Anda di halaman 1dari 19

“RUMUSAN MASALAH DAN HIPOTESIS PENELITIAN”

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Disusun Oleh

Dwi Cahyani Putri Amalina Ira Kurnia


(1192111002) (1192111005) (1192411001)

Kelompok 1

Kelas : PGSD Reguler A 2019

Mata Kuliah : Metodologi Penelitian

Dosen Pengampu : Dr. Wildansyah Lubis, M. Pd.

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIMED-2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan Rahmat-
Nya sehingga kami masih diberikan kesempatan dan kesehatan untuk dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “ Rumusan masalah dan Hipotesis penelitian”. Makalah ini kami buat
guna memenuhi penyelesaian tugas mata kuliah Metodologi penelitian. Semoga makalah ini
dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca.

Dalam penulisan makalah ini , kami tentu saja tidak dapat menyelesaikannya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua kami yang selalu mendoakan.

2. Kepada Bapak dosen Pengampu Dr. Wildansyah Lubis, M. Pd.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan ke
depannya. Akhir kata kami mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada dalam
makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca.

Medan, 06 September 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI
COVER

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
i
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................1

1.3 Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................3

2.1 Rumusan Permasalahan Penelitian.........................................................................3

2.2 Sumber Masalah Penelitian....................................................................................4

2.3 Kriteria Perumusan Masalah Penelitian..................................................................5

2.4 Hipotesis Penelitian................................................................................................7

2.5 Jenis-jenis Hipotesis...............................................................................................8

2.6 Karakteristik Hipotesis Yang Baik.......................................................................10

2.7 Perumusan Hipotesis............................................................................................11

2.8 Pengujian Hipotesis..............................................................................................13

BAB III PENUTUP...................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................15

3.2 Saran.....................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................16

i
i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Dengan dilakukanpenelitian maka
dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Untuk melakukan
penelitian maka harus dilewati berbagai tahapan. Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian ilmiah itu
sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode yang sistematis. Salah satu hal penting yang
dilakukan terutama dalam penelitian kuantitatif adalah merumuskan hipotesis.

Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat tiga alasan utama yang
mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama, Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori.
Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti.
Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melaluiteori mengenai konflik. Kedua, Hipotesis
dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar
dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri.
Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari
nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.

Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis dengan baik terutama peneliti pemula. Masih
banyak terdapat kesalahan dalam menyusun hipotesis. Untuk menyusun hipotesis yang baik setidaknya
peneliti harus mengacu pada criteria perumusan hipotesis, bagaimana jenis- jenis hipotesis dalam
penelitian, maupun pemahaman tentang penelitian tanpa menggunakan hipotesis. Selain itu seorang
peneliti juga harus mengetahui bagaimana cara menguji hipotesis agar terhindar dari kekeliruan yang
mungkin terjadi dalam pengujian hipotesis.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, kami membatasi rumusan masalahnya yaitu pada:

1. Apa rumusan masalah penelitian?


2. Bagaimana sumber masalah penelitian terjadi?
1
3. Apa kriteria perumusan masalah penelitian?
4. Apa Pengertian Hipotesis?
5. Apa saja Jenis-Jenis Hipotesis?
6. Bagaimana Karakteristik Hipotesis Yang Baik?
7. Bagaimana Merumuskan Hipotesis?
8. Bagaimana pengujian atau menguji hipotesis?

1.3 Tujuan

Makalah ini berujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah metodologi penelitian dan Untuk
mengetahui rumusan masalah penelitian, Untuk mengetahui hal-hal sumber masalah penelitian yang
terjadi, Untuk mengetahui kriteria perumusan masalah penelitian, Untuk mengetahui dan memahami apa
yang dimaksud dengan hipotesis, Untuk mengetahui dan memahami apa saja jenis-jenis hipotesis, Untuk
mengetahui dan memahami seperti apa karakteristik hipotesis yang baik dalam penelitian, Untuk
mengetahui dan memahami bagaimana merumuskan hipotesis dengan benar dan Untuk mengetahui
bagaimana langkah untuk melakukan pengujian hipotesis.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Rumusan Permasalahan Penelitian

Sebuah Penelitian diawali dengan merumuskan masalah yang akan dijadikan objek kajian
penelitian. Artinya tidak akan ada yang namanya penelitian jika tidak ada masalah yang hendak
di teliti. Masalah secara sederhana dapat didefinisikan sebagai sesuatu hal yang tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan, artinya ada ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan.
Masalah penelitian mengandung 3 pengertian yaitu :
1. Pertanyaan yang membutuhkan jawaban, artinya pertanyaan-pertanyaan yang
dimunculkan senantiasa dibuat untuk didapatkan jawabannya. Misal dalam konteks tugas
pengawasan pendidikan, dapat ditemukan masalah seperti : Mengapa ada sekolah yang
memiliki etos kerja yang tinggi namun banyak pula sekolah yangmempunyai etos kerja
yang rendah? Nah permasalahan ini dapat diselesaikan dengan cara meneliti dan akhirnya
dapat di temukan jawabannya.
2. Kesulitan yang perlu di pecahkan, artinya dalam bidang pendidikan permasalahan yang
berupa kesulitan ini dapat dihadapi oleh guru, siswa, kepala sekolah, lembaga dll. Contoh
masalah pendidikan dalam lingkup kecil yaitu terkait bagaimana cara mengajarkan
matematika khususnya bangun datar secara efektif di masa pandemi saatini?
3. Kesenjangan antara Harapan dengan Kenyataan, artinya masalah sering terjadi
dikarenakan ada faktor-faktor yang menyebabkan munculnya masalah. Misal : Harapan
guru yaitu siswa mendapatkan nilai A pada mata pelajaran Bahasa Inggris namun
kenyataannya siswa banyak mendapat nilai C karena belum paham tentang grammar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Masalah penelitian khususnya pada ilmu-ilmu terapan,
didasarkan atas fakta empirik yang ada atau yang terjadi dilapangan. Oleh sebab itu perlu
dikumpulkan data dan fakta yang ada dilapangan kemudian membandingkannya dengan
harapan, keinginan, kebutuhan dan berdasarkan rencana, program, konsep, prinsip, aturandan
sistem yang berlaku.

3
2.2 Sumber Masalah Penelitian

Dari masalah-masalah yang ada ini, peneliti perlu mengidentifikasi, memilih dan
merumuskannya. Beberapa hal yang dapat dijadikan sumber masalah dalam penelitian adalah:

a. Bacaan, terutama bacaan yang bersumber dari jurnal-jurnal penelitian karena Suatu
penelitian sering kali tidak mampu memecahkan semua masalah yang ada, karena
keterbatasan penelitian, hal ini menuntut adanya penelitian lebih lanjut dengan
mengangkat masalah-masalah yang belum terjawab.

b. Pertemuan ilmiah, misalnya, seminar, diskusi, dan sebagainya. Dengan pertemuan ilmiah
dapat muncul berbagai permasalahan yang memerlukan jawaban melalui penelitian.

c. Pernyataan pemegang kekuasaan (otoritas) yaitu Sesuatu yang diungkapkan oleh


pemegang otoritas dapat dijadikan sumber masalah, misalnya pendapat Mendiknas
tentang rendahnya kualitas lulusan SMA, rendahnya angka lulusan sekolah kejuruan
yang tidak terserap oleh lapangan pekerjaan dan sebagainya.

d. Observasi (pengamatan) Misalnya: seorang pendidik menemukan masalah dengan


melihat (mengamati) sikap dan perilaku siswanya dalam PBM.

e. Wawancara dan penyebaran angket, Melalui wawancara kepada masyarakat mengenai


sesuatu kondisi aktual di lapangan dapat menemukan masalah apa yang sekarang
dihadapi masyarakat tersebut. Demikian juga menyebarkan angket kepada masyarakat
akan dapat menemukan apa sebenarnya masalah yang dirasakanmasyarakat itu.

f. Pengalaman, artinya masalah bisa diambil dari pengalamaan individu, misalnya pada saat
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di pedesaan. Kita menemukan beberapa masalah di daerah
miskin tersebut yang dapat kita angkat menjadi bahan kajian penelitian.

g. Instuisi yaitu Secara intuitif manusia dapat melahirkan suatu masalah. Masalah penelitian
tersebut muncul dalam pikiran manusia pada saat-saat yang tidak terencanakan misalkan
pada saat sholat, pada saat tidur dll.
2.3 Kriteria Perumusan Masalah Penelitian

Setelah masalah diidentifikasi, selanjutnya perlu dipilih dan ditentukan masalah yang akan
diangkat dalam suatu penelitian. Masalah yang dipilih haruslah researchable dalam arti masalah
tersebut dapat diselidiki. Ada beberapa kriteria dalam merumuskan problematika penelitian yang
baik yaitu Menurut Fraenkel dan Wallen (2010) masalah penelitian biasanya ditunjukkan sebagai
pertanyaan. Karakteristik pertanyaan penelitian yang baik menurutnya adalah:

1. Pertanyaan itu harus feasible, artinya pertanyaan atau masalah penelitian itu dapat
memungkinkan untuk diteliti, dipandang dari segi waktu, energi, atau biaya.

2. Pertanyaan itu harus jelas, artinya pertanyaan tersebut harus dirumuskan dengankalimat
yang sederhana yang dapat disepakati maknanya oleh sebagian besar masyarakat.

3. Pertanyaan itu harus signifikan, maksudnya bahwa masalah penelitian itu akan
memberikan sumbangan pengetahuan yang penting bagi manusia.

4. Pertanyaan itu harus etis, artinya pertanyaan atau permasalahan tersebut apabila diteliti
tidak akan merusak atau membahayakan manusia atau lingkungan alam dan lingkungan
manusia.

Dalam merumuskan masalah penelitian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain
ialah:

1. Rumusan masalah hendaknya singkat dan bermakna, Masalah perlu dirumuskan dengan
singkat dan padat tidak berbelit-belit yang dapat membingungkan pembaca. Masalah
dirumuskan dengan kalimat yang pendek tapi bermakna.

2. Rumusan masalah hendaknya dalam bentuk kalimat tanya. Masalah akan lebih tepat
apabila dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan, bukan kalimat pernyataan.

3. Rumusan masalah hendaknya jelas dan kongkrit. Rumusan masalah yang jelas dan
kongkrit akan memungkinkan peneliti secara eksplisit dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan: apa yang akan diselidiki, siapa yang akan diselidiki, mengapa diselidiki,
bagaimana pelaksanaannya, bagaimana melakukannya dan apa tujuan yang diharapkan.

5
4. Masalah hendaknya dirumuskan secara operasional. Sifat operasional dari rumusan
masalah, akan dapat memungkinkan peneliti memahami variabel-variabel dan sub- sub
variabel-variabel yang ada dalam penelitian dan bagaimana mengukurnya.

5. Rumusan masalah hendaknya mampu memberi petunjuk tentang memungkinkannya


pengumpulan data di lapangan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
terkandung dalam masalah penelitian tersebut.

6. Perumusan masalah haruslah dibatasi lingkupnya, sehingga memungkinkan penarikan


simpulan yang tegas. Kalau toh disertai rumusan masalah yang bersifat umum,
hendaknya disertai penjabaran-penjabaran yang spesifik dan operasional, sebagaimana
dijelaskan pada poin empat di atas.

Ada tiga kriteria untuk menentukan permasalahan yang baik dan pernyataan masalah yang
baik menurut Kerlinger : 2006, yaitu:

1. Masalah harus mengungkapkan suatu hubungan antara dua variabel atau lebih.
Dengan demikian, masalah-masalah itu mengajukan pernyataan-pernyataan
seperti: Apakah motivasi belajar mempengaruhi hasil belajar?

2. Masalah harus dinyatakan secara jelas dan tidak ambigu dalam bentuk
pertanyaan.

3. Masalah & pernyataan masalah harus dirumuskan dengan cara tertentu yang
menyiratkan adanya pengujian yang empiris.

Beberapa contoh rumusan masalah yaitu: Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa antara
yang diajar dengan metode inquiri dan metode problem solving pada mata pelajaran IPA siswa
SD kelas VI?. Apakah ada hubungan positif antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi
belajar siswa SMA X di Mataram? Apakah faktor-faktor penghambat pelaksanaan CBSA di
Sekolah Dasar di Wilayah Kabupaten Dompu? Apakah kesulitan- kesulitan dalam implementasi
program wajib belajar pendidikan dasar di daerah pedesaan?
2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis berasal dari dua suku kata yaitu, Hypo (belum tentu benar) dan tesis(kesimpulan).
Jadi hipotesis adalah hasil atau kesimpulan yang ditentukan dari sebuah penelitian yang belum
tentu kebenarannya, dan baru akan menjadi benar jika sudah disertai dengan bukti-bukti.
Adapun definisi hipotesis menurut para ahli, yaitu:
1. Menurut sekaran (2005), mendefinisikan hipotesis sebagai hubungan yang diperkirankan
secara logis di antara dua atau lebih variable yang diungkap dalam bentuk pernyataan
yang dapat diuji. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian.
Dalam hal ini hipotesis sangat berkaitan dengan perumusan masalah, karena perumusan
masalah merupakan pertanyaan penelitian yang harus dijawab pada hipotesis, dan dalam
menjawab rumusan masalah dalam hipotesis haruslah berdasar pada teori dan empiris.
2. Menurut Atmadilaga (1994), penyusunan hipotesis berupa logika berpikir deduktif dalam
rangka mengambil kesimpulan khusus (hipotesis) dari kesimpulan umum berupa premis-
premis. Adapun kebenaran logika deduktif menganut asas koherensi. Artinya, mengingat
bahwa premis-premis itu merupakan sumber informasi yang tidak perlu diuji lagi
kebenaran ilmiahnya, maka dengan sendirinya hipotesis sebagai kesimpulan dari premis-
premis itumempunyai kepastian kebenaran pula.
3. Fraenkel dan Wallen (1990: 40), berpendapat bahwa hipotesis merupakan prediksi
mengenai kemungkinan hasil dari suatu penelitian.
4. Dalam Yatim Riyanto (1996: 13), menyetakan bahwa hipotesis merupakan jawaban yang
sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Hipotesis
belum tentu benar. Benar atau tidaknya suatu hipotesis tergantung pengujian dari dara
empiris.
5. Suharsimi Arikunto (1995: 71), mendefinisikan bahwa hipotesis sebagai alternatif dugaan
jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya.

Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan sampaiterbukti


melalui data yang terkumpul. Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitian dengan
seksama dan menetapkan anggapan dasar maka ia perlu menguji, ini disebut hipotesis.
Secara garis besar, kegunaan hipotesis adalah sebagai berikut:

 Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.

 Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta yang
kadangkalahilang begitu saja dari perhatian peneliti.

 Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa
koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting yang menyeluruh.

 Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta.

2.5 Jenis-jenis Hipotesis

Adapun jenis-jenis hipotesis, yaitu:

1. Jenis Hipotesis Dilihat dari sifat Variabel yang akan diuji

Dilihat dari sifat Variabel yang akan diuji, Hipotesis penelitian dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu (1) hipotesis tentang hubungan dan (2) hipotesis tentang perbedaan.

Hipotesis tentang hubungan yaitu hipotesis yang menyatakan tentang salinghubungan antara
dua variabel atau lebih, mengacu ke penelitian korelasional. Hubungan antara variabel tersebut
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: (a) hubungan yang sifatnya sejajar tidak timbal balik. (b).
hubungan yang sifatnya sejajar timbal balik. (c) hubungan yang menunjuk pada sebab akibat
tetapi tidak timbal balik.

Sedangkan hipotesis tentang perbedaan, yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan dalam
variabel tertentu pada kelompok yang berbeda. Hipotesis tentang perbedaan ini mendasari
berbagai penelitian komparatif dan eksperimen. Contoh : Ada perbedaan prestasi belajar siswa
SD Antara yang diajar dengan metode ceramah + tanya jawab dan metode diskusi (dalam
Penelitian Ekperimen)

2. Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya (Hipotesis Statistik)


Menurut Yatim Riyanto (1996: 13) hipotesis dilihat dari kategori rumusannya dibagi menjadi
dua, yaitu hipotesis nihil (null hypotheses) yang biasa disingkat dengan H o, dan hipotesis
alternative (alternative hypotheses) yang biasa disingkat dengan Ha.
 Hipotesis nihil (Ho) yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara
suatu variabel dengan variabel yang lain. Contohnya, Tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD. Tidak ada hubungan antara warna
baju dengan kecerdasan siswa.

 Hipotesis alternatif (Ha) yaitu hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara suatu
variabel dengan variabel yang lain. Contohnya, Ada hubungan antara tingkat pendidikan
orang tua dengan prestasi belajar siswa SD. Hipotesis alternatif ada dua macam, yaitu
directional hipotheses (hipotesis terarah) dan non directional hipotheses (hipotesis tak
terarah). (Frankel dan Wallen, 1990: 42; Suharsimi Arikunto, 1989 :57)
 Hipotesis terarah (directional hipotheses) adalah hipotesis yang diajukan oleh
peneliti, di mana peneliti sudah menemukan dengan tegas yang menyatakan bahwa
variabel independent memang sudah diprediksi berpengaruh terhadap variabel
dependent. Misalnya : siswa yang diajar dengan metode inkuiri lebih tinggi
prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan menggunakan
metode curah pendapat (diskusi).
 Hipotesis tak terarah (non directional hipotheses) adalah hipotesis yang diajukan
dan dirumuskan oleh peneliti tampak belum tegas bahwa variabel independent
berpengaruh terhadap variabel dependent. Frankel dan Wallen (1990: 42)
menyatakan bahwa hipotesis tak terarah menggambarkan bahwa peneliti tidak
menyusun prediksi secara spesifik tentang arah hasil penelitian yang akan
dilakukan. Misalnya: Ada perbedaan pengaruh penggunaan metode mengajar
inkuiri dan curah pendapat terhadap prestasi belajar siswa.

3. Jenis hipotesis yang dilihat dari keluasan atau lingkup variabel yang diuji

Ditinjau dari keluasan dan lingkupnya, dapat dibedakan menjadi hipotesis mayor dan
hipotesis minor. Hipotesis mayor adalah hipotesis yang mencakup kaitan seluruh variabel dan
seluruh subjek penelitian. Sedangkan hipotesis minor adalah hipotesis yang terdiri dari bagian-
bagian atau sub-sub dari hipotesis mayor (jabaran dari hipotesis mayor).
Contoh hipotesis mayor :

 Ada hubungan antara keadaan social ekonomi (KSE) orang tua dengan prestasi belajar
siswaSMA.

Contoh hipotesis minor :


 Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA.
 Ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA,
 Ada hubungan antara kekayaan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA.

2.6 Karakteristik Hipotesis Yang Baik


Mengutip pendapat Yatim Riyanto (1996: 16) yang mengatakan bahwa, sebenarnya nilai atau
harga suatu hipotesis tidak dapat diukur sebelum dilakukan pengujian empiris. Namun demikian,
bukan berarti dalam merumuskan hipotesis yang akan diuji dapat dilakukan “semau peneliti”.
Ada beberapa kriteria tertentu yang memberikan ciri hipotesis yang baik. Ciri-ciri hipotesis yang
baik menurut Donald Ary, (Arief Furchan, 1982: 126-129 dan Yatim Riyanto, 1996: 16)
diantaranya:
 Hipotesis harus mempunyai daya penjelas, suatu hipotesis harus merupakan
penjelasanyang mungkin mengenai apa yang seharusnya dijelaskan atau diterangkan.
 Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara variabel-variabel.
Suatu hipotesis harus memprediksi hubungan antara dua variabel atau lebih.
 Hipotesis harus dapat diuji, hipotesis yang diajukan peneliti harus bersifat
testability, artinya terdapat kemampuan untuk diuji.
 Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada. Hipotesis
hendaknya tidak bertentangan dengan teori atau hokum-hukum yang sebelumnya sudah
mapan.
 Hipotesis hendaknya sederhana dan seringkas mungkin.

Sedangkan menurut John W. best (1977) dalam Yatim Riyanto (1996: 16) bahwa ciri- ciri
hipotesis yang baik, yaitu: Bisa diterima oleh akal sehat. Konsisten dengan teori atau fakta yang
telah diketahui. Rumusannya dinyatakan sedemikian rupa sehingga dapat diuji. Dinyatakan
dalam perumusan yang sederhana dan jelas.
Adapun menurut Borg dan Gall (1979: 61-62) dalam Yatim Riyanto (1996: 16) dan
Suharsimi Arikunto (1995: 64-65) mengatakan bahwa hipotesis yang baik harus memenuhi
empat criteria, yaitu:
 Hipotesis hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan antara dua variabel atau
lebih.
 Hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau dasar-dasar teoritis
dan hasil penemuan terdahulu. Walaupun hipotesis baru merupakan jawaban atau dugaan
yang harus diuji kebenarannya, dan dari pengujiannya itu ada kemungkinan terbukti atau
tidak, namun peneliti tidak boleh sembarang menduga. Pemilihan alternatif dugaan
tersebut harus dilakukan secara professional ilmiah yang disertai dengan argumentasi
yang kokoh.
 Hipotesis harus dapat diuji. Berdasarkan criteria ini peneliti dituntut agar mampu mencari
data yang akan digunakan untuk membuktikan hipotesisnya.
 Rumusan hipotesis hendaknya singkat dan padat. Berdasarkan criteria ini hipotesis tidak
boleh menggunakan kiasan kata yang tidak atau kurang bermakna. Hipotesis merupakan
pernyataan suatu kebenaran. Agar kebenaran tersebut dapat dengan cepat dan mudah
dipahami maka sudah selayaknya kalau rumusannya singkat dan padat.

Pendapat lain mengatakan bahwa cirri-ciri hipotesis yang baik, yaitu: Hipotesis harus
menyatakan hubungan. Hipotesis harus sesuai dengan fakta. Hipotesis harus berhubungan
dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuh kembangnya ilmupengetahuan. Hipotesis harus dapat
diuji. Hipotesis harus sederhana. Hipotesis harus bias menerangkan fakta.

2.7 Perumusan Hipotesis


Hipotesis mengandung suatu ramalan. Ketetapan ramalan itu tentu tergantung pada
penguasaan peneliti itu atas ketetapan landasan teoritis dan generalisasi yang telah dibacakan
pada sumber-sumber acuan ketika melakukan telaah pustaka. Menggali dan merumuskan
hipotesis mempunyai seni tersendiri. peneliti harus sanggup memfokuskan permasalahan
sehingga hubungan-hubungan yang terjadi dapat diterka. Dalam menggali hipotesis, peneliti
harus:
 Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan cara
banyak membaca literature-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang
sedang dilaksanakan.

 Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-tempat, objek-


objek, serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam masalah yang sedang
diselidiki.

 Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan lainnya


yangsesuai dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang bersangkutan.

Perumusan hipotesis yang baik dan tepat setidaknya menurut indrianto dan supomo (2002:
77) antara lain dengan mempertimbangkan criteria kreteria tertentu sebagai acuannya dan
penjelasan sebagai berikut :

a. Berupa pernyataan yang mengarah kepada tujuan penelitian, Tujuan penelitian adalah
memecahkan masalah atau utuk menjawab pernyataan penelitian hipotesis dalam
penelitian kuantitaf, merupakan jawaban rasiional yang deduksi dari konsef konsef dan
teori teori yang sudah ada

b. Berupa pernyataan yang dirumuskan dengan maksud ingin diuji secara empiris. Tujuan
penelitian ( penelitian Dasar ) adalah menguji teoritis dan hipotesis maka akar dapatt diuji
, hiotesis harus menyatakan secara jelas variabel-variabal yang di teliti atau berupa
duaaamn tettentu pada hubungan antar dua variable
c. Berupa pernyataan peryataan yang dikembangakan berdasarkan teori-teori lebih kuat jika
dibandingkan dengan hipotesis lawannya. Berapa teori kemungkinan saling bertentangan
satu sama lain, atau terdapat teori yang satu lebih kuat dengan teori lainnya. Hipotesis
yang dikembangkan oleh peneliti harus mempunyai dukungan landasan teoritis lebih
kuat, dari pada alternatif. Dapat terjadi hipotesis lainnya kemungkinan dikembangakan
melalui teori teori yang lainnya.
Pendapat lain mengatakan bahwa, cara orang merumuskan hipotesis itu tidak ada aturan
umumnya. Namun, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
 Hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih.
 Hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan.
 Hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat.
 Hipotesis hendaklah dapat diuji.

2.8 Pengujian Hipotesis


Sebagaimana dikemukakan oleh Donald Ary et al (dalam Arief Furchan, 1982: 133) dan Yatim
Riyanto (1996: 16-17) bahwa untuk menguji hipotesis, peneliti perlu:

 Menarik simpulan tentang konsekuensi yang akan dapat diamati apabila hipotesis itu
benar.

 Memilih metode penelitian yang akan memungkinkan pengamatan, eksperimentasi,


atau prosedur lain yang diperlukan untuk menunjukkan apakah akibat-akibat itu benar
atau tidak.

 Mengumpulkan data yang dapat dianalisis untuk menunjukkan apakah hipotesis


tersebut didukung oleh data atau tidak.

Pengujian ini bertujuan sebagai penjajakan (eksplorasi), deskriptif, dan uji hipotesis.
Pengujian hipotesis merupakan proses yang cukup panjang dan memerlukan akurasi yang tepat
dan sistematis, apalagi data yang diteliti adalah data sampel yang merupakan bagian dari
populasi. Pengujian hipotesis ini adalah ekspektasi peneliti mengenai karakteristik tertentu suatu
populasi yang didukung dengan landasan konseptual tertentu untuk diuji kebenarannya. Langkah
selanjutnya yaitu membuat keputusan untuk menerima atau menolakhipotesis yang diajukan oleh
peneliti tersebut.
Suatu uji hipotesis dikatakan ditolak, jika dari uji statistika yang dilakukan, peneliti
memperoleh hasil akhir bahwa hipotesis nihil yang diajukan peneliti ditolak karena perbedaan
hasil variabel yang terjadi bukan disebabkan oleh suatu kebetulan namun didukung dengan data
yang ada di lapangan. Dan dapat pula karena hipotesis pendamping, hasil statistiknya didukung
atau diterima sebagai hal yang benar. Maksudnya dalam suatu hipotesis statistik, antara hipotesis
nol (H0) dan alternatif (Ha), jika salah satu ditolak, maka yang lainnya pasti diterima sehingga
dapat dibuat keputusan secara tegas yaitu H0 = ditolak, dan Ha = diterima. Dan suatu hipotesis
dikatakan diterima, jika hipotesis yang diturunkan dari hasil kesimpulan kajian teoristis tidak
ditolak. Jika tes statistika menerima hipotesis nihil, hal ini berarti bahwa perbedaan yang
dihasilkan dari proses pengkajian pustaka hanya disebabkan oleh kesalahan tidak disengaja
waktu mengambil data di lapangan. Atau hipotesis riset yang telah diajukan peneliti sebagai
hipotesis pendamping, ditolak atau tidak didukung oleh informasi yang ada.

Untuk itu, sebagaimana dikatakan sebelumnya dalam makalah ini bahwa dalam merumuskan
hipotesis terdapat dua pilihan peneliti, yakni menerima keputusan seadanya saat hipotesis tidak
terbukti atau mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul
tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Rumusan masalah adalah suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui
pengumpulan data untuk mendukung pemecahan suatu masalah. Rumusan masalah
dituliskan dalam bentuk pertanyaan dan harus sesuai dengan topik atau penelitian yang
ingin dibahas.
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu penelitian, yang di manajawaban
tersebut masih memerlukan pembuktian yang empiris. Penelitian yang dilakukan
sebenarnya tidak semata-mata ditujukan untuk hipotesis yang diajukan, tetapi bertuan
menemukan fakta yang ada dan terjadi di lapangan.

Jenis-jenis hipotesis: Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya. Hipotesis dilihat dari sifat
variabel yang akan diuji. Hipotesis dilihat dari keluasan atau lingkup variabel yang diuji. Dalam
merumuskan hipotesis tentunya peneliti juga harus mengetahui terlebih dahulu karakteristik
hipotesis yang baik dan bagaimana merumuskan hipotesis dengan benar. Dalam hal ini sudah
dijelaskan sebelumnya criteria dan perumusan hipotesis yang baik dan benar, yang tentunya
mempunyai tahapan-tahapan.

Setelah merumuskan hipotesis ada yang disebut dengan pengujian hipotesis, pengujian
hipotesis bertujuan untuk menentukan apakah hipotesis yang diteliti terbukti kebenarannya atau
tidak, atau hipotesisnya diterima atau tidak.

3.2 Saran
Manusia adalah tempatnya salah dan lupa, oleh karena itu penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini sangat jauh dari kata sempurna. Karenanya penulis menerima kritikan dan
saran yang membangun untuk kebaikan.
DAFTAR PUSTAKA

Hardani, d. (2020). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.

Dr. Sandu Siyoto, SKM., M.Kes. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi
Media Publishing.
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2013).

Elvinaro Ardianto, Metodologi Penelitian untuk Publik Relations (Bandung: Simbiosa


Retakama Media, 2011) .

Moh. Nazir, Metodologi Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003) .

Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010).

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajawali Pers, 2014).

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo,
2006)

Anda mungkin juga menyukai