8793 24028 2 PB
8793 24028 2 PB
Program Studi Tadris Kimia FTK UIN Mataram, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Indonesia
*Email: yulichemist@uinmataram.ac.id
ABSTRAK
ABSTRACT
(Curcuma longa L.), temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb), green tea (Camelia
sinensis), meniran (Phyllantus niruri L.), salam (Syzygium polyanthum), guava (Psidium
guajava), clove (Sygizium aromaticum), dan garlic (Allium Sativum).
dalam keadaan kering, bahkan ditemukan karena virus bersifat self medication
kasus dimana virus bermutasi dalam tubuh (Syahrir et al, 2020). Sistem imun
manusia sehingga memiliki kemampuan merupakan mekanisme pertahanan tubuh
penyebaran yang sangat kuat dan infeksius yang akan melindungi tubuh dari infeksi
(Burhan, 2020). bakteri, virus, hingga parasite, serta
SARS-CoV-2 merupakan virus dari mengeliminasi zat asing lain dari tubuh
genus Betacoronavirus. Awalnya telah (Aripin, 2019). Untuk itu pada masa ini
diketahui bahwa genus ini memiliki empat sangat penting bagi masyarakat untuk
strain yaitu HKU1, MERS-CoV, OC43, menjaga sistem imun agar tetap kuat untuk
dan SARS-CoV. Namun telah menjaga tubuh dari infeksi virus (Susilo et
dikonfirmasi bahwa SARS-CoV-2 al, 2020).
merupakan strain kelima dari genus ini Salah satu upaya yang dapat
yang dapat menyebabkan pneumonia (Yu dilakukan untuk membangun kekebalan
et al, 2020). Umumnya pasien yang tubuh (sistem imun) adalah dengan
terinfeksi virus ini memiliki gejala seperti menjaga asupan gizi dalam makanan,
batuk kering, sakit tenggorokan, demam, terutama yang mengandung vitamin,
dan sesak nafas (Sohrabi et al, 2020). mineral, dan antioksidan. Vitamin
Kemampuan mutasi dari virus berperan dalam membantu kelancaran
menyebabkan pengembangan vaksin untuk penyerapan zat gizi dan metabolisme
menangani infeksinya memebutuhkan dalam tubuh, sedangkan mineral dapat
waktu yang tidak singkat, hingga saat ini berperan sebagai koenzim, kofaktor dan
belum ditemukan vaksin yang telah diuji antioksidan yang memperkuat sistem imun
klinis untuk mengendalikannya (Siswanto & Ernawati, 2013; Thaha, 2010).
(Supriyatna et al, 2020). Vitamin, mineral dan antioksidan yang
COVID-19 menjadi wabah yang dibutuhkan dapat diperoleh melalui
meresahkan dikarenakan penyebarannya makanan yang bersumber dari hewan
yang terjadi dengan sangat cepat melalui ataupun tanaman, Dewasa ini,
kontak antara manusia dengan manusia. tumbuhan/tanaman telah menjadi sumber
Sehingga jumlah penderita terkonfirmasi utama obat-obatan pada bidang kesehatan
secara drastis meningkat dalam waktu karena adanya bahaya/efek samping
yang singkat. Namun Kemenkes penggunaan obat kimia sintetik.
menyatakan bahwa pemulihan dari infeksi Permintaan global meningkat untuk obat
virus ini dapat dilakukan tanpa perawatan berbahan herbal yang memungkinkan
khusus, jika sistem imun seseorang kuat,
untuk budidaya tanaman obat lokal Jahe merupakan salah satu tanaman
(Oladunmoye & Kahinde, 2011). rempah di Indonesia yang cukup popular
Untuk itu ulasan ini menekankan dimanfaatkan sebagai obat tradisional.
pada berbagai tanaman lokal Indonesia Jahe memiliki rasa pedas yang khas,
sebagai tanaman obat yang berpotensi sehingga cukup sering dimanfaatkan
untuk digunakan dalam pencegahan menjadi minuman untuk menghangatkan
penyebaran COVID-19 baik yang badan (tolak angin). Dewasa ini, selain
memiliki kemampuan sebagai imun jahe putih yang umumnya dikonsumsi
booster, antioksidan, imunomodulator, masyarakat, ternyata terdapat jenis jahe
antimikroba, antivirus dan berkorelasi lain yang memiliki khasiat lebih banyak
dengan ACE2 ataupun komponen virus dan rasa pedas yang lebih kuat, yakni jahe
SARS-CoV-2. Tanaman tersebut antara merah (Zingiber officinale).
lain: jahe merah (Zingiber officinale), Rimpang jahe merah memiliki
kunyit (Curcuma longa L.), temulawak kandungan senyawa bioaktif antara lain
(Curcuma xanthorriza Roxb), teh hijau diarilterpenoid, fenilbutenoid, flavonoid,
(Camelia sinensis), meniran (Phyllantus diterpenoid, sesquiterpenoid, gingerol dan
niruri L.), salam (Syzygium polyanthum), shagaol. Selain itu dalam minyak atsiri
jambu biji (Psidium guajava), cengkeh jahe merah juga terdapat senyawa antara
(Sygizium aromaticum), dan bawang putih lain zingiberene (β-bisabolene, β-
(Allium Sativum). sesquiphellandrene), sitral, sineol,
zingiberol, ar-curcumene, farnesence, dan
II. METODE LAYOUT geraniol (Nur et al, 2020). Senyawa-
Metode yang digunakan dalam senyawa dalam jahe merah dilaporkan
penulisan review artikel ini adalah studi memiliki khasiat sebagai antibakteri,
literatur secara online yang diperoleh antioksidan, antiinflamasi, analgesic,
dengan cara mengakses jurnal-jurnal diuretic, antijamur, antikanker, dan
ilmiah nasional maupun internasional serta antivirus (Kaushik et al, 2020; Ukeh et al,
artikel ilmiah yang berkaitan dengan 2009).
COVID-19 dan aktivitas farmakologi Berdasarkan studi komputasional
tanaman-tanaman lokal di Indonesia. (molecular docking) dilaporkan bahwa
senyawa-senyawa dalam jahe merah
III. HASIL DAN PEMBAHASAN memiliki kemampuan untuk menghambat
A. Jahe Merah (Zingiber officinale) infeksi dari virus termasuk virus SARS-
CoV-2. Ar-curcumene, gingerol, geraniol,
tannin, kafein, vitamin dan pigmen seperti berikatan dengan Mpro (inhibitor 3CLpro)
klorofil dan karotenoid (Kusmita et al, dari virus dan memiliki energi ikatan
2015). terendah (-8.3 kcal/mol) terhadap RdRp
Senyawa catechin dalam teh hijau dibandingkan dengan senyawa catechin
digadang-gadangkan memiliki aktivitas lain sehingga memiliki potensi terbaik
antiviral yang baik. Di dalam teh hijau, sebagai inhibitor in vitro untuk
catechin terdapat berupa catechin-7-O- menghambat replikasi dari virus SARS-
gallate, (-)-epigallocatechin-3-gallate CoV-2 (Singh et al, 2020; Zhou et al,
(EGCG), (-)-epigallocatechin (EGC), (-)- 2020). Jika dibandingkan dengan
epicatechin-3-gallate (ECG) dan (-)- kurkumin, energi ikatan catechin dengan S
epicatechin (EC). EGCG dilaporkan dapat protein dan ACE2 bernilai lebih rendah
berfungsi sebagai antibakteri, antitumor, dengan afinitas yang lebih besar. Catechin
antioksidan, dan antiviral. Untuk dapet berikatan dengan S protein disekitar
kemampuan sebagai antiviral EGCG dan RBD (Receptor Binding Protein) dari virus
ECG memiliki kemampuan yang lebih yang akan menyebabkan fluktuasi pada
baik dalam menghambat (inhibitor) asam amino di sekitar RBD S protein virus
replikasi HIV dibandingkan EGC atau EC. (Jena et al, 2020) sehingga catechin sangat
Selain dapat digunakan sebagai antivirus berpotensi dikembangkan menjadi obat
HIV, EGCG juga dapat menghambat virus potensial untuk COVID-19.
influenza (Song et al, 2005) dan SARS-
CoV-2 (Das et al, 2020). D. Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Hasil molecular docking senyawa- Phyllantus niruri L. memiliki
senyawa catechin menunjukkan bahwa sinonim nama Phyllantus urinaria L.
senyawa-senyawa catechin memiliki dikenal sebagai nama meniran oleh
kemampuan untuk berikatan dengan S masyarakat Indonesia. Tumbuhan ini
protein dan Mpro dari SARS-CoV-2. merupakan tumbuhan liar yang tumbuh di
Catechin-7-O-gallate memiliki hutan, ladang, semak-semak, tepi sungai,
kemampuan sebagai inhibitor pada S tepi pantai, atau sepanjang jalan tanah
protein dan RNA dependent RNA berumput dan tempat lain dengan tanah
polymerase (RdRp) pada SARS-CoV-2 gembur serta berbatu. Meniran memiliki
yang akan menggangu proses infeksi dan kandungan senyawa golongan lignan
replikasi dari virus corona (Nallusamy et seperti phyllantin, hypophyllanthin,
al, 2020). Hasil molecular docking niranthin, nirtetralin phyltetralin, seco-4-
menunjukkan bahwa EGCG mampu hidroksilintetralin, secoisoarisiresmol
keguguran pada ibu hamil dan bersifat Hasil studi in silico menunjukkan
sedatif (Kamruzzaman & Hoq, 2016). bahwa senyawa eugenol sangat berpotensi
sebagai inhibitor Mpro COVID-19 dengan
E. Salam (Syzygium polyanthum) Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE2)
Daun salam merupakan salah satu sebagai reseptornya. Eugenol juga
tanaman yang sangat populer digunakan dilaporkan memiliki afinitas yang baik
oleh masyarakat Indonesia. Tidak hanya yaitu sebesar -6.3 kkal/mol untuk
dikenal sebagai salah satu tanaman rempah, menghambat protease COVID-19. Hasil
masyarakat Indonesia juga sering molecular docking menunjukkan eugenol
menggunakan daun salam sebagai tanaman menjadi salah satu kandidat terbaik yang
alternatif untuk mengobati beberapa berpotensi sebagai inhibitor untuk protease
penyakit seperti hipertensi, kencing manis, COVID-19 bersama dengan senyawa
maag, dan diare. Berdasarkan penelitian kurkumin, kuersetin, artemisin, dan
yang dilakukan oleh Kusuma et al, (2011), hispidulin (Sekiou et al, 2020).
kandungan flavonoid daun salam memiliki Kajian mengenai dosis oral daun
potensi sebagai antibakteri, antioksidan, salam untuk mencegah COVID-19 masih
antiinflamasi, dan antialergi. Selanjutnya, belum dilakukan. Namun, sebagian besar
saponin yang terkandung dalam daun masyarakat Indonesia mengonsumsi air
salam berpotensi sebagai antidiabetes, rebusan daun salam sebagai salah satu
sedangkan steroid dan triterpenoid di metode pengobatan berbagai penyakit.
dalamnya diduga memiliki sifat analgesik. Metode perebusan ini dapat menjadi salah
Selain kaya akan metabolit satu alternatif pemanfaatan daun salam
sekunder, daun salam juga diketahui untuk menjaga daya tahan tubuh agar
memiliki kandungan minyak atsiri yang dapat terhindar dari bahaya COVID-19.
mampu berperan sebagai antioksidan dan
antibakteri. Daun salam memiliki F. Jambu Biji (Psidium guajava)
kandungan minyak atsiri sebesar 17% Jambu biji merupakan salah satu
dengan kandungan utama yaitu eugenol buah lokal yang banyak digemari oleh
dan methyl chavicol (Silalahi, 2017). masyarakat Indonesia. Jambu biji memang
Berdasarkan pengujian in vivo dan in vitro telah diketahui memiliki banyak manfaat.
senyawa eugenol yang telah dilakukan, Tidak hanya buahnya yang lezat untuk
dilaporkan bahwa eugenol dapat dikonsumsi, tetapi bagian lain dari jambu
menghambat perkembangan virus herpes biji memiliki banyak khasiat. Selama ini,
(Benencia & Courrges, 2000). daun jambu biji juga sering digunakan
Fitriansyah, S.N., Wirya, S. and Kamruzzaman, H.M. and Hoq, O., 2016, A
Hermayanti, C., 2016, Formulasi Review on Ethnomedicinal,
Dan Evaluasi Spray Gel Fraksi Etil Phytochemical and Pharmacological
Asetat Pucuk Daun Teh Hijau Properties of Phyllanthus niruri.
(Camelia Sinensis [L.] Kuntze) Journal of Medicinal Plants Studies,
Sebagai Antijerawat. PHARMACY: No.4, No.6 : 173-180.
Jurnal Farmasi Indonesia Kaushik, S., Jangra, G., Kundu, V., Yadav,
(Pharmaceutical Journal of J.P. and Kaushik, S., 2020, Anti-
Indonesia),Vol.13, No.2 : 202-216. viral Activity of Zingiber officinale
Flechas, M.C., Ocazionez, R.E., and (Ginger) Ingredients Against The
Stashenko, E., 2018, Evaluation of in Chikungunya Virus. Virus Disease,
vitro Antiviral Activity of Essential 2020 May, 5 : 1-7.
Oil Compounds Against Dengue Kementerian Kesehatan RI, 2020, Situasi
Virus, Pharmacognosy Journal, Vol. Terkini Perkembangan Novel
10, No. 1: 55-59. Coronavirus (COVID-19).
Gangal, N., Nagle, V., Pawar, Y. and https://covid19.kemkes.go.id/situasi-
Dasgupta, S., 2020, Reconsidering infeksi-emerging/info-corona-
Traditional Medicinal Plants to virus/situasi-terkini-perkembangan-
Combat COVID-19. AIJR Preprints, coronavirus-disease-covid-19-15-
2020 Apr, 34 : 1-6. juli-2020/#.XxEzR2YRWMo
Guo, Y.R., Cao, Q.D., Hong, Z.S., Tan, (diakses 15 Juli 2020).
Y.Y., Chen, S.D., Jin, H.J., Tan, Khaerunnisa, S., Kurniawan, H.,
K.S., Wang, D.Y. and Yan, Y., 2020, Awaluddin, R., Suhartati, S. and
The Origin, Transmission and Soetjipto, S., 2020, Potential
Clinical Therapies on Coronavirus Inhibitor of COVID-19 Main
Disease 2019 (COVID-19) Protease (Mpro) From Several
Outbreak–an Update on The Status. Medicinal Plant Compounds by
Military Medical Research, Vol.7, Molecular Docking Study. Preprint,
No.1 : 1-10. doi:10.20944 : 1-14.
Harish, R. and Shivanandappa, T., 2006, Krisyanella, Susilawati, N. and Rivai, H.,
Antioxidant Activity and 2013, Pembuatan dan karakterisasi
Hepatoprotective Potential of serta penentuan kadar flavonoid dari
Phyllanthus niruri. Food chemistry, ekstrak kering herba meniran
Vol. 95, No.2: 180-185. (Phyllanthus niruri L.), Jurnal
Jena, A.B., Kanungo, N., Nayak, V., Farmasi Higea, Vol. 5, No.1: 9–19.
Chainy, G.B.N. and Dandapat, J., Kusmita, L., Puspitaningrum, I. and
2020, Catechin and Curcumin Limantara, L., 2015, Identification,
Interact With Corona (2019- isolation and Antioxidant Activity
nCoV/SARS-CoV2) Viral S Protein Of Pheophytin From Green Tea
and ACE2 of Human Cell (Camellia sinensis (L.) Kuntze).
Membrane: Insights From Procedia Chemistry, Vol.14, No.14 :
Computational Study and 232-238.
Implication for Intervention. Kusuma I.W., Kuspradini H., Arung E.T.,
Preprint : Nature Research. Aryani F., Min Y.H., Yu HongKim
Joseph, B. and Priya, M., 2011, Review on J.S., Jin S., and, Kim, Y.U., 2011,
nutritional, medicinal and Biological Activity and
pharmacological properties of guava Phytochemical Analysis of Three
(Psidium guajava Linn.). Indonesian Medicinal Plants,
International Journal of pharma and Murraya koenigii, Syzygium
bio sciences, Vol.2, No. 1: 53-69. polyanthum and Zingiber purpurea.