Anda di halaman 1dari 23

RANGKUMAN MATA KULIAH AKUNTANSI MENENGAH I

“PENILAIAN PERSEDIAAN: PENDEKATAN BASIS BIAYA”

Disusun Oleh :

RAIHAN UMARDANI 19013010244

AZEL NAUFAL 19013010253

IFTINANDEA WRESTI R 19013010243

ELSA SABRINA A.P 19013010238

RAPHITA CELYNA 19013010226

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
AKUNTANSI
2020/2021
Kata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa karena atas limpahan rahmat, hidayah dan
inayahnya maka kami dapat menyelesaikan makalah Akuntansi Menengah 1 . Dengan judul
“PENILAIAN PERSEDIAAN: PENDEKATAN BASIS BIAYA” dapat terselesaikan dengan baik dan semampu
penulis.

kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kelemahannya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sangat kami
harapkan dari berbagai pihak sebagai bahan perbaikan dalam proses penyusunan materi yang
selanjutnya.

Tak lupa ucapan terima kasih kami haturkan kepada dosen pengajar selaku dosen mata kuliah
Akuntansi Menengah 1 karena atas jasa dan pengaruhnya kami dapat mengetahui materi tersebut.
Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada Ayah dan bunda tercinta serta kepada rekan-rekan
seperjuangan karena atas dorongan dan semangat kerja samanya yang baik sehinga kami dapat aktif
dalam mengikuti proses belajar pada saat ini.

Terima kasih.
DAFTAR ISI
JUDUL………………………………………………….......... i
KATA PENGANTAR………………………………............. ii
DAFTAR ISI….………………………………….................. iii
PENILAIAN PERSEDIAAN: PENDEKATAN BASIS BIAYA
KLASIFIKASI DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN………..… 4
BIAYA DIMASUKKAN DALAM PERSEDIAAN………...………... 11
ASUMSI ARUS BIAYA MANA YANG HARUS DIADOPSI.……. 12
ASUMSI ARUS BIAYA LIFO………….…………………………… 13
CADANGAN DAN LIKUIDASI LIFO………..……………………... 17
PERBANDINGAN PENDEKATAN LIFO…………………………. 19
KELEMAHAN UTAMA DAN DASAR PEMILIHAN LIFO METODE 22
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 23
A. KLASIFIKASI DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN

Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi
bisnis, atau sebagai bahan baku yang akan digunakan dalam membuat suatu produk. Sebuah
perusahaan dagang, biasanya membeli barang dagangan berbentuk produk jual. Perusahaan
dagang melporkan biaya yang terkait dengan unit-unit yang belum terjual dan masih ada di tangan
sebagai persediaan barang dagang. Hanya satu akun persediaan, persediaan barang dagang, yang
mucul dalam laporan keuangan.

Sementara untuk perusahaan manufaktur memiliki tiga akun pada umumnya, yaitu persediaan
bahan baku, yaitu biaya yang dibebankan terhadap barang maupun bahan baku yang terdapat di
tangan tapi belum dialihkan ke proses produksi; persediaan barang dalam proses, yaitu biaya bahan
baku untuk produk yang telah diproduksi namun belum selesai ditambah dengan biaya tenaga kerja
langsung dalam proses produksi ini; dan persediaan barang jadi yang siap dijual, yaitu produk jadi
yang siap dijual.

Sistem akuntansi yang akurat dan catatan yang aktual merupakan hal yang sangat penting.
Penjualan dan pelanggan bisa hilang apabila produk-produk yang dipesan oleh pelanggan tidak
tersedia. Sehingga perusahaan harus selalu mengendalikan ketersediaan produk secara baik untuk
membatasi biaya akibat banyaknya timbunan persediaan ataupun kekurangannya. Perusahaan
menggunakan salah satu dari dua jenis sistem agar pencatatan persediaan tetap akurat, yaitu :

Sistem Perpetual

Sistem persediaan perpetual secara terus-menerus melacak perubahan akun persediaan. Yaitu,
semua pembelian dan penjualan barang dicatat secara langsung ke akun persediaan pada saat
terjadi. Karakteristik utama dari sistem perpetual adalah sebagai berikut :

1. Pembelian barang dagang untuk dijual kembali atau pembelian bahan baku untuk proses
produksi didebit ke akun persediaan.
2. Biaya angkut, retur pembelian, diskon pembelian dan pengurangan harga lainnya, didebit
ke akun persediaan.
3. Harga pokok penjualan dicatait untuk setiap penjualan dengan mendebit akun harga pokok
penjualan, dan mengkredit persediaan.
4. Persediaan merupakan akun pengendali yang didukung oleh buku besar pembantu yang
berisi catatan persediaan individual. Buku besar pembantu menunjukkan kuantitas dan
biaya dari setiap jenis persediaan yang ada di tangan.

Sistem Periodik

Menurut sistem persediaan periodik, seluruh pembelian persediaan selama satu periode dicatat
dengan mendebit akun pembelian. Total akun pembelian pada akhir periode ditambahkan ke biaya
persediaan on hand pada awal periode selanjutnya untuk menentukan total biaya barang yang siap
dijual selama periode berjalan. Kemudian total biaya barang yang siap dijual dikurangi dengan
persediaan akhir periode berjalan untuk menentukan harga pokok penjualan pada periode tersebut.

Beginning inventory $ 100,000


Purchases, net 800,000
Goods available for sale 900,000
Ending inventory 125,000
Cost of goods sold $ 775,000
Perpetual System Periodic System
vs
|

.
1. Beginning inventory (100 units at $7 = 700)
|
2. Purchase 900 units at $7: |
|
Inventory 6,300 | Purchases 6,300
Accounts payable 6,300 | Accounts payable 6,300
|
3. Sale of 600 untis at $14: |
|
Accounts receivable 8,400 | Accounts receivable 8,400
Sales 8,400 | Sales 8,400
Cost of goods sold 4,200 |
Inventory 4,200 |
|
4. Adjusting entries (ending inventory = 400 units @ $7 = $2,800)
|
No Entry Necessary | Inventory 2,100
| Cost of goods sold 4,200
| Purchases 6,300

Jika yang digunakan adalah system persediaan perpetual dan terdapat perbedaan antara saldo
persediaan perpetual dengan hasil perhitungan fisik, maka diperlukan suatu ayat jurnal terpisah
untuk menyesuaikan akun persediaan perpetual.

A. MASALAH MENDASAR DALAM PENILAIAN PERSEDIAAN

Biaya semua barang yang tersedia untuk dijual atau digunakan harus dialokasikan di antara
barang yang terlah terjual atau digunakan dan barang yang masih ada di tangan. Biaya barang yang
tersedia untuk dijual atau digunakan untuk produksi adalah jumlah dari (1) biaya barang on hand
pada awal periode dan (2) biaya barang yang dibeli atau diproduksi selama satu siklus operasi.
Harga pokok penjualan adalah perbedaan antara biaya barang on hand pada akhir periode dan
biaya barang yang tersedia untuk dijual selama periode berjalan.

Penilaian persediaan bisa menjadi proses yang kompleks yang memerlukan penentuan atas:

1. Barang fisik yang harus dimasukkan dalam persediaan.


2. Biaya-biaya yang harus dimasukkan dalam persediaan.
3. Asumsi arus biaya yang harus diadopsi.
1. Barang Fisik yang Harus Dimasukkan dalam Persediaan

Pembelian harus dicatat ketika hak legal atas barang berpindah ke pembeli. Namun biasanya,
pencatatan pembelian pada saat barang diterima, karena sulit bagi pembeli untuk menentukan
secara pasti kapan hak legal berpindah untuk setiap pembelian.

a. Barang dalam Perjalanan

Jika barang dikirimkan atas dasar FOB shipping point, maka hak kepemilikan berpindah ke
tangan pembeli ketika penjual menyerahkan barang kepada perusahaan jasa pengangkut, yang
bertindak sebagai agen atau pembeli. Jika barang dikirimkan atas dasar FOB destination, maka
hak kepemilikan belum berpindah sebelum pembeli menerima barang dari perusahaan jasa
pengangkut.

Secara teknis, barang yang hak legalnya telah berpindah ke pembeli harus dicatat sebagai
pembelian pada periode fiskal. Barang yang dikirimkan atas dasar FOB shipping point yang masih
berada dalam perjalanan pada akhir periode akan menjadi milik pembeli dan harus diperlihatkan
dalam catatan pembeli. Hak legal atas barang ini berpindah ke pembeli pada saat barang
dikirimkan.

b. Barang Konsinyasi

Metode ini menjelaskan bahwa terjadi kesepakatan antara perusahaan yang mengirimkan
barang dagang ke sebuah agen dalam menjual barang konsinyasi tersebut. Agen tersebut
menyetujui untuk menerima barang tanpa kewajiban apapun selain melindungi dari kehilangan
atau kerusakan, sampai barang terjual kepada pihak ketiga atau pembeli. Ketika agen menjual
barang, pendapatan dikurangi komisi penjualan dan beban penjualan diserahkan kepada
perusahaan. Barang yang telah diserahkan kepada agen, tetap menjadi property perusahaan dan
dimasukkan dalam persediaan perusahaan pada harga beli atau biaya produksi. Sementara agen
tidak membuat ayat jurnal pada akun persediaan untuk barang konsinyasi yang diterima karena
barang tersebut merupakan milik perusahaan.

c. Perjanjian Penjualan Khusus


Seringkali transfer hak legal kepemilikan dan substansi yang mendasari transaksi tidak cocok. Bisa
saja hak legal telah berpindah ke pembeli tetapi penjual barang tetapn menanggung resiko
kepemilikan. Sebaliknya, transfer hak legal mungkin belum terjadi, tetapi substansi ekonomi dari
transaksi itu menyiratkan bahwa resiko kepemilikan telah berpindah ke pembeli. Tiga situasi
penjualan khusus yang sering ditemukan adalah sebagai berikut :

- Penjualan dengan perjanjian beli kembali


Inti dari transaksi ini adalah bahwa pihak pertama membiayai persediaannya dan
mempertahankan risiko kepemilikan, sekalipun hak legal atas barang secara teknis telah
berpindah kepada pihak kedua akibat penjualan. Keuntungan yang diterima pihak pertama
adalah terhindar dari pajak property pribadi, dan terhapusnya kewajiban lancar dari neraca.
Sementara bagi pihak kedua, pembelian barang bisa melakukan perjanjian respirokal di
masa depan.

- Penjualan dengan tingkat retur yang tinggi


Industri-industri yang memiliki perjanjian formal atau informal yang memungkinkan
persediaan dikembalikan dengan menerima seluruh atau sebagian uang yang telah
dibayarkan. Salah satu alternative melaporkan transaksi penjualan tersebut adalah mencatat
penjualan dengan nilai penuh dan kemudian mencatat penjualan sampai kondisinya
menunjukkan jumlah persediaan yang akan dikembalikan oleh pembeli. Ketika jumlah
retur dapat diestimasi secara memadai, maka barang dapat dipandang telah dijual.
Sebaliknya, jika jumlah retur tidak dapat diramalkan, maka penghapusan barang ini dari
persediaan penjual tidaklah tepat.

- Penjualan cicilan
Barang yang dijual secara cicilan menjelaskan bahwa setiap jenis penjualan yang
pembayarannya dicicil secara periodik sepanjang periode waktu tertentu. Karena resiko
kerugian dari piutang tak tertagih lebih besar dalam penjualan cicilan dibandingkan dengan
transaksi penjualan lain, maka penjualan biasanya menahan hak legal atas barang
sampai seluruh pembayaran dilakukan. Barang harus dihapus dari persediaan penjual jika
persentase piutang tak tertagih dapat diestimasi secara memadai.

d. Pengaruh Kesalahan Persediaan

Pos-pos yang dimasukkan atau dikeluarkan secara tidak tepat ketika penentuan harga pokok
penjualan akibat kesalahan penyajin persediaan akan menyebabkan laporan keuangan tidak sesuai.
Kesalahan yang umum terjadi adalah sebagai berikut :

- Salah saji persediaan akhir


Jika persediaan akhir kurang saji, maka modal kerja dan rasio lancar kurang saji. Jika harga
pokok penjualan lebih saji, maka laba bersih kurang saji.

Pengaruh kesalahan-kesalahan ini dapat menurunkan laba bersih pada periode berjalan,
dan meningkatkan laba bersih pada periode selanjutnya. Kesalahan tersebut akan dioffset
pada periode berikutnya karena persediaan awal akan kurang saji, dan laba bersih akan
lebih saji.

- Salah saji pembelian dan persediaan


Kesalahan ini adalah barang tertentu perusahaan tidak dicatat sebagai pembelian dan tidak
diperhitungkan dalam persediaan akhir. Pengaruh dari kesalahan ini terhadap laporan
keuangan adalah seperti berikut :
Kesalahan dalam pencantuman barang dari pembelian dan persediaan akan menyebabkan
persediaan dan hutang usaha kurang saji dalam neraca serta pembelian dan persediaan
akhir periode akan kurang saji dalam laporan laba rugi. Namun, laba bersih untuk periode
berjalan tidak dipengaruhi oleh pengabaian seperti itu, karena pembelian dan persediaan
akhir sama-sama kurang saji dengan jumlah yang sama. Kesalahan tersebut kemudian akan
saling mengoffset dalam harga pokok penjualan. Modal kerja juga tidak berubah, tetapi
rasio lancar akan lebih saji karena persediaan dan utang usaha kurang saji dengan jumlah
yang sama.
BIAYA DIMASUKAN DALAM PERSEDIAAN
Salah satu masalah paling penting dalam menangani persediaan berhubungan dengan berapa
jumlah persediaan yang harus yang dicatat dalam akun. Pembelian (akuisisi) persediaan, seperti
aktiva lain, umumnya di perhitungkan atas dasar biaya.
a. Biaya produk
(product cost) adalah biaya yang” melekat” pada persediaan dan di catat dalam akun persediaan.
Biaya-biaya ini berhubungan langsung dengan transfer barang kelokasi bisnis pembeli dan
pengubahan barang tersebut ke kondisi yang siap di jual. Beban seperti itu mencakup ongkos
pengangkutan barang yang di beli, biaya pembelian langsun lainnya, dan biaya tenaga kerja serta
produksi lain nya yang dikeluarkan dalam memproses barang ketika dijual. Namun karna adanya
kesulitan prak tis dalam mengalokasikan biaya dan beban, maka tidak dimasukkan dalam
penilaian persediaan.
b. Biaya periode
beban penjualan (selling expenses) dan, dalam kondisi yang biasa, beban umum serta adminstrasi
tidak dianggap berhubungan langsung dengan akuisisi atau produk si brang dan, karenanya, tidak
dianggap sebagai bagian dari persediaan. Biaya semacam itu disebut dengan biaya periode secara
konseptual, beban ini merupakan biaya dari produk eperti halnya harga beli awal dan ongkos
pengangkutan.
Biaya bunga yang berhubungan dengan penyiapanpersediaan agar siap dijual biasanya di
bebankan pada saat dikeluarkan. Arguman penting untuk pendekatan ini adalah bahwa biaya
bunga merupakan biaya pembiayaan.
c. Biaya manufaktur
seperti telah dibahas sebelumnya, sebuah bisnis yang membuat barang mengunakan persediaan-
bahan baku,barang dalam proses, barang jadi. Brang dalam proses dan brang jadi meliputi bahan,
tenaga kerja langsung, da biaya overhead manufaktur. Biaya overhead manufaktur meliputi
bahan tidak langsung,tenaga kerja tidak langsung da pos-pos seperti penyusutan , pajak,asuransi,
pemanas, dan listrik yang dibutuhkan dalam proses manufaktur.
d. Perlakuan atas diskon pembelian
Perusahaan melaporkan pembelian dan hutang usaha pada jumlah kotor, pendekatan yang lain
adalah mencatat pembelian dan hutang usaha pada jumlah bersih atau diskon tunai. Perlakuan ini
dianggap lebih baik karena:
- menyediakan pelaporan yang tepat menyangkut biaya aktiva dan kwajiban yang terkait
- menyajikan kesempatan untuk mengukur inefisiensi manajemen jika diskon tidak di ambil.
ASUMSI ARUS BIAYA MANA YANG DIADOPSI
Secara konseptual, identifikasi khusus atas pos-pos yang terjual dan pos-pos yang belum terjual
optimal, tetap cara ini sering kali tidak haya mhal tetapi juga tidak mungkin untuk di terapkan.
Sebagai akibatnya, beberapa Asumsi arus biaya yang bersifat sistematis dapat digunakan.
Sebetulnya ,arus fisik barang aktual dan asumsi biaya sering kali sangat berbeda. Tidak ada
keharusan bahwa asumsi arus biaya yang d pakai terus konsisten dengan pergeraan fisik barang.
Tujuan utama dari pemiliahan asumsi arus biaya adalah untuk memilih asumsi yang paling
mencerminkan laba periodik,sesuai kondisi yang berlaku.
a.Indentifikasi khusus
Digunakan dengan cara mengidentifikasi seiap brang yang dijual dan dalam pos persediaan.
Biaya barang” yang telah terjual dimaukan dalam harga pokok penjualan, sementara biaya
barang’ hsus yang masih berada di tangan dimasukan pada persedian. Metode ini hanya bisa
digunakan dalam kondisi yang memungkinkan perusahan memisahkan pembelian yang berbeda
yag telah dilakukan secara fisik. Metod ini dapat diterapkan dengan baik dalam situasi yang
melibatkan sejumlah kecil item berharga tinggi dan dapat dibedakan.
Dalam industri ritel hal ini meliputi beberapa jenis perhiasan, jas bulu, mobil, dan sejumlah
furnitur. Dalam area manufaktur, meliputi produk pesanan, khusus dan banyak produk yang
diproduksi menurut job cost system.
b. biaya rata-rata
metode biaya rata-rata menghitung harga pos-pos yang terdapat dalam persediaan atas dasar
biaya rata-rata barang yang sama yang tersedia selama suatu periode.
c. First-in First-out ( FIFO )
Dalam metode ini, barang yang lebih dulu masuk diaggap lebih dulu keluar atau dijual sehingga
nilai persediaan akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli atau yang masuk belakangan.
Jadi harga pokok barang yang keluar (dijual) dihitung berdasarkan harga barang yang dibeli
lebih dahulu, sesuai dengan jumlah pembeliannya. Atau dengan kata lain nilai persediaan akhir
barang didasarkan pada harga barang yang dibeli terakhir, sesuai dengan jumlah unitnya.
d. metode penilaian persediaan
 PENILAIAN PERSEDIAAN DENGAN SISTEM FISIK ( PEREODIK)
 PENILAIAN PERSEDIAAN DENGAN SISTEM PERPETUAL
 PENILAIAN PERSEDIAAN DENGAN METODE TAKSIRAN
ASUMSI ARUS BIAYA LIFO
Berdasarkan IFRS, LIFO tidak diizinkan untuk tujuan pelaporn keuangan. Dalam larangannya
tersebut, IASB menyatakan bahwa pengguna LIFO menyebabkan persediaan diakui dalam
laporan posisi keuangan pada jumlah yang tidak menunjukkan hubungan dengan tingkat biasa
persediaan terbaru. LIFO diperbolehkan untuk tujuan pelaporan keuagan di amerika serikat,
diperbolehkan untuk tujuan pajak dibeberapa Negara, dan penggunaannya dapat menghasilakn
penghematan pajak yang signifikan.

LAST-IN, FIRST OUT (LIFO)


Metode LIFO (last-in, first-out) menyesuaikan beban pokok yang terakhir dibeli terhadap
pendapatan.
Contoh:
Tanggal Pembelian Dijual atau Saldo
dikeluarkan
2 maret 2.000 @ $4,00 2.000 unit
15 maret 6.000 @ $4,40 8.000 unit
19 maret 4.000 unit 4.000 unit
30 maret 2.000 @ $4,75 6.000 unit

Jika Call-Mart Inc. menggunakan sistem persediaan periodic, diasumsikan bahwa biaya total
jumlah yang terjual atau dikeluarkan selama bulan tersebut berasal dari pembelian terbaru. Call-
Mart menetapkan harga pada persediaan akhir dengan menggunakan total unit sebagai dasar
perhitungan dan mengabaikan tanggal penjualan atau penerbitan yang pasti. Misalnya, Call-Mart
akan mengasumsikan bahwa biaya 4.000 unit yang ditarik menyerap 2.000 unit yang dibeli pada
tanggal 30 maret dan 2.000 dari 6.000 unit dibeli pada 15 maret.
Tanggal faktur Jumlah unit Biaya unit Total biaya
2 maret 2.000 $4,00 $8.000
15 maret 4.000 $4,40 $17.600
Persediaan akhir 6.000 $25.600

Barang tersedia untuk $43.900


dijual
Dikurangi: $25.600
Persediaan akhir
Beban Pokok $18.300
Penjualan
Jika Call-Mart mencatat persediaan secara perpetual dalam jumlah dan satuan uang, penggunaan
metode LIFO dalam persediaan akhir menghasilkan perbedaan nilai persediaan akhir dan beban
pokok pejualan dibandingkan dengan jumlah yang dihitung melalui metode periodik.
Tanggal Pembelian Dijual atau Saldo
dikeluarkan
2 maret (2.000 @ $4,00) (2.000 @ $4,00)
$8.000 $8.000
15 maret (6.000 @ $4,40) (2.000 @ $4,00)
26.400 =
34.400
(6.000 @ $4,40)
19 maret (4.000 @ $4,40) (2.000 @ $4,00)
$17.600 =
16.800
(2.000 @ $4,40)
30 maret (2.000 @ $4,75) (2.000 @ $4,40)
9.500 =
26.300
(2.000 @ $4,75)

Jadi persediaan $25.600 dan beban pokok penjualan $18.300 menunjukkan umlah yang berbeda
dari perhitungan persediaan perpetual (persediaan $26.300 dan beban pokok penjualan $17.600).
sistem periodic menyesuaikan total penarikan selama satu bulan dengan total pembelian untuk
bulan tersebut dalam penerapan metode LIFO.

METODE PENILAIAN PERSEDIAAN-ANALISIS RINGKASAN


Contoh prosedur persediaan periodik
Saldo awal kas $7.000
Saldo laba awal $10.000
Saldo awal persediaan: 4.000 unit @ $3 $12.000
Pembelian: 6.000 unit @ $4 $24.000
Penjualan: 5.000 unit @ $12 $60.000
Beban operasi $10.000
Tarif pajak penghasilan 40%

Biaya rata-rata FIFO LIFO


Penjualan $60.000 $60.000 $60.000
Beban pokok 18.000 16.000 20.000
penjualan
Laba bruto 42.000 44.000 40.000
Beban operasi 10.000 10.000 10.000
Laba sebelum pajak 32.000 34.000 30.000
penghasilan
Pajak penghasilan 12.800 13.600 12.000
(40%)
Laba neto $19.200 $20.400 $18.000
4.000 @ $3 = 4.000 @ $3 = 5.000 @ $4 =
$12.000 $12.000 $20.000
6.000 @ $4 = 1.000 @ $4 = $4.000
$24.000 =
= $16.000
$36.000
$36.000 : 10.000 =
$3,60
$3,60 x 5.000 =
$18.000

Ilustrasi diatas menunjukkan hasil perbandingan laba neto dari penggunaan biaya rata-rata,
FIFO, dan LIFO.
Persediaan Laba bruto Pajak Laba neto Saldo laba Saldo
Biaya rata- $18.000 $29.200
rata (5.000 x $42.000 $12.800 $19.200 ($10.000 + $20.000
$3,60) $19.200)
FIFO $20.000 $44.000 $13.600 $20.400 $30.400
(5.000 x ($10.000 + $19.400
$4) $20.400)
LIFO $16.000 $28.000
(4.000 x $40.000 $12.000 $18.000 ($10.000 + $21.000
$3) $18.000)
(1.000 x
$4)

KAS pada akhir tahun = Saldo awal + penjualan – pembelian – beban operasi – pajak
Biaya rata-rata - $20.000 = $7.000 + $60.000 - $24.000 - $10.000 - $12.800
FIFO - $19.400 = $7.000 + $60.000 - $24.000 - $10.000 - $13.600
LIFO - $21.000 = $7.000 + $60.000 - $24.000 - $10.000 - $12.000
Seperti yang ditunjukkan, LIFO menghasilkan saldo kas tertinggi pada akhir tahun (karena pajak
yang lebih rendah). Contoh ini mengasumsikan bahwa harga meningkat. Hasil sebaliknya terjadi
jika menurun.
IKHTISAR TUJUAN PEMBELAJARAN UNTUK LAMPIRAN 8A
Metode LIFO mengasumsikan bahwa barang yang terakhir dibeli adlah barang yang pertama
dijual. Metode ini mengaitkan biaya persediaan yang paling baru dibeli dengan pendapatan pada
periode bersangkuran. Pada saat kenaikan harga, penggunaan metode LIFO menghasilkan laba
neto yang lebih rendah serta pajak penghasilan dan arus kas yang lebih tinggi.
A. Cadangan LIFO

Banyak perusahaan menggunakan LIFO untuk tujuan pajak dan pelaporan eksternal,
tetapi menggunakan FIFO, biaya rata-rata, atau sistem biaya standar untuk tujuan pelaporan
internal. Ada beberapa alasan mengapa mereka melakukan hal ini: (1) Perusahaan seringkali
mendasarkan keputusan penentuan harga pada asumsi FIFO, biaya rata-rata, atau biaya
standar, bukan atas dasar LIFO. (2) Pencatatan yang dilakukan atas beberapa dasar lainnya
lebih mudah karena asumsi LIFO biasanya tidak menyerupai arus fisik produk. (3)
Pembagian-laba dan perjanjian bonus lain biasanya tidak didasarkan pada asumsi persediaan
LIFO. Terakhir, (4) pemakaian sistem LIFO murni tidak praktis untuk periode interim, di
mana perusahaan harus membuat estimasi untuk kuantitas dan harga akhir tahun.

Perbedaan antara metode persediaan yang digunakan untuk tujuan pelaporan internal
dengan LIFO disebut sebagai Penyisihan untuk mengurangi persediaan LIFO atau cadangan
LIFO (LIFO reserve). Perubahan saldo penyisihan di atas dari satu periode ke periode
berikutnya dinamakan dengan dampak LIFO. Dampak LIFO (LIFO effect) adalah
penyesuaian yang harus dilakukan atas catatan akuntansi pada suatu tahun tertentu.

B. Likuidasi LIFO
Sampai saat ini, kita telah membahas pendekatan barang-khusus (specific goods
approach) untuk mengkalkulasi biaya persediaan LIFO (yang juga disebut LIFO tradisional
atau LIFO unit). Pendekatan ini seringkali tidak realistis karena dua alasan:

1. Jika perusahaan memiliki banyak item persediaan yang berbeda, maka penelusuran atas
setiap item persediaan itu akan membutuhkan biaya akuntansi yang tinggi.
2. Erosi persediaan LIFO dapat terjadi dengan mudah (yang disebut dengan likuidasi LIFO).
Hal ini sering kali akan mendistorsi laba bersih dan pembayaran pajak yang substansial.
C. LIFO Nilai-Dollar
Untuk mengatasi masalah pengubahan pool dan erosi lapisan persediaan, dikembangkan
metode LIFO nilai-dollar (dollar-value LIFO method). Karakteristik penting dari metode
LIFO nilai-dollar adalah bahwa kenaikan atau penurunan dalam sebuah pool ditentukan dan
diukur dari segi total nilai-dolar, bukan kuantitas fisik barang dalam pool persediaan.

Pendekatan ini memiliki dua keunggulan penting disbanding pendekatan specific-goods


pooled. Pertama, berbagai jenis barang kini bisa dimasukkan dalam pool LIFO nilai-dollar.
Kedua, dalam sebuah pool LIFO nilai-dollar , penggantian dibolehkan apabila penggantinya
merupakan bahan yang sama, atau memiliki tujuan pemakaian yang sama, atau dapat saling
ditukarkan.

D. Pemilihan Indeks Harga


Bagaimana indeks harga ditentukan? Banyak perusahaan menggunakan indeks tingkat harga
umum yang disusun dan dipublikasikan secara bulanan oleh pemerintah federal dan indeks
tingkat harga umum eksternal yang paling popular adalah Consumers Price Index for
Urban Consumers (CPI-U). indeks harga eksternal khusus juga dipakai secara luas. Banyak
asosiasi dagang membuat indeks untuk lini produk atau industri tertentu. Semua indeks ini
dapat digunakan untuk tujuan LIFO nilai-dollar. Jika indeks harga khusus eksternal tidak
tersedia atau tidak relevan, maka perusahaan dapat menghitung indeks harga khusus
internalnya sendiri. Rumus-rumus umum perhitungan indeks adalah sebagai berikut :

𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑏𝑒𝑟𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑖𝑛𝑖


𝑖𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑏𝑒𝑟𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
Perbandingan Pendekatan LIFO
Apa Arti Angka-Angka Itu? Cukup Berbeda!
Ada beberapa cara untuk menerapkan Metode LIFO. Karena setiap variasi menghasilkan, angka
yang berbeda untuk biaya bahan baku yang dikeluarkan, biaya persediaan akhir, dan laba, maka
penting untuk mengikuti prosedur yang dipilih secara konsisten.

*Kelebihan :
1. Mudah menandingakan kos sekarang dengan pendapatan sekarang

2. Jika harga naik, harga barang konservatif

3. laba operasi tidak tercemar oleh untung/rugi fluktuasi harga

4. Jika harga berfluktuasi , dapat meratakan laba tahunan.

*Kelemahan :

1. bertentangan dengan aliran fisik sesungguhnya

2. Tidak menunjukkan potensi jasa yang sesungguhnya /kos yang sudah usang.

Kelebihan Utama LIFO


 Pengaitan
Pengaitan LIFO lebih mengaitkan antara biaya yang lebih baru dengan pendapatan kini, untuk
memberikan ukuran yang lebih baik. Jika perusahaan menggunakan metode Lifo, biasanya produk
atau persediaan yang baru masuk tidak dijual terlebih dahulu. Tetapi disimpan di gudang
persediaan. Karena alasan itulah, penghitungannya berkonsep pada harga persediaan barang
terakhir akan dinilai dengan harga perolehan persediaan saat pertama kali masuk.
Metode Lifo didasarkan pada asumsi bahwa aliran cost persediaan yang keluar berbanding terbalik
dengan kronologi munculnya biaya. Sedangkan ciri dari metode ini ialah harga beli dibebankan
kepada operasi perusahaan terutama dalam periode inflasi.

Dampaknya memang laba yang didapatkan lebih kecil. Akan tetapi pajak yang terutang juga kecil
dibandingkan menggunakan metode lain.
 Manfaat Pajak/Peningkatan Arus Kas
Laporan arus kas adalah salah satu dari laporan keuangan dasar. Laporan ini berguna bagi manajer
dalam mengevaluasi operasi masa lalu dan dalam merencanakan aktivitas investasi serta
pembiayaan di masa depan. Laporan ini juga berguna bagi para investor, kreditur dan pihak lainnya
dalam menilai potensi laba perusahaan. Selain itu, laporan ini juga menyediakan dasar untuk
menilai kemampuan perusahaan membayar utangnya yang telah jatuh tempo. Tujuan laporan arus
kas adalah melaporkan arus kas masuk dan arus kas yang utama dari suatu perusahaan selama satu
periode. Laporan ini menyediakan informasi yang berguna mengenai kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan kas dari operasi, mempertahankan dan memperluas kapasitas operasinya,
memenuhi kewajiban keuangannya, dan membayar deviden.
Manfaat laporan arus kas menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2, yaitu:
1. Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan datang serta
berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya; 2. Laporan
arus kas juga menjadi alat pertanggungjawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode
pelaporan; 3. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya, laporan arus kas memberikan
informasi yang bermanfaat bagi pengguna laporan dalam mengevaluasi perubahan kekayaan
bersih/ekuitas dana suatu entitas pelaporan dan struktur termasuk likuiditas dan solvabilitas.

 Lindung Nilai Laba Masa Depan


Lindung Nilai (Hedging) adalah teknik manajemen risiko dengan menggunakan
derivatif atauinstrumen hedging lainnya untuk mengkompensasi (offset) perubahan nilai
wajar atau perubahan arus kas terkait asset, kewajiban, dan transaksi-transaksi di masa
depan. IAS 39 mencakup prinsip-prinsip akuntansi khusus untuk aktivitas hedging.
Apabila kondisi-kondisi tertentu terpenuhi, entitas diperbolehkan untuk menyimpang
dari ketentuan-ketentuan akuntansi yang lazim dan menerapkan hedge accounting untuk
asset dan kewajiban yang terkait dengan aktivitas hedging. Ketentuan perlakuan
akuntansi mengenai hedging bersifat opsional; entitas tidak diharuskan untuk
menerapkannya. Pengaruh hedge accounting adalah, keuntungan atau kerugian atas
instrumen hedgingdan item-item yang dilindunginya diakui dalam periode yang sama;
keuntungan dan kerugian ditandingkan dalam periode yang sama.
Terdapat dua unsur dalam aktivitas hedging :

1) Instrumen hedging, mencakup derivatif, asset keuangan non-derivatif, atau


kewajiban keuangan non-derivatif. Semua kontrak derivatif dengan pihak eksternal
bisa digunakan sebagai instrumen hedging, kecuali untuk sebagian written options.
Asset dan kewajiban non-derivatif hanya bisa digunakan sebagai instrumen hedging
atas risiko mata uang asing. Untuk menjadi instrumen hedging, nilai wajar
instrumen hedging atau arus kas yang diakibatkannya harus mengkompensasi
perubahan nilai wajar atau arus kas asset, kewajiban, atau transaksi yang
dilindunginya. Untuk tujuan hedging, hanya instrumen yang terkait dengan pihak
eksternal saja yang boleh digunakan sebagai instrumen hedging.
2) Item yang dilindungi, (hedged item) mencakup asset, kewajiban, komitmen
perusahaan, transaksi yang akan terjadi di masa depan, atau investasi netto dalam
operasi luar negeri. Untuk menjadi item yang dilindungi, suatu item harus berisiko
bagi perusahaan, nilai wajar atau arus kas yang diakibatkannya di masa depan
mungkin berubah dan mempengaruhi laba perusahaan.
IAS 39 mengidentifikasi tiga jenis hedging :

1) Fair value hedges, atau lindung nilai wajar

2) Cash flow hedges, atau lindung arus kas

3) Lindung investasi netto dalam operasi luar negeri


Kelemahan Utama Pendekatan LIFO
Meskipun memiliki banyak keunggulan, namun LIFO juga memiliki kelemahan berikut :

1. Berkurangnya Laba
Banyak manajer korporasi memandang penurunan laba yang dilaporkan menurut metode
LIFO salaam periode inflasioner sebagai kelemahan yang nyata, dan lebih memilih untuk
melaporkan laba yang lebih tinggi daripada pajak yang lebih rendah.
2. Persediaan Terlalu Rendah
LIFO mungkin memiliki pengaruh yang mendistorsi terhadap neraca perusahaan. Penilaian
persediaan biasanya ketinggalan zaman karena biaya yang paling tua masih ada dalam
persediaan. Kurang-saji ini membuat modal kerja perusahaan tampak lebih buruk dari
kondisi aktualnya.
3. Arus Fisik
LIFO tidak menyerupai arus fisik item-item persediaan kecuali dalam situasi tertentu. Pada
awalnya, LIFO hanya dapat digunakan dalam situasi tertentu. Situasi ini berubah dari tahun
ke tahun sampai titik di mana karakteristik arus fisik tidak lagi memainkan peranan penting
dalam menentukan apakah LIFO layak dipakai atau tidak.
4. Likuidasi Involuntary / Kebiasaan Membeli Yang Buruk
Jika lapisan atau dasar biaya lama dieliminasi, maka hasil yang ganjil bisa terjadi karena
biaya lama yang tidak relevan dapat dibandingkan dengan pendapatan berjalan. Laba yang
dilaporkan untuk periode bisa terdistorsi, serta perusahaan akan mengalami konsekuesni
pajak yang merugikan dari sudut pandang pajak penghasilan. Karena adanya persoalan
likuidasi, maka LIFO bisa menimbulkan kebiasaan pembelian yang buruk.

Dasar Pemilihan Metode Persediaan


Bagaimana memilih salah satu di antara berbagai persediaan? Walaupun tidak ada aturan
yang absolut untuk itu, namun kecenderungan untuk memilih LIFO biasanya dapat disebabkan
oleh kondisi-kondisi berikut :

1. Harga jual dan pendapatan telah meningkat lebih cepat disbanding biaya, sehingga
mendistorsi laba.
2. Dalam situasi di mana LIFO sudah menjadi tradisi.
Sebaliknya, LIFO mungkin tidak akan tepat dalam situasi di mana :
1. Harga cenderung menurun terhadap biaya.
2. Pemakaian metode identifikasi khusus sudah merupakan tradisi.
3. Biaya per unit cenderung menurun seiring dengan meningkatnya produksi
DAFTAR PUSTAKA
http://kerozzi.blogspot.com/2014/03/pendekatan-dasar-biaya-akm-1.html
Kieso, Donald E, dkk. Akuntansi Intermediate.2007. Jakarta: Erlangga
Hamizar, Nuh Muhammad.Akuntansi intermediate.2008.Jakarta: CV Fajar
Intermediate Accounting IFRS Edition Kieso, Weygandt, and Warfield Volume 1

Anda mungkin juga menyukai