Anda di halaman 1dari 13

D-DIMER PADA PASIEN COVID 19

Disusun oleh:
Feby Hanjani(kintamani)
Iip Marifah(kintamani)
Umi (UGD)
Fuji Ayu Hartati(kintamani)

RUMAH SAKIT SUMBER KASIH


CIREBON
2021
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahim,
Syukur Alhamdulillah, segala puja dan puji penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, karena hanya berkat rahmat dan karunia-Nya, dan maha suci Engkau yang telah
memberi kemudahan dalam menyusun makalah ini guna memenuhi tugas etik di RS Sumber
Kasih. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW, yang telah menuntun kita dari jalan yang penuh kegelapan ke jalan yang penuh dengan
cahaya yaitu Agama Islam.

Walupun mungkin terdapat kesalahan dan kekurangannya, penulis sebagai


manusia biasa yang tak terlepas dari kesalahan dan kekurangan, sangat mengharapkan
bimbingan dan kritik dari berbagai pihak, dengan harapan penulis dapat menyempurnakan
segala kesalahan dan kekurangan dari makalah ini. Meski demikian, penulis merasa masih
banyak kesalahan dalam penyusunan proposal ini. Oleh sebab itu penulis menerima kritik dan
saran yang membangun untuk dijadikan sabagai bahan evaluasi.

Cirebon, 03 maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3

A. Coronavirus.........................................................................................3
1. Pengertian.....................................................................................3
2. Transmisi COVID-19...................................................................3
B. D-Dimer..............................................................................................4
1. Pengertian.....................................................................................4
2. Peran Pemeriksaan D-dimer.........................................................4
3. Interpretasi hasil tes D-dimer........................................................5
4. Hubungan D-dimer dengan Coronavirus......................................6
5. Cara Mengatasi Kadar D-dimer yang Tinggi...............................8

BAB III PENUTUP.......................................................................................9

A. Kesimpulan.........................................................................................9
B. Saran...................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit coronavirus 2019 (COVID 19) adalah penyakit menular pada manusia
yang disebabkan oleh SARS-CoV-2. WHO china melaporkan kasus pneumonia dengan
etiologi yang tidak diketahui di Wuhan, Provinsi Hubei China pada 31 desember 2019.
Kemudian, China mengidentifikasi kasus tersebut sebagai novel coronavirus pada 7
januari 2020. Pada 11 maret 2020, WHO menyatakan Covid-19 sebagai pandemic global.
Jumlah kasus meningkat pesat dan menyebar ke berbagai Negara dalam waktu singkat.
Indonesia melaporkan kasus COVID-19 pertamanya pada 2 maret 2020, dan menyatakan
sebagi penyakit penyebab darurat sehingga memerlukan pencegahan dan
pengendalian(kemenkes, 2020). Kementerian kesehatan republic Indonesia melaporkan
80.094 kasus COVID-19 yang dikonfirmsi dan 3.797 kematian pada 16 juli 2020.
Spektrum klinis infeksi COVID-19 sangat luas, mencakup infeksi tanpa gejala,
penyakit saluran pernapasan bagian atas ringan, gagal napas, dan kematian. Laporan
terbaru menyoroti kejadian yang mengkhawatirkan dari cedera ginjal akut dan peristiwa
trombotik arteri dan vena. Beberapa peneliti menemukan bahwa insiden keseluruhan
trombosis pada pasien yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 menjadi 16%,
yang setelah penyesuaian multivariabel dikaitkan dengan peningkatan risiko 82% dari
semua penyebab kematian. Yang paling umum Pola koagulasi abnormal yang diamati
pada pasien yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 ditandai dengan peningkatan
kadar fibrinogen dan D-dimer.
D-dimer adalah fragmen pemecahan utama fibrin dan digunakan sebagai
biomarker pembentukan dan degradasi fibrin. Sejumlah penelitian telah menunjukkan
bahwa D-dimer adalah penanda untuk aktivasi koagulasi dan fibrinolysis yang penting.
Individu yang sehat memiliki tingkat sirkulasi D-dimer yang rendah, sedangkan tingkat
yang lebih tinggi ditemukan dalam kondisi yang terkait dengan thrombosis. D-dimer telah
diselidiki secara ekstensif untuk diagnosis, pemantauan, dan pengobatan tromboemboli
vena (VTE) yang digunakan secara rutin. Kadar D-dimer juga dapat meningkat dalam

1
kondisi peradangan kronis, seperti keganasan aktif, rheumatoid arthritis, penyakit sel
sabit, dan asma. Dalam pengaturan COVID-19, D-dimer telah dilaporkan lebih tinggi
pada pasien yang sakit kritis.
Guan dan rekannya(2020) menganalisis 1.099 pasien yang terkonfirmasi COVID-
19 di rumah sakit China. Hasil analisis tersebut menyatakan bahwa pasien yang tidak
selamat memiliki kadar D-dimer jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang
selamat. Pada saat pandemi ini pemeriksaan D-dimer memang banyak dilakukan pada
pasien yang terinfeksi virus corona, karena salah satu penyebab pembekuan darah adalah
reaksi imunitas. Saat infeksi terjadi, virus SARS-CoV-2 akan menyebabkan pembekuan
darah atau koagulopati.

1.2 Rumusan Masalah


Dengan memperhatikan uraian di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan COVID-19?
b. Apa yang dimaksud dengan D-dimer?
c. Bagaimana keterkaitan coronavirus dengan kadar d-dimer?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah mengetahui apa itu d-dimer, covid 19,
dan bagaimana keterkaitan antara coronavirus dengan kadar D-Dimer.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Corona Virus (COVID-19)


1. Pengertian
Covid-19 merupakan nama penyakit yang disebabkan oleh virus corona. Nama
ini diberikan oleh WHO (World Health Organzation) sebagi nama resmi penyakit ini.
Covid sendiri merupakan singkatan dari Corona Virus Disease-2019. Covid-19 yaitu
penyakit yang disebabkan oleh virus corona yang menyerang saluran pernafasan
sehingga menyebabkan demam tinggi, batuk, flu, sesak nafas serta nyeri tenggorokan.
Berdasarkan panduan Surveilans Global WHO untuk novel coronavirus 2019
(COVID 19) per 20 maret 2020, definisi infeksi COVID 19 ini diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Kasus Terduga (suspect case)
1) Pasien dengan gangguan napas akut dan riwayat perjalanan atau tinggal di
daerah yang melaporkan penularan di komunitas dari penyakit COVID 19
selama 14 hari sebelum onset gejala.
2) Pasien dengan gangguan napas akut dan mempunyai kontak dengan kasus
terkonfirmasi COVID-19 dalam 14 hari terakhir sebelum onset.
b. Kasus Probable
1) Kasus terduga yang hasil tes dari COVID-19 inkonklusif, atau
2) Kasus terduga yang hasil tesnya tidak dapat dikerjakan karena alasan apapun.
c. Kasus terkonfirmasi yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan laboratorium infeksi
COVID-19 positif.

2. Transmisi COVID-19
Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160nm. Virus ini
utamanya menginfeksi hewan, termasuk diantaranya adalah kelelawar dan unta.
Sebelum terjadinya wabah COVID-19. Saat ini, penyebaran SARS-CoV-2 dari
manusia ke manusia menjadi sumber transmisi utama sehingga penyebaran menjadi

3
lebih agresif. Transmisi SARS-CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi melalui droplet
yang keluar saat batuk atau bersin.
a. Transmisi kontak dan droplet
Transmisi SARS-CoV-2 dapat terjadi melalui kontak langsung, tidak langsung,
atau kontak erat dengan orang yang terinfeksi melalui sekresi sepertiair liur dan
sekresi saluran pernapasan atau droplet yang keluar saat orang yang terinfeksi
batuk, bersin, berbicara, atau menyanyi. Transmisi droplet dapat terjadi ketika
seseorang melakukan kontak erat dan berada dalam jarak 1 meter.
b. Transmisi melalui udara
Didefinisikan sebagai penyebaran agen infeksius yang diakibatkan oleh
penyebaran droplet nuclei yang tetap infeksius saat melayang di udara dan
bergerak hingga jarak yang jauh. Berdasarkan salah satu penelitian menemukan
RNA virus ini dapat bertahan selama 16 jam dan menemukan virus hidup yang
dapat bereplikasi.
c. Transmisi fomit
Sekresi saluran pernapasan atau droplet yang dikelurakan oleh orang yang
terinfeksi dapat mengontaminasi permukaan dan benda, sehingga terbentuk
fomit(permukaan yang terkontaminasi).

B. D-Dimer
1. Pengertian
D-dimer adalah salah satu fragmen protein yang diproduksi ketika
gumpalan darah larut di dalam tubuh. Pembekuan darah adalah proses penting
yang mencegah seseorang kehilangan terlalu banyak darah saat cedera. Biasanya,
tubuh akan melarutkan gumpalan setelah cedera sembuh. Dengan gangguan
pembekuan darah, gumpalan bisa terbentuk saat tidak mengalami cedera yang
jelas atau tidak larut saat seharusnya. Kondisi ini bisa sangat serius dan bahkan
mengancam jiwa. Tes D-dimer dapat menunjukkan jika seseorang memiliki salah
satu dari kondisi ini.

4
D-dimer adalah produk akhir degenerasi cross-linked fibrin oleh aktivitas
kerja plasmin dalam sistem fibrinolitik. Sejak 1990, tes D-dimer digunakan untuk
pemeriksaan trombosis. Hasil pemeriksaan yang positif menunjukkan adanya
trombus, namun tidak dapat menunjukkan lokasi kelainan dan menyingkirkan
etiologi-etiologi potensial lain. Struktur dan sintesis D-dimer Dalam proses
pembentukan bekuan normal, bekuan fibrin terbentuk pada tahap terakhir proses
koagulasi. Fibrin dihasilkan oleh aktivitas trombin yang memecah fibrinogen
menjadi fibrin monomer.

2. Peran Pemeriksaan D-dimer


Pemeriksaan D-dimer bermanfaat untuk mengetahui pembentukan
bekuan darah yang abnormal atau adanya kejadian trombotik (indirek) dan untuk
mengetahui adanya lisis bekuan atau proses fibrinolitik (direk). Hasil pemeriksaan
kadar D-dimer memiliki nilai sensitifitas dan nilai ramal negatif yang tinggi untuk
dua keadaan tersebut.
Indikasi pemeriksaan D-dimer yaitu disseminated intravascular
coagulation (DIC), deep vein thrombosis (DVT), pulmonary embolism (PE),
venous dan arterial thrombosis (VT dan AT), terapi antikoagulan dan trombolitik
serta sebagai parameter tambahan pada penyakit jantung koroner.

3. Interpretasi hasil tes D-dimer


Hasil pemeriksaan kadar D-dimer secara kuantitatif dinyatakan dalam
satuan μg/L. Nilai cut off D-dimer dengan metode latex agglutination adalah 500
μg/L. Kadar D-dimer yang lebih dari nilai normal rujukan menunjukkan adanya
produk degradasi fibrin dalam kadar yang tinggi; mempunyai arti adanya
pembentukan dan pemecahan trombus dalam tubuh. Kadar D-dimer yang normal
dapat digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding gangguan pembekuan
darah sebagai penyebab dari
gejala klinik yang ada. Berikut ini adalah kadar D-dimer pada berbagai status
klinis:

5
.

Gambar 3.1 kadar D-dimer pada berbagai status klinis

Peningkatan kadar d-dimer pada wanita hamil adalah normal. Hal ini
mengakibatkan nilai normal rujukan untuk d-dimer di wanita hamil memang lebih
tinggi. Kadar normal d-dimer pada dewasa (tidak hamil) adalah <500 ng/ml. Pada
wanita hamil trimester 1 50-950 ng/ml, trimester 2 320-1300, trimester 3 130-
1700 ng/ml. Hasil 300 ng/ml pada wanita dewasa termasuk normal.

4. Hubungan D-dimer dengan Coronavirus


Coronavirus pada umumnya bisa menyebabkan seseorang merasakan
sesak nafas, demam, batuk, dan flu yang terus menerus. Namun berdasarkan
penelitian terbaru mengutip dari laman kompas.com, bahwa virus corona dapat
menyebabkan pembekuan darah atau penggumpalan darah pada pasien positif
COVID-19. Dikutip dari laman Medical Xpress, penyebab pembekuan darah
adalah antibodi autoimun yang beredar di dalam darah yang menyerang sel dan
memicu pembekuan di arteri, vena, dan pembuluh mikroskopis. Reaksi autoimun
tersebut menyebabkan sistem imun menyerang tubuh sendiri. Penggumpalan
darah akibat sistem imun yang over reaktif ini bisa menyebabkan komplikasi yang
mengancam jiwa seperti stroke.
Risiko penggumpalan darah umumnya meningkat apabila tubuh tidak
aktif secara fisik (banyak rebahan), mengonsumsi makanan berlemak, dan

6
obesitas. Sedangkan pada pasien COVID-19, pembekuan atau penggumpalan
darah rentan terjadi karena infeksi virus itu sendiri. Infeksi virus SARS-CoV-2
menyebabkan peradangan sistemik dan badai sitokin yang berlebihan di tubuh
pasien. Badai sitokin adalah pelepasan sitokin (senyawa biologis perangsang sel)
yang terlalu banyak akibatnya, sistem imunitas justru merusak tubuh. Untuk
peradangan sistemik, kondisi ini merupakan segala tanda peradangan yang
muncul di tubuh akibat infeksi. Kedua hal tersebut pada akhirnya dapat
menyebabkan aktivasi koagulasi dan darah kental (hiperkoagulasi).
D-dimer merupakan fragmen protein yang mampu membantu proses
pembekuan darah. Proses tersebut sangat dibutuhkan ketika kita mengalami luka
supaya darahnya berhenti. Dokter Astrid Wulan Kusumoastuti menjelaskan,
bahwa D-dimer sederhananya adalah parameter pemeriksaan laboratorium yang
memberikan gambaran ada atau tidaknya penggumpalan di dalam darah, apabila
angka D-dimer terlampau tinggi itu bisa menjadi salah satu prediktor
mortalitas(kematian) pada pasien yang dirawat. Dengan mengetahui angka
tersebut, tenaga medis dapat menentukan terapi yang tepat untuk meningkatkan
prognosis (kesembuhan) si pasien. Mengapa tingginya kadar D-dimer bisa
memprediksi kematian pasien COVID-19. Sebab, makin tinggi kadarnya, makin
besar risiko pasien mengalami sumbatan akibat penggumpalan darah, jika darah
mengental dan menggumpal, maka masalah seperti emboli paru rentan terjadi.
Profesor Edwin van Beek dari Queens Medical Research Institute di
Universitas Edinburgh di Inggris menyebutkan bahwa infeksi virus dapat
mengaktifkan jalur pembekuan darah. Para ahli percaya, proses ini berkembang
sebagai mekanisme untuk membatasi penyebaran infeksi virus. Mengukur kadar
D-dimer Dalam penelitian pembekuan darah pada seseorang, para tenaga
kesehatan sering mengukur jumlah kompleks protein, yang disebut D-dimer,
dalam darah. Melansir Healthline, tes darah D-dimer membantu mendiagnosis
adanya emboli paru. Adapun kadar D-dimer yang tinggi dalam darah menjadi
indikasi trombisis dan emboli. Jika hasil tes darah D-dimer berada pada kisaran
normal atau negatif dan seseorang tidak memiliki banyak faktor risiko,
kemungkinannya tidak mengalami emboli paru. Namun, jika hasil D-dimer

7
menunjukkan angka yang tinggi atau positif, ini menandakan adanya
pembentukan gumpalan yang signifikan dan degradasi yang terjadi di tubuh. Hasil
D-dimer positif tidak menunjukkan lokasi keberadaan gumpalan di tubuh.
Sehingga, diperlukan tes lebih lanjut untuk mendapatkan informasi tersebut.
Selain itu, terdapat faktor lain yang dapat menyebabkan hasil D-dimer tinggi,
termasuk: Operasi atau trauma Serangan jantung Infeksi Penyakit hati Kehamilan
Bukti emboli paru Sebuah penelitian yang ditulis tim dari Centre Hospitalier
Universitaire de Besancon di Perancis.

5. Cara Mengatasi Kadar D-dimer yang Tinggi


Dalam mengatasi kadar D-dimer tinggi, dr. Astrid menjelaskan obat-
oabatan yang digunakan pada umumnya adalah agen pengencer darah. Namun
obat tersebut harus terkontrol. Sebelum memberikan pengencer darah, ada nilai
poin yang dipertimbangkan. Jika kurang dari 7, maka pasien cenderung aman
diberikan obat tersebut. Sebaliknya, bila jumlah poinnya di atas 7, pengencer
darah rentan menyebabkan pendarahan pada pasien. Berikut rinciannya:

 Gender pria: 1
 Insufisiensi ginjal moderat: 1
 Umur 40 hingga 84 tahun: 1,5
 Rematik: 2
 Kanker aktif: 2
 Pengguna kateter vena sentral: 2
 Insufisiensi renal berat: 2,5
 Pasien dalam perawatan ICU/ICC: 2,5
 Hepatic insufficiency: 2,5
 Usia di atas 85 tahun: 3,5
 Ulkus gastro-intestinal yang aktif: 4
 Trombositopenia: 4
 Pernah alami pendarahan pada tiga bulan terakhir: 4

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Covid-19 merupakan nama penyakit yang disebabkan oleh virus corona. Nama
ini diberikan oleh WHO (World Health Organzation) sebagi nama resmi penyakit ini.
Covid sendiri merupakan singkatan dari Corona Virus Disease-2019. Covid-19 yaitu
penyakit yang disebabkan oleh virus corona yang menyerang saluran pernafasan.
Infeksi virus dapat mengaktifkan jalur pembekuan darah. Para ahli percaya,
proses ini berkembang sebagai mekanisme untuk membatasi penyebaran infeksi virus.
Mengukur kadar D-dimer Dalam penelitian pembekuan darah pada seseorang, para
tenaga kesehatan sering mengukur jumlah kompleks protein, yang disebut D-dimer,
dalam darah. Melansir Healthline, tes darah D-dimer membantu mendiagnosis adanya
emboli paru. Adapun kadar D-dimer yang tinggi dalam darah menjadi indikasi trombisis
dan emboli.

B. Saran
Penulis dalam hal ini menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak
sekali kesalahan, maka dari itu penulis menerima kritik dan saran. Penulis juga
menyarankan supaya Pemeriksaan kadar D‐dimer plasma dapat digunakan untuk uji
diagnostik (uji saring).

9
DAFTAR PUSTAKA

Pakpahan, Jum Panata., Litawati, Dia. (2021).Tata Kelola Manajemen Keperawatan


Klinis Era COVID-19. Yogyakarta : Penerbit Gava Medika..

Kusumoastuti, Astrid Wulan dr. (2021). Mengenal D-dimer pada Pasien Covid-19.
Dalam website : (https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3639992/hati-hati-
pasien-virus-corona-bisa-alami-pembekuan-darah-misterius).

Sadikin, Gunadi Budi, Ir., Kadir, Abdul. (2020). Protokol Tata Laksana COVID-19:
Buku Saku Ed. 2. Jakarta: Penerbit Kementerian Kesehatan RI

WHO. 2020. Clinical Management of severe acute Respiratory Infection when Novel
Coronavirus infection is Suspected. Dalam website:
(https//www.who.int/emergencies/diseases/novelcoronavirus-2019/)

10

Anda mungkin juga menyukai