Anda di halaman 1dari 5

Kelompok 5 :

1. Wahyu Anggi Pratama (1810104002)


2. Beny Mahardika (1810104009)
3. Wulan Damayanti (1810104036)
4. Sobikhatur Rojabiyah (1810104037)
5. Lina Wati (1810104039)
6. Intan Nurmaya (1810104069)

Mata Kuliah : Tata Kelola Perusahaan

KERANGKA CORPORATE GOVERNANCE

PENGERTIAN

Berdasarkan sudut subjek, terdapat dua pandangan utama yaitu tata kelola perusahaan
sebagai prinsip dan sebagai sistem atau cara. Prinsip mengandung arti normatif, sementara
sistem atau cara lebih bersifat praktis berbentuk aturan-aturan. Hal ini jelas disebutkan dalam
objek yang menjadi sasaran penetapan tata kelola. Semua pihak mempunyai pandangan yang
sama yaitu perusahaan sebagai organisasi, manajemennya atau organnya. Jika dilihat
berdasarkan fungsi terdapat berbagai pengertian yang berbeda titik tata kelola perusahaan
dimaksudkan untuk tujuan sebagai berikut:

a. Pengarahan dan pengendalian


b. Pembentukan sistem
c. Pengambilan keputusan
d. Penciptaan nilai tambah

Konsep tata kelola perusahaan yang dianut Indonesia mengacu pada tujuan akhir
perusahaan yaitu penciptaan nilai tambah. Oleh karena itu, tata kelola perusahaan yang baik
harus mencakup fungsi-fungsi yang akan mendukung tujuan tersebut. Pengertian tata kelola
perusahaan dapat dirumuskan ke dalam berbagai aspek sebagai berikut:

a. Memuat prinsip dasar yang digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan sistem
tata kelola perusahaan.
b. Membangun sistem atau cara berorganisasi.
c. Mendasarkan pada keseimbangan kekuatan dan kewenangan.
d. Menciptakan sistem pertanggungjawaban bagi perusahaan.
e. Mencapai sasaran berupa peningkatan nilai tambah perusahaan dan pemegang saham,
perlindungan kepada stakeholder lain, dan penurunan biaya keagenan.

PRINSIP DASAR

Daniri (2014: 10-17) menjelaskan tentang lima prinsip dasar yang terkandung dalam tata
kelola perusahaan yang baik yaitu:

1. Transparansi, mengandung arti bahwa perusahaan tidak menyembunyikan informasi


yang penting dan relevan kepada para stakeholder, sebagai prinsipalnya. Konsep
transparansi berkaitan dengan upaya untuk menghilangkan kendala asimetri informasi
dalam keagenan. Ketentuan tentang penyajian, pengungkapan, dan pengukuran yang
harus diikuti dalam penyusunan laporan keuangan dan laporan tahunan harus dengan
tegas dan jelas ditetapkan dalam standar dan aturan.
2. Akuntabilitas, berkaitan dengan wewenang yang dimiliki untuk suatu pengambilan
keputusan atau melakukan perbuatan dan tindakan. Akuntabilitas dalam tata kelola
perusahaan yang baik harus dapat digunakan sebagai sistem insentif dan monitoring
dalam teori keagenan.
3. Responsibility, merujuk pada perbuatan dan tindakan yang menunjukkan sikap atau
perilaku yang bertanggung jawab. Responsibilitas juga dapat berarti kepatuhan
kepada apa yang telah dijanjikan kepada pihak luar. Kepatuhan berlaku terhadap
norma atau nilai-nilai keutamaan yang telah dicanangkan atau praktik-praktik bisnis
yang sehat.
4. Independensi, akan menghasilkan keputusan berintegritas karena dalam prosesnya
masalah benturan kepentingan sudah terpecahkan titik dalam pelaksanaan teori
keagenan, konsep independensi memang ditujukan untuk mengatasi masalah
kepentingan pribadi dan sifat oportunistis dari individu atau perusahaan sebagai agen.
Independensi dalam kerangka tata kelola perusahaan dapat diterapkan di perusahaan
sebagai suatu organisasi atau terhadap individu-individu di dalamnya.
5. Fairness atau kewajaran, dalam konteks tata kelola perusahaan, perlakuan yang sama
terhadap semua pemegang saham, baik pemegang saham minoritas maupun mayoritas
adalah salah satu contohnya. Kewajaran dan kesetaraan perlu diterapkan juga kepada
semua pihak dalam perusahaan.

STRUKTUR TATA KELOLA


Lembaga atau institusi yang terlibat dengan tata kelola perusahaan terdiri atas sebagai
berikut:

a. Pemegang saham d. Direksi


b. Stakeholder lain e. Regulator
c. Dewan komisaris f. Profesi

Kedelapan lembaga dan institusi tersebut membentuk struktur tata kelola masing-masing
dengan fungsinya sendiri-sendiri. Dalam konteks tata kelola perusahaan para stakeholder
dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu mereka yang mempunyai kontrak dengan
perusahaan dan mereka yang tidak terikat dengan kontrak. Stakeholder yang mempunyai
kontrak terdiri atas pemegang saham, karyawan, konsumen, pemasok dan kreditur.
Lingkungan dan pesaing termasuk dalam stakeholder yang tidak terikat kontrak dengan
perusahaan. Hubungan antara pemegang saham dan dewan komisaris dan direksi didasarkan
atas konsep fiduciary duty.

Sebagai timbal balik atas kepercayaan direksi dan komisaris melaksanakan doktrin
business judgement rule yang mengharuskan mereka untuk menerapkan asas itikad baik,
kehati-hatian, dan bertanggungjawab dalam melakukan tindakan demi kepentingan
perusahaan. Doktrin lain yang mengatur hubungan antara pemegang saham, direksi dan
komisaris adalah piercing the corporate veil. Menurut doktrin ini pemegang saham, direksi
dan komisaris, jika tidak melaksanakan doktrin fiduciary duty sehingga menyebabkan
kerugian bagi perseroan, terhadap mereka dimungkinkan untuk dimintai pertanggungjawaban
sampai dengan aset pribadi.

Sebagai salah satu penunjang dari struktur tata kelola perusahaan profesi akuntan publik
menempati posisi yang cukup dominan. Fungsi akuntan publik adalah sebagai alat monitoring
dalam hubungan antara komisaris dan direksi sebagai agen dan stakeholder sebagai principle.
Selain akuntan publik, undang-undang nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal
menyebutkan adanya profesi-profesi lain sebagai penunjang pasar modal yaitu konsultan
hukum, penilai, dan notaris.

FUNGSI CORPORATE GOVERNANCE


Zabihollah (2009: 41-42) menyebutkan adanya 7 fungsi corporate governance yaitu:
1. Pengawasan (oversight), dilakukan oleh dewan komesaris untuk menciptakan sistem
monitoring atas jalannya kepengurusan. Fungsi pengawasan meningkatkan
terlaksananya prinsip fairness dalam sistem corporate governance. Efektivitas
pengawasan tergantung pada adanya komisaris independen, tugas dan wewenang
yang dimiliki, komposisi dewan, kualifikasi orang yang ditunjuk, proses
pertanggungjawaban dan sumber daya yang disediakan untuk mereka.
2. Kepengurusan (managerial), direksi bersama dengan pemimpin perusahaan
melakukan fungsi ini terutama dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan perusahaan
yaitu penciptaan nilai bagi pemegang saham dan proteksi kepentingan bagi
stakeholder lainnya. Fungsi ini dituntut untuk menunaikan hampir semua prinsip
corporate governance.
3. Kepatuhan (compliance), berkenaan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang dikeluarkan oleh pihak otoritas atau instansi lain yang diberi wewenang.
4. Audit Internal, memastikan adanya kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan perusahaan. Tugas audit internal: peningkatan efisiensi operasional,
manajemen risiko, pengendalian internal, pelaporan keuangan dan proses tata kelola.
5. Audit Eksternal, berkaitan erat dengan kewajiban pelaporan keuangan yang harus
dipenuhi oleh perusahaan.
6. Monitoring, dilakukan dalam berbagai lapis yaitu 1) Pemegang saham, 2) Dewan
Komisaris, 3) Audit internal, dan 4) direktur kepatuhan dan direktur manajemen risiko
(jika ada) melakukan monitoring terhadap masing-masing bidang.
7. Kepenasihatan, oleh penasihat hukum dan keuangan yang umumnya dilakukan oleh
konsultan independen.
MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE
Menjelaskan bagaimana lembaga atau institusi yang tercakup dalam struktur tata
kelola berinteraksi secara terintegrasi dalam menjalankan fungsi masing-masing. Mekanisme
ini diatur melalui regulasi oleh pihak otoritas (Undang-undang atau peraturan), standar-
standar oleh organisasi profesi atau kebijakan dan prosedur yang dilakukan oleh internal
perusahaan. Standar dan kode etik dikeluarkan oleh profesi akuntan, profesi akuntan publik,
konsultan hukum, profesi aktuaris, appraisal company dan business valuer. Sistem dan
prosedur dari internal perusahaan dapat berupa anggaran dasar, anggaran rumah tangga,
piagam-piagam, dan sistem pengendalian internal, kontrak dsb. Regulasi otoritas, standar
profesi, kebijakan dan prosedur perusahaan harus saling mendukung secara terintegrasi untuk
tercapainya sistem good corporate governance.
Tujuan mekanisme good corporate governance adalah menghasilkan sistem
pertanggungjawaban keuangan yang memadai dari perusahaan kepada stakeholder.
SASARAN DAN TUJUAN
Sasaran yang ingin dicapai dengan dibentuknya sistem tata kelola perusahaan yang baik
yaitu:
1. Peningkatan nilai tambah perusahaan dan pemegang saham, akan tercermin dalam
imbal hasil investasi yang tercakup dalam hasil dividen dan keuntungan modal.
2. Perlindungan terhadap kepentingan stakeholder lain, berhubungan dengan pemenuhan
hak dan kepentingan secara adil dan proporsional.
3. Penurunan biaya keagenan, sasaran internal berfokus pada kepentingan perusahaan
dan tidak harus berupa pengorbanan dalam bentuk uang atau aset lain. Sasaran
eksternal tercermin dalam dapat dicegahnya kehancuran pasar keuangan, dapat
dicegahnya penurunan kekayaan dari banyaknya investor.
PRINSIP OECD
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menyimpulkan bahwa
kerangka tata kelola perusahaan yang dikembangkan harus dapat:
1. Meningkatkan pasar yang transparan dan efisien
2. Konsisten dengan peraturan perundang-undangan
3. Menyatakan secara jelas pembagian tanggung jawab antara wewenang pengawasan,
regulasi dan pelaksanaan.
5 prinsip OECD yaitu:
1. Hak pemegang saham
2. Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham
3. Peran stakeholder
4. Pengungkapan dan transparansi
5. Tanggung jawab dewan

Anda mungkin juga menyukai