Anda di halaman 1dari 27

MANAJEMEN STRATEGIK

“ PENGAWASAN, EVALUASI DAN UMPAN BALIK STRATEGIK”

DOSEN PEMBIMBING

ZAINAL RUMA, S.Pd.,MM

OLEH KELOMPOK 1:

IRMAWATI : 1993142043

NURHAISYAH : 1993142019

NURUL JIRANA : 1993142050

KHUSNUL KHATIMAH : 1993142049

ANDI ALIF KHAERUDDIN : 1993142044

MANAJEMEN D

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan berkah, rahmat, karunia serta hidayah-Nyalah kami dapat menyalesaikan makalah
Manajemen Strategik.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Manajemen Strategik. Untuk itu kami selaku penyusun sangat berterimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Terutama kepada dosen mata
kuliah Manajemen Strategik yang telah memberikan bimbingannya sehingga makalah ini
dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.

Selaku penyusun kami sangat mengetahui bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun agar kami
dapat menyusunnya kembali lebih baik dari sebelumnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi kami selaku
penyusun.

Makassar,21 Februari 2021

penyusun

i
i

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi.


Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan.
Suatu Pengawasan dikatakan penting karena Tanpa adanya pengawasan yang baik
tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasinya
itu sendiri maupun bagi para pekerjanya.

Di dalam setiap organisasi terdapat tujuan yang ingin dicapai secara bersama,
sehingga dalam setiap anggota harus bekerja berdasarkan arahan dan orientasi tujuan
yang hendak dicapai. Oleh karena itu, di dalamnya tentu dibutuhkan pengawasan,
evaluasi dan masukan dari setiap anggota (umpan balik), sehingga tujuan dapat
dicapai secara efektif dan efisien. Pengawasan atau kontrol merupakan fungsi di
dalam manajemen fungsional yang harus dilaksanakan oleh setiap pimpinan atau
manajer atau satuan unit kerja terhadap pelaksanaan pekerjaan di lingkungannya.

Setiap kegiatan pengawasan memerlukan tolok ukur atau kriteria untuk


mengukur tingkat keberhasilan dalam bekerja, yang dalam penilaian kinerja (evaluasi)
disebut Standar Pekerjaan. Tanpa tolok ukur, maka tidak satupun sistem kontrol yang
dapat dilakukan secara efektif. Oleh karena itu, pengukuran suatu sistem kontrol
terdiri dari standar (tolok ukur), proses pengukuran (penilaian), koreksi dan umpan
balik yang diberlakukan dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan kinerja dalam
organisasi.

Suatu organisasi juga memiliki perancangan proses pengawasan, yang berguna


untuk merencanakan secara sistematis dan terstruktur agar proses pengawasan
berjalan sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau direncanakan. Untuk menjalankan
proses pengawasan tersebut dibutuhkan alat bantu manajerial dikarenakan jika terjadi
kesalahan dalam suatu proses dapat langsung diperbaiki. Selain itu, pada alat-alat
bantu pengawasan ini dapat menunjang terwujudnya proses pengawasan yang sesuai
dengan kebutuhan. Pengawasan juga meliputi bidang-bidang pengawasan yang
menunjang keberhasilan dari suatu tujuan organisasi.

Bertolak dari latar belakang sebelumnya, dapat dipaparkan bahwa yang


menjadi permasalahan kemudian dapat dirumuskan adalah “pentingnya pengawasan,
evaluasi dan umpan balik dalam rangka pencapaian tujuan secara efektif dan efisien”.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pentingnya fungsi pengawasan?
2. Bagaimana teknik-teknik pengawasan?
3. Bagaimana penilaian sebagai fungsi manajerial stratejik?
4. Apa manfaat hasil pengawasan?
5. Bagaimana pentingnya peranan umpan balik?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pentingnya fungsi pengawasan.
2. Untuk mengetahui teknik-teknik pengawasan.
3. Untuk mengetahui penilaian sebagai fungsi manajerial stratejik.
4. Untuk mengetahui manfaat hasil pengawasan.
5. Untuk mengetahui pentingnya peranan umpan balik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengantar

Suatu strategi per definisi berorientasi ke masa depan, karena pemilihan


strategi tertentu pada umumnya didasarkan pada bagian asumsi dasar yang digunakan
oleh para perumus dan penentu strategi, yang dengan sepenuhnya menyadari bahwa
tidak semua peristiwa dan faktor berpengaruh pada implementasi strategi yang dapat
di perkirakan dengan tepat. Kenyataan demikian didasarkan pada benarnya rumus
yang mengatakan bahwa “satu-satunya kepastian tentang masa depan ialah
ketidakpastian” dan “satu-satunya yg konstan di dunia adalah prubahan.”

Telah ditekankan dimuka bahwa efektif tidaknya suatu strategi sebagai


instrumen untuk mencapai tujuan suatu organisasi, tidak terlihat pada proses
perumusan dan penentuannya sebagai akibat analisis stratejik yang dilakukan
terhadap berbagai alternatif yang layak dipertimbangkan, malainkan pada
implementasinya. Untuk menentukan apakah implementasinya terlaksana
sebagaimana mestinya atau tidak, manajemen mutlak perlu melakukan 3 jenis
tindakan yaitu: melakukan pengawasan, membuat penilaian, dan menciptakan suatu
sistem umpan balik yang bersifat stratejik. Ketiga jenis tindakan kiranya relevan
untuk menekankan kerangka berfikir yang digunakan dalm pembahasan.

Ketiga hal tersebut dipisahkan dengan berbagai pertimbangan teoritikal


sebagai berikut : Pertama, definisi yang lumrah diberikan kpd pengawasan “
leseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional guna menjamin
berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari
definisi tersebut terlihat bahwa pengawasan diselenggarakan pada waktu kegiatan
operasional sedang berlangsung, berarti : orientasi waktu pelaksanaan pengawasan
adalah sekarang, sasaran ppengawasan terbatas pada keterkaitannya pada rencana,
sifat pengawasannya preventif

Kedua, penilaian dapat didefinisikan sebgai “ upaya yng dilakukan secara


sada dan sistematik untuk membandingkan hasil yang nyatanya dicapai dengan hasil
yang seharusnya dicapai yang dikaitkan dengan tujuan, sasaran dan rencana dalam
strategi sebagai produk proses perencanaan setelah suatu tahap operasional dilalui.
Definisi tersebut terlihat orientasi waktunya masa depan dalam artian bahwa hasil
penilaian akan sangat bermanfaat untuk kedepannya, sasaran penilaian bukan hanya
terkait tentang rencana malainkan seluruh faktor organisasi yg sifatnya kritikal,
berbeda dgn perencanaan sifat penilaiannya korektif dan proaktif

Ketiga, pentingnya penciptaan suatu sistem umpan balik tdk mendapatkan


penekanan dalam fungsi pengawasan juga pda fungsi penilaian. Padahal umpan balik

3
mutlak diperlukan oleh manajemen puncak dan para perumus strategi lainnya, sebagai
bahan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas

1.1 PENTINGNYA FUNGSI PENGAWASAN

Pengawasan diciptakan karena terlalu banyak kasus di suatu organisasi yang


tidak dapat terselesaikan seluruhnya karena tidak ditepatinya waktu penyelesaian
(deadline) anggaran yang berlebihan, dan kegiatan lain yang menyimpan dari rencana
semula. Tidak sedikit pakar yang menekankan bahwa perencanaan dan pengawasan
merupakan “dua sisi mata uang yang sama”. Artinya, pengawasan memang
dimaksudkan untuk lebih meminjam bahwa semua kegiatan yang diselenggarakan
dalam suatu organisasi didasarkan pada suatu rencana, termasuk suatu strategi yang
telah ditetapkan sebelumnya tanpa perlu mempersoalkan pada tingkat manajerial
mana rencana tersebut disusun dan ditetapkan.. Langkah awal suatu pengawasan
sebenarnya adalah perencanaan dan penetapan tujuan berdasarkan pada standar atau
sasaran Pengawasan dilakukan untuk mencegah terjadinya deviasi dalam
operasionalisasi suatu rencana sehingga berbagai kegiatan operasional yang sedang
berlangsung terlaksana dengan baik dalam arti bukan hanya sesuai dengan rencana,
akan tetapi juga dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang setinggi mungkin.

Pengawasan terkadang juga disebut sebagai evaluating appraising atau


correcting. Pengertian pengawasan yaitu proses penjamin pencapaian tujuan
organisasi. Jadi di sini ada kaitan yang erat antara pengawasan dan perencanaan.
Pengawasan adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan
organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Pengawasan
adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang
sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sesuai atau tidak
dengan yang semestinya.

Kesimpulannya, pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk


menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan sistem
informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan
serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.

Fungsi pengawasan berguna untuk memastikan bahwa aktivitas yang sedang


berjalan sesuai dengan tujuan, rencana dan standard organisasi. Proses pengawasan
terdiri dari lima langkah yaitu

1. penetapan standard pelaksanaan.


2. penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan.
3. pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata.

4
4. pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standard dan penganalisaan
penyimpangan-penyimpangan;
5. pengambilan tindakan koreksi bila perlu.
Perubahan dalam lingkungan organisasi, semakin rumitnya kegiatan-kegiatan
organisasi dan kenyataan bahwa para anggotanya melakukan penyimpangan-penyimpangan,
merupakan faktor-faktor yang membuat pengawasan itu semakin penting. Agar sistim
pengawasan dapat berfungsi secara efektif, maka sistim ini harus akurat, tepat waktu,
obyektif dan komprehensif.

Secara konseptual dan filosofis, pentingnya pengawasan berangkat dari


kenyataan bahwa manusia penyelenggara kegiatan operasional merupakan makhluk
yang tidaak sempurna dan secara inheren memiliki keterbatasan, baik dalam arti
interpretasi makna suatu rencan, kemampuan, pengetahuanya maupun keterempilan.
Artinya dengan itikad yang baik, dedikasi dan loyalitas yang tinggi serta pengerahan
kemampuan fisik dan mental sekalipun, para penyelenggara kegiatan mungkin saja
berbuat khilaf bahkan kesalahan. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua
anggota organisasi yang selalu menampilkan perilaku demikian. Sengaja atau tidak
perilaku negatif ada kalanya muncul dan berpengaruh pada kinerja seseorang, dengan
hal tersebut maka pengawasan mutlak adanya dan perlu dilakukan.

Adapun yang menjadi sasaran dalam pengawasan adalah sebagai berikut:

a. bahwa melalui pengawasan pelaksanaan tugas-tugas yang telah ditentukan


sungguh-sungguh sesuai dengan pola yang telah digariskan dalam rencana,
b. bahwa struktur serta hirarki organisasi sesuai dengan pola yang telah ditentukan
dalam rencana,
c. bahwa seseorang sungguh-sungguh ditempatkan sesuai dengan bakat, keahlian dan
pendidikan serta pengalamannya dan bahwa usaha pengembangan keterampilan
bawahan dilaksanakan secara berencana, kontinu dan sistematis,
d. bahwa penggunaan alat-alat diusahakan agar sehemat mungkin,
e. bahwa sistem dan prosedur kerja tidak menyimpang dari garis-garis kebijakan yang
telah tercermin dalam rencana,
f. bahwa pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan yang objektif dan resional, dan tidak atas dasar
personal likes and dislikeks, bahwa tidak terdapat penyimpangan dan atau
penyelewengan dalam penggunaan kekuasaan, kedudukan, maupun dan terutama
keuangan.

1.2 TEKNIK – TEKNIK PENGAWASAN

Untuk mengetahui dengan jelas apakah penyelenggaran berbagai kegiatan operasional


sesuai dengan rencana atau tidak, dan apakh terjadi deviasi atau tidak, manajemen perlu
mengamati jalannya kegiatan operasional tersebut. Berbagai teknik yang dapat digunakan
antara lain adalah.

5
Pertama : Pengamatan langsung atau observasi oleh manajemen untuk melihat
sendiri bagaimana caranya para petugas operasional menyelenggarakan kegiatan dan
menyelesaikan tugasnya.

Kedua : melalui laporan – baik lisan maupun tertulis – dari para penyelia yang
sehari-hari mengawasi secara langsung kegiatan para bawahannya. Dalam semua
organisasi, penyampaian laporan dari seseorang bawahan kepada atasannya
merupakan hal yang bukan hanya biasa terjadi, akan tetapi merupakan keharusan.

Ketiga : Melalui penggunaan kuesioner yang sangat bermanfaat apabila


maksudnya adalah untuk menggali informasi tentang situasi nyata yang dihadapi “di
lapangan” dari sejumlah besar tenaga pelaksana kegiatan operasional.

Keempat : Wawancara. Apabila diperlukan wawancara dengan para


penyelenggara berbagai kegiatan operasional pun dapat dilakukan dalam rangka
pengawasan.

Teknik mana yang dianggap paling efektif tergantung pada banyak faktor seperti :

a) kejelasan rencana,
b) target waktu yang menentukan batas penyelesaian suatu tugas,
c) dukungan dana,
d) dukungan sarana dan prasarana kerja,
e) sifat dan bentuk penyeliaan dari atasan langsung,
f) standar mutu hasil pekerjaan, dan
g) tingkat toleransi terhadap deviasi yang masih dapat diterima.

Ada beberapa teknik pengawasan yang diekmukakan oleh para ahli, misalnya

menurut Devung (1988:126) metode pengawasan dibagi dalam dua kategori


utama, yaitu: metode pengawasan non kuantitatif, dan metode pengawasan kuantitatif,
masing-masing dengan beberapa variasi tekniknya.

Metode pengawasan kuantitatif bersifat lebih spesifik, dengan menggunakan


tinjauan data kuantitatif untuk mengukur dan mengadakan penyesuaian seperlunya
atas jumlah maupun kualitas barang atau jasa yang dihasilkan atau ditawarkan kepada
konsumen. Beberapa teknik yang digunakan ialah :

1. Pengawasan Anggaran.
2. Pemeriksaan efektifitas manajemen
3. Analisis rasio
4. Analisis break even
5. Tabel waktu pelaksanaan kegiatan

 Metode Pengawasan Non Kuantitatif

6
Metode pengawasan non kuantitatif bersifat umum terhadap kegiatan dan
keadaan organisasi dan lebih banyak menyangkut cara kerja karyawan. Beberapa
teknik yang biasa digunakan, ialah :

1. Observasi
2. Pengawasan berkala
3. Laporan lisan dan tertulis
4. Penilaian kegiatan
5. Diskusi antara manajer dan karyawan

Menurut Manullang (1992:178) membaginya dalam empat cara pengumpulan


fakta yaitu: peninjauan pribadi, interview atau lisan, laporan tertulis, serta laporan dan
pengawasan kepada hal-hal yang bersifat istimewa. Sedangkan Menurut Siagian
(2008:115) membagi dalam dua macam teknik, yaitu:

1. pengawasan langsung; dan


2. pengawasan tidak langsung.
Berikut penjelasan untuk teknik-teknik tersebut.

Yang dimaksud pengawasan langsung ialah apabila pemimpin organisasi


melakukan pengawasan sendiri terhadap kegiatan yang sedang dijalankan oleh para
bawahannya. Pengawasan langsung ini berbentuk inspeksi langsung, on the spot
observation dan on the spot report.

Sedangkan Yang dimaksud pengawasan tidak langsung ialah pengawasan dari


jarak jauh. Pengawasan ini dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh para
bawahan. Laporan ini berbentuk:

 Lisan, pengawasan dilakukan dengan mengumpulkan fakta-fakta melalui laporan


lisan yang diberikan bawahan. Dengan cara ini kedua pihak aktif, bawahan
memberikan laporan lisan tentang hasil pekerjaannya dan atasan dapat bertanya
lebih lanjut untuk memperoleh fakta-fakta yang diperlakukannya.
 Tertulis, laporan tertulis merupakan suatu pertanggung jawaban kepada atasannya
mengenai pekerjaan yang dilaksanakannya, sesuai dengan instruksi dan tugas-
tugas yang diberikan atasannya kepadanya. Dengan laporan tertulis sulit pimpinan
menentukan mana yang berupa kenyataan dan apa saja yang berupa pendapat.
Keuntungannya untuk pemimpin dapat digunakan sebagai pengawasan dan bagi
pihak lain dapat digunakan untuk menyusun rencana berikutnya

1.3 PENILAIAN SEBAGAI FUNGSI MANAJERIAL YANG STRATEJIK

Evaluasi strategi adalah tahap proses penilaian dari hasil kinerja perusahaan
yang sesungguhnya merupakan implementasi strategi yang diterapkan perusahaan
dibandingkan dengan kinerja yang diharapkan. Para manajer di semua level
menggunakan informasi hasil kinerja untuk melakukan tindakan perbaikan dan
memecahkan masalah. Walaupun evaluasi merupakan elemen akhir yang utama
dari manajemen strategis, elemen itu juga dapat menunjukkan secara tepat

7
kelemahan-kelemahan dalam implementasi strategi sebelumnya dan mendorong
proses keseluruhan untuk dimulai kembali. Agar evaluasi dan pengawasan efektif,
manajer harus mendapatkan umpan balik yang jelas, tepat waktu, dan tidak bias
dari orang-orang bawahannya yang ada dalam hirarki perusahaan.

Berdasarkan hasil kinerja, manajemen harus melakukan penyesuaian


terhadap perumusan strategi atau implementasi strategi. Dengan mendasarkan pada
kerangka proses perumusan strategi maka dengan kerangka yang sama dapat dibuat
evaluasi apakah suatu strategi yang telah disusun akan dan masih cocok untuk
mencapai tujuan yang akan datang. Sangat tidak mungkin untuk menunjukkan
bukti bahwa sebuah strategi telah optimal atau bahkan menjamin ia akan bekerja
dengan baik, yang bisa dilakukan adalah mengevaluasinya untuk melihat
kemungkinan terjadinya kesalahan.

Proses Evaluasi Strategi diawali dengan menentukan apa yang akan diukur.
Manajer Puncak dan manajer operasional perlu menetapkan proses implementasi
danh asil-hasil yang akan dipantau dan dievaluasi. Beberapa faktor internal dan
eksternal dapat menghambat perusahaan untuk mencapai tujuan jangka panjang dan
tujuan tahunannya. Secara eksternal, tindakan para pesaing, perubahan permintaan,
perubahan teknologi, perubahan ekonomi, perpindahan demografi dan tindakan
pemerintah dapat menghambat pencapaian tujuan organisasi. Secara internal,
strategi yang tidak efektif mungkin dipilih atau implementasinya yang buruk
mungkin dilakukan. Oleh karena itu, kegagalan untuk mencapai tujuan mungkin
saja bukan merupakan hasil dari pekerjaan manajer dan pegawai yang tidak
memuaskan.

Atas dasar itulah, Sukanto menuturkan bahwa proses yang ditempuh di


dalam melaksanakan evaluasi, adalah (1) di dahului dengan perencanaan strategi,
dilihat falsafah, visi, misi dan tujuan badan usaha, (2) melihat lingkungan luar
maupun dalam, mengkaji baik kesempatan dan ancaman yang timbul, masa baik
dan masa buruk, (3) melihat efektivitas formulasi dan impelementasi straegi, (4)
melihat kualitas produk, pelayanan, inovasi, pangsa pasar, dan lain-lain, serta (5)
melihat pada standar-standar ROI, ROA, ROE perkembangan dan di “benchmark”
dengan yang lain (kuantitatif).

Evaluasi strategi adalah tahap proses penilaian dari hasil kinerja yang
sesungguhnya merupakan implementasi strategi yang diterapkan manajer
dibandingkan dengan kinerja yang diharapkan. Para manajer di semua level
menggunakan informasi hasil kinerja untuk melakukan tindakan perbaikan dan
memecahkan masalah. Walaupun evaluasi merupakan elemen akhir yang utama
dari manajemen strategis, elemen itu juga dapat menunjukkan secara tepat
kelemahan-kelemahan dalam implementasi strategi sebelumnya dan mendorong
proses keseluruhan untuk dimulai kembali.

Agar evaluasi dan pengawasan efektif, manajer harus mendapatkan umpan


balik yang jelas dan tepat waktu dari bawahannya yang ada dalam hirarki

8
perusahaan. Berdasarkan hasil kinerja, manajemen harus melakukan penyesuaian
terhadap perumusan strategi atau implementasi strategi. Dengan mendasarkan pada
kerangka proses perumusan strategi maka dengan kerangka yang sama dapat dibuat
evaluasi apakah suatu strategi yang telah disusun akan dan masih cocok untuk
mencapai tujuan yang akan datang. Sangat tidak mungkin untuk menunjukkan
bukti bahwa sebuah strategi telah optimal atau bahkan menjamin ia akan bekerja
dengan baik, yang bisa dilakukan adalah mengevaluasinya untuk melihat
kemungkinan terjadinya kesalahan.

Ada empat standar yang bisa dipakai untuk mengevaluasi keberhasilan


sebuah strategi, yaitu:

1. Konsistensi sebuah strategi seharusnya membuat tujuan dan kebijakan yang


konsisten.
Konflik organisasi dan perbedaan antar departemen merupakan gejala-
gejala ketidakpastian manajemen, namun masalah-masalah tersebut juga
menunjukkan sinyal adanya ketidak konsistenan strategis. Terdapat tiga panduan
untuk membantu menunjukkan apakah masalah organisasi merupakan hasil dari
ketidak konsistenan dalam strategi: Jika masalah manajerial terus berlanjut
meskipun telah terjadi pergantian personel dan jika masalah tersebut cenderung
lebih berbasis isu ketimbang berbasis manusia, maka strategi mungkin tidak
konsisten. Jika keberhasilan satu departemen dalam organisasi memiliki arti, atau
diintrepretasikan sebagai kegagalan departemen lain, maka strategi mungkin tidak
konsisten. Jika masalah dan isu kebijakan selalu dibawa ke atas untk mendapatkan
pemecahan,makastrategi mungkin tidak konsisten.

2. Konsonan mengacu pada kebutuhan penyusunan strategi untuk menilai satu


rangkaian trendan juga tren individual dalam mengevaluasi strategi.

Suatu strategi harus mewakili respons yang adaptif pada lingkungan


eksternal pada perubahan kritis yang terjadi di dalamnya. Kesulitan dalam
menyesuaikan antara faktor internal dan eksternal utama dalam perumusan strategi
perusahaan adalah disebabkan oleh sebagian besar tren yang merupakan hasi
interaksi dengan tren lainnya. Sebagai contoh menjamurnya tempat penitipan anak
terjadi karena hasil kombinasi berbagai tren yang meliputi meningkatnya tingkat
pendidikan rata-rata, meningkatnya inflasi, dan meningkatnya jumlah wanita dalam
angkatan kerja. Meskipun tren ekonomi tunggal atau tren demografis mungkin
muncul dengan stabil untuk beberapa tahun, terdapat gelombang perubahan yang
terjadi di tingkat interaksi.

3. Kelayakan tes akhir dari suatu evaluasi strategi adalah kelayakan yaitu mengenai
“Bisakah strategi dicapai dengan sumber daya fisik, manusia, dan keuangan yang
ada dalam perusahaan?”

Sumber daya keuangan dari suatu bisnis paling mudah untuk dihitung dan
biasanyamerupakan keterbatasan pertama saat strategi dievaluasi. Hal tersebut
kadang terlupakan, namun demikian, pendekatan inovatif pada keuangan biasanya

9
dimungkinkan. Mekanisme seperti anak perusahaan, pengaturan, penjualan-
peminjaman kembali, dan mengikat jaminan pabrik dengan kontrak jangka panjang
telah digunakan secara efektif untk mendapatkan posisi kunci dalam industri yang
sedang berkembang. Keunggulan suatu strategi harus memfasilitasi pembuatan
dan/atau pemeliharaan dari sebuah keunggulan kompetitif dalam area aktifitas yang
terpilih.

Keunggulan kompetitif biasanya merupakan hasil dari superoritas dalam


12
satu dari tiga area berikut ini: (1) sumber daya, (2) keahlian, atau (3) posisi. Posisi
juga dapat digunakan dalam peranyang menentukan di strategi perusahaan. Sekali
diperoleh, posisi yang bagus dapat dipertahankan artinya untuk mendapatkan posisi
tersebut lawan membutuhkan biaya yang sangat besar sehingga tidak berani
melakukan serangan dalam skala besar. Keunggulan dari segi posisi biasanya
terpelihara secara otomatis selama faktor internaldan lingkungan utama yang
mendasarinya tetap stabil. Karkteristik utama dari posisiyang bagus adalah ia
memungkinkan perusahaan untuk meraih keunggulan dari kebijakan yang tidak
memberi keunggulan bagi lawan diposisi yang sama. Oleh karena itu, dalam
mengevaluasi strategi, organisasi harus memeriksa karakteristik dari keunggulan
posisional yang berkaitan dengan strategi yang dipilih.

Evaluasi dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: (1)


kejelasan tujuan dan hasil yang dicapai dari monitoring dan evaluasi; (2)
pelaksanaan dilakukan secara obyektif (3) dilakukan oleh petugas yang memahami
konsep,teori, proses serta berpengalaman dalam melaksanakan pengawasan dan
evaluasi agar hasilnya sahih dan handal (4) pelaksanaan dilakukan secara
transparan, sehingga pihak bersangkutan mengetahui hasilnya dan hasilnya dapat
dilaporkan kepada stakeholders (pihak berkepentingan/ pihak berkewenangan)
melalui berbagai cara. (5) melibatkan berbagai pihak yang dipandang perlu dan
berkepentingan secara proaktif (partisipatif) (6) pelaksanaannya dapat
dipertanggungjawabkan secara internal maupun eksternal (akuntabel), (7)
mencakup seluruh obyek agar dapat menggambarkan secara utuh kondisi dan
situasi sasaran monitoring dan evaluasi yang komprehensip (8) pelaksanaan
dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan padasaat yang tepat agar
tidak kehilangan momentum yang sedang terjadi (9) dilakukan secara berkala dan
berkelanjutan (10) berbasis indikator kinerja, dan (11) dilakukansecara efektif dan
efisien, artinya target monitoring dan evaluasi dicapai dengan menggunakan
14
sumberdaya yang ketersediaannya terbatas dan sesuai dengan yang direncanakan.

Pengawasan dan evaluasi strategi juga sangat membantu, karena dengan


pengawasan dan evaluasi akan membantu dalam proses implementasi strategi agar
sesuai dengan rumusan strategi yang telah dirumuskan, proses utama evaluasi strategi
adalah menentukan apa yang harus diukur, melakukan pengukuran atas kinerja aktual
serta membandingkan kinerja aktual dengan standart yang telah dibuat. Ada tiga krakter

10
utama agar suatu evaluasi tidak berlangsung sia-sia yaitu economical, aspek yang
bermakna, dan tepat waktu. Pengawasan utama adalah kinerja keuangan, beberapa
model pengukuran kontemporer bisa menggunakan pengukuran yang mendorong
kinerja dimana hal ini meliputi prespektif pelanggan, prespektif bisnis internal,
prespektif inovasi dan pembelajaran, serta prespektif financial.

Upaya untuk mencapai tujuan akhir suatu organisasi merupakan suatu proses.
Seperti dimaklumi, berbagai ciri suatu tujuan akhir antara lain ialah :

1. Jangkauan waktunya jauh ke masa depan


2. Bersifat idealistic
3. Dinytakan secara kualitatif
4. Belum konkret melainkan anstrak.
Karena ciri-ciri demikian, diperlukan sebagai upaya pentahapanya melalui
perumusan misi yang harus diemban, penetapan tujuan antara yang ada kalanya
dikenal dengan istilah sasaran, baik jangka panjang, jangka sedang, dan jangka
pendek, sifatnya yang idealistic perlu dirinci sehingga mempunyai nilai praktis,
kuantifikasi hasil yang dicapai perlu dilakukan yang sekaligus merupakan
konkretisasi hasil dan tindakan operasional.

Telah diketahui pula bahwa sasaran pengawasan terbatas pada keterkaitannya


dengan rencana yang telah ditetapkan sedangkan sasaran penilaian meliputi seluruh
faktor-faktor organisasional. pemanfaatan hasil temuan pun berbeda antara
pengawasan dan penilaian. Hasil temuan pengawasan dimanfaatkan terutama untuk
tindakan yang bersifat preventif dan kalaupun ada " unsur " korektif nya terbatas pada
peningkatannya penyelenggaraan kegiatan operasional pada tahap sekarang.
sebaliknya hasil temuan penilaian dimanfaatkan untuk memantapkan sikap dan
tindakan yang sifatnya reaktif yaitu untuk peningkatan efisiensi efektivitas dan
produktivitas kerja pada tahap berikut

1. hasil yang dicapai melebihi harapan target


2. hasil yang dicapai sama dengan harapan target
3. hasil yang dicapai kurang dari harapan dan target
Dalam hal hasil yang dicapai melampaui harapan dan target manajemen harus
waspada agar jangan sampai terlalu cepat merasa puas sikap kreatif tetap diperlukan
dalam arti menumbuhkan kesadaran bahwa keberhasilan yang diraih perlu digunakan
sebagai modal untuk meningkatkan kinerja organisasi pada tingkat perusahaan tingkat
satuan bisnis tingkat bidang fungsional dan tingkat operasional di masa depan.
Dengan perkataan lain dalam hal keberhasilan diperlukan penilaian tentang faktor-
faktor organisasi yang mendukung keberhasilan tersebut dan kendala atau masalah
apa yang berhasil diatasi dan bagaimana cara mengatasinya.

Misalnya faktor-faktor organisasi yang sifatnya mendukung dapat berupa :

1. tepatnya sasaran yang ditetapkan untuk dicapai


2. Tersedianya dana sarana dan prasarana yang diperlukan

11
3. pengetahuan dan keterampilan manajerial yang mutakhir dan tidak ketinggalan zaman
dan sesuai dengan tuntunan lingkungan eksternal
4. keunggulan produk organisasi sehingga para pesaing tidak dapat menandinginya
5. realitas dedikasi dan manfaat kerja yang tinggi dari para pelaksana berbagai kegiatan
operasional
6. interaksi positif antara berbagai satuan kerja yang membutuhkan kerjasama yang
intim dan serasi
7. tepatnya rincian strategi bidang fungsional dan operasional dikaitkan dengan tujuan
misi sasaran jangka panjang dan strategi induk organisasi.
Hasil temuan seperti ini harus dilihat secara keseluruhan organisasi tidak
persial persatuan bisnis atau perbedaan fungsional atau Persatuan kerja operasional
tertentu. Hal ini perlu mendapat penekanan karena tidak mustahil ada satuan bisnis
tertentu atau bidang fungsional tertentu atau satuan kerja operasional tertentu yang
berhasil mencapai target yang ditetapkan baginya Sedangkan yang lainnya tidak jika
pendekatan yang persial yang digunakan manajemen puncak bisa menarik kesimpulan
yang tidak dapat tentang kinerja organisasi. Itulah sebabnya yang harus dinilai adalah
kinerja semua satuan bisnis semua bidang fungsional dan semua satuan kerja
operasional dan penjumlahan keseluruhan hasil itulah yang digunakan untuk melihat
apakah hasil yang dicapai sama dengan harapan dan target atau tidak.

Bentuk ketiga hasil temuan penilaian ialah bahwa hasil yang dicapai dalam
implementasi strategi kurang dari harapan dan target yang telah ditentukan dalam
menghadapi kondisi seperti ini manajemen puncak perlu bersikap "lapang dada dan
kepala dingin" artinya kalaupun ada rasa kecewa dan perasaan demikian wajar
perasaan tersebut tidak demikian "menguasai" cara berpikir dan cara bertindak
demikian rupa sehingga para pelaksana kegiatan sebagai anggota kelompok
manajemen atau mengganti seluruh manajer yang ada dalam organisasi. para
pengambil keputusan dalam hal ini yang dalam suatu perusahaan biasanya dilakukan
para pemegang saham dan dewan komisaris harus mempertimbangkan secara matang
berbagai konsekuensi implikasi dan ramifikasi setiap bentuk keputusan yang akan
diambil.

Kiranya bukan merupakan hal baru bagi para manajer apabila dikatakan
bahwa dalam situasi tertentu seperti adanya tugas yang sangat mendesak atau dalam
bentuk hal organisasi berada pada kondisi krisis orientasi tugas lebih tepat digunakan
ketimbang orientasi manusia. Akan tetapi sebaliknya jika organisasi menghadapi
lingkungan yang stabil para bawahan menampilkan perilaku positif dan kondisi
internal bersifat normal orientasi manusia lebih tepat digunakan dan bukan Orien
orientasi tugas. Dengan mengatakan demikian tidak berarti bahwa proses dan gaya
manajerial berlangsung dengan pendekatan dikotomi artinya bukan-bukan pendekatan
orientasi Tugas atau rentas manusia karena dalam praktek kedua-duanya harus
terdapat hanya aksentuasi atau pernikahannya yang berbeda.

Kemampuan manajerial untuk mencari keseimbangan itulah yang dijadikan


sebagai objek penilaian hasilnya antara lain perlunya perubahan persepsi manajerial

12
tentang situasi organisasi yang dipimpinnya perlunya penyelenggaraan program
pendidikan atau pengembangan eksekutif atau program pengembangan lainnya.

manajemen sumber daya manusia sebagai objek penilaian meskipun benar


bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bidang fungsional
dalam suatu organisasi pembahasannya sebagai salah satu objek penilaian sebaiknya
dilakukan tersendiri mengikat arti pentingnya yang sangat mendasar dalam kehidupan
organisasi organisasional. bahkan kiranya sudah umum diketahui bahwa salah satu
perkembangan baru dalam teori manajemen sumber daya manusia ialah penekanan
tentang pentingnya pelaksanaan audit di bidang kepegawaian dalam audit
kepegawaian yang sebagai istilah dalam karya tulis ini penggunaan sinonim dengan
penilaian manajemen sumber daya manusia sasarannya adalah seluruh proses
manajemen sumber daya manusia untuk menemukan informasi tentang tepat tidaknya
langkah-langkah dalam proses tersebut diambil masalah apa yang dihadapi kendala
yang bagaimana yang timbul dan Apakah cara-cara yang ditempuh untuk
mengatasinya sudah tepat atau tidak berarti objek objek yang dinilai termasuk :

1. Adanya tindakan sistem informasi sumber daya manusia yang handal,


2. Lengkap tindakannya klasifikasi jabatan,
3. Pelaksana tindaknya analisis pekerjaan,
4. Lengkap tidaknya deskripsi tugas
5. ada tidaknya standar mutu pekerjaan dan alat pengukurnya
6. tepat tidaknya perencanaan Ketenagakerjaan
7. proses rekrutmen yang terjadi
8. Bagaimana seleksi diselenggarakan
9. bentuk dan program sosialisasi bagi karyawan baru melalui orientasi
10. penempatan dan pegawai
11. kegiatan Pendidikan dan Pelatihan
12. sistem penilaian kinerja
13. sistem imbalan dan berlaku
14. pemeliharaan hubungan dengan karyawan
15. berbagai alasan dan teknik pemutusan hubungan kerja
16. Langkah-langkah pemensiunan karyawan yang sudah mencapai usia pensiun
17. kebijaksanaan dan kegiatan pemeliharaan hubungan industrial
kesemuanya itu penting Mengingat bahwa manusia merupakan aset termahal
yang memiliki oleh suatu organisasi.

pengambilan keputusan sebagai sasaran penilaian telah di singgung dimuka


bahwa gaya manajerial yang tepat adalah gaya yang setia sional perwujudan paling
nyata dari gaya tersebut adalah dalam proses pengambilan keputusan. tergantung pada
banyak faktor, seperti situasi dan tantangan yang dihadapi kondisi organisasi, sifat
lingkungan eksternal bergola atau relatif stabil kematangan dan kedewasaan para
bawahan filsafat organisasi tentang pertanyaan kekaryaan, mutu hidup kekaryaan dan
pemberdayaan para anggota organisasi, gaya manajerial dalam pengambilan
keputusan dapat bersifat :

13
1. memberitahukan keputusan yang telah diambil oleh manajemen sendiri dan para
bawahan tinggal melaksanakan
2. " menjual " keputusan yang telah diambil kepada para bawahan agar tidak terjadi
penolakan sehingga penghambat pelaksanaan
3. menginformasikan terlebih dahulu bahwa akan ada keputusan untuk dilaksanakan
sehingga para pelaksana siap secara mental,
4. mengkonsultasikannya terlebih dahulu sebelum keputusan diambil,
5. melibatkan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan, dan
6. mengidentifikasikan pengambilan keputusan kepada para bawahan.
sasaran berbagai bidang fungsional sebagai objek penilaian pelaksanaan
berbagai kegiatan dalam berbagai bidang fungsional seperti bidang produksi
pemasaran dan penjual keuangan dan logistik yang harus pula dinilai.

1. Di bidang produksi misalnya tanpa mempersoalkan apakah perusahaan


menghasilkan hanya satu produk andalan atau beraneka ragam produk perlu
dinilai bukan hanya dicapai tidaknya jumlah dan mutu produk yang telah
ditentukan akan tetapi juga efisien tidaknya proses produksi berlangsung
2. Di bidang pemasaran perlu dinilai Apakah target pangsa pasar tercapai tidak di
samping yang menyangkut volume penjual, mutu tenaga penjual, pemenuhan
"janji pelayanan purna jual" pemahaman tentang perilaku kemampuan referensi
dan realitas penggunaan produk perusahaan.
3. Di bidang keuangan banyak faktor yang perlu dinilai seperti kemampuan menarik
minat modal jumlah dan sumber-sumber penerimaan tingkat keuntungan
pembagian dividen bentuk dan jenis pengeluaran arus kas dan lain-lain
sebagainya.
informasi yang diperoleh dalam bidang ini akan memberi petunjuk apakah
perusahaan berada pada kondisi " Liquid " atau tidak yang pada gilirannya memberi
arah tentang langkah-langkah yang perlu diambil di masa depan sehingga bonafiditas
perusahaan semakin terjamin bidang logistik perlu dinilai dapat mencangkup :

1. proses pengadaan,
2. Teknik teknik penyimpanan,
3. sistem distribusi
4. efisien tidaknya pemanfaatan logistik
5. sistem pemeliharaan dan
6. sistem penghapusan sarana dan prasarana kerja yang "masa manfaatnya" telah
habis.
Penilaian strategi manajemen operasional. telah berulang kali ditekankan
bahwa "Ujian" terakhir untuk mengukur dan melihat Apakah berbagai faktor
organisasi organisasional sudah tepat dan benar atau tidak, terjadi pada waktu
berbagai faktor tersebut dioperasionalkan. efisien tidaknya organisasi terlihat pada
penyelenggaraan berbagai kegiatan operasional. efektivitas organisasi diukur pada
tahap ini. produktivitas organisasi dengan seluruh komponennya hanya tampak pada
operasionalisasi strategi induk strategi dasar dan strategi fungsional karena itu agar

14
suatu pandangan yang objektif tentang organisasi diperoleh seluruh kegiatan yang
sifatnya implementasi tidak bisa tidak harus dinilai.

Tidak dapat diragukan lagi bahwa Agar suatu organisasi dengan seluruh
komponennya berada pada kondisi siap mempertahankan eksistensinya serta
mampu bertumbuh dan berkembang di masa depan dengan segala tantangan yang
harus dihadapi ancaman yang harus disingkirkan masalah yang harus diselesaikan
tuntunan lingkungan eksternal dan internal yang harus dipenuhi serta peluang yang
harus dimanfaatkan kelompok manajemen dalam organisasi harus berani
melakukan penilaian karena hanya fungsi manajerial ini lah yang memberikan
masukan yang diperlukan untuk mengambil berbagai langkah dalam rangka
peningkatan kinerja organisasi di masa depan.

1.4 Manfaat Hasil Pengawasan

Terlepas dari teknik mana yang dianggap paling tepat untuk digunakan,
manfaat terpenting dari pengawasan ialah:

 Tersedianya bahan informasi bagi manajemen tentang situasi nyata dalam mana
organisasi berada,
 Dikenalinya faktor-faktor pendukung terjadinya operasionalisasi rencana dengan
efisien dan efektif,
 Pemahaman tentang berbagai faktor yang menimbulkan kesulitan dalam
penyelenggaraan berbagai kegiatan operasional,
 Langkah-langkah apa yang segera dapat diambil untuk menghargai kinerja yang
memuaskan dan
 Tindakan preventif apa yang segera dapat dilakukan agar deviasi dari standar tidak
terus berlanjut.

Bertitik tolak dari pandangan tentang pengawasan seperti dikemukakan di


atas, kiranya penting untuk menekankan bahwa pengawasan harus terselenggara
dengan efektif. Yang dimaksud dengan pengawasan yang efektif adalah:

 Pertama: Pengawasan yang lebih menjamin bahwa tindakan-tindakan pencegahan


yang diperlukan untuk meredam kemungkinan terjadinya deviasi dapat diambil sedini
mungkin selama kegiatan operasional berlangsung yang apabila terus berlanjut dapat
berarti tidak terlaksananya rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Melakukan
tindakan pencegahan pada dasarnya berarti bahwa manajemen tidak perlu dan bahkan
tidak boleh bersikap priori terhadap para bawahannya. Perwujudan sikap yang priori
adalah sikap tidak mempercayai bawahan, meremehkan kemampuan mereka dan serta
merta curiga bahwa para bawahan menampilkan perilaku yang negatif. Dengan
perkataan lain, pengawasan yang efektif tidak seharusnya diupayakan untuk mencari
dan menemukan siapa yang salah -meskipun hal ini pada akhinya harus ditemukan-
melainkan mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab ketidakberesan dalam
operasionalisasi rencana.

15
 Kedua: Pengawasan harus bermanfaat sebagai instrumen untuk menentukan bentuk
imbalan dan penghargaan bagi mereka yang menampilkan perilaku yang positif dan
kinerja yang memuaskan. Kiranya jelas bahwa dalam rangka operasionalisasi suatu
strategi, fungsi pengawasan mutlak perlu diselenggarakan.

Kegiatan pengawasan yang telah diterangkan sebelumnya merupakan suatu


salah satu cara yang digunakan untuk dapat mengendalikan aktivitas perusahaan agar
tidak terjadi penyimpanganyang dapat merugikan perusahaan. 

Maka untuk itu dengan pengawasan yang dilakukan akan mencerminkan suatu
alternatif yang dilakukan perusahaan agar rencana yang dijalankan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan. 

Adanya pengawasan yang dilakukan sangat berpengaruh bagi kegiatan


perusahaan serta mempunyai manfaat yang sangat besar bagi keberlangsungan
kegiatan perusahaan. Oleh karena sebagai bagian yang berperan dalam mengaktifkan
bagian pengawasan dalam kegiatan operasionalnya maka seluruh tujuan dari
pengawasan yang ditetapkan dapat mencapai sasaran. 

Adanya suatu tujuan pengawasan dapat dilihat dari definisi yang dikemukan
Sukarna (1992, hal. 112) tujuan pengawasan itu adalah : 

1. Untuk mengetahui jalannya pekerjaan apakah lancar atau tidak 


2. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan
mengusahakan pencegahan agar supaya tidak terulang kembali kesalahan yang sama
atau timbulnya kesalahan-kesalahan yang baru. 
3. Untuk mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam planning
terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah ditentukan. Untuk
mengetahui apakah pelaksanaan biaya sesuai dengan program (fase/tingkat
pelaksanaan) seperti yang telah ditentukan dalam planning atau tidak. 
4. Untuk mengetahui hasil pekerjaan dengan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan
dalam rencana (standar), dan sebagai tambahan. 
5. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan kerja sesuai dengan prosedur dan
kebijaksanaan yang telah ditentukan.

Sementara pengawasan sebagai bagian dari memperlancar kegiatan yang


dilakukan maka akan sangat berpengaruh dalam mencapai sasaran yang ingin dicapai
perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. 

Adapun menurut Terry dan Rue (2000, hal. 240) mengatakan dimana manfaat
dari pengawasan adalah relatif dan tergentung dari pentingnya kegiatan itu,
sumbangan yang dibuat, serta besarnya organisasi.” 

1.5 Pentingnya peranan umpan balik

Semua informasi yang diperoleh dalam menjalankan roda organisasi,


termasuk hasil pengawasan dan penilaian-mutlak perlu dijadikan sebagai bahan

16
umpan balik. Tentunya mudah memahami bahwa pihak yang paling
bertanggungjawab untuk menciptakan sistem umpan balik itu adalah manajemen
puncak. Sistem umpan balik yangperlu diciptakan harus mengandung informasi
yang aktual, faktual, mutakhir, lengkap dan dapat dipercaya.

Manajer puncak dan manajer operasional perlu menetapkan proses


implementasi dan hasil-hasil yang akan dipantau dan dievaluasi. Beberapa faktor
internal dan eksternal dapat menghambat perusahaan untuk mencapai tujuan jangka
panjang dan tujuan tahunannya. Secara eksternal, tindakan para pesaing, perubahan
permintaan, perubahan teknologi, perubahan ekonomi, perpindahan demografi dan
tindakan pemerintah dapat menghambat pencapaian tujuan organisasi. Secara
internal, strategi yang tidak efektif mungkin dipilih atau implementasinya yang
buruk mungkin dilakukan.

Oleh karena itu, kegagalan untuk mencapai tujuan mungkin saja bukan
merupakan hasil dari pekerjaan manajer dan pegawai yang tidak memuaskan. Seluruh
anggota organisasi perlu mengetahui hal ini untuk mendorong timbulnya dukungan
mereka terhadap aktivitas evaluasi strategi. Organisasi berusaha secepat mungkin
saat dimana strategi mereka tidak efektif. Peluang dan ancaman eksternal serta
kekuatan dan kelemahan internal yang mewakili prinsip dasar strategi yang sedang
dipakai harus terus menerus dimonitor untuk mewaspadai perubahan. Apakah
faktor-faktor tersebut akan berubah bukanlah hal penting untuk ditanyakan, namun
yang lebih penting adalah kapan dan bagaimana ia berubah.

Richard Rumelt menemukan empat standar yang bisa dipakai untuk


mengevaluasi keberhasilan sebuah strategi, yaitu

1. Konsistensi

Sebuah strategi seharusnya membuat tujuan dan kebijakan yang konsisten.


Konflik organisasi dan perbedaan antardepartemen merupakan gejala-gejala
ketidakpastian manajemen, namun masalah-masalah tersebut juga menunjukkan
sinyal adanya ketidak konsistenan strategis. Terdapat tiga panduan untuk
membantu menunjukkan apakah masalah organisasi merupakan hasil dari
ketidakkonsistenan dalam strategi:

 Jika masalah manajerial terus berlanjut meskipun telah terjadi pergantian personel
dan jika masalah tersebut cenderung lebih berbasis isu ketimbang berbasis manusia,
maka strategi mungkin tidak konsisten.
 Jika keberhasilan satu departemen dalam organisasi memiliki arti, atau
diintrepretasikan sebagai kegagalan departemen lain, maka strategi mungkin tidak
konsisten.
 Jika masalah dan isu kebijakan selalu dibawa ke atas untk mendapatkan
pemecahan, maka strategi mungkin tidak konsisten.

17
2. Konsonan

Mengacu pada kebutuhan penyusunan strategi untuk menilai satu rangkaian


tren dan juga tren individual dalam mengevaluasi strategi. Suatu strategi harus
mewakili respons yang adaptif pada lingkungan eksternal dan pada perubahan
kritis yang terjadi didalamnya. Kesulitan dalam menyesuaikan antara faktor
internal dan eksternal utama dalam perumusan strategi perusahaan adalah
disebabkan oleh sebagian besar tren yang merupakan hasi interaksi dengan tren
lainnya. Sebagai contoh menjamurnya tempat penitipan anak terjadi karena hasil
kombinasi berbagai tren yang meliputi meningkatnya tingkat pendidikan rata-rata,
meningkatnya inflasi, dan meningkatnya jumlah wanita dalam angkatan kerja.
Meskipun tren ekonomi tunggal atau tren demografis mungkin muncul dengan
stabil untuk beberapa tahun, terdapat gelombang petubahan yang terjadi di tingkat
interaksi.

3. Kelayakan

Tes akhir dari suatu evaluasi strategi adalah kelayakan yaitu mengenai
“Bisakah strategi dicapai dengan sumber daya fisik, manusia, dan keuangan yang
ada dalam perusahaan?”

Sumber daya keuangan dari suatu bisnis paling mudah untuk dihitung dan
biasanya merupakan keterbatasan pertama saat strategi dievaluasi. Hal tersebut
kadang terlupakan, namun demikian, pendekatan inovatif pada keuangan biasanya
dimungkinkan. Mekanisme seperti anak perusahaan, pengaturan, penjualan-
peminjaman kembali, dan mengikat jaminan pabrik dengan kontrak jangka panjang
telah digunakan secara efektif untk mendapatkan posisi kunci dalam industri yang
sedang berkembang. Hal yang kurang dapat diperhitungkan secara kuantitatif,
namun juga biasanya bersifat lebih kaku, membatasi pilihan strategis yaitu
disebabkan oleh kemampuan individu atau organisasi. Ketika mengevaluasi suatu
strtaegi, penting untuk memeriksa apakah organisasi tersebut telah menunjukkan
adanya kemampuan, kompetensi, keahlian, dan bakat dimasa lalu yang dibutuhkan
untuk menjalankan strategi yang dipilih.

4. Keunggulan
Suatu strategi harus memfasilitasi pembuatan dan/ atau pemeliharaan dari
sebuah keunggulan kompetitif dalam area aktifitas yang terpilih. Keunggulan
kompetitif biasanya merupakan hasil dari superoritas dalam satu dari tiga area
berikut ini: (1) sumber daya, (2) keahlian, atau (3) posisi. Posisi juga dapat
digunakan dalam peran yang menentukan di strategi perusahaan. Sekali diperoleh,
posisi yang bagus dapat dipertahankan artinya untuk mendapatkan posisi tersebut
lawan membutuhkan biaya yang sangat besar sehingga tidak berani melakukan
serangan dalam skala besar. Keunggulan dari segi posisi biasanya terpelihara

18
secara otomatis selama faktor internal dan lingkungan utama yang mendasarinya
tetap stabil. Karkteristik utama dari posisi yang bagus adalah ia memungkinkan
perusahaan untuk meraih keunggulan dari kebijakan yang tidak memberi
keunggulan bagi lawan di posisi yang sama. Oleh karena itu, dalam mengevaluasi
strategi, organisasi harus memeriksa karakteristik dari keunggulan posisional yang
berkaitan dengan strategi yang dipilih.

Umpan balik diberikan ketika memang diperlukan, pada situasi dimana


pegawai/karyawan “terbuka” untuk menerimanya, dan sebaiknya pada saat atau
sedini mungkin setelah proses pembelajaran berlangsung. Agar umpan balik
berlangsung efektif, dosen harus mampu membangun dialog dengan pimpinan dan
bawahan (karyawan) dalam suasana yang positif. Oleh karena itu, pimpinan dan
karyawan perlu membangun pemahaman dan komunikasi yang baik, sikap saling
menghargai dan percaya. Umpan balik perlu diberikan tertutup secara individual,
jika memungkinkan, terutama jika umpan balik akan banyak membahas tentang hal
negatif dari performa pegawai/karyawan. Dosen perlu menghindari pemberian
umpan balik negatif di hadapan orang lain selain pegawai/karyawan yang
bersangkutan, terutama pasien. Serta fokuskan pembahasan pada sikap atau tingkah
laku pegawai/karyawan, dan bukan pada personalitasnya. Gunakan kata ‘saya’ dan
berikan pendapat mengenai sikap atau tingkah laku pegawai/karyawan yang perlu
diperbaiki secara spesifik. Saat melakukan anamnesis tadi karyawan berada pada
posisi berdiri sedangkan pasien dalam posisi duduk. Posisi berdiri menunjukkan
posisi lebih berkuasa, dan hal ini dapat membawa ketidaknyamanan bagi bawahan,
daripada mengatakan pimpinan tampak menunjukkan sikap superioritas terhadap
karyawan.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengwasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan
tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan,merancang system informasi umpan
balik,membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya,menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil
tindakan koreksi yang diperlukan. Tipe-tipe pengawasan yaitu ; Pengawasan Pendahuluan
(preliminary control),Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control),
Pengawasan Feed Back (feed back control). Tahap Proses Pengawasan ; Menetapkan standar
pelaksanaan (perencanaan), Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan, Pembandingan

19
pelaksanaan kegiatan dengan standard dan penganalisa penyimpangan –penyimpangan,
Pengambilan tindakan koreksi. Pengawasan penting disebabkan karena Perubahan
lingkungan organisasi, Peningkatan kompleksitas organisasi, Meminimalisasikan tingginya
kesalahankesalahan, Kebutuhan manager untuk mendelegasikan wewenang, Komunikasi
dan Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi. Perancangan proses pengawasan
diantaranya yaitu; Merumuskan hasil yang di inginkan, Menetapkan penunjuk hasil,
Menetapkan standar penunjuk dan hasil, Menetapkan jaringan informasi dan umpan balik
dan Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi. Bidang strategik dalam pengawasan
ialah Transaksi Keuangan, Hubungan Manajer dan Bawahan, dan Operasi-operasi Produktif.
Alat-alat pengawasan yang paling umum ialah Manajemen Pengecualian (Management by
Exception), Management Information System (MIS), Analisa Rasio dan penganggaran.

B. SARAN
Saran yang ingin disampaikan kami setelah adanya penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Para pembaca (umumnya kita semua)  bisa mengetahui dan memahami materi
mengenai pengawasan, evaluasi dan umpan balik strategik;
2.  Para pembaca sebaiknya bisa mengamalkan materi tentang pengawasan, evaluasi dan
umpan balik strategik untuk di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Sedjati Sri Retina. 2015. Manajemen Strategis. Yogyakarta: Deepublish.

http://fapedia.blogspot.com/2015/02/tujuan-dan-manfaat-pengawasan.html?m=1

manajemen strategik.pdf

20
21
22
23

Anda mungkin juga menyukai