Anda di halaman 1dari 4

Menurut Suraatmaja (2007) dalam Dahyuniar (2018), diare dapat diartikan

sebagai penyakit yang ditandai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan

atau tanpa darah dan lendir.

Diare disebabkanoleh bakteri, virus, fungi, parasit dan beberapa pathogen yang

dapat mengakibatkan gangguan pencernaan, radang usus, dan sebagainya.

Sedangkan faktor yang dapat mempengaruhi penyakit diare yaitu

2.1.1.2 Etiologi

Etiologi atau agen penyebab penyakit diare dapat berupa mikroorganisme

atau agen kimia. Secara klinis, diare dapat disebabkan oleh infeksi, malabsorbsi,

alergi, keracunan, defisiensi imunisasi dansebab lainnya. Akan tetapi, penyebab

yang paling umum yaitu disebabkan karen infeksi atau diare infeksius dan

keracunan akibat bahan kimia tertentu (Koletzko & Osterrieder, 2009).

Diare infeksius merupakan diare akibat infeksi saluran pencernaan yang

disebabkan oleh berbagai macam organisme seperti bakteri, parasit maupun virus

(WHO, 2013). Virus yang paling sering menyebabkan diare pada bayi dan anak-

anak yaitu rotavirus (Gillespie & Bamford, 2009). Rotavirus di lingkungan dapat

ditemukan pada tangan, permukaan benda, makanan, dan air yang

terkontaminasi. Sedangkan bakteri yang paling umum menyebabkan diare pada

anak-anak yaitu bakteri Eschericia coli (E. coli) yang dapat ditransmisikan melalui

makanan atau air yang terkontaminasi (CDC, 2016).

Komplikasi
Diaer yang berkepanjangan dapat menimbulkan masalah kesehatan

lainnya. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat diare yang berkepanjangan

adalah sebagai berikut:

1. Dehidrasi

Diare dapat mengakibatkan kehilangan air dan elektrolit melalui

tinja yang tidak diganti secara seimbang sehingga dapat menyebabkan

kematian.

2. Gangguan Sirkulasi

Diare akut dapat menyebabkan penderita mengalami kekurangan

cairan tubuh dalam waktu singkat. Hal ini dapat menyebabkan

berkurangnya volume darah (hypovolemia) sehingga dapat mengganggu

sirkulasi darah di dalam tubuh. Pada penderita dehidrasi berat, denyut

nadi akan semakin tidak terasa, pengisian pembuluh darah kapiler oleh

darah juga sangat lambat, serta detak jantung yang tidak normal (Koletzko

& Osterrieder, 2009). Penderita yang kehilangan cairan mencapai lebih

dari 10% berat badan dapat mengalami syok (Widoyono, 2011).

3. Gangguan Asam-Basa (Asidosis)

Gangguan asidosis atau asam-basa dalam tubuh pada pasien diare

disebabkan oleh hilangnya elektrolit (bikarbonat) dari dalama tubuh. Hal

ini menyebabkan penderita mengalami nafas cepat untuk membantu

peningkatan pH pada arteri (Widoyono, 2011)

4. Gaangguan Gizi
Anak-anak yang menderita diare biasanya mengalami anoreksia yaitu

asupan makanan semakin sedikit dari biasanya dan berkurangnya

kemampuan emnyerap sari makanan sehingga menyebabkan kekurangaan

gizi pada anak-anak (Fitzwater, dkk. 2011).

Penularan

Diare dapat ditularkan melalui air yang terkontaminasi (waterbone

disease), makanan atau minuman yang terkontaminasi (Foodborne diseases) atau

penularan langsung dari orang ke orang (kontak). Agen penyebab diare umumnya

menyebar melalui fekal oral, yaitu melalui makanan atau minuman yang

terkontaminasi tinja baik secara langsung maupun tidak langsung. Agen penyebab

diare juga dapat dibawa oleh vektor seperti lalat yang kemudian mengkontaminasi

makanan atau minuman. Sedangkan untuk penularan langsung dari orang ke

orang adalah saat melakukan kontak dengan tangan orang yang terkontaminasi

kuman penyebab diare yang tidak mencuci tangan dengan benar (Soegijanto &

Pramana, 2009).

2.1.1.3 Tanda dan Gejala Klinis

Tanda dan gelaja klinis diare terbagi menjadi dua yaitu gejala umum dan

gejala spesifik. Gejala umum yang terjadi apabila seseorang terkena diare yaitu

berak cair sampai lembek yang terkadang tercampur dengan darah dan diikuti

dengan muntah, demam, dan dehidrasi (Koletzko & Osterrieder, 2009).

Sedangkan gejala spesifik diare terjadi pada infeksi akibat patogen

tertentu. Contohnya adalah gejala akibat infeksi Vibrio cholera yang berupa diare
hebat (masif) dengan warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis hingga

mencapai 20 liter per hari (Widoyono, 2011; Gillespie & Bamford, 2009). Pada

infeksi Shigella, gejala khas diantaranya yaitu tinja yang mengandung darah dan

berlendir (CDC, 2015). Gelaja yang terjadi pada kasus infeksi akibat bakteri E.

coli enterohemoragik yang menyebabkan diare berdarah atau haemorrhagic colitis

(WHO, 2011).

Anda mungkin juga menyukai