Anda di halaman 1dari 24

ETIKA KEHIDUPAN

BERBANGSA
KELOMPOK 5
OUR MEMBERS

1. Innes Natasyah F. (205030400111019) 3


2. Luh Sri Kusuma P. (205030401111033) 18
3. Daffa Yasril N. (205030407111019) 31
4. Hanum Geizya B. (205030407111031) 32
5. Siti Raudhita A. (205030407111037) 35

ENJOY OUR PRESENTATION


Table of Contents
Konsep dan Urgensi Sumber Historis, Kaitan Sumber Historis,
01 Diperlukannya Pajak
dalam Kehidupan
02 Sosiologis, dan Politis
tentang Alasan 03 Sosiologis, Yuridis, dan Politis
tentang Pajak sebagai
Manusia Keberadaan Pajak Perwujudan Nilai-Nilai Pancasila
Diperlukan

Mendeskripsikan Menggali Sumber Historis dan


Pentingnya Mengapa Ada
04 Perwujudan Pancasila 05 Kewajiban Perpajakan
Warga Negara
06
Sosio-Politis Tentang
Kewajiban Perpajakn Warga
sebagai Ideologi dalam Negara
Kesadaran Pajak

Membangun Argumen Hubungan membayar


Esensi dan Urgensi
Pajak dengan Bela
07 Tentang Dinamika dan
Tantangan Kewajiban 08 Negara , Alasan 09 Bela Negara dengan
Membayar Pajak
Perpajakan Warga Mengapa Membayar
Negara Pajak termasuk Bela
Negara
01
Konsep dan Urgensi
Diperlukannya Pajak Dalam
Kehidupan Manusia
Konsep dan Urgensi Diperlukannya
Pajak Dalam Kehidupan Manusia
• Menurut Aristoteles, pada dasarnya manusia adalah Zoon Politicon.
• Selain sebagai Zoon Politicon, menurut Adam Smith manusia juga
sebagai homo economicus.
• Jika manusia sebagai homo economicus tidak dikendalikan, manusia
juga dapat menajadi homo homini lupus.
• Pajak dapat mengontrol sifat manusia sebagai homo economicus.
• Dapat dikatakan pajak berperan dalam peningkatan kesejahteraan
bersama dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial
02
Sumber Historis, Sosiologis,
Yuridis, dan Politis tentang Pajak
Sebagai Perwujudan Nilai-Nilai
Pancasila
Sumber Historis
Tujuan-tujuan negara Indonesia telah dirumuskan
dalam Pembukaan UUD 1945. Untuk mencapai tujuan
tersebut, diperlukan sarana dan dana yang cukup
memadai. Pajak adalah salah satu sumbernya.
Sumber Sosiologis
Tujuan-tujuan negara Indonesia telah dirumuskan
dalam Pembukaan UUD 1945. Untuk mencapai tujuan
tersebut, diperlukan sarana dan dana yang cukup
Sumber Politis memadai. Pajak adalah salah satu sumbernya.

Sejak zaman dahulu, pemberlakukan pajak dikaitkann dengan pengendalian sumber


daya yang ada di suatu wilayah.
Pada perkembangan modern, pajak memiliki peranan sebagai berikut:
 pajak berperan sebagai salah satu produk yang dihasilkan dari proses politik yang
menjadi alat strategis untuk dimanifestasikan bagi kesejahteraan masyarakat
 pajak berperan sebagai sarana penyetaraan hak
 pajak berperan sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan penerapan tata
pemerintahan yang baik (good governance)
Lanjutan

Pajak merupakan salah satu bentuk instrumen yang memaksa.


Melalui mekanisme tersebut, semua orang tanpa terkecuali akan
menjadi subjek pajak nasional dan memiliki kewajiban untuk
membayar pajak kepada negara. Oleh karena itu, ketaatan
membayar pajak sama pentingnya dengan ketaatan terhadap aturan
hukum lainnya yang telah ditetapkan oleh negara.
03
Kaitan Sumber Historis,
Sosiologis, Yuridis, dan Politis
tentang Pajak Sebagai
Perwujudan Nilai-Nilai Pancasila
Berdasarkan penelusuran kepustakaan tidak ditemukan naskah yang secara eksplisit mengemukakan sumber historis,
sosiologis, dan politis tentang pajak sebagai perwujudan nilai-nilai Pancasila. Namun demikian, jika dikaji secara
umum, pajak merupakan salah satu hal penting dalam pengamalan nilai-nilai Pancasila. Berikut ini akan dipaparkan
tentang sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila sebagai Ideologi negara:

Sumber historis
Dari pemerintahan satu ke pemerintahan yang lain, pancasila berusaha digalakan dengan berbagai cara.
Sebelum itu, pada 1960--1965 pemerintahan Soekarno lebih mementingkan konsep Nasakom (Nasionalisme,
Agama, dan Komunisme) sebagai landasan politik bagi bangsa Indonesia. Saat penyusunan UUD 1945 pasal 23
dengan kalimat “Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-Undang”. Masyarakat diharuskan
membayarkan pajak dengan bergotongroyong seperi pandangan Soekarna mengenai pembangunan bangsa
untuk mewujudkan keperluan negara berdasarkan UUD 1945 Pasal 23. Pada pemerintahan Soeharto juga terjadi
beberapa penyimpangan pancasila dengan menyalahgunakan pancasila sebagai symbol kekuasaan serta praktik
penyimpangan kebijakan yang kemudian mencari pembenaran dibawah nama pancasila. Dengan banyaknya
penyimpangan pada orba dan orla membuat pemerintahan pasca reformasi berusaha menegakkan kembali
pancasila.
Sumber sosiologis
terdapat 5 sila pancasila yang perlu kita amalkan. Jika dikaitkan dengan perpajakan. Sila pertama mengacu pada
keyakinan kepada Tuhan, dngan keyakinan kepada Tuhan dan agamaNya, masyarakat perlu menghindari berbagai
macam perilaku criminal terkait pajak, karena perilaku ini bertentangan dengan ajaran agama. Sila kedua mengacu
pada pajak bersifat subjektif dan objektif, semua masyarakat mendapat diperlakukan sama sesuai UU perpajakan
yang berlaku. Sila ketiga mengacu pada pembayaran pajak bersama. Sila keempat mengacu pada kepastian hukum
yang ada di Indonesia. Sila kelima mengacu pada peraturan perpajakan yang bersifat adil.

Sumber yuridis
pembentukan UUD 1945 berdasarkan pancasila dengan memasukan pancasila ke pembukaan UUD 1945. Seluruh
peraturan di Indonesia dibuat berdasarkan UUD 1945, artinya seluruh peraturan harus sejalan dengan UUD 1945.
Begitu pula peraturan perpajakan di Indonesia, harus sejalan dan tidak bertentangan dengan UUD 1945, yang
artinya undang-undang perpajakan yang ada di Indonesia juga sejalan dengan Pancasila.

Sumber politis
pada sila pertama semangat toleransi setiap umat beragama, sila kedua pelaksanaan hak dan kewajiban asasi
manusia, sila ketiga mendahulukan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentigan lainnya, sila keempat
diwujudkan melalui kemusyawaratan, dan sila kelima diwujudkan dengan tindakan yang menghindari
penyelewengan akan kekuasaan.
04
Mendeskripsikan Pentingnya
Perwujudan Pancasila Sebagai
Ideologi Dalam Kesadaran Pajak
Kepatuhan membayar pajak bagi warga negara yang mampu merupakan wujud dari pengamalan
nilai-nilai Pancasila. Seseorang yang memiliki kemampuan dalam membayar pajak, ketika
menunaikan kewajibannya tersebut, dengan sendirinya telah mengamalkan sila Ketuhanan Yang
Maha Esa, berupa rasa syukur atas kelebihan nikmat rejeki yang diperolehnya sebagai karunia dari
Tuhan Maha Pemberi Rejeki.

Pengamalan sila Kemanusiaan yang adil dan beradab bagi wajib pajak berupa wujud toleransi
antara warga yang mampu kepada yang tidak mampu.

Pengamalan sila Persatuan Indonesia berupa rasa kebersamaan atau solidaritas antar warga
negara.

Pengamalan sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan merupakan perwujudan sikap bijaksana dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.

Pengamalan sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia merupakan perwujudan keadilan
legalis, yaitu ketaatan warga negara dalam melaksanakan hukum yang berlaku, dalam hal ini
ketentuan hukum membayar pajak bagi yang mampu
05
Mengapa Ada Kewajiban
Perpajakan Warga Negara
Membayar pajak merupakan perwujudan dari kewajiban
warga negara. Sesuai falsafah undang-undang
perpajakan, membayar pajak bukan hanya kewajiban,
tetapi hak dari setiap warga Negara untuk ikut
berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap
pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
06
Menggali Sumber Historis dan
Sosio Politis tentang Kewajiban
Perpajakan Warga Negara
Keberadaan pajak dalam sumber historis, dapat dilihat dalam alinea keempat pembukaan
UUD Tahun 1945 yang berbunyi “ Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
pemerintah negara Republik Indonesiaa yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memaukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban duna yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial

Keberadaan pajak dalam sumber sosiologis memperlihatkan bahwa mayoritas masyarakat


memiliki keterikatan pada kelompoknya dan mereka juga berupaya untuk berpartisipasi
sehingga bentuk usaha tersebut dapat melahirkan budaya kerjasama.

Keberadaan pajak dalam sumber politis dapat dimaknai bahwa pajak adalah bentuk untuk
mencapai tujuan bersama sehingga dapat memberikan kesejahteraan bersama. Pajak dalam
konsep politik bersifat memaksa. Kekuatan yang bersifat memaksa, membuat setiap warga
negara wajib ikut serta dalam membayar pajak, sehingga implementasi kesejahteraan dan
keadilan dapat terpenuhi secara merata
07
Membangun Argumen Tentang
Dinamika dan Tantangan Kewajiban
Perpajakan Warga Negara
Dikutip dari Buku Materi Terbuka Kesadaran Pajak untuk Perguruan Tinggi
terdapat 3 (tiga) kasus dan peristiwa yang hingga saat ini masih ditemukan di
dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya:

01 Masih terdapat perilaku warga


khususnya oknum aparatur dan
negara
anggota
masyarakat yang belum baik dan terpuji.

02 Masih
warga
terdapat tingkat pemahaman yang rendah bagi sebagian
negara dalam kewajiban perpajakan sehingga diperlukan
proses sosialisasi dan pendidikan secara terus meneurs dari pihak
pemerintah bagi warga negara

03 Pendapatan negara dari sektor perpajakan masih menjadi andalan utama


bagi pemerintah Indonesia untuk membiayai pembangunan nasional
sehingga diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dalam memanfaatkan
potensi bangsa dalam perpajakan
08
Hubungan Membayar Pajak dengan
Bela Negara dan Alasan Mengapa
Membayar Pajak Termasuk Bela
Negara
Pada umumnya, setiap orang akan memperoleh haknya jika telah melaksanakan kewajibannya.
Dalam konteks kehidupan bernegara, hak warga negara dilindungi di dalam berbagai peraturan
perundang-undangan. Sehingga hak setiap orang akan dibatasi oleh hak orang lain. Selain
mengatur tentang hak, berbagai peraturan perundang-undangan juga telah mengatur perihal
kewajiban. Salah satu contoh kewajiban warga negara adalah membayar pajak. Hal ini sudah
termuat di dalam Pasal 23A UUD 1945 yang menyatakan “Pajak dan pungutan lain yang memaksa
untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang”.

Selain sebagai sebuah kewajiban, membayar pajak juga tergolong ke dalam upaya bela negara non
fisik. Karena untuk membiayai pembangunan nasional pemerintah membutuhkan pendanaan,
yang salah satunya bersumber dari pungutan pajak.
09
Esensi dan Urgensi Bela Negara
dengan Membayar Pajak
Esensi Perlunya Pajak

pajak merupakan sarana untuk mencapai cita-cita bersama, termasuk menyejahterakan


rakyatnya. Oleh karena itu, negara harus mewujudkan keadilan berbagi atau distributif
bagi masyarakat. Keadilan berbagi dapat diwujudkan apabila diikuti dengan ketaatan
atau kepatuhan rakyat pada pemerintah dalam bentuk pembayaran pajak.

Urgensi Bela Negara dengan Membayar Pajak

Ketika negara membutuhkan dana yang besar untuk mewujudkan cita-cita bersama menuju
masyarakat adil dan makmur, maka harus ada dana yang cukup untuk memenuhi syarat
pembangunan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan dana suntikan yang segar yang bisa berasal
dari pinjaman luar negeri, pajak, dan lainnya.

Tujuan bela negara salah satunya untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan
negara. Oleh karena itu, pajak merupakan solusi yang tepat untuk menjawab permasalahan dan
kepentingan dana pembangunan bagi keberlangsungan negara. Bela negara disini diartikan untuk
mencapai kesejahteraan pada masyarakat Indonesia. Dengan membayar pajak secara langsung
melaksanakan bela negara untuk kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur.
THANKS
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created


by Slidesgo, including icons by Flaticon,
infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai