Anda di halaman 1dari 21

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Landasan Teoritis Penyakit Demensia


2.1 Definisi
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan
beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang
mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L.,
Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia
bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa
penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.
Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara
abnormal.Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak
degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas
bila mengalami demensia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua orang dari berbagai
latarbelakang pendidikan mahupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat sebarang
rawatan untuk demensia, namun rawatan untuk menangani gejala-gejala boleh
diperolehi.
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara
perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk
memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.
Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat, penyakit atau
zat-zat racun (misalnya karbon monoksida) menyebabkan hancurnya sel-sel otak.
Tetapi demensia biasanya timbul secara perlahan dan menyerang usia diatas 60 tahun.
Namun demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Sejalan
dengan bertambahnya umur, maka perubahan di dalam otak bisa menyebabkan
hilangnya beberapa ingatan (terutama ingatan jangka pendek) dan penurunan beberapa
kemampuan belajar. Perubahan normal ini tidak mempengaruhi fungsi. Lupa pada usia
lanjut bukan merupakan pertanda dari demensia maupun penyakit Alzheimer stadium
awal. Demensia merupakan penurunan kemampuan mental yang lebih serius, yang
makin lama makin parah. Pada penuaan normal, seseorang bisa lupa akan hal-hal yang

1
detil; tetapi penderita demensia bisa lupa akan keseluruhan peristiwa yang baru saja
terjadi.
2.2 Etiologi dan Faktor Resiko
Menurut Wahjudi (2008), sampai sekarang penyebab demensia masih belum diketahui
secara pasti, namun diduga berkaitan dengan :
a. Faktor genetik
b. Radikal bebas
c. Akibat infeksi virus
d. Pengaruh lingkungan lain
e. Hipertensi sistolik
f. Kurang Pendidikan
g. Depresi
h. Gangguan imunitas
2.3 Patofisiologi
Beberapa ahli memisahkan demensia yang terjadi sebelum usia 65 tahun (demensia
prasenilis) dan yang terjadi setelah usia 65 tahun (demensia senilis). Perbedaan ini dari
asumsi penyebab yang berbeda; degenerasi neuronal yang jarang pada orang muda dan
penyakit vaskuler atau keadaan usia lanjut usia pada orang tua. Meskipun ekspresi
penyakit dapat berbeda pada usia yang berbeda, kelainan utama pada pasien demensia
dari semua usia adalah sama, dan perbedaan berdasarkan kenyataan.
Sebagian besar penyakit yang menyebabkan demensia adalah degenerasi neuronal yang
luas atau gangguan multifokal. Gejala awal tergantung dimana proses demensia mulai
terjadi, tetapi lokasi danjumlah neuron ynag hilang yang diperlukan untuk menimbulkan
demensia sulit ditetapkan. Bertambahnya usia mengakibatkanhilangnya neuron dan
masa otak secara bertahap, tetapi hal ini tidak disertai dengan peurunan yang signifikan
tanpa adanya penyakit. Sesungguhnya, massa otak adalah petunjuk yang buruk untuk
fungsi intelektual. Pasien dengan demenasia degeneratif pada dekade ke enam
mempunyai massa otak lebih besar dari pada pasien normal secara intelektual pada
dekade delapan. Akibatnya dokumentsai atrofi yang menyeluruh dengan pemindahan
CT bukan indikasi demensia yang jelas.
Demensia yang terjadi akibat penyakit kortikal (misalnya penyakit Alheimer atau dari
penyakit struktur subkortikal) sperti basal ganglia, talamus, dan substansi alaba bagian
dalam (misalnya penyakit Hungtington atau multiple sklerosis).demensia kortikal
ditandai dengan hilangnya fungsi kognitif seperti bahasa, persepsi,kalkulasi; sebaliknya,
2
demensia subkortikal menunjukkan perlambatan kognitif dan proses informasi
(“bradiphrenia”), pendataran afek,dan gangguan motivasi,suasana hati dan bangun.
Ingatan terganggu pada kedua jenis.gambaran demensia subkortikal juga terjadi pada
subkortikal yang mengenai lobus frontalis dan mungkin menunjukkan proyeksi yang
rusak dan dari dan ke lobus frontalis.
Pada penyakit Alzheimer, yang merupakan penyebab demensia paling sering, demensia
akibat hilangnya jaringan kortikal terutama pada lobus temporalis, parientalis, dan
frontalis. Hal ini mnyertai sebagian kasus dengan bertambahnya jarak antara girus dan
pembesaran ventrikel. Tanda histologik adalah adanya beberapa kekacauan
neurofibrinalis dan plak senilis. Plak dan kekacauan ditemukan dalam otak orang tua
yang normal tetapi meningkat jumlahnya pada penyakit Alzheimer, terutama dalam
hipokampus dan temporalis. Terkenanya hippokampal mungkin bertanggung jawab
terhadap gangguan ingatan, yang mungkin sebagian diperantarai oleh berkurangnya
aktivitas kolinergik Aktivitas neurotransmitter Intermasuk norepinefrin, serotonin,
dopamin, glutamat, somatostatin juga menurun. Pembahan - perubahan ini disertai
dengan berkurangnya aliran darah serebrall dan menurunnya metabolisme okigen dan
glukosa.
2.4 Manifestasi Klinis
Demensia lebih merupakan suatu sindrom, bukan diagnosis, dengan tanda gejala yang
muncul adalah :
a. Menurunnya gangguan memori jangka pendek jangka panjang
b. Menurunnya bahasa (afasia nominal)
c. Menurunnya pemikiran, penilaian
d. Hilangnya kemampuan hidup sehari - hari (misalnya, mencuci,memakai oakaian,
mengatur keuangan)
e. Prilaku yang abnormal (misalnya, menyerang, berjalan-jalan tanpa tujuan,
disinhibisi seksual) juga dapat muncul
f. Apatis, depresi dan ansietas
g. Pola tidur terganggu
h. Mengantuk di siang hari
i. Bingung membedakan siang dan malam
j. Kegelisahan di malam hari
k. Fenomena psikotik, terutama waham kejar (diperburuk dengan sifat pelupa)
l. Auditorik
3
m. Halusinasi visual.
2.5 Macam – macam Stadium
a. Stadium Awal
Gejala stadium awal sering diabaikan dan disalah artikan sebagai usia lanjut atau se
bagai bagian normal dari proses otak menua. Menurut Wahjudi (2008), klien menun
jukkan gejala sebagai berikut.
1) Kesulitan dalam berbahasa
2) Mengalami kemunduran daya ingat secara bermakna
3) Disorientasi waktu dan tempat
4) Sering tersesat di tempat yang biasa dikenal
5) Kesulitan membuat keputusan
6) Kehilangan inisiatif dan motivasi
7) Menunjukkan gejala depresi dan agitasi
8) Kehilangan minat dalam hobi dan aktivitas
b. Stadium Menengah
Proses penyakit berlanjut dan masalah menjadi semakin nyata. Pada stadium ini, kli
en mengalami kesulitan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Menurut Wahju
di (2008), gejalanya adalah sebagai berikut.
1) Sangat mudah lupa, terutama untuk peristiwa yang baru dan nama orang
2) Sangat bergantung pada orang lain
3) Semakin sulit berbicara
4) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan diri (ke toilet, mandi, dan berpakaian)
5) Sering tersesat, walaupun jalan tersebut telah dikenal (tersesat dirumah sendiri)
6) Dapat juga menunjukkan adanya halusinasi
c. Stadium Lanjut
Menurut Wahjudi (2008),di tahap ini akan terjadi gejala seperti berikut.
1) Ketidakmandirian dan inaktif yang total.
2) Tidak mengenali lagi anggota keluarga (disorientasi personal)
3) Sukar memahami dan menilai peristiwa
4) Kesulitan berjalan
5) Mengalami inkontinensia (berkemih atau defekasi)
6) Akhirnya bergantung pada kursi roda atau tempat tidur
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Wahjudi (2008), berikut adalah pemeriksaan diagnostik untuk klien demensia.
4
a. CT Scan untuk melihat serebral ventrikel dan pembesaran ruang subaraknoid, atropi
otak.
b. MRI sama dengan CT Scan.
c. Biopsi otak untuk membuktikan adanya neurofibrillary tangles dan neuritis plague
d. Pemeriksaan skrinning neuropsikologis atau kognitif MMSE (Mini Mental State Ex
amination), skrinning selama 7 menit. Pemeriksaan SPMSQ (Short Portable Mental
Status Questionnaire) juga bisa dilakukan
2.7 Komplikasi
Menurut Kushariyadi (2010), berikut adalah komplikasi demensia.
a. Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh
b. Ulkus diabetikus
c. Infeksi saluran kencing
d. Pneumonia
e. Kejang
f. Kontraktur Sendi
g. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
h. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan menggunakan peralatan
2.8 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Umum
1) Terapi elektrokonvulsif
2) Monitor tanda vital dan jantung
3) Support nutris dan cairan
4) Diet cair atau lunak
5) Fisioterapi, occupational terapi
b. Pengobatan
1) Antipsikotik seperti Haloperidol
2) Sedative-hypnotiv :Chloral hydrate
3) Agen Antiansietas : Lorazepam, diazepam (valium)
4) Antidepresan
5) Laksatif (Tarwoto, 2013)
c. Terapi Farmakologi
1) Anti-oksidan, vitamin E yang terdapat dalam sayuran, kuning telur, margarine, k
acang-kacangan, minyak sayur, bisa menurunkan resiko demensia Alzheimer. V

5
itamin C dapat mengurangi radikal bebas (misalnya sayuran, stroberi, melon, to
mat, dan brokoli).
2) Obat anti-inflamasi
3) Obat penghambat asetilkolin esterase (misalnya Exelon).
d. Terapi Non Farmakologi
1) Penyampaian informasi yang benar kepada keluarga
2) Program harian untuk klien
3) Istirahat yang cukup
4) Reality orientation training atau orientasi realitas
5) Rehabilitasi
6) Terapi musik
7) Terapi rekreasi (Wahjudi, 2008)
8) Brain Gym atau Senam Otak (Feny, 2016)
9) Terapi Puzzle (Dyah, 2015)
B. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan Demensia
2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah sebuah proses untuk mengenal dan mengidentifikasi faktor-faktor
(baik positif dan negatif) pada usia lanjut, baik secara individu maupun kelompok, yang
bermanfaat untuk mengetahui masalah dan kebutuhan usia lanjut, serta untuk
mengembangkan stategi promosi kesehatan (Azizah,2011:36). Pengkajian keperawatan
pada lanjut usia merupakan proses kompleks dan menantang yang harus
mempertimbangkan kebutuhan lanjut usia melalui pengkajian-pengkajian untuk
menjamin pendekatan lanjut usia spesifik (Azizah,2011:36).
1. Identitas Klien
 Nama
 Umur, menurut Azizah (2011:81) lanjut usia yang mengalami demensia
biasanya telah berumur kurang lebih 60 tahun. Sedangkan pada demensia
alzhemeir 4 % dialami oleh lanjut usia dengan umur 75 tahun, 16 % pada usia
85 tahun,
 Jenis kelamin, Tak sedikit penderita alzheimer di dunia maupun di Indonesia.
Alzheimer merupakan bagian dari penyakit demensia atau pikun karena
gangguan pada otak. Umumnya, penyakit ini diderita oleh mereka yang berusia
di atas 65 tahun, baik laki-laki maupun perempuan (kompas.com). Namun,
berdasarkan studi terbaru, perempuan ternyata lebih banyak menderita demensia
6
ini. Sebuah studi baru menunjukkan, kaum hawa berisiko lebih besar terserang
demensia atau pikun dibandingkan laki-laki. Kesimpulan ini diambil setelah
peneliti menemukan, kemampuan mental perempuan menurun pada tingkat yang
jauh lebih cepat ketimbang pria (sinar harapan).
 Pendidikan terakhir.
2. Riwayat Kesehatan
 Riwayat penyakit atau masalah kesehatan saat ini. Gangguan memori dan
orientasi, sering lupa jalan pulang, gangguan pada ADL (Rosdahl,1999:1376)
 Riwayat penyakit atau masalah kesehatan yang lalu. Pasien pernah didiagnosa
mengalami kelainan struktur jaringan otak misalnya pernah didiagnosa penyakit
alzheimer, trauma pada otak, perdarahan yang kronis pada otak
(Yatim,2003:11).
3. Pemeriksaan
a) Pengkajian Fisik
Pengkajian adalah bagian dari pemeriksaan diagnostik untuk demensia yang
berfungsi untuk mengevaluasi kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
sehari-hari. Pengkajian fisik dapat diperoleh dari pengkajian kepada pasien atau
dari keluarga pasien.
1) Pemeriksaan Penglihatan
Mengkaji apakah pasien menderita glukoma atau katarak. Menggunakan
kacamata atau tidak. Pasien dengan dimensia seringkali mengabaikan
kesehatannya.
2) Pemeriksaan Pendengaran
Mengkaji pendengaran pasien dengan cara bertanya apa yang dilakukan.
3) Status Nutrisi
Mendiskusikan tentang berat badan dahulu dan berat badan sekarang.
Biasanya penderita demensia lupa untuk makan dan selalu mengatakan masih
kenyang dan sudah makan. Tanya pasien apakah menggunakan gigi palsu.
4) Kebutuhan Tidur
Kaji tentang berapa jam pasien dapat tidur dimalam hari dan sepanjang hari.
Tanya apakah sering terbangun pada malam hari, lalu berapa lama dia
terbangun pada malam harinya. Tanya apakah selama ini ada masalah yang
membuatnya tidak bisa tidur dan sering terbangun.
5) Perawatan Kulit
7
Kaji kondisi kulit pasien. Lihat apakah kulit pasien kering, memar, luka, nyeri
tekan. Lihat jari-jari pasien dan kuku pasien.
6) Perawatan Mulut
Menilai apakah pasien mampu menyikat gigi dan merawat gigi palsunya. Jika
ada gigi palsu selalu dipakai atau tidak. Memiliki luka pada gusi atau iritasi
pada daerah mulut.
b) Pengkajian psikologi
Pengkajian psikologi untuk mengidentifikasi perilaku pada pasien dahulu maupun
sekarang. Pengkajian masalah perilaku ini ditujukan untuk membuat rencana
asuhan keperawatan dan untuk mengedukasi keluarga tentang perilaku para lanjut
usia. Klien dengan demensia mungkin bingung dan mudah salah daalam
penafsiran sehingga kita harus sadar dan memberikan stimulasi kepada pasien
dengan demensia.
1) Agresif dan Agitasi
Beberapa orang akan mengalami perubahan kepribadian. Agitasi cenderung
lebih sering terjadi di sore hari. Perilaku agresif dapat berupa perilaku fisik
atau verbal dan dapat diarahkan pada diri sendiri atau orang lain (Stanley &
Beare,2006:478).
2) Delusi dan Halusinasi
Delusi dan halusinasi merupakan hal yang umum tetapi bukan gejala demensia
yang tidak dapat dihindari. Pastikan bahwa kacamata dan alat bantu dengar
orang tersebut sudah terpasang dengan baik. Jika delusi atau halusinasi tidak
mengganggu orang tersebut, mugkin tidak ada intervensi yang harus
dilakukan. Jika orang tersebut marah atau takut, maka orang tersebu tidak
boleh dibiarkan pada keadaan seperti ini. Seringkali, membawa orang tersebut
ke lingkungan lain, menyalakan lampu, dan memberikan keyakinan yang
tenaang merupakan hal yang diperlukan untuk memberikan rasa nyaman pada
keadaan menyulitkan tersebut. Jika orang tersebut mengalami delusi dan
halusinasi persisten, maka obat-obat psikotropika dapat diindikasikan. Jangan
mengatakan pada orang tersebut bahwa pikiran atau halusinasinya adalah tidak
benar atau benar. Melainkan, validasi perasaan tersebut dengan kalimat
seperti, “saya dengar anda marah. Saya di sini untuk membantu anda tetap
nyaman” (Stanley & Beare,2006:478).
3) Depresi
8
Depresi adalah kondisi umum yang terjadi pada lansia dan alasan terjadinya
kondisi ini dapat dilihat pada saat mengkaji kondisi sosial, kejadian hidup, dan
masalah fisik pada lansia. Tanda depresi pada lansia meliputi agitasi,
keluyuran dan kegelisahan pada malam hari, keluyuran tanpa tujuan sepanjang
hari, kehilangan nafsu makan yang berat, konstipasi, kehilangan minat
terhadap diri sendiri dan orang lain disekitarnya, menyebabkan kelalaian,
konfusi/bingung, dan gagal merespons orang lain, contohnya pada saat
menjawab sebuah pertanyaan (Watson, 2003:69).
c) Pengkajian Fungsi ADL
Merupakan bagian terpenting dari penilaian untuk menentukan kemampuan klien
untuk melaksanakan tugas pokok sehari-hari.
1) Berpakaian, Mandi, Berdandan
Mengkaji apakah klien bisa memakai pakaian dengan benar dengan tanda
pakaian tidak terbalik. Klien dapat mengatur suhu air yang akan digunakan
untuk mandi termasuk bertanya kemampuan klien dalam mencukur, menyisir
rambut, menggosok gigi dan memakai make up (Rosdahl,1999:1377).
2) Kontrol Buang Air kecil dan Buang Air Besar
Mengkaji apakah lansia bisa menemukan dimana kamar mandi dan
menggunakan kamar mandi secara mandiri serta menjaga kebersihan kamar
mandi. Jika lansia mengalami inkontinensia apakah bisa mengontrol atau tidak
(Rosdahl,1999:1377).
3) Ambulasi
Mengkaji apakah lansia bisa berjalan tanpa bantuan. Jika lansia menggunakan
alat bantu (tongkat atau walker) apakah pasien dapat menggunakannya dengan
benar dan aman serta mengkaji apakah ada luka atau memar dan apakah punya
riwayat jatuh (Rosdahl,1999:1377).
4) Makan
Menentukan apakah klien dapat menggunakan peralatan makan dengan benar,
menilai riwayat tersedak. Menilai apakah bisa mengunyah dan menelan
(Rosdahl,1999:1378).
5) Kemampuan Berkomunikasi
Meskipun variabel untuk setiap klien, kemampuan bahasa secara bertahap
menurun saat demensia berlangsung. Untuk menilai kemmapuan komunikasi
menanyakan pada klien apakah beliau mengulang pertanyaan atau tidak.
9
Memiliki kesukaran untuk bercerita atau tidak. Bingung menamai objek atau
tidak (Rosdahl,1999:13778).
6) Pengelolaan Keuangan
Klien akan membayar lebih dari satu kali atau bahkan mereka akan lupa dan
tidak membayar sama sekali. Mereka dapat membuat kontribusi besar untuk
amal karena menjadi korban dan ditagih pembayaran. Bahayanya kalau para
klien lupa menyimpan uang dan bisa menyumpang uang dalam jumlah yang
besar (Rosdahl,1999:1378).
7) Mengemudi
Jika klien mengemudi tidak dengan hati-hati bisa jadi dia mengalami musibah
atau bahkan dia lupa dan mencoba untuk turun dalam keadaan mobil masih
berjalan (Rosdahl,1999:1378).

8) Transportasi (Kendaraan) Umum


Mengkaji apakah lansia dapat naik bus dan kereta api tanpa tersesat dan
sampai tujuan dengan benar dan dapat berpindah kendaraan umum dengan
benar (Rosdahl,1999:1378).
9) Persiapan Makanan
Mengkaji apakah lansia bisa memasak makanannya sendiri, apakah bisa
merebus, menggoreng, memanggang sendiri dan selalu menjaga keamanan
dalam memasak (Rosdahl,1999:1378).
10) Berbelanja, Menjaga Rumah, Mencuci
Mengkaji apakah pasien bisa berbelanja ke toko sendiri dan membeli yang
dibutuhkan dengan benar. Mengkaji apakah pasien bisa menjaga rumah ketika
tidak ada seseorang di rumah dengan aman dan tidak terjadi masalah apapun.
Mengkaji apakah pasien bisa mencuci bajunya sendiri ataukah mencuci
bajunya dibantu orang lain (Rosdahl,1999:1378).
11) Menggunakan Telefon
Mengkaji kemampuan klien untuk menghubungi dan mengingat nomor untuk
keadaan darurat. Bahayanya jika lansia menelepon tengah malam kepada
seseorang dan orang itu merasa terganggu, selain itu menelepon berulang kali
kepada nomor yang sama (Rosdahl,1999:1378).
12) Keamanan di Komunitas

10
Mengkaji apakah pasien dapat mengambil tindakan untuk memastikan tanda
bahaya keselamatannya sendiri, termasuk membukakan pintu untuk orang
asing, meminjamkan uang kepada tentangga. Bahaya jika pasien demensia lalu
membukakan pintu untuk orang yang tidak dikenal, meminta uang kepada
tetangga, atau berjalan ke rumah tetangga (Rosdahl,1999:1378).
d) Pengkajian pada sistem pendukung
Keluarga
Penyakit demensia adalah penyakit yang istimewa di keluarga. Dalam banyak hal
penyakit ini tidak hanya menyerang pada pasien saja mlainkan pada keluarga juga.
Merawat pasien dengan demensia sangatlah penting, tidak hanya keluarga yang
harus merawat namun teman dan tetangga juga harus ikut merawat
(Rosdahl,1999:1378)

e) Perubahan Mental
 Lanjut usia biasanya terjadi perubahan sikap yaitu semakin egosentrik, mudah
curiga, bertambah pelit jika memiliki sesuatu.
 Selalu ingin mempertahankan hak an hartanya, srta ingin berwibawa.
f) Pengkajian Psikososial
1) Pengkajian status mental lansia
Identifikasi Aspek Kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan Mini
Menatal Status Exam (MMSE).
 Pemeriksaan orientasi (misalnya menyebut nama hari, bulan, dan tahun).
 Registrasi (misalnya menyuruh menyebut beberapa nama benda dalam
waktu singkat).
 Perhitungan (kalkulasi seperti menambah dan mengurangi).
 Mengingat kembali (mengulang nama benda yang sudah disebut
sebelumnya).
 Tes bahasa (menyebut nama benda yang ditunjukkan). Pemeriksaan fungsi
kognitif awal bisa menggunakan MMSE dengan skor/angka maksimal 30.
Jika mempunyai skor dibawah 24, pasien patut dicurigai mengalami
demensia. Meskipun skor ini sangat subjektif karna pengaruh pendidikan
juga berperan pada tingginya nilai skor, apalagi jika seseorang dengan
pendidikan tinggi dengan gejala demensia, pasien tersebut mungkin
mempunyai skor yang lebih tinggi dari 24. Sebaliknya, pasien yang
11
berpendidikan rendah dapat menunjukkan nilai skornyakurang dari 24,
tetapi pasien tidak menderita demensia (Nugroho,2008:181).
 Identifikasi masalah emosional (Geriatric Depression Scale / GDS).
g) Pengkajian Status Sosial
Kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang, sikap klien pada orang lain,
harapan-harapan klien dalam melakukan sosialisasi, kepuasan klien dalam
sosialisasi, hubungan dengan anggota keluarga, perilaku kekerasan, penelantaran.
2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada demensia yang mungkin muncul :
1. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi
neuron ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau memori, hilang konsentrsi,
tidak mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas dengan akurat.
2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi atau
integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi, gangguan tidur,
nyeri) ditandai dengan cemas, apatis, gelisah, halusinasi.
3. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan ditandai dengan
keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak mampu
menentukan kebutuhan/ waktu tidur.
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas, menurunnya daya
tahan dan kekuatan ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan aktivitas
sehari-hari.
5. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan, kelemahan,
otot tidak terkoordinasi, aktivitas kejang.
6. Resiko terhadap perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mudah lupa, kemunduran hobi, perubahn sensori..
2.3 Intervensi Keperawatan
No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
.
1. Setelah diberikan tindakan a. Kembangkan a. Mengurangi
keperawatan diharapkan lingkungan yang kecemasan dan
klien mampu mengenali mendukung dan emosional.
perubahan dalam berpikir hubungan b. Kebisingan
dengan klienperawat yang merupakan sensori
KH: terapeutik. berlebihan yang
12
a. Mampu memperlihatkan b. Pertahankan meningkatkan
kemampuan kognitif lingkungan yang gangguan neuron.
untuk menjalani menyenangkan c. Menimbulkan
konsekuensi kejadian dan tenang. perhatian,
yang menegangkan c. Tatap wajah terutama pada
terhadap emosi dan ketika berbicara klien dengan
pikiran tentang diri. dengan klien. gangguan
b. Mampu mengembangkan d. Panggil klien perceptual.
strategi untuk mengatasi dengan namanya. d. Nama adalah
anggapan diri yang Gunakan suara bentuk identitas
negative. yang agak rendah diri dan
c. Mampu mengenali dan berbicara menimbulkan
tingkah laku dan faktor dengan perlahan pengenalan
penyebab pada klien. terhadap realita
dan klien.
e. Meningkatkan
pemahaman.
Ucapan tinggi dan
keras
menimbulkan
stress yg
mencetuskan
konfrontasi dan
respon marah.
2. Setelah diberikan tindakan a. Kembangkan a. Meningkatkan
keperawatan diharapkan lingkungan kenyamanan dan
perubahan persepsi sensori yang suportif menurunkan
klien dapat berkurang atau dan hubungan b. kecemasan pada
terkontrol dengan KH: perawatklien klien.
a. Mengalami penurunan yang terapeutik. Meningkatkan
halusinasi. b. Bantu klien koping dan
b. Mengembangkan strategi untuk menurunkan
psikososial untuk memahami halusinasi.
mengurangi stress. halusinasi. c. Keterlibatan otak
13
c. Mendemonstrasikan c. Kaji derajat memperlihatkan
respons yang sesuai sensori atau masalah yang
stimulasi. gangguan bersifat asimetris
persepsi dan menyebabkan
bagaiman hal klien kehilangan
tersebut kemampuan pada
mempengaruhi salah satu sisi
klien termasuk tubuh.
penurunan d. Untuk
penglihatan atau menurunkan
pendengaran. kebutuhan akan
d. Ajarkan strategi halusinasi.
untuk e. Piknik
mengurangi menunjukkan
stress. realita dan
e. Ajak piknik memberikan
sederhana, stimulasi sensori
jalanjalan yang menurunkan
keliling rumah perasaan curiga
sakit. Pantau dan halusinasi
aktivitas. yang disebabkan
perasaan
terkekang.
3. Setelah dilakukan tindakan a. Jangan a. Irama sirkadian
keperawatan diharapkan menganjurkan (irama tidur-
tidak terjadi gangguan pola klien tidur siang bangun) yang
tidur pada klien dengan KH : apabila berakibat tersinkronisasi
a. Memahami faktor efek negative disebabkan oleh
penyebab gangguan pola terhadap tidur tidur siang yang
tidur. pada malam hari. singkat.
b. Mampu menentukan b. Evaluasi efek b. Deragement psikis
penyebab tidur obat klien terjadi bila
inadekuat. (steroid, diuretik) terdapat
c. Melaporkan dapat yang panggunaan
14
beristirahat yang cukup. mengganggu kortikosteroid,
d. Mampu menciptakan tidur. termasuk
pola tidur yang adekuat. c. Tentukan perubahan mood,
kebiasaan dan insomnia.
rutinitas waktu c. Mengubah pola
tidur malam yang sudah
dengan kebiasaan terbiasa dari
klien(memberi asupan makan
susu hangat). klien pada malam
d. Memberikan hari terbukti
lingkungan yang mengganggu
nyaman untuk tidur.
meningkatkan d. Hambatan kortikal
tidur (mematikan pada formasi
lampu, ventilasi reticular akan
ruang adekuat, berkurang selama
suhu yang sesuai, tidur,
menghindari meningkatkan
kebisingan). respon otomatik,
e. Buat jadwal tidur karenanya respon
secara teratur. kardiovakular
Katakan pada terhadap suara
klien bahwa saat meningkat selama
ini adalah waktu tidur.
untuk tidur e. Penguatan bahwa
saatnya tidur dan
mempertahankan
kesetabilan
lingkungan
4. Setelah diberikan tindakan a. Identifikasi a. Memahami
keperawatan diharapkan kesulitan dalam penyebab yang
klien dapat merawat dirinya berpakaian/ mempengaruhi
sesuai dengan perawatan diri, intervensi.
kemampuannya dengan KH : seperti: Masalah dapat
15
a. Mampu melakukan keterbatasan diminimalkan
aktivitas perawatan diri gerak fisik, dengan
sesuai dengan tingkat apatis/ depresi, menyesuaikan
kemampuan. penurunan atau memerlukan
b. Mampu mengidentifikasi kognitif seperti konsultasi dari ahli
dan menggunakan apraksia. lain.
sumber pribadi/ b. Identifikasi b. Seiring
komunitas yang dapat kebutuhan perkembangan
memberikan bantuan. kebersihan diri penyakit,
dan berikan kebutuhan
bantuan sesuai kebersihan dasar
kebutuhan mungkin
dengan dilupakan.
perawatan c. Kehilangan
rambut/kuku/ sensori dan
kulit, bersihkan penurunan fungsi
kaca mata, dan bahasa
gosok gigi. menyebabkan
c. Perhatikan klien
adanya tanda- mengungkapkan
tanda nonverbal kebutuhan
yang fisiologis. perawatan diri
d. Beri banyak dengan cara
waktu untuk nonverbal, seperti
melakukan tugas. terengah-engah,
e. Bantu ingin berkemih
mengenakan dengan memegang
pakaian yang dirinya.
rapi dan indah. d. Pekerjaan yang
tadinya mudah
sekarang menjadi
terhambat karena
penurunan
motorik dan
16
perubahan
kognitif.
e. Meningkatkan
kepercayaan untuk
hidup.
5. Setelah dilakukan tindakan a. Kaji derajat a. Mengidentifikasi
keperawatan diharapkan gangguan risiko di
Risiko cedera tidak terjadi kemampuan, lingkungan dan
dengan KH: tingkah laku mempertinggi
a. Meningkatkan tingkat impulsive dan kesadaran perawat
aktivitas. penurunan akan bahaya. Klien
b. Dapat beradaptasi persepsi visual. dengan tingkah
dengan lingkungan untuk Bantu keluarga laku impulsi
mengurangi risiko mengidentifikasi berisiko trauma
trauma/ cedera. risiko terjadinya karena kurang
c. Tidak mengalami cedera. bahaya yang mampu
mungkin timbul. mengendalikan
b. Hilangkan perilaku.
sumber bahaya b. Penurunan persepsi
lingkungan. visual berisiko
c. Alihkan terjatuh. Klien
perhatian saat dengan gangguan
perilaku kognitif, gangguan
teragitasi/ persepsi adalah
berbahaya, awal terjadi trauma
memenjat pagar akibat tidak
tempat tidur. bertanggung jawab
d. Kaji efek terhadap kebutuhan
samping obat, keamanan dasar.
tanda keracunan c. Mempertahankan
(tanda keamanan dengan
ekstrapiramidal, menghindari
hipotensi konfrontasi yang
ortostatik, meningkatkan
17
gangguan risiko terjadinya
penglihatan, trauma.
gangguan d. Klien yang tidak
gastrointestinal). dapat melaporkan
e. Hindari tanda/gejala obat
penggunaan dapat menimbulkan
restrain kadar toksisitas
terusmenerus. pada lansia. Ukuran
Berikan dosis/ penggantian
kesempatan obat diperlukan
keluarga tinggal untuk mengurangi
bersama klien gangguan.
selama periode e. Membahayakan
agitasi akut. klien,
meningkatkan
agitasi dan timbul
risiko fraktur pada
klien lansia
(berhubungan
dengan penurunan
kalsium tulang).
6. Setelah dilakukan tindakan a. Beri dukungan a. Motivasi terjadi
keperawatan diharapkan untuk penurunan saat klien
klien mendapat nutrisi yang berat badan. mengidentifikasi
seimbang dengan KH: b. Awasi berat kebutuhan berarti.
a. Mengubah pola asuhan badan setiap b. Memberikan
yang benar. minggu. umpan balik/
b. Mendapat diet nutrisi c. Kaji pengetahuan penghargaan.
yang seimbang. keluarga/ klien c. Identifikasi
c. c. Mendapat kembali mengenai kebutuhan
berat badan yang sesuai. kebutuhan membantu
makanan. perencanaan
d. Usahakan/ beri pendidikan.
bantuan dalam d. Klien tidak mampu
18
memilih menu. menentukan pilihan
e. Beri privasi saat kebutuhan nutrisi.
kebiasaan makan f. e.
menjadi masalah. Ketidakmampuan
menerima dan
hambatan sosial
dari kebiasaan
makan berkembang
seiring
berkembangnya
penyakit.

2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan suatu proses keperawatan yang dilakukan setelah perencanaan
keperawatan. Implementasi keperawatan adalah langkah keempat dari proses
keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk membantu pasien yang
bertujuan mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak ataupun respon yang
dapat ditimbulkan oleh adanya masalah keperawatan serta kesehatan terhadap
komplementer. Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas
perawat (Debora, 2013).
2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilaukan dengan cara bersinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Tim kesehatan dengan klien dan
keluarga mengevaluasi hasil perawatan. Tujuan jangka pendek terpenuhi, sedangkan
tujuan jangka panjang masih realistis. Kemudian merencanakan tindakan lebih lanjut
dengan mempertimbangkan komplikasi dari pasien (Rosdahl,1999:1383)

19
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho,Wahjudi. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran


EGC.Jakarta;1999
Stanley,Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC. Jakarta;2002Nugroho, W.
(2008). Keperawatan gerontik dan geriatrik edisi 3. Jakarta: EGC.
Nugroho, W. (2009). Komunikasi dalam keperawatan gerontik. Jakarta: EGC.
WHO, (2012). Dementia : Public Health Priority (http:// www. who . int / mental _ health /
publications/dementia_report_2012/en/). Diakses tanggal 02 Juni 2015; pukul 10.00
WHO. (2010). Physical Activity. In Guide to Community Preventive Services web Site. 2008
World Alzheimer’s Report. (2009). London, Alzheimer’s Disease International

20
21

Anda mungkin juga menyukai