Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki peran penting dalam pelaksanaan cita-cita
bangsa dan mewujudkan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. Seorang ASN yang
berprofesi sebagai perawat dalam melaksanakan kompetensinya harus menjunjung tinggi
nilai-nilai dasar profesi ASN yaitu memiliki Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA) serta mampu memberikan pelayan prima saat
menjalankan pelayanan public. Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan
kewenangan melakukan tindakan keperawatan beradasarkan ilmu yang dimiliki dan diperoleh
melalui pendidikan keperawatan. Perawat memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia
yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan, dari yang sederhana sampai
dengan kompleks.
Pembangunan kesehatan dijalankan dengan merujuk pada agenda kelima Nawacita
“Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia” yang akan dicapai melalui Program
Indonesia Pintar, Program Indonesia Sehat, dan Program Indonesia Kerja Indonesia Sejahtera.
Program Indonesia sehat memiliki tiga komponen yaitu revolusi mental masyarakat agar
memiliki paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan, dan mewujudkan Jaminan
Kesehatan Nasonal. Kompenen ini selanjutnya disebut sebagai pilar kesehatan.
Menurut World Health Organization (WHO), rumah sakit adalah bagian integral dari
suatu organisasi social dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada
masyarakat. Rumah sakit umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Salah satu rumah sakit umum di Kabupaten Bantaeng adalah RSUD
Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu yang merupakan salah satu lembaga yang memberikan
pelayanan kesehatan secara holistik dan komprehensif kepada seluruh masyarakat. Dari
sekian unit yang tersedia di rumah sakit, salah satu unit pelayanan sub devisi rumah sakit
yaitu unit perawatan khusus cardiovaskuler yang memberikan pelayanan profesional dan
berkualitas yang dibangun sejak bulan desember 2014.
Di perawatan jantung terdapat diagnose yang sering muncul yaitu Heart Failure (HF).
HF merupakan penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat prevalensinya. Menurut WHO
pada tahun 2014 diperkirakan lebih dari 17,5 juta orang meninggal dunia karena serangan
jantung. Diperkirakan bahwa prevalensi HF akan meningkat 46% dari tahun 2012 hingga
2030, menghasilkan lebih dari 8 juta orang yang berusia ≥ 18 tahun dengan HF (Go et al.,
2014). Di Indonesia penyakit jantung menempati nomor 1 penyebab kematian dan memiliki
angka yang cukup tinggi berdasarkan data yang dilakukan oleh kemenkes (2018). Prevalensi
tertinggi berada di Kalimantan Utara 2,2%, sedangkan di Sulawesi Selatan sendiri 1,5%
(Kesehatan, 2018).
Berdasarkan data yang yang telah diperoleh dari RSUD Prof. Dr.H.M. Anwar
Makkatutu Kabupaten Bantaeng jumlah pasien HF. Pada tahun 2015 pasien rawat inap
periode Januari-Desember sebanyak 140 pasien sedangkan rawat jalan sebanyak 313 pasien.
Pada tahun 2016 pasien rawat inap periode Januari-Desember sebanyak 202 pasien,
sedangkan rawat jalan sebanyak 531 pasien. Pada tahun 2017 pasien rawat inap periode
Januari-Desember sebanyak 218 pasien sedangkan pasien rawat jalan sebanyak 476 pasien.
Pada tahun 2018 pasien rawat inap periode Januari-Desember sebanyak 333 pasien sedangkan
rawat jalan sebanyak 3970 pasien. (Rekam Medik RSUD Prof.Dr.H.M.Anwar Makkatutu
Bantaeng). Oleh karena tingginya angka prevalensi HF sehingga menjadi diagnosis medis
yang utama terkait dalam penerimaan perawatan ulang di rumah sakit.
HF merupakan penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang di rumah
sakit meskipun perawatan rawat jalan dan rawat inap telah diberikan secara optimal. Banyak
penelitian sebelumnya dilakukan untuk mengurangi penerimaan kembali HF tetapi tetap
berisiko tinggi untuk rawat inap dengan 20% hingga 25% diterima kembali dalam waktu 30
hari (Vargas, Goel, Stoner, & Fowler, 2018). Biaya yang diproyeksikan akan meningkat
mendekati 70 miliar dengan sebagian besar biaya dikaitkan dengan rawat inap (Vargas et al.,
2018). Adapula penelitian yang mengatakan bahwa tingkat penerimaan kembali HF adalah
mereka yang memiliki tingkat aktivitas yang lebih rendah dibanding dengan tingkat aktivitas
fisik intensitas tinggi (Waring, Gross, Soucier, & ZuWallack, 2017). Dengan demikian,
diperlukan latihan aktivitas fisik dalam mengurangi penerimaan kembali HF.
Latihan aktifitas fisik sangat penting dalam meningkatkan kapasitas fungsional pasien
HF. Kapasitas fungsional ditentukan oleh kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik yang
memerlukan tingkat kapasitas aerobik tertentu atau kekuatan dan ketahanan otot rangka
(Jurgens et al., 2015). Salah satu metode obyektif untuk penilaian kapasitas fungsional
olahraga yaitu Six Minute Walk Test (6MWT) (Buono et al., 2019). 6MWT adalah uji
kapasitas latihan standar, dapat direproduksi dan berteknologi rendah dengan mengukur jarak
yang dapat ditempuh pasien di permukaan yang datar dan keras dalam waktu 6 menit
(Alvarez, Hannawi, & Guha, 2016). 6MWT sering digunakan dan dilakukan dalam praktik
klinis (Buono et al., 2019). Akan tetapi, penggunaan 6MWT dalam pengaturan rawat inap
masih jarang (McCabe et al., 2017).
Berdasarkan hal tersebut diatas, ASN yang memiliki fungsi sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu bangsa diharapkan mampu
menginternalisasi nilai-nilai ANEKA serta memperlihatkan peran dan kedudukan ASN saat
menjalankan tugas pelaksanaan aktualisasi yang berjudul “Mengoptimalkan Kapasitas
Fungsional melalui Six Minute Walk Test (6MWT) pada pasien Heart Failure (HF) Di Ruang
Perawatan Jantung RSUD. Prof.Dr.H.M. Anwar makkatutu Bantaeng”.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari rancangan aktualisasi ini adalah untuk mengoptimalkan kapasitas
fungsional melalui 6MWT pada pasien HF.
C. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari rancangan aktualisasi ini adalah terkait
pengoptimalan kapasitas fungsional melalui 6MWT pada pasien HF di ruang perawatan
khusus jantung RSUD. Prof. Dr.H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng
1. Terwujudnya kepuasan customer dengan pengoptimalan kapasitas fungsional melalui
6MWT pada pasien HF di ruang perawatan khusus jantung RSUD. Prof. Dr.H.M. Anwar
Makkatutu Bantaeng
2. Terciptanya pelayanan SOP 6MWT pada pasien HF di ruang perawatan khusus jantung
RSUD. Prof. Dr.H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng
3. Terbentuknya keprofesionalan dalam pribadi penulis yang akan menjadi bekal berharga
untuk kemudian diterapkan di lingkup pelayanan keperawatan rawat inap rumah sakit.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup rancangan aktualisasi ini adalah seputar optimalisasi kapasitas
fungsional melalui 6MWT pada pasien HF di ruang perawatan khusus jantung RSUD.
Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng yang dikaitkan dengan nilai-nilai mata pelatihan
dasar CPNS diantaranya Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti
Korupsi, Manajemen ASN, Pelayanan Publik dan Whole of Government.

Anda mungkin juga menyukai