya.
c. Aspek Sosial
Perkembangan sosial peserta didik usia SD ditandai dengan adanya
perluasan hubungan, di samping dengan para anggota keluarga, juga
dengan teman sebaya (peer group), sehingga ruang gerak hubungan
sosialnya telah bertambah luas. Pada usia SD, anak mulai memiliki
kesanggupan menyesuaikan diri dari sikap berpusat kepada diri sendiri
(egosentris) kepada sikap bekerjasama (kooperatif) atau mau
memperhatikan kepentingan orang lain (sosiosentris). Anak mulai
berminat terhadap kegiatan bersama teman sebaya, dan bertambah kuat
keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok (gang), merasa
tidak senang apabila ditolak oleh kelompoknya dan dapat menyesuaikan
dirinya dengan kelompok teman sebaya maupun lingkungan masyarakat
sekitarnya.

Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial


ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas
kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik (seperti membersihkan
kelas dan halaman sekolah), maupun tugas yang membutuhkan pikiran
(seperti merencanakan kegiatan berkemah dan membuat laporan study
tour). Tugas-tugas kelompok ini harus memberikan kesempatan kepada
setiap peserta didik untuk menampilkan prestasinya, dan juga diarahkan
untuk mencapai tujuan bersama. Dengan melaksanakan tugas kelompok,
peserta didik dapat belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja
sama, saling menghormati, bertenggang rasa, dan bertanggung jawab.

d. Aspek Emosi
Pada usia Sekolah Dasar (khususnya di kelas-kelas tinggi, kelas 4,

11
5, dan 6), anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar
tidaklah diterima, atau tidak disenangi oleh orang lain. Anak SD belajar
untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya melalui peniruan
dan latihan (pembiasaan). Dalam proses peniruan, kemampuan orangtua
atau guru dalam mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh. Apabila
anak dikembangkan di lingkungan keluarga yang suasana emosionalnya
stabil, maka perkembangan emosi anak cenderung stabil atau sehat.
Sebaliknya apabila kebiasaan orangtua atau guru dalam mengekspresikan
emosinya kurang stabil atau kurang kontrol (seperti: marah-marah,
mengeluh), maka perkembangan emosi anak, cenderung kurang stabil atau
tidak sehat.

Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah


laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi positif
seperti: perasaan senang, bergairah, bersemangat atau rasa ingin tahu yang
tinggi akan mempengaruhi individu untuk mengkonsentrasikan dirinya
terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru,
membaca buku, aktif berdiskusi, mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah,
dan disiplin dalam belajar. Sebaliknya, apabila emosi yang menyertai
proses belajar itu emosi negatif, seperti perasaan tidak senang, kecewa,
maka proses belajar tersebut akan mengalami hambatan, dalam arti
individu tidak dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar, sehingga
kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalan dalam belajarnya.

Mengingat hal tersebut, maka guru Sekolah Dasar seyogianya


mempunyai kepedulian untuk menciptakan suasana proses belajar-
mengajar yang menyenangkan atau kondusif.

e. Aspek Moral
Penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis. Peranan
lingkungan terutama lingkungan keluarga sangat dominan dalam

12
perkembangan aspek moral. Pada mulanya anak melakukan perbuatan
bermoral dari meniru (mengamati) kemudian menjadi perbuatan atas
prakarsa sendiri karena adanya kontrol atau pengawasan dari luar, namun
kemudian berkembang karena kontrol dari dalam dirinya.

Sampai usia 7 tahun, anak mulai memasukkan nilai-nilai keluarga


ke dalam dirinya. Apa yang penting bagi orang tua juga akan menjadi
penting baginya. Di sinilah orang tua dapat mengarahkan perilakunya,
sehingga sesuai dengan aturan dalam keluarga. Dalam tahap inilah
seoranganak mulai memahami bahwa apa yang mereka lakukan akan
mempengaruhi orang lain.

Pada usia 7-10 tahun, campur tangan orang dewasa (orangtua,


guru, dan sebagainya) tidak lagi terlalu ‘menakutkan’ buat anak. Anak
mengetahui bahwa orang tua adalah sosok yang harus ditaati, tetapi anak
juga tahu bahwa jika melanggar aturan harus memperbaikinya. Perasaan
bahwa ‘ini benar’ dan ‘itu salah’ sudah mulai tertanam kuat dalam diri
anak. Anak usia ini juga mulai memilah mana saja perilaku yang akan
mendatangkan ‘keuntungan’ buat mereka.

f. Aspek Religius
Kepercayaan anak kepada Tuhan pada usia ini, bukanlah keyakinan
hasil pemikiran, akan tetapi merupakan sikap emosi yang berhubungan
erat dengan kebutuhan jiwa akan kasih sayang dan perlindungan. Oleh
karena itu dalam mengenalkan Tuhan kepada anak, sebaiknya ditonjolkan
sifat-sifat pengasih dan penyayang. Sampai kira-kira usia 10 tahun,
ingatan anak masih bersifat mekanis, sehingga kesadaran beragamanya
hanya merupakan hasil sosialisasi orang tua, guru, dan lingkungannya.

Oleh karena itu pengamalan ibadahnya masih bersifat peniruan,


belum dilandasi kesadarannya. Pada usia 10 tahun ke atas, semakin

13
bertambah kesadaran anak akan fungsi agama baginya, yaitu berfungsi
moral dan sosial. Anak mulai dapat menerima bahwa nilai-nilai agama
lebih tinggi dari nilai-nilai pribadi atau nilai-nilai keluarga. Anak mulai
mengerti bahwa agama bukan kepercayaan pribadi atau keluarga, tetapi
kepercayaan masyarakat.
Periode usia Sekolah Dasar merupakan masa pembentukan nilai-
nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan
anak sangat dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang
diterimanya. Oleh karena itu, pendidikan agama di Sekolah Dasar harus
menjadi perhatian semua pihak yang terkait, bukan hanya guru agama
tetapi juga kepala sekolah dan guru-guru lainnya. Apabila pendidik telah
memberikan suri tauladan kepada anak dalam mengamalkan agama maka
pada diri anak akan berkembang sikap yang positif terhadap terhadap
agama, dan pada gilirannya akan berkembang pula kesadaran
beragamanya.

5. Tugas Perkembangan Peserta Sekolah Dasar


Tugas perkembangan adalah serangkaian tugas yang harus
diselesaikan peserta didik/konseli pada periode kehidupan/fase
perkembangan tertentu. Tugas perkembangan bersumber dari kematangan
fisik dan psikis, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai serta
aspirasi individu. Keberhasilan peserta didik/konseli menyelesaikan tugas
perkembangan membuat mereka bahagia dan akan menjadi modal bagi
penyelesaian tugas-tugas perkembangan fase berikutnya mengarah pada
kondisi kehidupan yang damai, berkembang, maju, sejahtera, dan bahagia
dunia akherat. Sebaliknya, kegagalan peserta didik/konseli menyelesaikan
tugas perkembangan membuat mereka kecewa dan atau diremehkan orang
lain. Kegagalan ini akan menyulitkan/menghambat peserta didik/konseli
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan fase berikutnya.

Tugas perkembangan merupakan salah satu aspek yang harus

14
dipahami guru bimbingan dan konseling atau konselor karena pencapaian
tugas perkembangan merupakan sasaran layanan bimbingan dan
konseling. Layanan bimbingan dan konseling merupakan salah satu bentuk
fasilitasi peserta didik/konseli mencapai tugas-tugas perkembangan.
Tugas-tugas perkembangan peserta didik/konseli Sekolah Dasar adalah: 1)
Memiliki kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa; 2) Mengembangkan ketrampilan dasar dalam membaca,
menulis, dan berhitung; 3) Mengembangkan kata hati, moral, dan dan
nilai-nilai sebagai pedoman perilaku; 4) Mempelajari keterampilan fisik
sederhana; 5) belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok sebaya; 6)
Belajar menjadi pribadi yang mandiri dan dapat mengendalikan diri; 7)
Membangun hidup yang sehat mengenai diri sendiri dan lingkungan; 8)
Mengembangkan konsep-konsep hidup yang perlu dalam kehidupan; 9)
Belajar menjalani peran sosial sesuai dengan jenis kelamin; 10) Memilih
sikap hidup terhadap kelompok dan lembaga-lembaga social, Belajar
menjalani peran sosial sesuai dengan jenis kelamin; (Kartadinata dkk.,
2002).

Kurikulum 1975 mengacara-kan layanan Bimbingan dan


Konseling sebagai salah satu dari wilayah layanan dalam sistem
persekolahan mulai dari jenjang SD sampai dengan SMA, yaitu
pembelajaran yang didampingi layanan manajemen dan layanan
bimbingan dan konseling.Tindak lanjut dari kurikulum tersebut terlihat
nyata implementasinya pada tingkat SMP sampai dengan SMA
sederajat.Pada tingkat SMP dan SMA sederajat diangkat tenaga konselor
sebagai salah satu tenaga pendidik yang memiliki tugas untuk
memfasilitasi perkembangan peserta didik.Untuk jenjang SD, pelayanan
bimbingan dan konseling belum terwujud sesuai dengan harapan, dan
belum ada konselor yang diangkat di SD, kecuali sekolah-sekolah tertentu.

Di tingkat sekolah dasar, guru memiliki wewenang dan tugas yang

15
cukup luas. Guru SD tidak hanya dituntut untuk mengajarkan pengetahuan
sesuai dengan disiplin ilmu yang dikuasainya namun juga dituntut untuk
dapat memfasilitasi perkembangan peserta didik secara optimal. Dalam
proses memfasilitasi perkembangan peserta didiknya, bukan berarti guru
tidak pernah menemui hambatan. Terkadang guru dihadapkan pada
perilaku-perilaku siswa yang diluar kemampuannya untuk
menanganinya.Adapun penanganan perilaku yang dimunculkan siswa oleh
guru terkadang cenderung membahayakan perkembangan siswa.

Beberapa guru berpandangan bahwa tidak menjadi masalah jenis


intervensi yang diberikan untuk menangani perilaku siswa, yang
terpenting adalah suasana kelas terkendali dan tujuan pembelajaran
tercapai. Guru tidak menyadari bahwa apapun bentuk intervensi yang
mereka terapkan untuk menangani perilaku siswa pasti memiliki dampak
terhadap perkembangan siswa. Bahkan jika penanganan perilaku siswa
kurang tepat justru akan memelihara perilaku yang tidak diharapkan.

Praktik di lapangan menunjukkan guru mengalami kesulitan untuk


menangani permasalahan perilaku yang dimunculkan siswa. Perilaku
bermasalah yang sering dimunculkan siswa di kelas antara lain: disruptif,
disrespek, agresi, excessive talking, inattensi, gagal mengikuti aturan,
nervous behavior, gejala menarik diri, gangguan sosial dan hiperaktif.
Menghadapi perilaku-perilaku yang dimunculkan siswa tersebut, guru
tidak tahu harus berbuat apa dan merasa tidak memiliki kemampuan yang
memadai untuk menanganinya. Dari permasalahan penanganan perilaku
siswa di lapangan tersebut terlihat adanya kebutuhan guru untuk
mendapatkan bantuan untuk menangani permasalahan perilaku siswa.

Berdasarkan fenomena di lapangan yang dipaparkan di atas,


terlihat bahwa guru tidak bisa berjalan sendiri untuk membimbing siswa di
kelas.Guru kurang memiliki kemampuan yang memadai dalam menangani

16
permasalahan perilaku yang dimunculkan siswa secara tepat. Untuk itu
diperlukannya bantuan bagi guru untuk dapat menangani perilaku siswa
secara tepat.Keberadaaan konselor kunjung (roving counselor) diharapkan
dapat membantu guru dalam menangani permasalahan perilaku siswa
secara tepat sehingga upaya memfasilitasi perkembangan siswa dapat
berjalan optimal.

6. Karakteristik Siswa SD
Masa usia sekolah dasar merupakan masa kanak-kanak akhir yang
berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia dua belas tahun.
Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan
perbedaan-perbedaan individual dalam banyak hal, di antaranya,
perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa,
perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak. Menurut
Erikson perkembangan psikososial pada usia enam sampai pubertas, anak
mulai memasuki dunia pengetahuan dan dunia kerja yang luas. Siswa usia
sekolah dasar merupakan individu yang sedang berkembang, sehingga
tidak perlu lagi diragukan keberaniannya. Setiap anak sekolah dasar
sedang berada dalam perubahan fisik maupun mental mengarah yang lebih
baik.Tingkah laku mereka dalam menghadapi lingkungan sosial maupun
non sosial meningkat.

Menurut Piaget ada lima faktor yang menunjang per-kembangan


intelektual yaitu: ke-dewasaan (maturation), pengalaman fisik (physical
experience), pengalaman logika matematika (logical mathematical
experience), transmisi sosial (social transmission), dan proses
keseimbangan (equilibriun) atau proses pengaturan sendiri (self-
regulation). Erikson mengatakan bahwa siswa usia sekolah dasar tertarik
terhadap pencapaian hasil belajar.

Mereka mengembangkan rasa percaya dirinya terhadap

17
kemampuan dan pencapaian yang baik dan relevan. Meskipun anak-anak
membutuhkan keseimbangan antara perasaan dan kemampuan dengan
kenyataan yang dapat mereka raih, namun perasaan akan kegagalan dapat
memaksa mereka berperasaan negatif terhadap dirinya sendiri, sehingga
menghambat mereka dalam belajar.

Piaget mengidentifikasikan tahapan perkembangan intelektual


yang dilalui anak yaitu: (a) tahap sensorik motor usia 0-2 tahun, (b) tahap
operasional usia 2-6 tahun, (c) tahap opersional kongkrit usia 7-11 atau 12
tahun, (d) tahap operasional formal usia 11 atau 12 tahun ke atas.
Berdasarkan uraian di atas, siswa sekolah dasar berada pada tahap
operasional kongkrit, pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran
logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak
mampu berfikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-objek kongkrit, dan
mampu melakukan konservasi.

Bertolak pada perkembangan intelektual dan psikososial siswa


sekolah dasar, hal ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai
karakteristik sendiri, di mana dalam proses berfikirnya, mereka belum
dapat dipisahkan dari dunia kongkrit atau hal-hal yang faktual, sedangkan
perkembangan psikososial anak usia sekolah dasar masih berpijak pada
prinsip yang sama di mana mereka tidak dapat dipisahkan dari hal-hal
yang dapat diamati, karena mereka sudah diharapkan pada dunia
pengetahuan.

Proses perkembangan pada berbagai aspek baik pribadi sosial dan


belajar yang terjadi pada usia kanak-kanak akhir dan adanya berbagai
tuntutan dari lingkungan membuat siswa SD cenderung memunculkan
perilaku-perilaku yang mengganggu, terutama dalam proses pembelajaran
di kelas. Kondisi ini lah yang perlu dipahami oleh guru agar dapat member

18
penyikapan dan penanganan perilaku yang dimunculkan oleh siswa tepat.

7. Tugas-tugas Perkembangan Siswa SD


a. Menanamkan sikap dan kebiasaan dalam beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan yang Maha
b. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan –
permainan yang umum.
c. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk
yang sedang tumbuh
d. Belajar menyesuaikan diri dengan teman – teman seusianya.
e. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita dengan tepat.
f. Mengembangkan keterampilan – keterampilan dasar untuk membaca,
menulis dan berhitung
g. Mengembangkan pengertian – pengertian yang diperlukan untuk
kehidupan sehari – hari.
h. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, serta tata dan tingkatan
nilai.
i. Mengembangkan sikap terhadap kelompok – kelompok sosial dan
lembaga – lembaga.

Selanjutnya Elizabeth B. Hurlock (1978) dalam buku nya Developmental


Psychology:
a. Masa anak(6 – 11 tahun). Anak belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
Fase ketiga(6 – 8 tahun). Anak belajar bersosialisasi dengan
lingkungannya.
b. Fase keempat (9 – 12 tahun). Anak belajar mencoba, bereksperimen,
bereksplorasi, yang distimulasi oleh dorongan – dorongan menyelidik dan
rasa ingin tahu yang besar.

19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1) Tujuan Bimbingan Dan Konseling di SD
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Bimbingan
dan Konseling bertujuan membantu siswa mengenal bakat, minat,
dan kemampuannya serta memilih dan menyesuaiakan diri dengan
kesempatan pendidikan dan merencanakan karier yang sesuai
dengan tuntutan kerja.Oleh karena itu peranan guru kelas dalam
pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka
mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
2) Karakteristik Bimbingan Dan Konseling di SD
Bimbingan dan konseling di SD dari sudut karakteristik peserta
didik termasuk beberapa keterbatasannya, teknik pemberian
layanan, dan jenis pemberian layanan.
3) Fungsi dan peran guru kelas
Peran guru sebagai guru pembimbing, sesungguhnya akan tumbuh
subur jika guru menguasai rumpun model mengajar Pribadi.
Rumpun mengajar pribadi terdiri atas model mengajar yang
berorientasi kepada perkembangan diri siswa. Penekanannya lebih
diutamakan kepada proses yang membantu individu dalam
membentuk dan mengorganisasikan realita yang unik, dan lebih
banyak memperhatikan kehidupan emosional siswa.
4) Karakteristik peserta didik di SD
Karakteristik peserta didik Sekolah Dasar (SD) diartikan sebagai
ciri-ciri yang melekat pada peserta didik di sekolah dasar yang
bersifat khas dan membedakannya dengan peserta didik pada
satuan/jenjang pendidikan lainnya.

20
5) Tugas perkembangan peserta sekolah dasar
Tugas-tugas perkembangan peserta didik/konseli Sekolah Dasar
adalah:
1) Memiliki kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2) Mengembangkan ketrampilan
dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung; 3)
Mengembangkan kata hati, moral, dan dan nilai-nilai sebagai
pedoman perilaku; 4) Mempelajari keterampilan fisik sederhana;
5) belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok sebaya; 6) Belajar
menjadi pribadi yang mandiri dan dapat mengendalikan diri; 7)
Membangun hidup yang sehat mengenai diri sendiri dan
lingkungan; 8) Mengembangkan konsep-konsep hidup yang perlu
dalam kehidupan; 9) Belajar menjalani peran sosial sesuai dengan
jenis kelamin; 10) Memilih sikap hidup terhadap kelompok dan
lembaga-lembaga social, Belajar menjalani peran sosial sesuai
dengan jenis kelamin; (Kartadinata dkk., 2002).
6) Karakteristik siswa sd
Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka
menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak hal,
di antaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam
kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan
perkembangan fisik anak
B. SARAN
Berdasarkan pembahasan diatas adapun beberapa saran yang dapat
disampaikan adalah sebagai berikut. Sebaiknya guru tidak hanya dapat
membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa tetapi juga
mengetahui dan mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya
yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga, dan kehidupan masyarakat
yang lebih luas, serta mengatasi kesulitan dalam menyalurkan
kemampuan, minat, dan bakatnya dalam bidang pendidikan dan
kemungkinan pekerjaan secara tepat.

21
22

Anda mungkin juga menyukai