Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1
B. Etiologi kecemasan
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun
gangguan keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan
ansietas pada diri seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang
dapat menimbulkan gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang
mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah dan tujuan hidup
(Videbeck, 2008).
Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda,
seseorang dapat tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stres
berat pada orang lain.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi ansietas adalah :
1. Faktor Predisposisi
1) Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional
yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id, ego dan superego.
Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan
superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma
budaya, sedangakan ego di gambarkan sebagai mediator antara
tuntunan dari id dan super ego
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap ketidak setujuan dan penolakan interpersonal.
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi
yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk
mencapai tujuan yang di inginkan.
4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan
hal yang biasa di temui dalam suatu keluarga.
5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor khusus
untuk benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator
inhibisi asam-asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan
penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan
ansietas.
2
2. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stresor
presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya :
hamil).
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal.
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan
eksternal.
a. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di
rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam
harga diri.
b. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
C. Patofisiologi kecemasan
Berdasarkan proses perkembangannya:
1. Bayi/anak-anak
a. Berhubungan dengan perpisahan
b. Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal
c. Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya
2. Remaja
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Perkembangan seksual
b. Perubahan hubungan dengan teman sebaya
3
3. Dewasa
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Kehamilan
b. Menjadi orang tua
c. Perubahan karir
d. Efek penuaan
4. Lanjut usia
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Penurunan sensori
b. Penurunan motorik
c. Masalah keuangan
d. Perubahan pada masa pension
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi dengan gejala setiap kategori yaitu, ansietas ringan, ansietas
sedang, ansietas berat, dan ansietas panik.
1. Ansietas Ringan
a. Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-
hari.
b. Lapang persepsi meluas/melebar dan individu berhati-hati serta
waspada.
c. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas.
Respon Ansietas Ringan
a. Fisiologis
Kadang nafas pendek, nadi dan TD naik, gejala ringan pada lambung,
muka berkerut dan bibir bergetar.
b. Kognitif
Lapang persepsi meluas/melebar, mampu menerima rangsangan yang
kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara
efektif.
c. Perilaku dan Emosi
4
Tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang
meninggi.
2. Ansietas Sedang
Pada tingkat ini lapang pandang terhadap linngkungan menurun,
individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dn
mengesampingkan hal lain.
Respon Ansietas Sedang
a. Fisiologis
Sering nafas pendek, nadi dan TD naik, mulut kering, anoreksia,
diare/konstipasi, gelisah
b. Kognitif
1) Lapang persepsi menyempit
2) Rangsang luar tidak mampu diterima
3) Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
4) Perilaku dan Emosi
5) Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
6) Bicara banyak & lebih cepat
7) Susah tidur
8) Perasaan tidak aman
3. Ansietas Berat
Pada tingkat ini lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal
yang lain. Individu tidak mampu berpikir berat lagi dan
membutuhkan banyak pengarahan/ tuntunan.
Respon Ansietas Berat:
a. Fisiologis
Nafas pendek, nadi dan TD naik, berkeringat dan sakit kepala,
penglihatan kabur, ketegangan.
b. Kognitif
a. Lapang persepsi sangat sempit
b. Tidak mampu menyelesaikan masalah
c. Perilaku dan Emosi
5
a. Perasaan ancaman tinggi
b. Verbalisasi cepat
c. Blocking
4. Ansietas Panik
Terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri
lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi
pengarahan/ tuntunan
Respon Ansietas Panik:
a. Fisiologis
Nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat,
hipotensi, koordinasi motorik rendah.
b. Kognitif
a. Lapang pandang persepsi sangat sempit
b. Tidak dapat berpikir logis
c. Perilaku dan Emosi
a. Agitasi mengamuk dan marah
b. Ketakutan dan berteriak-teriak, blocking
c. Kehilangan diri kendali/ kontrol diri
d. Persepsi kacau
E. Klasifikasi Ansietas
1. Tingkatan Ansietas :
a. Ansietas Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari.
Menyebabkan individu menjadi lebih waspada dan meningkatkan
lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan
menghasilakn pertumbuhan serta kreativitas.
b. Ansietas Sedang
Memungkinkan individu unutk berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan hal yang lain. Mempersempit lapang persepsi
individu. Sehingga individu mengalami tidak perhatian yang selektif
namun dapat lebih berfokus pasda area jika diarahkan untuk
melakukannya.
6
c. Ansietas Berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu, cenderung berfokus ada
sesuatu yang rinci dan spesifik sehingga tidak memikirkan hal yang
lain. Semua perilaku ditujukkan untuk mengurangi ketegangan.
Individu memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada hal lain.
2. Tingkat Panik dari Ansietas
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Individu yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu meskipun dengan
arahan, karena mengalami kehilangan kendali.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan
suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius
(Hawari, 2008) selengkapnya seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a) Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b) Tidur yang cukup.
c) Cukup olahraga.
d) Tidak merokok.
e) Tidak meminum minuman keras.
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan
neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak
(limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat
anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam,
bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan
alprazolam.
3. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala
ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk
7
menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan
obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa
dan diberi keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi
bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki
kembali (rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami
goncangan akibat stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien,
yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan
daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa
seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga
mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan,
agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor
keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya
dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai
problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
G. Asuhan Keperawatan Teori Kecemasan
A. Pengkajian
Dalam bagian ini perawat harus dapat memahami dan menangani pasien
yang mengalami diagnosis keperawatan ansietas, baik menggunakan cara
individual maupun kelompok. Bagian ini juga memberikan pedoman
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga pasien dengan
8
kecemasan. Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar,
yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan
emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami secara
subjektif dan di komunikasikan secaar interpersonal.
Adapun tanda dan gejala dari ansietas:
a. Perilaku gelisah
b. Ketegangan fisik
c. Tremor
d. Kurang koordinasi
e. Cenderung mengalami cedera
f. Menarik diri dari hubungan interpersonal
g. Kreativitas menurun
1) Data dasar
a. Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang,
status sosial ekonomi, adat/kebudayaan, dan keyakinan spiritual,
sehingga mudah dalam komunikasi dan menentukan tindakan
keperawatan yang sesuai.
b. Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan,
alamat,nomor register, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber
informasi). Terjadi pada semua umur baik laki-laki maupun
perempuan.
c. Identitas Penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan,
pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien).
2) Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi secara umum yang mempengaruhi
terjadinya ansietas:
a. Panik
b. Ketegangan menghadapi sesuatu
c. Kurang percaya diri
d. Ketakutan kehilangan
9
e. Preoperasi
f. Obsesius
Menurut beberapa teori terjadinya faktor predisposisi, yaitu:
a. Teori Psikoanalisa
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara antara 2 elemen
kepribadian – id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan
impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego
berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan
fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan
dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri
rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang
berat.
c. Teori Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar
berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.
Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada
ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam
kehidupan selanjutnya.
d. Kondisi keluarga
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada
tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas
dengan depresi. Faktor ekonomi, latar belakang pendidikan
berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
e. Keadaan Biologis
10
Keadaan biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor
khususuntuk benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan
neuroregulator inhibisi asam-asam gama-aminobutirat (GABA), yang
berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan
dengan ansietas
3) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi:
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
4) Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme
koping sbb:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang di sadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan
situasi stres, misalnya perilaku menyerang untuk mengubah atau
mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan, Menarik diri untuk
memindahkan dari sumber stress, Kompromi untuk mengganti tujuan
atau mengorbankan kebutuhan personal.
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang, tetapi berlangsung tidak sadar dan melibatkan penipuan diri
dan distorsi realitas dan bersifat maladaptif.
5) Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala
atau mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas
perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.
Respon fisiologis terhadap ansietas meliputi:
11
a. Sistem kardiovaskuler: jantung berdebar, palpitasi, tekanan darah
meningkat, rasa ingin pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi
menurun.
b. Sistem respirasi: napas cepat, sesak napas, tekanan pada dada, napas
dangkal, sensasi tercekik.
c. Neuromuskuler: reflex meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-
kedip, insomnia, kelemahan umum.
d. GI: kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada
abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri, ulu hati, diare.
e. Perkemihan: sering berkemih
g. Kulit: berkeringat setempat, gatal, rasa panas dan dingin pada kulit,
wajah pucat.
Respon perilaku meliputi: motorik, afektif, dan kognitif.
6) Data yang perlu di kaji
a. Data subyektif:
Klien mengatakan: perasaan saya gelisah, berdebar-debar, sering
berkemih, mengalami ketegangan fisik, panik, tidak dapat konsentrasi,
tidak percaya diri.
b. Data obyektif:
Klien tampak gelisah, pucat, mulut kering, suara tremor, sering
mondar-mandir sambil berbicara sendiri atau berbicara kepada orang
lain tetapi tidak di respon, menarik diri dari lingkungan interpersonal.
7) Status kesehatan mental
a. Kebenaran data:
Apakah semua informasi yang diberikan oleh klien sesuai dengan apa
yang disampaikan oleh keluarganya saat melakukan kunjungan rumah.
b. Status sensorik:
Kaji apakah ada gangguan pada penglihatan, pendengaran,
penciuman, dan pengecapan dan perabaan.
c. Status persepsi
Klien mendenger4arkan suara-suara yang membisik di telinganya.
Klien sering melamun, menyendiri, senyum sendiri karena
12
mendengar sesuatu,atau kadang-kadang mata menatap tajam seperti
mengawasi sesuatu.
d. Status motorik
Motorik kasar: cara klien berjalan, berpakaian, dan berbicara apakah
masih terkontrol atau tidak.
Motorik halus : misalnya Klien mampu menulis, menggenggam
sesuatu, memasukan kancing ke dalamlubang kancing tanpa tremor.
e. Afek
Emosi yang ditunjukan sesuai dengan apa yang di ungkapkan.
Misalnya jika klien menceritakan hal-hal yang lucu, klien turut
tertawa.
f. Orientasi
Klien mengenal orang yang ada di sekitarnya, Klien mengetahui
tentang waktu.
g. Ingatan
Apakah Klien masih mengingat apa yang di alaminya selama ini,
Apakah klien kehilangan sebagaian memori yang di ingatnya.
B. Pengkajian psikologis
a. Status emosi
Suasana hati yang menonjol adalah tampak purtus asa. Ekspresi muka
tampak datar. Saat berinteraksi, klien mampu menjawab pertanyaan
perawat dengan jawaban sejelas-jelasnya. Apakah Perasaan klien saat
ini cukup baik.
b. Konsep diri
Tanyakan apa yang di inginkan oleh kilen, pandangan hidup yang
bertentangan, menarik diri dari realitas dll.
c. Gaya komunikasi
Apakah klien berbicara secara santai, sulit di ajak berkomunikasi
dll.Perhatikan juga ekspresi nonverbal saat berinteraksi tampak serius
dan antusias, ada kontak mata.
d. Pola interaksi
13
Bagaimana cara klien berinteraksi dengan perawat, dengan anggota
keluarga yang lain di rumah.
e. Pola pertahanan
Bila mengatasi situasi yang sangat menekan atau sedih, klien lebih suka
berdiam diri di kamar, melamun. Klien mengatakan tidak.
C. Pengkajian sosial
a. Pendidikan dan pekerjaan
b. Hubungan sosial
c. Faktor sosial budaya
d. Gaya hidup
D. Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas berhubungan dengan koping individu tak efektif.
2) Risiko Harga Diri Rendah b/d gangguan peran sosial.
E. Intervensi
F. Implementasi
14
d. Periksa ketegangan otot frekuensi nadi tekanan darah dan suhu
sebelum dan sesudah latihan.
e. Monitor respon terhadap relaksasi.
Terapeutik
Edukasi
15
Strategi pelaksanaan (SP) 1 kecemasan pada pasien
1. Persiapan alat
Bolpoin
Buku catatan
2. Langkah kerja
1) Tahap orientasi
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Melakukan validasi (kognitif, adektif, dan psikomotor)
mengenai keluhan yang di rasakan
c. Memperkenalkan nama perawat
d. Menanyakan nama pasien dan nama panggilan
kesukaannya
e. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan di lakukan
f. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan di lakukan
g. Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
h. Menentukan tempat untuk melakukan tindakan
i. Menjelaskan kerahasiaan
j. Meminta persetujuan pasien
2) Tahap kerja
a. Membantu pasien mengenal ansietas (tanda, gejala,
penyebab dan akibat)
b. Mengajarkan tehnik pengalihan situasi/ distraksi
c. Latihan melakukan tehnik pengalihan situasi/ distraksi
3) Tahap terminasi
a. Menanyakan kepada pasien mengenai respon yang di
rasakan setelah tindakan keperawatan di lakukan
b. Memberikan rewerd secra positif
c. Memperhatikan, mengamati, dan mengobservasi respon
yang di timbulkan
d. Merencanakan tindak lanjut ynag harus pasien lakukan dan
melatihnya
e. Menentukan topik pada pertemuan selanjutnya
16
f. Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya
g. Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
h. Mengakhiri pertemuan dengan baik, memberikan salam
3. Dokumentasi
Catat hasil interaksi dalam catatan keperawatan
4. Sikap
Bertanggung jawab
Sabar dan sopan
17
Strategi pelaksanaan (SP) 2 kecemasan pada pasien
1. Persiapan alat
Bolpoin
Buku catatan
2. Langkah kerja
1.) Tahap orientasi
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Melakukan validasi (kognitif, adektif, dan psikomotor)
mengenai keluhan yang di rasakan
c. Memperkenalkan nama perawat
d. Menanyakan nama pasien dan nama panggilan
kesukaannya
e. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan di lakukan
f. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan di lakukan
g. Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
h. Menentukan tempat untuk melakukan tindakan
i. Menjelaskan kerahasiaan
j. Meminta persetujuan pasien
2.) Tahap kerja
a. Evaluasi kemampuan pasien mengenal ansietas
b. Evaluasi kemampuan distraksi
c. Mengajarkan relaksasi nafas dalam
d. Latihan relaksasi nafas dalam
3.) Tahap terminasi
a. Menanyakan kepada pasien mengenai respon yang di
rasakan setelah tindakan keperawatan dilakukan
b. Memberikan rewerd secra positif
c. Memperhatikan, mengamati, dan mengobservasi respon
yang di timbulkan
d. Merencanakan tindak lanjut ynag harus pasien lakukan dan
melatihnya
e. Menentukan topik pada pertemuan selanjutnya
18
f. Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya
g. Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
h. Mengakhiri pertemuan dengan baik, memberikan salam
3. Dokumentasi
Catat hasil interaksi dalam catatan keperawatan
4. Sikap
Bertanggung jawab
Sopan dan santun
19
Strategi Pelaksanaan (SP) 3 Kecemasan Pada Pasien
1) Persiapan alat
Bolpoin
Buku catatan
2) Langkah Kerja
1. Tahap orientasi
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Melakuakn validasi (kognitif, adektif, dan psikomotor) mengenai
keluhan yang dirasakan
c. Memperkenalkan nama perawat
d. Menanyakan nama pasien dan panggilan kesukaan
e. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
f. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
g. Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
h. Menentukan tempat untuk melakukan tindakan
i. Menjelaskan kerahasiaan
j. Meminta persetujuan
2. Tahap Kerja
a. Evaluasi kemampuan pasien mengenai masalah
b. Evaluasi kemampuan distraksi dan relaksasi nafas dalam
c. Melatih pasien untuk relaksasi otot
d. Latihan relaksasi otot
e. Atur posisi senyaman mungkin,santai
f. Konsentrasi terhadap gerakan otot seleruh tubuh
g. Latihan otot wajah
h. Latihan otot leher
i. Latihan otot punggung
j. Latihan otot perut
k. Latihan otot panggul
l. Latihan otot tangan dan kaki
3. Tahap Terminasi
20
a. Menanyakan kepada pasien mengenai respon yang dirasakan
setelah tindakan keperawatan dilakukan
b. Memberikan reward secara positif
c. Memperhatikan, mengamati, dan mengobservasi respon yang
ditimbulkan
d. Merencanakan tindakan lanjut yang harus pasien lakukan dan
melatihnya
e. Menentukan topic pada pertemuan selanjutnya
f. Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya
g. Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
h. Mengakhiri pertemuan dengan baik, memberikan salam
4. Dokumentasi
Catat hasil interaksi dalam catatan keperawatan
5. Sikap
Bertanggung jawab, sabra dan sopan
21
Strategi Pelaksanaan (SP) 4 Kecemasan Pasien
1. Persiapan alat :
Bolpoin
Buku catatan
2. Langkah kerja
1) Tahap orientasi
a. Menggucapkan salam terapeutik
b. Melakukan validasi (kognitif, adektif, dan psikomotor)
mengenai keluhan yang dirasakan
c. Memperkenalkan nama perawat
d. Menanyakan nama pasien dan panggilan kesukaan
e. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
f. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
g. Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
h. Menentukan tempat intuk melakukan tindakan
i. Menjelaskan kerahasiaan
j. Meminta persetujuan
2) Tahap kerja
a. Evaluasi kemampuan mengenal ansietas
b. Evaluasi kemampuan distraksi, relaksasi nafas dalam
dan relaksasi otot
c. Melatih hipnotik limajari
d. Latihan hipnotik 5 jari
e. Latih sampai membudaya
f. Nilai kemampuan mengatasi ansietas
g. Nilai apakah ansietas teratasi
3) Tahap terminasi
a. Menanyakan kepada pasien mengenai respon yang
dirasakan setelah tindakan keperawatan dilakukan
b. Memberi reward secara positif
22
c. Memperhatikan, mengamati dan mengobservasi respon
yang ditimbulkan
d. Merencanakan tindak lanjut yang harus pasien lakukan
dan melatihnya
e. Menentukan topic pada pertemuan selanjutnya
f. Menentukan waktu pada pertemuan selanjutnya
g. Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
h. Mengakhiri pertemuan dengan baik : memberikan
salam
3. Dokumentasi
Catat hasil interaksi dalam catatan keperawatan
4. Sikap
Bertanggung jawab, sabra dan sopan
23
DAFTAR PUSTAKA
Tarwoto dan wartona. 2006, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses keperawatan,
Jakarta: Salemba Medika.
Maramis, W.F. 2005. Catatan ilmu kedokteran Jiwa. Airlangga University Press:
Surabaya.
Marilynn E Doenges, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 8. ECG :
Jakarta
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama
24