Anda di halaman 1dari 10

5.

1 Menjelaskan pengertian stock opname


6.1 Mengidentifikasi stock opname

MATERI POKOK :

DOKUMEN STOCK OPNAME

1. PERSEDIAAN BARANG

Kartu persediaan barang sangat penting dalam hal pencatatan. Bisa persediaan barang yang
dimiliki untuk dijual atau barang yang akan diolah lalu dijual. Kartu persediaan barang membuat
perusahaan menjadi cermat dalam menerima, menyimpan, dan mengeluarkan barang.
Kartu persediaan barang harus dirapikan terlebih dahulu sebelum Anda bisa melakukan pelaporan
pajak dengan tepat.
Kartu persediaan stok adalah laporan dari semua kuitansi dan pengeluaran stok dari departemen
gudang. Tanggung jawab penjaga inventori dan gudang untuk mencatat setiap stok yang masuk
dan keluar dari gudang.
Jumlah stok fisik dan jumlah stok yang dilaporkan menurut pada laporan harus sama; jika tidak,
departemen audit internal akan memiliki hak untuk menyelidiki masalah tersebut dengan
manajemen.

Kartu persediaan barang dalam perusahaan terbagi menjadi 2 yaitu:

 kartu persediaan kantor (stock card) dan


 kartu persediaan gudang (bin card).

Fungsi Kartu Persediaan Barang


Fungsinya tetap sama untuk mencatat mutasi persediaan barang. Lebih detail lagi fungsi dari
kartu barang  :

1. Memberikan informasi persediaan barang meliputi jumlah dan berapa nilai dari per barang

2. Mengontrol persediaan, penerimaan, dan pemakaian barang.


3. Memberikan data persediaan barang, untuk kepentingan perhitungan dan analisis

Metode Pencatatan Persediaan Barang


Persediaan perusahaan dicatat dan diakui sebesar harga belinya, bukan harga jualnya. Harga beli
adalah harga yang tercantum di faktur pembelian. Jika dalam transakasi pembelian terdapat
pengeluaran tambahan seperti ongkos angkut pembelian, maka akan di catat di akun yang
terpisah, yaitu akun ongkos angkut pembelian. Jika dalam transaksi pembelian tersebut
perusahaan memperoleh potongan pembelian, maka harus dicatat di akun terpisah, yaitu akun
potongan pembelian. Walaupun akun-akun tersebut pada akhirnya akan di jumlahkan ketika
menghitung beban pokok penjualan, tetapi pada dasarnya persediaan barang dagang harus
dicatat sebesar harga belinya.
Secara umum, terdapat dua metode yang dipakai untuk menghitung dan mencatat persediaan
berkaitan dengan perhitungan beban pokok penjualan:

1.      Metode Fisik( Physical System ) 


Metode fisik atau disebut juga metode periodic adalah metode pengelolaan persediaan, di
mana arus keluar masuknya barang tidak dicatat secara terinci sehingga untuk mengetahui
nilai persediaan pada suatu saat tertentu harus melakukan perhitungan barang secara fisik
(stock opname) di gudang. Dalam metode ini mutasi persediaan barang tidak diikuti dalam
buku-buku, setiap pembelian barang dicatat dalam rekening pembelian, karena tidak ada
catatan mutasi persediaan maka harga pokok penjualan juga tidak dapt diketahui sewaktu-
waktu.harga pokok penjualan baru dapat dihitung apabila persediaan akhir sudah dihitung.
Perhitungan harga pokok penjualan dapatdihitung dengan cara sebagai berikut:

Persediaan barang awal                       Rp xxx


Pembelian (neto)                                 Rp xxx (+)
                        Tersedia untuk dijual              Rp xxx
Persediaan barang akhir                      Rp xxx (-)
                        Harga pokok penjualan           Rp xxx                       
Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan adalah harga beli atau total beban
produksi dari sejumlah barang yang telah laku terjual pada suau periode tertentu. Untuk
mengetahui  beban pokok penjualan pada suatu periode tertentu, harus diketahui volume
dan nilai persediaan akhir pada periode tersebut. Dan untuk mengetahui nilai persediaan
akhir, harus dilakukan penghitugan fisik (stock- opname) digudang. Metode ini lebih cocok
dipakai oleh perusahaan yang frekuensi transaksinya tinggi dan nilai uang pertransaksi
yang rendah, seperti dalam perusahaan eceran.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa untuk mengetahui beban pokok penjualan
suatu perusahaan dengan menggunakan metode periodic, harus dilakukan perhitungan
fisik persediaan yang dimilikinya. Dalam perhitungan fisik (stock opname) persediaan
tersebut, harus di tentukan jumlah persediaan yang dimiliki perusahaan  secara pasti.
Setelah diketahui volume persediaannya, jumlah barang dikalikan dengan harga beli per
unit barang dagang tersebut. Persoalannya, jika harga beli barang berbeda satu dengan
yang lainnya, maka perusahaan memiliki pilihan untuk menggunakan beberapa harga beli
yang berbeda.
2.      Metode buku ( Perpetual System ).

Dalam metode buku setiap jenis persediaan dibuatkan rekening sendiri-sendiri yang
merupakan buku pembantu persediaan. Rincian dalam buku pembantu bisa diawasi dari
rekening control persediaan barang dalam buku besar. Rekening yang digunakan untuk
mencatat persediaan ini terdiri dari beberapa kolom yang dapat dipakai untuk mencatat
pembelian, penjualan dan saldo persediaan. Setiap perubahan dalam persediaan diikuti
dengan pencatatan dalam rekening persedian sehingga jumlah persedian sewaktu waktu
dapat diketahui dengan melihat kolom saldo dalam rekening persediaan. Masing-masing
kolom dirinci lagi untuk kualitas dan harga perolehannya. Penggunaan metode buku akan
memudahkan penyusunan neraca dan laporan laba rugi jangka pendek, karena tidak perlu
lagi mengadakan perhitungan fisik untuk mengetahui jumlah persediaan akhir. Meskipun
tidak melakukan perhitungan fisik pada saat penyusunan neraca dan laba rugi, namun
setiap satu tahun sekali setidaknya tetap di adakan perpengecekan apakah jumlah barang
dalam gudang sesuai dengan jumlah dalam rekening persediaan.

Bila terdapat selisih jumlah persediaan antara hasil perhitungan fisik dengan saldo rekening
persediaan, dapat diadakan penelitian terhadap sebab-sebab  terjadinya perbedaan itu.
Selisih yang terjadi akan dicatat dalam rekening selisih persediaan dan rekening lawanya
adalah rekening persediaan barang. Bila jumlah dalam gudang lebih kecil dibandingkan
dengan saldo rekening persediaan maka rekening persediaan dikurangi, dan sebaliknya.
Dengan demikian rekening harga pokok penjualan hanya menunjukkan harga pokok
barang-barang yang di jual. Selisih persediaan tidak termasuk dalam harga pokok
penjualan tetapi dicatat sendiri. Sedangkan dalam periode fisik karena harga pokok
dihitung dengan metode selisih persediaan maka kekurangan/kelebihan persediaan akan
tercampur dalam harga pokok penjualan.

Dibandingkan dengan metode fisik maka metode buku merupakan cara yang lebih baik
untuk mencatat persediaan yaitu dapat membant memudahkan penyusutan neraca dan
laporan laba rugi, juga dapat digunakan untuk mengawasi barang-barang dalam gudang.
Perbedaan perhitungan atau pencatatan anatara metode stock opname (metode fisik)
dengan petode perpetual dapat dilihat pada table di bawah ini:
TRANSAKSI METODE FISIK METODE PERPETUAL
Pembelian Pembelian                 xxx Persed. Barang dagang    xxx
barang     Kas/utang dagang       xxx     Kas/utang dagang      xxx
dagang
Retur Kas/ utang dagang    xxx Kas/utang dagang         xxx
pembelian     Retur pembelian        xxx     Persd. Barang dagang xxx
Retur Retur penjualan        xxx Retur penjualan        xxx
penjualan      Kas/piutang dgng     xxx     Kas/piutang dgng     xxx
Persediaan brg dangan xxx
    HPP                           xxx
Penjualan Kas/ piutang            xxx Kas/piutang              xxx
barang     Penjualan                  xxx     Penjualan                 xxx
dagangan HPP                          xxx
  Persediaan  Brng dgng xxx
Penyesuaian Iktisar L/R                xxx
  Persediaan  Brg dgng   xxx
-
Persediaan brg dgng    xxx
   Ikhtisar L/R                 xxx
Masalah Pemilikan Persediaan Barang
1.    Barang-barang dalam perjalanan (goods in transit)
Barang-barang yang pada tanggal neraca masih dalam perjalanan menimbulkan masalah
apakah masih menjadi milik penjual atau sudah berpindah haknya pada pembeli. Untuk
mengetahuinya harus diketahui syarat pengiriman, ada dua syarat yaitu :
a.       FOB (free on board) shipping point
Kepemilikan barang menjadi milik pembeli pada saat diserahkan penjual kepada
penyelenggara transportasi atau pihak perusahaan pengirim barang yang independen.
b.      FOB (free on board) destination point
Hak atas barang baru berpindah pada pembeli jika barang-barang yang dikirim sudah diterima
oleh pembeli.

2.      Barang-barang yang dipisahkan (segregated goods)


Kadang terjadi suatu kontrak penjualan barang dalam jumlah yang besar hingga
pengirimananya tidak dapat dilakukan sekaligus. Barang yang dipisahkan tersendiri dengan
maksud untuk memenuhi kontrak-kontrak atau pesanan-pesanan walaupun belum dikirim,
haknya sudah dipindah pada pembeli. Oleh karena itu pada tanggal penyusunan laporan
keuangan jika ada barang-barang yang dipisahkan, harus dikeluarkan dari jumlah persediaan
penjual dan dicatat sebagai penjualan. Begitu pula pembeli dapat mencatat pembelian dan
menambah persediaan barangnya.
3.      Barang-barang konsinyasi (consignmen goods)
Dalam cara penjualan titipan, barang-barang yang dititipkan untuk dijualkan  (dikonyasikan)
haknya masih tetap pada yang menitipkan sampai saat barang-barang tersebu dijual.
Sebelum barang-barang tersebut dijual masih tetap menjadi persediaan pihak yang
menitipkan (consignor). Pihak yang menerima tittipan (consignee) tidak mempunyai hak atas
barrang-barang tersebutu sehingga tidak mencatat barang-barang tersebut sebagai
persediaan. Pada waktu menerima laporan, pihak yang menitipkan mencatat penjualan dan
mengurangi persediaan barangnya.
4.    Penjualan angsuran ( installment sales)
Dalam penjualan angsuran, hak atas barang tetap pada penjualan sampai seluruh harga
jualnya dilunasi. Penjual akan melaporkan barang-barang tersebut dalam persediaannya
dikurangi dengan jumlah yang sudah dibayar. Pembeli akan melaporkan barang-barang
tersebut dalam persediaannya sejumlah yang sudah dibaarkan.
Apabila dianggap bahwa kemungkinan pembatalan penjualan tersebut adalah kecil maka
penjual dapat mengakuinnya sebagai penjualan biasa yang diangsur. Dan pembeli dapat
mencatatnya sebagai pembelian biasa yang pembayarannya diangsur. Ada beberapa cara
penjualan angsuran dimana masing-masingcara akan ditentukan cara mencatatnya.

C.  Perhitungan Harga Pokok Penjualan


Untuk dapat menghitung harga pokok penjualan dan harga pokok persediaan akhir dapat
digunakan berbagai cara yaitu :
a.       Identifikasi khusus
Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa arus biaya. Untuk itu perlu dipisahkan tiap-tiap
jenis barang berdasarkan harga pokoknya dan untuk masing-masing kelompok dibuatkan
kartu persediaan sendiri, sehingga masing-masing harga pokok bisa diketahui. Harga pkok
penjualan terdiri dari harga pokok barang yang dijual dan sisanya merupakan persediaan
akhir. Metode ini dapat digunakan dalam perusahaan-perusahaan yang menggunakan proses
pencatatan persediaan dengan cara fisik maupun cara buku.
b.        Metode rata-rata
Metode rata-rata sederhana , harga rata-rata persatuan barang dihitung dengan cara
menjumlahkan harga persatuan setiap transaksi pembelian termasuk pesediaan. Awal periode
dibagi dengan jumlah transaksi pembelian termasuk persediaan awal periode.
Metode rata-rata tertimbang, rata-rata harga persatuan barang dihitung dengan cara membagi
jumlah harga pembelian barang yang disediakan untuk dijual dengan jumlah kualitasnya.

c.       Metode  Masuk Prtama Kluar Pertama (FIFO/ MPKP)


Harga pokok persediaan akan dibebankan sesuai dengan urutan terjadinya. Apabila ada
penjualan atau pemakaian barang-barang maka harga pokok yang dibebankan adalah harga
pokok yang paling terdahulu, disusul yang masuk berikutnya. Persediaan akhir dibebani harga
pokok terakhir.

d.        Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP/LIFO)


Barang –barang yang dikeluarkan dari gudang akan dibebani dengan harga pokok pembelian
yang terakhir disusul dengan yang masuk sebelumnya. Persediaan akhir dihargai dengan
harga pokok pembelian yang pertama dan berikutnya.

Akibat Kesalahan Mencatat Persediaan


Kesalahan dalam mencatat jumlah persediaan barang akan mempengaruhi neraca dalam
laporan laba rugi. Kesalahan-kesalahan yang terjadi mungkin hanya berpengaruh pada
periode bersangkutan atau mungkin mempengaruhi juga periode-periode berikutnya.
Kesalahan ini bila diketahui harus segera dibuatkan koreksinya baik terhadap rekening riel
maupun rekening nominal.
Beberapa kesalahan pencatatan persediaan dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan
adalah sebagai berikut :
a.      Persediaan akhir dicantumkan terlalu besar akibat dari salah hitung. Harga atau salah
mencatat barang-barang yang sudah dijual.
Tahun berjalan : Laporan laba rugi; harga pokok penjualan terlalu kecl arena persediaan akhir
terlalu besar, dan laba terlalu besar; neraca, persediaan barang terlalu besar dan modal
terlalu besar.
Tahun berikutnya: Laporan laba rugi, harga pokok penjualan terlalu besar karena persediaan
awal terlalu besar, dan laba terlalu kecil; neraca, kesalahan tahun lalu sudah diimbangi oleh
kesalahan laporan laba rugi tahun ini sehingga neraca benar.

c.      Persediaan akhir dicantumkan terlau besar bersama dengan belum dicatatnya piutang
dan penjualan pada akhir periode.
Tahun berjalan: Laporan laba rugi, penjualan terlalu kecil sebesar harga jual barang-barang
tersebut dan harga pokok penjualan terlalu kecil sebesar harga pokok barang-barang tersebut
sehingga laba bruto dan laba bersih terlalu kecil sebesar laba bruto dari penjualan tersebut;
neraca, piutang terlalu kecil sebesar harga jual barang-barang tersebut dan persediaan
barang terlalu besar sebesar harga pokok barang tersebut, sehingga modal terlalu kecil
sebesar laba bruto dari penjualan tersebut.
Tahun berjalan: Laporan laba rugi, penjualan tahun lalu dicatat dalam  tahun ini sehingga
penjualan terlalu besar sebesar harga jual. HPP juga terlalu besar sebesar harga pokoknya,
karena persedian awal terlau besar, sehingga laba bruto dan laba bersih terlalu besar sebesar
laba bruto penjualan tersebut; neraca kesalahan tahun lalu sudah diimbangi oleh kesalahan
laporan laba rugi tahun ini sehingga neraca benar.

d.     Persediaan akhir dicantumkan terlalu kecil bersama dengan belum dicatatnya utang dan
pembelian pada akhir periode.
Apabila kesalahan-kesalahan persediaan baru diketahui setelah buku-buku ditutup pada akhir
tahun berikutnya maka kesalahan-kesalahan tersebut sudah tidak mempunyai pengaruh apa-
apa  (country balanced), oleh karena itu tidak diperlukan koneksi atau kesalahan-kesalahan
tersebut

2. Bukti Barang Masuk


Bukti barang masuk adalah catatan yang berisi informasi tentang supplyer mana barang berasal,
harga awal dan kategori lainnya yang dimiliki suatu barang dan dapat digunakan untuk
mencocokkan data pembukuan dengan barang yang ada di gudang.
3. Bukti Barang Keluar
Bukti catatan barang keluar adalah catatan yang berisi informasi tentang tanggal, jumlah, harga
dan kemana barang persediaan tersebut berpindah tangan alias dijual.
4. Bukti Keluar Masuk Barang
Di zaman teknologi sekarang ini sudah banyak tersedia berbagai macam
aplikasi (software) computer untuk menunjang kemudahan dalam pencatatan, penyimpanan dan
penghitungan transaksi akuntansi pada perusahaan.
Gambar diatas menunjukkan dokumen yang menggambarkan dan menyajikan informasi lengkap
tentang keluar masuk barang pada suatu periode. Dokumen ini digunakan pada saat ingin melihat
data pencatatan barang yang masuk atau keluar secara lengkap dibandingkan dengan kedua
dokumen sebelumnya.

5. Kartu Count Tag
Dokumen ini merupakan dokumen yang digunakan pada saat terjadi pelaksanaan stock opname.
Kartu ini akan menyediakan informasi tentang nama barang, tipe barang lokasi barang dan lokasi
kosong untuk jumlah, jenis kemasan satuan, tanda tangan orang gudang non gudang dan auditor.
Pada pelaksanaannya biasanya kartu count tag ini dibuat dua rangkap yaitu yang asli diberikan
kepada team Admin dan yang copy di tempelkan di barang yang sudah dihitung.

Itulah ke enam dokumen/bukti yang dibutuhkan saat melaksanakan kegiatan  perhitungan


fisik stock opname.
Persediaan barang dagang diklasifikasi sesuai dengan karakteristik perusahaan tersebut, apakah
bentuknya adalah perusahaan dagang atau perusahaan manufaktur. Untuk perusahaan dagang
kita akan mengenalnya dengan sebutan 
a) Merchandise Inventory, yaitu persediaan barang dagangan yang dimiliki oleh perusahaa barang
dagang. Adapun karakteristik utama dari persediaan ini adalah dimiliki oleh perusahaan yang siap
untuk dijual kepada konsumen.
b) Manufacturing inventory.
Adapun karakteristik utama dari persediaan ini adalah ada beberapa jenis inventory belum siap
untuk dijual kepada customer. Inventory perusahaan ini terdiri dari :
(1) Finished Goods Inventory, yaitu barang yang telah selesai diproduksi dan siap untuk dijual,
(2) Work in Process, yaitu barang yang belum selesai diproduksi atau masih dalam proses
produksi,
(3) Raw Material Inventory, yaitu bahan dasar yang akan digunakan untuk produksi

Anda mungkin juga menyukai