Pesantren Salaf atau Pondok Pesantren Salafiyah adalah sebutan bagi pondok pesantren yang mengkaji
"kitab-kitab kuning" (kitab kuno). Pesantren salaf identik dengan pesantren tradisional (klasik) yang
berbeda dengan pesantren modern dalam hal metode pengajaran dan infrastrukturnya. Di pesantren
salaf, hubungan antara Kyai dengan santri cukup dekat secara emosional. Kyai terjun langsung dalam
menangani para santrinya.
Pada dasarnya, pesantren salaf adalah bentuk asli dari lembaga pesantren itu sendiri. Sejak munculnya
pesantren, format pendidikan pesantren adalah bersistem salaf. Kata salaf merupakan bahasa Arab
yang berarti terdahulu, klasik, kuno atau tradisional. Seiring berkembangan zaman, tidak sedikit
pesantren salaf yang beradaptasi dan mengkombinasikan sistem pembelajaran modern. Dalam klasifikasi
tipe pesantren dilingkungan Kemenag, disebut sebagai Pesantren Kombinasi. Kemenag membagi tiga tipe
pesantren, yaitu pesantren Salafiyah, pesantren Khalafiyah (Ashriyah) dan pesantren Kombinasi.
Metode belajar mengajar di pesantren salaf terbagi menjadi dua yaitu metode sorogan wetonan dan
metode klasikal. Metode sorogan adalah sistem belajar mengajar di mana santri membaca kitab yang
dikaji di depan ustadz atau kyai. Sedangkan sistem weton adalah kyai membaca kitab yang dikaji sedang
santri menyimak, mendengarkan dan memberi makna pada kitab tersebut.
Metode sorogan dan wethonan merupakan metode klasik dan paling tradisional yang ada sejak pertama
kali lembaga pesantren didirikan dan masih tetap eksis dan dipakai sampai saat ini. Adapun metode
klasikal adalah metode sistem kelas yang tidak berbeda dengan sistem modern. Hanya saja bidang studi
yang diajarkan mayoritas adalah keilmuan agama.
Ciri Khas Kultural Pesantren Salaf
Ciri khas kultural yang terdapat dalam pesantren salaf, antara lain:
Santri lebih hormat dan santun kepada kyai, guru dan seniornya.
Santri senior tidak melakukan tindak kekerasan pada yuniornya. Hukuman atau sanksi yang dilakukan
biasanya bersifat non-fisikal seperti dihukum mengaji atau menyapu atau mengepel, dan lain
sebagainya.
Berafiliasi kultural ke Nahdlatul Ulama (NU) dengan kekhasan fikih bermadzhab Syafi’i, akidah tauhid
bermadzhab Asy’ariyah atau Maturidiyah, dan mengajarkan ilmu tasawuf seperti karya Al-Ghazali dan
lainnya. Amaliyah khas seperti shalat tarawih 20 rakaat plus 3 rakaat witir pada bulan Ramadan,
membaca qunut pada shalat Subuh, membaca tahlil pada tiap malam Jum’at, peringatan Maulid Nabi
atau melakukan pembacaan kitab-kitab maulid, peringatan Isra' Mi'raj, dan semacamnya.
Sistem penerimaan santri tanpa seleksi. Setiap santri yang masuk langsung diterima. Sedangkan
penempatan kelas sesuai dengan kemampuan dasar ilmu agama yang dimiliki sebelumnya.
Menguasai kitab kuning atau literatur klasik Islam dalam bahasa Arab dalam berbagai disiplin ilmu
agama
Menguasai ilmu gramatika bahasa Arab atau Nahwu, Sharaf, balaghah (maany, bayan, badi’), dan
mantiq secara mendalam karena ilmu-ilmu tersebut dipelajari serius dan menempati porsi cukup besar
dalam kurikulum pesantren salaf di samping fikih madzhab Syafi’i.
Dalam memahami kitab bahasa Arab santri salaf memakai sistem makna gundul dan makna terjemahan
bebas sekaligus.
Pesantren salaf murni adalah pesantren yang kurikulumnya murni mengajarkan bidang studi ilmu agama
saja baik melalui sistem madrasah diniyah maupun pengajian sorogan, wetonan dan bandongan. Di ponpes
salaf murni tidak ada pendidikan formalnya. Santri juga tidak boleh sekolah formal di luar pesantren
namun dibolehkan mengikuti program WAJAR DIKDAS (Wajib Belajar Pendidikan Dasar) sistem Paket A
(setara SD/MI), Paket B (setara SLTP) dan Paket C (setara SLTA). Pesantren salaf murni, disebut juga
dengan salafiyah, memang bertujuan untuk mencetak ulama ahli agama.
Berikut beberapa pesantren salaf:
Pranala luar
Artikel bertopik Islam ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan
mengembangkannya (https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pesantren_Salaf&action=edit).
Terakhir disunting 1 bulan yang lalu oleh HsfBot