Dokumen 33
Dokumen 33
2.
pasang surut wibawa pancasila sebagai dasar negara tergantung
pada cara pandang masyarakat terhadap pancasila tersebut.
hal ini dikarenakan, terkadang cara pandang generasi kegenerasi
terhadap pancasila tidaklah sama.adapun penyebabnya bisa
dikarenakan berbagai macam hal.seperti, menurunnya jiwa
patriotisme masyarakat, munculnya ideologi2 yang tidak
berlandaskan ideologi pancasila, pengaruh budaya asing dsb.
Karena pancasila disini adalah sebagai ideologi nasional maka dapat
dilihat dari beberapa dimensi:
1. Dimensi idealitas yaitu mengandung cita-cita dan harapan dari
masyarakat.
2. Dimensi realitas yaitu sumber dari isi ideologi dilihat dari realitas
yang ada dilingkungan sekita kita.
3. Dimensi normalitas yang berisikan aturan yang harus dipatuhi oleh
setiap warga negara.
4. Dimensi fleksibilitas yang berisikan dapat berubah dengan
perubahan zaman dan teknologi dan bersifat demokratis dan
terbuka.
Poin ke 4 inilah yang menjadi faktor adanya dinamika pancasila
sebagai dasar negara, karena dilihat dari dimensi fleksibiltas maka
pancasila seharusnya berubah dengan seiring zaman yang ada dan
melihat relitas yang ada dimasyarakat yang semakin hari tidak
mencerminkan sifat-sifat yang terkandung pada pancasila.
3.
“Ketahanan ideologi Pancasila kembali diuji ketika dunia masuk pada
era globalisasi di mana banyaknya ideologi alternatif merasuki ke
dalam segenap sendi-sendi bangsa melalui media informasi yang
dapat dijangkau oleh seluruh anak bangsa,” kata Deputi Bidang
Pengkajian Strategik Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P. membuka Focus
Group Discussion (FGD) tentang Mencari Bentuk Implementasi Nilai-
Nilai Pancasila dalam Era Globalisasi bertempat di Ruang Gatot Kaca,
Senin, 9 Maret 2020.
Pancasila sejatinya merupakan ideologi terbuka, yakni ideologi yang
terbuka dalam menyerap nilai-nilai baru yang dapat bermanfaat bagi
keberlangsungan hidup bangsa. Namun, di sisi lain diharuskan
adanya kewaspadaan nasional terhadap ideologi baru. Apabila
Indonesia tidak cermat, maka masyarakat akan cenderung ikut arus
ideologi luar tersebut, sedangkan ideologi asli bangsa Indonesia
sendiri yakni Pancasila malah terlupakan baik nilai-nilainya maupun
implementasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila sejatinya merupakan ideologi terbuka, yakni ideologi yang
terbuka dalam menyerap nilai-nilai baru yang dapat bermanfaat bagi
keberlangsungan hidup bangsa. Namun, di sisi lain diharuskan
adanya kewaspadaan nasional terhadap ideologi baru. Apabila
Indonesia tidak cermat, maka masyarakat akan cenderung ikut arus
ideologi luar tersebut, sedangkan ideologi asli bangsa Indonesia
sendiri yakni Pancasila malah terlupakan baik nilai-nilainya maupun
implementasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Anggota Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Fikarno Laksono, M.E.,
menjelaskan mengenai tantangan yang dihadapi saat ini. Tantangan
pertama adalah banyaknya ideologi alternatif melalui media
informasi yang mudah dijangkau oleh seluruh anak bangsa seperti
radikalisme, ekstremisme, konsumerisme. Hal tersebut juga
membuat masyarakat mengalami penurunan intensitas
pembelajaran Pancasila dan juga kurangnya efektivitas serta daya
tarik pembelajaran Pancasila.
Kemudian tantangan selanjutnya adalah eksklusivisme sosial yang
terkait derasnya arus globalisasi yang mengarah kepada menguatnya
kecenderungan politisasi identitas, gejala polarisasi dan fragmentasi
sosial yang berbasis SARA. Bonus demografi yang akan segera
dinikmati Bangsa Indonesia juga menjadi tantangan tersendiri untuk
menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda di tengah
arus globalisasi.
rekomendasi implementasi nilai-nilai Pancasila di era globalisasi.
Pertama, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang menarik
bagi generasi muda dan masyarakat.
Rekomendasi selanjutnya adalah membumikan nilai-nilai Pancasila
melalui pendidikan dan/atau pembelajaran berkesinambungan yang
berkelanjutan di semua lini dan wilayah. Oleh karena itu, Dave
menganggap perlu ada kurikulum di satuan pendidikan dan
perguruan tinggi yaitu Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
Kewarganegaraan (P3KN).
Pancasila di masa mendatang akan mempertahankan otoritas negara
dan penegakan hukum serta menjadi pelindung hak-hak dasar warga
negara sebagai manusia. Oleh karena itu, sangat penting untuk
menanamkan kesadaran terhadap potensi bahaya gangguan dari luar
yang dapat merusak dan mengajak siswa untuk mempertahankan
identitas bangsa serta meningkatkan ketahanan mental dan ideologi
bangsa.
“Seharusnya representasi sosial tentang Pancasila yang diingat orang
adalah Pancasila ideologi toleransi, Pancasila ideologi pluralisme, dan
Pancasila ideologi multikulturalisme,” kata Pakar Psikologi Politik
Universitas Indonesia Prof. Dr. Hamdi Moeloek.
Representasi sosial tentang Pancasila yang dimaksud adalah
kerangka acuan nilai bernegara dan berbangsa yang menjadi
identitas Bangsa Indonesia. Hamdi menjelaskan bahwa jika Pancasila
menjadi acuan, maka implementasi nilai-nilai Pancasila akan lebih
mudah terlihat dalam praktik bernegara, misalnya saat pengambilan
kebijakan-kebijakan politik. Selanjutnya Hamdi menjelaskan bahwa
terlihat Pancasila bisa memberikan solusi di tengah adanya beragam
ideologi seperti sosialis dan liberal serta di tengah usaha politik
identitas oleh agama, etnik, dan kepentingan.
4.
Esensi Pancasila sebagai Dasar Negara Kaidan penuntun dalam
pembuatan politik hukum atau kebijakan negrara lainnya.
Kemerosotan penghayatan nilai-nilai Pancasila dapat disaksikan di
semua bidang kehidupan, dari semua kelas sosial, dan di hampir
semua profesi. Fakta paling jelas adalah korupsi yang dilakukan di
semua lini, mulai dari pejabat pemerintah maupun institusi
pemerintah dan swasta.
Catatan Kementerian Dalam Negeri RI menyebutkan bahwa dalam
kurun waktu tahun 2005-2013 ada 277 gubernur, walikota, dan
bupati yang terlibat korupsi, dan 3.000 anggota DPRD terjerat hukum
Dalam kurun waktu yang sama terdapat 137 anggota DPRD provinsi
dan 1.050 anggota DPRD kabupaten/kota terlibat korupsi (Suara
Pembaruan, 9 Desember 2013).
Kasus terbaru yang “mengguncang” seluruh kehidupan bangsa
adalah tertangkap tangannya Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil
Mochtar karena dugaan terlibat suap, merupakan fakta betapa nilai
Pancasila hanya menjadi hiasan bibir kala pejabat mengucapkan
sumpah jabatan. Pendidikan Pancasila bertujuan untuk memberikan
pemahaman benar akan Pancasila.
Tidak disadari, sering Pancasila yang diajarkan akan Pancasila yang
tidak benar, yang merupakan bentuk tersamar dari ideology yang
justru bertentangan dengan Pancasila. Oleh sebab itu Pancasila yang
diajarkan dalam Pendidikan Pancasila adalah Pancasila yang dapat
dipertanggungjawabkan secara juridis-konstitusional dan obyektif-
ilmiah.
UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
diejawantahkan dalam PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan menetapkan kurikulum tingkat Satuan
Perguruan Tinggi wajib memuat mata kuliah pendidikan agama,
pendidikan kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia serta bahasa
Inggris. Pendidikan kewarganegaraan memuat pendidikan Pancasila
sebagai landasan pengenalan mahasiswa terhadap ideologi negara.
Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) kemudian, dalam SK
No.43/DIKTI/Kep/2006 memutuskan tentang rambu-rmbu
Pelaksanan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi, termasuk di dalamnya Pendidikan Pancasila.
Pertanyaannya: Pancasila yang mana? Pertanyaan ini masuk akal
karena Indonesia pernah memiliki tiga UUD, yaini UUD 1945,
Konstitusi RIS 1949, dan UUDS 1950 yang memuat Pancasila pada
pembukaannya. Agar tidak terjadi kesalahpahaman, dikelurkan
Instruksi Presiden (Inpres) No.12 Tahun 1968.
Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara
Untuk memahami urgensi pancasila sebagai dasar negara, dapat
menggunakan 2 metode pendekatan, yaitu instittusional
(kelembagaan) dan human resourse (personal/ sumber daya
manusia).
Pendekatan institusional yaitu membentuk dan menyelenggarakan
negara yang bersumber pada nilai pancasila sehingga bangsa
Indonesia memenuhi unsur-unsur sebagai negara modern, yang
menjamin terwujudnya tujuan negara atau terpenuhinya
kepentingan nasional yang bermuara kepada terwujudnya
masyarakat adil dan makmur.
Sedangkan human resourse terletak pada 2 aspek, yaitu pada orang-
orang yang memegang jabatan pada pemerintahan yang
melaksanakan nilai-nilai pancasila secara murni dan kesekuen
didalam pemenuhan tugas dan tanggung jawabnya dan formulasi
kebijakan negara akan menghasilkan kebijakan yang
mengejawantahkan kepentingan rakyat.
Bagaimana Hubungan Pancasila dengan Proklamasi Kemerdekaan
RI ?
Didalam pembukaan UUD 1945 tepatnya pada alinea ke 3 terdapat
pernyataan kemerdekaan yang dinyatakan oleh rakyat Indonesia,
maka dapat ditentukan letak dan sifat hubungan antara Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus dengan Pembukaan UUD 1945, dengan
disebutkan kembali dalam pernyataan kemerdekaan dalam begian
ketiga Pembukaan menunjukkan bahwa antara Proklamasi dengan
Pembukaan merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisah-
pisahkan.
Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945
Notonegoro (1982:24-26) menegaskan bahwa Undang-Undang Dasar
tidak merupakan peraturan hukum yang tertinggi. Di atasnya, masih
banyak dasar-dasar pokok bagi Undang-Undang Dasar, yang
dinamakan pokok kaidah negara yang fundamental.Hubungan
panacsila dengan pembukaan UUD 1945 Pembukaan UUD 1945
memenuhi syarat unsur mutlak sebagai staatsfundamentalnorm.
Oleh karena itu, kedudukan Pembukaan merupakan peraturan
hukum yang tertinggi diatas Undang-Undang Dasar. pancasila
merupakan asas kerohanian dari pembukaan UUD1945 sebagai
staatsfundamentalnorm. Secara ilmiah akademis, pembukaan UUD
1945 sebagai staatfundamentalorm mempunyai hakikat kedudukan
yang tetap, kuat, dan tak berubah bagi negara yang dibentuk, dengan
perkataan lain, jalan hukum tidak lagi dapat diubah.
5.