Rangkuman Pemahaman Dasar Tentang Hukum Dan Administrasi
Rangkuman Pemahaman Dasar Tentang Hukum Dan Administrasi
PENDAHULUAN
Praktek perencanaan wilayah dan kota tidak dapat terlepas dari aspek hukum dan
administrasi pembangunan. Aspek hukum menentukan hal-hal pokok seperti dasar
hukum yang mengamanatkan suatu kegiatan perencanaan, aturan bagaimana dan
oleh siapa perencanaan itu dilakukan atau proses administrasinya, bagaimana
legalitas suatu produk rencana, serta penegakan hukumnya. Healey (1997)
menegaskan bahwa sistem perencanaan dapat didefinisikan sebagai sistem hukum
dan prosedur yang menetapkan aturan dasar praktik perencanaan. Perkembangan
jenis perencanaan yang dianut atau sedang dilakukan juga mempengaruhi dalam
perumusan dasar hukum kegiatan perencanaan. Aspek administrasi pembangunan
yang erat kaitannya dengan birokrasi, sangat menentukan efektifitas dan efisiensi
dari kegiatan perencanaan wilayah dan kota. Bahkan lebih dari itu, administrasi
pembangunan sangat berpengaruh pada operasionalisasi dan keberhasilan
implementasi suatu rencana. Jadi terdapat hubungan interaktif antara hukum
dengan administrasi pembangunan, serta antara hukum dan administrasi
pembangunan dengan perencanaan wilayah dan kota.
Hukum sebagai kaidah atau norma memiliki fungsi untuk mewujudkan ketertiban
dalam masyarakat, memberikan kepastian hukum (aliran positivisme hukum),
kebahagiaan (aliran utilitas), dan keadilan (aliran hukum alam). Perencanaan secara
umum merupakan suatu rangkaian proses untuk menentukan tindakan masa depan
yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang
tersedia, dalam rangka mencapai suatu hasil atau tujuan. Dalam modul mata kuliah
ini, administrasi pembangunan akan lebih banyak diperlakukan secara sinonim
terhadap administrasi perencanaan wilayah dan kota. Perencanaan bukan suatu
proses yang eksklusif atau terpisah dari pembangunan. Pada prinsipnya administrasi
perencanaan adalah bagian dari administrasi pembangunan. Pembangunan adalah
perubahan ke arah kondisi yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara
terencana, sehingga tentunya mencakup lebih dari aspek perencanaan, karena
masih ada aspek lainnya seperti aspek pelaksanaan atau implementasi rencana,
pengendalian, pengawasan, dan evaluasi. Hukum administrasi pembangunan pada
dasarnya mengatur campur tangan pemerintah dalam kehidupan dan penghidupan
masyarakat untuk mengarahkan kepada perubahan yang telah direncanakan.
Aspek hukum perencanaan wilayah dan kota adalah keseluruhan asas-asas dan
kaidah-kaidah yang mengatur bagaimana suatu kota atau wilayah ditata (mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan pengelolaannya)
dan juga meliputi lembaga-lembaga dan proses-proses yang mewujudkan
berlakunya kaidah itu dalam masyarakat. Dengan demikian, aspek hukum
perencanaan wilayah dan kota bukan hanya merupakan kumpulan aturan-aturan,
akan tetapi, juga meliputi institusi (pranata) yang membuat aturan tersebut
dilaksanakan serta proses-proses yang menjadikan aturan tersebut berlaku dan
dilaksanakan dalam masyarakat.
Aspek hukum dan administrasi ini tidak bersifat permanen dan stabil, melainkan hal
yang bersifat dinamis, terus berubah seiring dengan waktu dan perubahan pada
banyak faktor khususnya sistem tata kelola pemerintahan di suatu negara, dinamika
sosial masyarakat, paradigma dan ideologi pembangunan, dan bahkan pengaruh
perubahan global/globalisasi.
Salah satu contoh nyatanya adalah saat ini Indonesia sedang dalam masa transisi
sistem perencanaan tata ruang (spasial), dimana landasan hukum sebelumnya yaitu
UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang dianggap tidak lagi relevan dengan
perubahan baru pada sistem kelembagaan dan desentralisasi pembangunan, sejak
bergulirnya era otonomi daerah di tahun 2001. Terbitnya UU No. 26 tahun 2007
tentang Penataan Ruang, memberikan implikasi banyak perubahan pada aspek
hukum dan administrasi perencanaan. Begitu pula dalam perencanaan
pembangunan (a-spasial), dikarenakan terbitnya UU No. 25 tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), dimana sebelumnya
mekanisme perencanaan dan pengendalian pembangunan nasional dan daerah
mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 tahun 1982 tentang
PedomanPenyusunan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan di Daerah
atau yang dikenal dengan P5D.
Terbitnya ke dua Undang-undang tersebut di atas berikut peraturan perundang-
undangan turunannya sebagai penunjang operasionalisasi, berpengaruh pada
bagaimana pelaksanaan dua jenis utama perencanaan di Indonesia yang bersifat
wajib (mandatory) dan ditetapkan dengan dan sebagai dasar hukum (statutory).
Bagaimana pelaksanaan perencanaan tersebut mencakup asas-asas perencanaan,
klasifikasi produk rencana, proses dan prosedur, legalitas, dan kelembagaan dan
pembagian kewenangan, mekanisme koordinasi dan konsultasi, dan lain-lain.
Pertama, perencanaan pembangunan/a-spasial dengan produk rencana berupa
rencana pembangunan jangka panjang dan menengah (RPJPN/provinsi/kab/kota
dan RPJMN/prov/kab/kota, dan cenderung berbasiskan perencanaan rasional
komprehensif dan perencanaan strategis (strategic planning). Ke dua, penataan
ruang/spasial dengan produk rencana berupa rencana tata ruang
(RTRWN/prov/kab/kota beserta rencana rinci tata ruangnya), dan cenderung
berbasiskan perencanaan rasional komprehensif dan perencanaan keruangan
(spatial planning). Ke dua jenis perencanaan ini merupakan landasan pembangunan
di Indonesia, baik di tingkat nasional, maupun daerah.
Art, administrsi sebagai seni timbul dan berkembang bersamaan dengan
perkembangan peradaban manusia. Sciense, sebagai ilmu pengetahuan merupakan
suatu fenomena masyarakat baru, karena baru timbul sebagai cabang ilmu sosial,
dan temasuk dalam kelompok applied sciense. Appliede sciensi: karena hanya
bermanfaati jika prinsip. rumus dan dalil-dalilnya diterapkan untuk meningkatkan
mutu kehidupan manusia.
Pengertian Administrasi
Administrasi dalam arti sermpit: Berasal dari kata administrative (belanda)
Kegiatan catat mencatat. surat menyurat, pembukuan ringan, ketik mengetik ,
agenda, semua yang bersifat tehnis ketatausahaan. Administarsi dalam arti luas
(inggris): Leonard D White: Administrasi adalah suatu proses yang pada umumnya
terdapat dalam usaha semua kelompok, negara atau swasta. sipil atau militer. besar
atau kecil. H A Simon: Administrasi sebagai kegiatan dari pada kelompok yang
mengadakan kerja sama untuk menyelesaikan tujuan bersama. William H
Newman:Bimbingan, kepemimpinan dan pengawasan dari pada usaha usaha
kelompok individu terhadap tercapainya tujuan bersama.
Perbedaan
Dalton Mc Farland: Administrasi ditujukan terhadap penentuan tujuan pokok
dan kebijaksanaannya, sedangkan manajemen ditujukan dalam pelaksanaan
kegiatan dengan maksud menyelesaikan/mencapai tujuan dan pelaksanaan
kebijaksanaan. Odway Tead: Administrasi adalah suatu proses dan badan yang
bertanggung jawab penentuan tujuan, dimana organisasi dan manajemen
digariskan. Manajemen adalah suatu proses dan badan yng secara langsung
memberikan petunjuk, bimbingan, kegiatan dari suatu organisasi dalam
mereaslisaikan tujuan yang telah ditetapkan.
Hubungan Administrasi, Organisasi dan Manajemen
1. administrasi
2. organisasi
3. manajemen
4. kepemimpinan
5. pengambilan keputusan
6. hubungan antar manusia
MANAGEMENT
Pengertian
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber daya lainnya secara effektif dan effisien untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.
Dasar Dasar Manajemen
Dasar-dasar manajemen meliputi: kerjasama sekelompok orang dalam ikatan
formal, tujuan dan kepentingan bersama yang ingin dicapai, pembagian kerja, tugas
dan wewenang/tangung jawab, hubungan formal dan ikatan tata tertib yang baik,
sekelompok orang dan pekerjaan yang akan dikerjakan, human organization.
Wewenang
PERENCANAAN
Planning
Menurut Terry, planning yaitu proses/aktivitas, kewajiban/perbuatan yang
dianggap perlu untuk mencapai hasil tertentu. Plan:hasil planning, pedoman kearah
mana organisasi akan bergerak.
Bentuk Rencana
Program : perincian atau tahap tahap dalam penyelesaian suatu pekerjaan
yang dilakukan secara berurutan
Standard : ukuran yang telah ditetapkan sebagai alat ukur terhadap hasil yang
dicapai
Anggaran : rencana pemanfaatan/penggunaan sumber daya yang tersedia
Metode : cara tertentu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
Prosedur : rangkaian tata kerja atau tata cara kerja sama dalam
menyelesaikan
suatu pekerjaan
Jadwal : schedule network plan dalam penggunaan waktu
Jaringan : network plan suatu rencana yang memuat berbagai macam acara
Diagram : arus kegiatan yang akan dilakukan
Model : disain suatu contoh yang dikehendaki secara verbal
(gambar/ukuran)
Unsur Rencana
1. Title
2. Nama pejabat yang berwewenang membuat rencana
3. Nama pejabat yang berwewenang mengesahkan rencana
4. Maksud dan tujuan
5. Rumusan singkat garis garis besar
6. Rekomendasi berbagai alternatif
7. Sumber yang diperlukan
8. Hasil yang diharapkan
9. Tanggal persetujuan/pengesahan
Pentingnya Rencana
1. Diperoleh tindakan yang tepat dan terkoodinasi antar berbagai unit
2. Dapat menghindari berbagai situasi darurat
3. Dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan
4. Semua aktivitas dapat terarah sesuai rencana
5. Sebagai alat kontrol
6. Menjamin kepastian terhadap tujuan
7. Menjamin efisiensi
Kegagalan Rencana
1. Planner yang tidak cakap
2. Kesalahan dalam membuat planning
3. Kesalahan dalam pengumpulan dan pengolahan data
4. Pelaksana yang tidak cakap
5. Lemahnya koordinasi
6. Lemahnya pengawasan
Strategy Planning
1. Memasukkan kepala onta kedalam tenda: meminta persetujuan dalam yang
paling penting
2. Menempa besi selagi panas: gunakan kesempatan selagi persoalan masih
panas
3. Infiltration approach:ajukan kehendak berangsur angsur
4. Siasat mencari kawan:cari kawan dengan problem yang sama
5. Siasat kambing hitam:kambing hitamkan mereka yang tak setuju
6. Devide et empera:memecah belah/membagi kelompok
7. OffensIf:ajukan semua rencana secepat cepatnya
8. Siasat memecah perhatian:Pecah perhatian dengan dengan mengemukakan
masalah maslah baru yang tidak ada hubungan dengan masalah yang
sebenarnya
Berikutnya di bawah ini akan dijelaskan beberapa teori perencanaan yang cukup
menonjol termasuk di Indonesia, serta berpengaruh langsung pada jenis prosedural
administrasi perencanaan dan landasan hukumnya:
Dalam teori ini perencana digambarkan sebagai bagian dari organisasi publik,
sehingga peran pemerintah terkesan sangat menonjol. Salah satu refleksi kritis
terhadap teori ini adalah bahwa dalam dunia nyata perilaku organisasi cenderung
pada pengambilan keputusan yang oportunistik, kurang rasional, dan kurang
perencanaan. Keputusan dan rangkaian tindakan adalah hasil ketidaksengajaan.
Hasil rancangan dan perhitungan teknis, hasil komulatif proses sosial dan politik
serta kompromi berbagai kepentingan saling tidak kompatibel. Menghadapi realita
ketidakpastian masa depan namun merasa harus melakukan antisipasi, beberapa
organisasi melakukan resolusi melalui penyusunan rencana kemudian produk
rencana tersebut hanya disimpan. Pernyataan tujuan (visi, misi, tujuan, sasaran)
hanya propaganda daripada kriteria untuk memandu tindakan.
Memang patut disadari bahwa prospek perencanaan ke depan adalah pada praktik
yang secara terbuka mengundang nilai-nilai politik dan sosial untuk diperiksa dan
diperdebatkan. Perencana advokat, selain memainkan peran sebagai perencana
normatif (analis dan rencana persiapan), juga akan menjadi pendukung solusi
substantif tertentu. Davidoff juga menyadari bahwa kesulitan program partisipasi
warga saat ini adalah bahwa warga lebih sering bereaksi terhadap program
pemerintah daripada mengusulkan konsep mereka tentang tujuan yang tepat dan
tindakan masa depan. Salah satu kendala utama dalam perencanaan advokasi
adalah menemukan sumber pendanaan.
JENIS-JENIS PERENCANAAN
Perencanaan termasuk perencanaan wilayah dan kota, dapat muncul dalam
berbagai jenis dan bentuk, dimana administrasi dan hukum yang berlaku dapat
berbeda pula. Maka menjadi penting untuk memahami berbagai jenis perencanaan
sebagai konteks dalam mempelajari hukum dan administrasi perencanaan.
Pada dasarnya jika dikelompokkan maka di dunia ini ada 2 sistem perencanaan atau
“sistem hukum penataan ruang” yang dianut, yaitu Regulatory system (zoning
system) dan Discretionary System (development control system). Setiap sistem
perencanaan memiliki karakteristik yang berbeda yang berpengaruh dalam proses
pengambilan keputusan. Sistem zoning atau regulatory system merupakan sistem
perencanaan yang banyak dianut di kota-kota di Amerika Utara dan Perancis,
sedangkan sistem pengendalian pembangunan (development control system) atau
discretionary system merupakan sistem perencanaan yang dipergunakan di Inggris.
Terdapat perbedaan antar a UU Penataan Ruang yang lama dan baru dimana pada
UU No. 24 Tahun 1992 sistem pengendalian pemanfaatan ruangnya menggunakan
discretionary system atau konsep development control, yaitu mengatur kegiatan
pembangunan yang meliputi pelaksanaan kegiatan pendirian bangunan,
perekayasaan, pertambangan maupun kegiatan serupa lainnya dan atau
mengadakan perubahan penggunaan pada bangunan atau lahan tertentu sehingga
memungkinkan tetap melaksanakan pembangunan sebelum terdapat dokumen
rencana. Pada sistem ini proses pengambilan keputusan dapat didasarkan pada
pertimbangan (advis planning) lembaga perencanaan yang berwenang untuk
masing-masing proposal pembangunan yang diajukan, kemudian tidak semua jenis
rencana tata ruang di tetapkan menjadi produk hukum atau peraturan (PP dan
Perda). Sedangkan pada UU No. 26 Tahun 2007 menggunakan regulatory system
atau konsep Zoning, yaitu pembagian lingkungan kota dalam zona-zona dan
menetapkan aturan pemanfaatan ruang berbasis zona (zoning regulation) dan
pengendalian pemanfaatan ruang yang berbeda-beda. Jadi pada sistem jenis ke dua
ini, pemanfaatan ruang didasarkan pada kepastian hukum yaitu berupa peraturan
zoning, kemudian semua jenis rencana tata ruang ditetapkan atau disahkan menjadi
produk hukum.
Beberapa poin penting yang perlu disesuaikan antar a lain meliputi dimensi waktu
perencanaan, visi dan tujuan penataan ruang wilayah, aspek keberencanaan dan
daya dukung lingkungan, komposisi penggunaan lahan, peristilahan penataan ruang
serta keberadaan insentif dan disinsentif yang jelas dalam kegiatan penataan ruang
wilayah, juga keharusan pengenaan sanksi bagi siapapun yang melakukan
penyimpangan atau ketidaksesuaian terhadap RTRW yang ditetapkan dengan
peraturan daerah. Perubahan ini membawa konsekuensi pada perubahan
administrasi pembangunan dan hukum perencanaan, baik dalam metodologi
pendekatan dalam penyusunan RTRW, maupun dalam implementasi melalui
instrumen perizinan pemanfaatan ruang.
Tabel 1.1
Perkembangan Perencanaan Pembangunan di Indonesia
Tertib Hukum
Menurut Hans Kelsen tertib hukum (legal order) merupakan system ofnorms
yang berbentuk seperti tangga-tangga piramida. Oleh karena ituteorinya disebut
sebagai teori tangga (stufen theory). Pada tiap-tiap tangga terdapat kaidah-kaidah
(norms). Di puncakpyramid terdapat kaidah yang disebut kaidah dasar (Grundnorm);
dibawah kaidah dasar terdapat kaidah yang disebut sebagai undang-undang dasar;
di bawah undang-undang dasar terdapat kaidah yang disebutsebagai undang-
undang, di bawah undang-undang terdapat kaidah yang disebut peraturan; di bawah
peraturan terdapat kaidah yang disebutketetapan.
Dasar berlakunya dan legalitas suatu kaidah terletak pada kaidah yangada di
atasnyaSecara diagramatis, teori ini digambarkan sebagai berikut:
Norms oleh Hans Kelsen diartikan sebagai imperatief voorsschrift, yaitusuatu
peraturan hukum yang harus diturut dan dilindungi oleh sanksi Hans Kelsen
membedakan antara general norms (abstrake normen) yang dibentuk oleh badan
legislative, dan individual norms (concrete norms) yang dibentuk oleh badan-badan
eksekutif.
General norms adalah kaidah-kaidah yang berlaku umum, mengikat secara
umum seperti: kaidah dasar, undang-undang dasar, undangundang,dan peraturan-
peraturan. Sedangkan individual norms adalahkaidah-kaidah yang berlaku khusus,
mengikat seorang tertentu yangdiketahui identitasnya.
Individual norms berupa ketetapan-ketetapan (beschikkingen),keputusan-
keputusan hakim yang berupa vonnis maupun penetapanpenetapanhakim. Vonnis
adalah keputusan hakim yang menyelesaikan suatu sengketa (perkara), sedangkan
penetapan hakim adalah keputusanhakim yang menyelesaikan suatu permohonan
seperti permohonanmengangkat anak angkat (adopsi), menjadi wali dan
sebagainya.
Jenis Norma
1. Norma agama : timbul dari agama, mengandung perintah dan larangan tuhan
dan ditujukan untuk seseorang
2. Norma kesusilaan : lahir dari budi pekerti dan hati nurani, ditujukan pada
perorangan
3. Norma kesopanan : berasal dari kepatuhan, kelayakan, atau kesopanan, dan
ditujukan pada seseorang
4. Norma hukum : aturan-aturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi
kepentingan masyarakat dan agar terjadi tertib hukum
Undang – Undang
Prof. Buijs membagi undang-undang ke dalam dua pengertian, yaitu:
1. Undang-undang dalam arti materil, yaitu setiap keputusan pemerintah yang
karena isinya mengikat langsung secara umum setiap penduduk,misalnya
peraturan yang dibuat pemerintah pusat, pemda, maupun rector
2. Undang-undang dalam arti formal, yaitu setiap keputusan pemerintah yang
karena bentuknya dibentuk dan ditetapkan DPR Bersama presiden
Hukum Adat dan Hukum Kebiasaan
Kedua jenis hukum ini dibedakan berdasarkan asalnya dan bentuknya.
Berdasarkan asalnya :
1. Hukum adat berasal dari tradisi dan agama nenek moyang bangsaIndonesia
sepanjang sejarah yang secara turun temurun diwariskan dari saru generasi
ke generasi selanjutnya
2. Hukum kebiasaan berasal dari hukum asing (umumnya hukum yang berasal
dari eropa) yang dibawa oleh bangsa asing pada waktu mereka menetap di
Indonesia. Jadi hukum kebiasaan berasal dari hukum asing yang direpresikan
ke dalam hukum Indonesia sebagai hukum asli Indonesia Represi hukum
artinya menerima hukum asing sebagai hukum asli suatu Bangsa
Berdasarkan bentuknya :
1. Hukum adat tidak tertulis (sebagian besar), misalnya maro, kawin lari,gono
gini dan sebagainya
2. Hukum adat tertulis, misalnya subak, sewa beli (huurkoop), fiducia yaitu
penyerahan hak milik dengan kepercayaan (jaminan pinjaman) dan
sebagainya
Hukum adat dan hukum kebiasaan keduanya merupakan hukum yang tidak
tertulis. Hukum adat merupakan hukum kebiasaan yang berasaldari nenek moyang
bangsa Indonesia, dan bukan merupakan hasil represi hukum asing ke dalam
hukum asli Indonesia
Yurisprudensi
Pengertian yurisprudensi di Negara-negara Anglo Saxon (Inggris,Australia, Amerika
Serikat, dan sebagainya) berbeda dengan Negara-negaraEropa Kontinental atau
Eropa Daratan (Jerman, Belanda,Perancis, dan sebagainya).
Di Inggris, yurisprudensi berarti pengantar ilmu pengetahuan hokum yang
mempelajari dasar dan asas-asas hukum, sedangkan di Belanda yurisprudensi
berarti putusan-putusan pengadilan.Apabila suatu persoalan sudah ada suatu
yurisprudensi yang tetap ,maka dianggap bahwa yurisprudensi itu telah melahirkan
suatu peraturan hukum yang sama kuatnya dengan undang–undang . Oleh karena
itu yusrisprudensi juga dianggap sebagai sumber hukum.
Prof . Van Apeldorn : persamaan yurisprudensi dan UU adalah keduanya
merupakan hukum yang mempunyai sifat mengikat. Perbedaannya adalah
yurisprudensi merupakan individual norma yaitu hukum yang berlaku terhadap
subyek hukum tertentu, adapun UU merupakan general norma yaitu hukum yang
berlaku umum dan mengikat setiap penduduk di suatu suatu negara.
Traktat
Traktat adalah perjanjian atau persetujuan yang diadakan antara dua negara
atau lebih. Dasarnya adalah UUD 1945 pasal 11: presiden dengan persetujuan DPR
menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.
Doktrin Hukum
Doktrin hukum adalah anggapan atau ajaran seorang ahli hukum ternama
yang dijadikan sebagai pegangan oleh para hakim, pengacara dan sebagainya
dalam memutuskan atau membela suatu perkara. Ajaran para ahli hukum ternama
ini umumnya terdapat dalam buku-bukuhukum yang merupakan sumber utama bagi
masalah-masalah hokum (buku standar), misalnya hukum adat karangan Prof. Van
Vollenhoven.
Berdasarkan Isinya
1. Hukum publik, yaitu hukum yang melindungi kepentingan umum,orang
banyak, dan negara, misalnya Hukum Administrasi Negara, Hukum Tata
Negara, Hukum Pajak, Hukum Pidana
2. Hukum privat, yaitu hukum yang melindungi kepentingan privat,perorangan,
misalnya : hukum sewa menyewa, hukum jual beli, hukum tukar menukar,
hukum utang piutang dan sebagainya
Gambar 1.1
Dasar Hukum Perencanaan di Indonesia
Tabel 1.5
Daftar Peraturan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang
No Jenis Nomor Tahun Tentang
Peraturan
1. Undang- 26 2007 PENATAAN RUANG
undang
2. Peraturan 8 2013 KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG
Pemerinta
h
3. Peraturan 68 2010 BENTUK DAN TATA CARA PERAN
Pemerinta MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
h
4. Peraturan 15 2010 PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
Pemerinta
h
5. Peraturan 26 2008 RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL
Pemerinta
h
6. Keputusan 4 2009 BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG
Presiden NASIONAL
7. Peraturan 01/PRT/M/2013 2013 PELIMPAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN
Menteri PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM
PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN
DAERAH TENTANG RENCANA RINCI TATA
RUANG KABUPATEN/KOTA
8. Peraturan 19/PRT/M/2012 2012 PEDOMAN PENATAAN RUANG KAWASAN
Menteri SEKITAR TEMPAT PEMROSESAN AKHIR
SAMPAH
9. Peraturan 15/PRT/M/2012 2012 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA
Menteri RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
10. Peraturan 20/PRT/M/2011 2011 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL
Menteri TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI
KABUPATEN/KOTA
11. Peraturan 14/PRT/M/2010 2010 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG
Menteri PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
12. Peraturan 50 2009 PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG
Menteri DAERAH
13. Peraturan 17/PRT/M/2009 2009 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA
Menteri RUANG WILAYAH KOTA
14. Peraturan 17 2009 PEDOMAN PENENTUAN DAYA DUKUNG
Menteri LINGKUNGAN HIDUP DALAM PENATAAN
RUANG WILAYAH
15. Peraturan 16/PRT/M/2009 2009 PEDOMAN PENYUSUNAN
Menteri RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN
16. Peraturan 15/PRT/M/2009 2009 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA
Menteri RUANG WILAYAH PROVINSI
17. Peraturan 13/PRT/M/2009 2009 PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PENATAAN
Menteri RUANG
18. Peraturan 12/PRT/M/2009 2009 PEDOMAN PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN
Menteri RUANG TERBUKA NON HIJAU DI WILAYAH
KOTA/KAWASAN PERKOTAAN
19. Peraturan 11 2009 PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM
Menteri /PRT/M/2009 PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN
DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG
WILAYAH PROVINSI DAN RENCANA TATA
RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA,
BESERTA RENCANA RINCINYA
20. Peraturan 28 2008 TATA CARA EVALUASI RANCANGAN
Menteri PERATURAN DAERAH
21. Peraturan 05/PRT/M/2008 2008 PEDOMAN PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN
Menteri RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN
PERKOTAAN
22. Peraturan 41/PRT/M/2007 2007 PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI
Menteri DAYA
23. Peraturan 40/PRT/M/2007 2007 PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG
Menteri KAWASAN REKLAMASI PANTAI
24. Peraturan 22/PRT/M/2007 2007 PEDOMAN PENATAAN RUANG KAWASAN
Menteri RAWAN BENCANA LONGSOR
25. Peraturan 21/PRT/M/2007 2007 PEDOMAN PENATAAN RUANG KAWASAN
Menteri RAWAN LETUSAN GUNUNG BERAPI DAN
KAWASAN RAWAN GEMPA BUMI
26. Peraturan 20/PRT/M/2007 2007 PEDOMAN TEKNIS ANALISIS ASPEK FISIK DAN
Menteri LINGKUNGAN, EKONOMI, SERTA SOSIAL
BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA
TATA RUANG
Sistem hukum yang berlaku di Indonesia pada dasarnya terdiri atas peraturan
perundang-undangan, perjanjian internasional, hukum adat, norma-norma (agama,
kesusilaan, kesopanan), hukum kebiasaan, dan yurisprudensi (keputusan hakim).
Dengan berlakunya UU No 26 tahun 2007, semua jenis rencana tata ruang (RTR)
harus ditetapkan sebagai peraturan perundang-undangan, baik berupa peraturan
pemerintah dan peraturan presiden untuk rencana tata ruang di tingkat nasional,
atau peraturan daerah untuk RTR di tingkat daerah. Maka menjadi penting bagi
perencana wilayah dan kota untuk setidaknya mengusai dasar-dasar atau kaidah
teknik legal drafting/ perancangan bahasa hukum dalam penyusunan peraturan
perundang-undangan, agar nantinya rencana yang telah dilegalkan tidak
menyebabkan masalah hukum di kemudian hari. Kemampuan ini juga bermanfaat
dalam memahami atau melakukan interpretasi terhadap berbagai peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar pertimbangan dalam penyusunan
rencana.
1. Landasan Peraturan
Kaidah yang pertama adalah tentang landasan peraturan itu sendiri. Perlu dipahami
bahwa ada tiga hal yang menjadi landasan peraturan perundang-undangan di
Indonesia, yaitu sebagai berikut:
a. Landasan Filosofis
1. konsepnya mendalam (aliran-aliran filsafat)
2. konsepnya cenderung abstrak
3. nilai moral etika bangsa;
4. pandangan cita-cita dan tujuan bangsa;
b. Landasan Sosiologis
2) kesadaran hukum masyarakat (kehendak rakyat) /fungsi DPR
3) hukum yang hidup (living law)
4) hukum futuristik;
c. Landasan Yuridis
1) landasan hukum (dasar kewenangan penyusunan suatu peraturan);
2) dasar keberadaan suatu peraturan;
3) kesesuaian bentuk dan materi;
4) keharusan tidak bertentangan dengan aturan di atasnya
Gambar 1.3
Hierarki Peraturan Perundang-undangan
3. Materi Pengaturan
Kaidah yang ke tiga adalah tentang materi apa saja yang dapat diatur. Untuk
Undang-undang, materi yang di atur adalah; materi yang tegas-tegas diperintahkan
oleh UUD 45 dan Ketetapan MPR (undang-undang organik), materi yang mengatur
lebih lanjut ketentuan UUD 45, materi yang mengatur hak-hak asasi manusia, materi
yang mengatur hak dan kewajiban warga negara, materi yang mengatur pembagian
wilayah/daerah, dan yang terakhir materi lain yang mengikat umum, seperti yang
mebebankan kewajiban kepada penduduk, yang mengurangi kebebasan warga
negara, yang memuat keharusan dan atau larangan.
Undang-undang dan peraturan daerah memiliki beberapa kesamaan, yaitu: adanya
keterlibatan legislatif (DPR atau DPRD), dapat memuat sanksi pidana (perda-
pelanggaran), dan terakhir yang terpenting adalah dalam penyusunannya wajib
menyertakan naskah akademik. Naskah akademik adalah naskah hasil penelitian
atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu
yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah
tersebut dalam suatu rancangan Undang-undang, rancangan peraturan daerah
provinsi, atau rancangan peraturan daerah kabupaten /kota sebagai solusi terhadap
permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat), penge-cualian (APBD/APBD,
dan lain-lain). Hubungan naskah akademik dengan rancangan undang-undang atau
rancang-an peraturan daerah, dapat dilihat pada Gambar 1.4.
Latar Belakang
1. Amandemen Keempat UUD NRI 1945
Tidak ada GBHN
Pemilihan Presiden secara langsung
Pemilihan Kepala Daerah secara demokratis
2. UU 23/2003 tentang Pemilihan Presiden
Mengamanatkan CaPres menyampaikan Visi, Misi, Program
3. UU 32/2004 tentang Pemerintah Daerah
Desentralisasi dan otonomi daerah
Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung
Pemantapan kedudukan Provinsi
Reformasi Pengelolaan Keuangan Negara
4. UU 17/2003 Tentang Keuangan Negara: Penyusunan RAPBN berpedoman pada
RKP dan Penyusunan RAPBD berpedoman pada RKPD
5. UU 1/2004 Tentang Perbendaharaan Negara
6. UU 15/2004 Tentang Pemeriksaan dan Tanggung jawab KN
Landasan Folisofis
Cita-cita Nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 adalah berkehidupan kebangsaan yang bebas,
bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Tujuan Nasional dengan dibentuknya
pemerintahan adalah untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia. Tugas Pokok Setelah Kemerdekaan adalah
menjaga kemerdekaan serta mengisinya dengan pembangunan yang berkeadilan
dan demokratis yang dilaksanakan secara bertahap an berkesinambungan. Agar
kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien, dan bersasaran maka diperlukan
perencanaan pembangunan.
2. Sanksi Pidana
a. Setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yangtelah ditetapkan dan
mengakibatkan perubahan fungsiruang, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga)tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima
ratusjuta rupiah).
b. Jika tindak pidana seperti disampaikan di atasmengakibatkan kerugian
terhadap harta benda ataurusaknya barang, pelaku dipidana dengan penjara
paling lama 8 (delapan) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.500.000.000
(satu miliar lima ratus juta rupiah).
c. Apabila tindak pidana tersebut mengakibatkan matinyaorang, pelaku dipidana
dengan penjara paling lama 15 (limabelas) tahun dan denda paling banyak
Rp. 5.000.000.000(lima milyar rupiah).
d. Setiap orang yang memanfaatkan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang dari
pejabat yang berwenang, dipidana dengan pidana penjara paling lama3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah)
e. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud di atas mengakibatkan perubahan
fungsi ruang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah)
f. Jika tindak pidana tersebut mengakibatkan kerugian terhadap harta benda
atau rusaknya barang, pelaku dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak Rp. 1.500.000.000 (satu milyar lima ratus juta
rupiah).
g. Jika tindak pidana tersebut mengakibatkan matinya orang, pelaku dipidana
dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp. 5.000.000.000 (limamilyar rupiah).
h. Setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam
persyaratan izin pemanfaatan ruang , dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta
rupiah).
i. Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadap kawasanyang
dinyatakan oleh peraturan perundang-undangan sebagaimilik umum, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1(satu) tahun dan denda paling banyak
Rp. 100.000.000 (seratusjuta rupiah).
j. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkanizin tidak
sesuai dengan rencana tata ruang, dipidana denganpidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan denda palingbanyak Rp.500.000.000,00 (limaratus
juta rupiah). Selain sanksipidana, pelaku dapat dikenakan pidana tambahan
berupapemberhentian secara tidak dengan hormat dari jabatannya.
k. Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud butir d, e, f, g, h, i dilakukan
oleh suatu korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap
pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa
pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana
dendasebagaimana dimaksud dalam butir-butir tersebut.
l. Selain pidana denda, korporasi dapat dijatuhkan pidana tambahan berupa
pencabutan izin usaha atau pencabutan status badan hukum.
m. Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana sebagaimana
dimaksud butir d, e, f, g, h, i dapat menuntut ganti kerugian kepada pelaku
tindak pidana
n. Tuntutan ganti rugi tersebut dilaksanakan sesuai dengan hukum acarapidana
yang berlaku.
Penutup
1. Penataan ruang dibutuhkan untuk mewujudkan ruang nusantara yang aman,
nyaman,produktif dan berkelanjutan.
2. Perwujudan tujuan penataan ruang dilakukan dengan strategi umum seperti
penyiapan kerangka strategis pengembangan penataan ruang nasional dan
strategi khusus berupa penyiapan peraturan zonasi, pemberian insentif dan
disinsentif, pengenaan sanksi, dan lain-lain.
3. Produk perencanaan tata ruang tidak hanya bersifat administratif akan tetapi
jugamengatur perencanaan tata ruang yang bersifat fungsional dan di
klasifikasikan ke dalam rencana umum dan rencana rinci tata ruang.
4. Penataan Ruang Wilayah Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/ Kota dilakukan
secara berjenjang dan komplementer sehingga saling melengkapi satu dengan
yang lain,bersinergi, dan tidak terjadi tumpang tindih kewenangan dalam
penyelenggaraannya.
5. Undang-undang Penataan Ruang telah mengakomodasi perkembangan
lingkungan strategis seperti pengaturan ruang terbuka hijaU (RTH) di Perkotaan
dan Daerah Aliran Sungai(DAS), Standar Pelayanan Minimal (SPM), integrasi
penataan ruang darat, laut, dan udara, pengendalian pemanfaatan ruang,
Penataan Ruang kawasan perkotaan dan perdesaan, dan aspek pelestarial
lingkungan hidup.
6. Untuk menjamin pelaksanaan UU Penataan Ruang yang tertib dan konsisten
telah diatur ketentuan peralihan, penyidik pegawai negeri sipil (PPNS), dan
kelembagaan penataan ruang.
7. Dengan telah diakomodasikannya berbagai issue strategis penataan ruang di
dalam UU Penataan Ruang, diharapkan nantinya penyelenggaraan penataan
ruang dapat lebih berdayaguna dan berhasil guna.