Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asuhan kebidanan Continuity Of Care (COC) merupakan asuhan

kebidanan berkesinambungan yang diberikan kepada ibu dan bayi yang

dimulai pada saat kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, dan KB

(Irawati, 2012). Asuhan antenatal care merupakan asuhan pada ibu hamil

yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang meliputi fisik dan mental serta

mendapat informasi tertulis tentang perawatan kehamilan dapat dicatat pada

buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang penggunaannya telah dilaksanakan

.selain itu, asuhan persalinan normal bertujuan untuk memberikan asuhan

yang memadai selama persalinan, dalam upaya mencapai pertolongan

persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu

dan aman dan bayi (Damayanti, dkk, 2014).

Setelah ibu melewati masa persalinan, ibu memerlukan perawatan

pengawasan yang dilakukan selama ibu tinggal di Rumah sakit maupun

setelah keluar dari Rumah sakit, hal ini bertujuan untuk menjaga kesehatan

ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis (Pitriani, 2014). Untuk dapat

mengangkat derajat kehidupan bangsa telah dilaksanakan secara bersamaan

pembangunan ekonomi dan Keluarga berencana yang merupakan sisi masing-

masing mata uang.


Resiko tinggi pada kehamilan dapat ditemukan saat menjelang

waktu kehamilan, waktu hamil muda, waktu hamil pertengahan, saat in

partu bahkan setelah persalinan (Manuaba, 2008). Ibu hamil yang mengalami

gangguan medis atau masalah kesehatan akan dimasukan kedalam kategori

risiko tinggi, sehingga kebutuhan akan pelaksanaan asuhan pada kehamilan

menjadi lebih besar (Robson and Waugh, 2012).

Asuhan kebidanan adalah merupakan penerapan fungsi dan kegiatan

yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien

yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan ibu pada

masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana

(Rahmawati, 2012).

Kehamilan adalah proses mata rantai yang bersinambungan dan terdiri

dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum , konsepsi dan pertumbuhan

zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan placenta dan tumbuh

kembang hasil konsepsi sampai aterm ( Sholichah, Nanik, 2017) .

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin

turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),

lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu

maupun janin (Asuhan persalinan Normal, 2008).

Bayi baru lahir normal adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh bayi

yang bersifat esensial dan kompleks untuk berlangsungnya kehidupan bayi

seperti pernafasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan reflek-reflek primitive


seperti menghisap dan mencari puting susu (Prawirohardjo, 2010). Neonatus

adalah organisme yang berada pada periode adaptasi kehidupan intrauterin ke

ekstrauterin. Masa neonatus adalah periode selama satu bulan (lebih tepat 4

minggu atau 28 hari setelah lahir) (Kristiyanasari, 2011).

Masa Nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta

sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal

masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari ( Ambarwati, 2010).

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta

sampai 6 minggu setelah melahirkan (Marmi, 2014).

Keluarga Berencana merupakan usaha suami-istri untuk mengatur

jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Usaha yang dimaksud termasuk

kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Prinsip

dasar metode kontrasepsi adalah mencegah sperma laki-laki mencapai dan

membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi

untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim (Walyani dan

Endang, 2015).

Indikator penting untuk menilai tingkat kesejahteraan suatu Negara

dan status kesehatan masyarakat. Kematian ibu Angka Kematian Ibu (AKI)

dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan merupakan kematian seorang

wanita yang terjadi saat hamil, bersalin dan masa nifas (dalam 42 hari) setelah

persalinan. Kematian yang berkaitan dengan kehamilan merupakan masalah

yang sampai saat ini belum dapat diatasi. Hal ini terlihat dari tingginya Angka
kematian yang berkaitan dengan masalah kehamilan seperti AKI dan AKB

diberbagai belahan dunia.

Sustainable Development Goals (SDGs) adalah agenda global dalam

Pembangunan Berkelanjutan dengan pelaksanaan dari tahun 2016 hingga

tahun 2030 yang merupakan pembaharuan Millenium Development

Goals (MDGs) atau agenda Pembangunan Milenium yang telah resmi

berakhir pada tahun 2015. Salah satu tujuan SDGs adalah terciptanya suatu

kondisi kehamilan dan persalinan yang aman, serta ibu dan bayi yang

dilahirkan dapat hidup dengan sehat, yang dilakukan dengan pencapaian

target dalam mengurangi rasio kematian ibu secara global hingga kurang

dari 70 per 100.000 kelahiran (WHO, 2017).

AKI secara global sebesar 220/100.000 KH atau mencapai 830 ibu

meninggal didunia setiap harinya. Angka kematian ibu di Negara Asean sudah

menempati 40-60 per 100 ribu KH. Angka Kematian Bayi(AKB) sebesar

40/1000 KH atau sebanyak 7000 bayi baru lahir di dunia meninggal setiap

harinya. (WHO, 2018). Wanita meninggal akibat komplikasi selama dan

setelah kehamilan dan persalinan . Komplikasi utama yang menyebabkan

hampir 75% dari semua kematian ibu adalah perdarahan hebat setelah

melahirkan, infeksi, tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-klampsia

dan eklampsia), komplikasi dari persalinan, dan aborsi yang tidal aman

(WHO, 2018).

Saat ini Indonesia masih menempati posisi 305 per 100 ribu/KH atau

38 ibu meninggal setiap harinya. Hal ini berbeda jauh dengan Singapura yang
berada 2-3 AKI per 100 ribu/KH. AKB 15/1000 KH atau 185 /harinya

(SDKI, 2017) Sementara itu data capaian kinerja Kemenkes RI tahun 2015-

2017 menunjukan telah terjadi penurunan jumlah kasus kematian ibu. Jika

tahun 2015 AKI mencapai 4.999 kasus maka ditahun 2016 sedikit mengalami

penurunan menjadi 4.912 kasus dan tahun 2017 mengalami penurunan tajam

menjadi sebanyak1,712 kasus AKI. Penyebab kematian ibu di Indonesia

adalah (13%), komplikasi aborsi (11%), sepsis (10%) dan partus lama

(9%). Penyebab itu sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan

kehamilan yang memadai (Kemenkes, 2016).

Berdasarkan profil Kesehatan Nusa Tenggara Timur (NTT) Tahun

2016, Angka kematian ibu (AKI) yaitu 133/100.000 KH atau 178 kasus

kematian pada tahun 2015. Sedangkan tahun 2016 meningkat menjadi 893

kasus atau sebesar 131 per 100.000 KH. Target dalam Renstra Dinas

Kesehatan Propinsi NTT pada tahun 2016, kasus kematian ibu ditargetkan

turun menjadi 128 kasus, berarti target tidak tercapai. Angka Kematian Bayi

(AKB) Tahun 2015 -2016 tetap 11 per 1000 KH. Target dalam Renstra Dinas

Kesehatan Propinsi NTT belum juga tercapai (profil kesehatan propinsi NTT,

2016).

Penyebab kematian ibu di Provinsi NTT adalah perdarahan (28%),

eklamsi (24%), infeksi (11%), komplikasi puerperium (11%), abortus (5%),

trauma obstetric (5%), emboli obstetric (5%), partus lama/macet (5%), serta

penyebab lainnya (11%). Sedangkan penyebab kematian bayi adalah

Prematur, BBLR dan asfiksia (SKRT, 2001).


Angka kematian ibu (AKI) di Kabupaten Manggarai pada tahun 2016

sebanyak 7 kasus atau sebesar (113,23/100.000KH) mengalami penurunan

sebanyak 5 kasus pada tahun 2017 (81,93/100.000KH)dan kembali

mengalami peningkatan pada tahun 2018 sebanyak 6 kasus atau

(98,36/100.000kh). Penyebab kematian ibu adalah Perdarahan 4

kasus,Eklamsia 1 kasus,AFLD (Acute Fatly Liver of Pregnancy) atau kelainan

genetik 1 kasus.Angka kematian bayi (AKB) pada tahun 2017 sebanyak 70

kasus (11,47/1000kh) dan tahun 2018 mengalami peningkatan menjadi 83

kasus (13,60/1000kh).Penyebabnya adalah IUFD (29,5%),BBLR (11,2%)dan

premature. ini menunjukan bahwa faktor kondisi ibu sebelum dan selama

kehamilan amat menentukan kondisi bayinya. Penyebab lainkematian bayi

yaitu,infeksi pada ibu hamil,status gizi ibu hamil,sosial ekonomi, faktor

lingkungan,kurangnya pengetahuan ibu dalam hidup sehat,akses pelayanan

yang masih sangat terbatas(LKJT,Dinkes.2018).

Di wilayah kerja Puskesmas Watu Alo Angka Kematian Ibu (AKI)

tahun 2018 sampai tahun 2020 tidak ada. Sedangkan untuk Angka Kematian

Bayi (AKB) tahun 2019 sebanyak 2 orang Penyebabnya kelainan kongenital

1 orang, IUFD 1 orang, sedangkan tahun 2020 6 orang, penyebab kematian

asfiksia 1 orang, aspirasi asi 1 orang, anensefalus 1 orang, IUFD 2 orang,

prematur 1 orang.

Kematian ibu disebabkan oleh penyebab tidak langsung yaitu

kematian ibu oleh penyakit dan bukan karena kehamilan dan persalinannya,

seperti penyakit tuberculosis, anemia, malaria, sifilis, HIV, AIDS, dan lain-
lain dan penyebab kematian ibu langsung yaitu perdarahan (25%) biasanya

perdarahan pascapersalinan, sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%),

partus macet (8%), komplikasi abortus tidak aman (13%), dan sebab-sebab

lain (8%)(Prawiroharjo S, 2014).

Kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas sumber

daya manusia masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan

kondisinya dimasa janin dalam kandungan (Waryana, 2010). Pada tahun

2018, upaya kesehatan masyarakat di Indonesia khusunya kesehatan ibu dan

anak dapat dilihat dari data nasional bahwa cakupan K4 pada ibu hamil

mencapai 88,03% dari target 78%.. Pada tahun 2017 Propinsi NTT Cakupan

K1 78,2 % dari target pencapaian 100%. Cakupan K4 56,6 % dari target

pencapaian 95%. Di Puskesma Watu Alo K1 100 %, K4 70,9 %.

Berdasarkan data dari puskesmas Watu Alo tahun jumlah ibu hamil selama 1

tahun total 773 orang, jumlah ibu hamil selama tahun 2019 sebanyak 96

0rang, K1 96,40 %, K4 95,23 %.

Persalinan merupakan suatu peristiwa yang sangatpenting dalam

kehidupan wanita. Proses persalinan memiliki arti yang berbeda disetiap

wanita, dengan belum adanya pengalaman akan memunculkan kecemasan dan

ketakutan yang yang berlebihselama proses persalinan. Keadaan ini sering

terjadi pada wanita yang pertama kali melahirkan (Wijaya dkk, 2014).

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta

keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu


(Sulistyawati, 20012). Menurut profil kesehatan Indonesia 2018 KF 1 94,15

% dan KF Lengkap 96,25 %, KF Lengkap di Indonesia menunjukan

kecenderungan peningkatan dari tahun 2008- 2019. Propinsi di Indonesia

telah mencapai KF 3 (80 %) Tahun 2019 mengalami peningkatan dari tahun

2018 (60 %), Propinsi NTT KF 3 ( 62,86 %). Di Puskesmas Watu Alo KF 1

96,3 %, KF Lengkap 95,3 %.

Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses

kelahiran, berusia 0-28 hari. Masa Neonatal adalah masa sejak lahir sampai

dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran dimana ada tiga masa.

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan ibu adalah

Kurang Energi Kronis (Kemenkes RI, 2010). Kurangnya asupan energi yang

berasal dari zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) maupun zat gizi

mikro terutama vitamin A, vitamin D, asam folat, zat besi, seng, kalsium dan

iodium dan zat mikro lain pada wanita usia subur yang berkelanjutan (remaja

sampai masa kehamilan), mengakibatkan terjadinya Kurang Energi Kronik

(KEK) pada masa kehamilan yang diawali dengan kejadian resiko KEK dan

ditandai oleh rendahnya cadangan energi dalam jangka waktu cukup lama

yang diukur dengan Lingkar Lengan Atas (LILA) (Kemenkes RI, 2015).

Kurang Energi Kronis (KEK) adalah keadaan seseorang yang

menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang

ditandai dengan lingkar lengan atas (LILA) < 23,5 cm sehingga

mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan. Kurang Energi Kronis (KEK)

dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil (Irianto, 2014).
Standar minimal ukuran Lingkar Lengan Atas pada wanita dewasa

atau usia produktif adalah 23,5 cm. Jika ukuran LILA kurang dari 23,5 cm,

maka interpretasinya adalah Kurang Energi Kronik (Romauli, 2011).

Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa prevalensi

KEK (Kekurangan Energi Kronik) pada kehamilan secara global 37-75%

dimana secara bermakna tinggi pada trimester ketiga dibandingkan dengan

trimester pertama dan kedua kehamilan. WHO juga mencatat 40% kematian

ibu di negara berkembang berkaitan dengan kekurangan energi kronis. Ibu

hamil yang menderita gizi kurang seperti kurang energi kronik mempunyai

resiko kesakitan yang lebih besar oleh karena itu kurang gizi pada ibu hamil

harus dihindari sehingga ibu hamil merupakan kelompok sasaran yang perlu

mendapat perhatian khusus.

Akibat Kurang Energi Kronis (KEK) terhadap ibu diantaranya

meningkatkan risiko terjadinya anemia, pendarahan, dan terkena penyakit

infeksi (Irianto, 2014). Dampak Kurang Energi Kronis terhadap proses

persalinan diantaranya akan berisiko terjadinya persalinan lama, persalinan

sebelum waktunya (premature), dan persalinan dengan operasi cenderung

meningkat (Agria, 2012).

Akibat Kurang Energi Kronis (KEK) terhadap janin diantaranya

berisiko terjadinya proses pertumbuhan janin terhambat, keguguran atau

abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi,

asfiksia intrapartum (mati dalam kandungan), lahir dengan Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR) (Waryana, 2010).


Tercapainya kualitas hidup yang baik bagi keluarga dan masyarakat

sangat ditentukan oleh kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil adalah salah satu

kelompok yang rawan akan masalah gizi. Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) melaporkan bahwa prevalensi KEK (Kekurangan Energi Kronik)

pada kehamilan secara global 35-75% dimana secara bermakna tinggi pada

trismester pertama dan kedua kehamilan. WHO juga mencatat 40% kematian

ibu di Negara berkembang berkaitan dengan kekurangan energi kronis. Ibu

hamil yang menderita gizi kurang seperti kurang energi kronik mempunyai

resiko kesakitan yang lebih besar oleh karena itu kurang gizi pada ibu hamil

harus dihindari sehingga ibu hamil merupakan kelompok sasaran yang perlu

mendapat perhatian khusus.

Kejadian kekurangan energi kronis di negara-negara berkembang

seperti Bangladesh, yaitu 47%, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Srilangka

dan Thailand adalah 15-47% yaitu dengan BMI < 18,5 cm . Adapun negara

yang mengalami kejadian KEK pada ibu hamil tertinggi adalah Bangladesh

yaitu 47% , sedangkan Indonesia merupakan urutan keempat terbesar setelah

India dengan prevalensi 15-25% (WHO, 2015%).

Hasil laporan kinerja Ditjen Kesehatan masyarakat tahun 2016

melaporkan bahwa persentase ibu hamil KEK di Indonesia sebesar 16,2%

(Kemenkes, 2017). Hasil Survei gizi (PSG, 2017) presentasi ibu hamil KEK

sebesar 14,8 %. Adapun upaya yang dilakukan dinas kesehatan bersama unit

terkait puskesmas, puskesmas pembantu diantaranya konseling ibu tentang

gizi seimbang saat kelas ibu hamil, penyuluhan dan pemberian makan
tambahan untuk ibu hamil KEK. Cakupan ibu hamil KEK sudah

mendapatkan 683 orang (88,13%) LKJT (Dinkes Manggarai, 2018).

Sedangkan Provinsi Banten adalah salah satu provinsi dengan angka resiko

ibu hamil KEK (jumlah ibu hamil dengan lingkar lengan atas < 23,5 cm)

sebesar 18%, angka tersebut diatas rata-rata persentasi nasional yaitu sebesar

16,2%. Persentasi tertinggi adalah Provinsi Papua sebesar 23,8% dan terendah

Provinsi Sumatera Utara sebesar 7,6% (Kemenkes, 2017).

Hasil RISKESDAS tahun 2018, NTT menduduki peringkat tertinggi

jumlah bumil KEK yaitu sebesar 36,8%. Untuk Kabupaten Manggarai Jumlah

Bumil KEK tahun 2018 adalah sebanyak 775 ibu hamil (Laporan Kinerja

Instansi Dinkes Kabupaten Manggarai, 2018).

Masalah ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) disebabkan konsumsi

zat gizi yang masih kurang. Menurut Arisman (2010) penyebab lain

terjadinya Kurang Energi Kronis (KEK) adalah penyakit infeksi, ibu hamil

yang asupan makannya cukup tetapi menderita suatu penyakit atau sakit maka

mengalami masalah yang ditandai dengan menurunnya nafsu makan yang

menyebabkan asupan makan berkurang dan ibu hamil yang asupan makannya

kurang dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terserang

penyakit.

Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan Angka

Kematian Bayi (AKB) di Indonesia, kementrian kesehatan menetapkan 5

stategi operasional yaitu: Puskesmas dan jaringannya, Penguatan manajemen

program dan sistem rujukannya, meningkatkan peran serta masyarakat,


Kerjasama dan kemitraan; kegiatan akselerasi dan inovasi tahun 2011 antara

lain: Kerjasama dengan sektor terkait dan pemerintah daerah telah

menindaklanjuti Inpres no.1 tahun 2010 tentang percepatan pelaksanaan

prioritas pembangunan Nasional dan Inpres no. 3 tahun 2010 tentang program

pembangunan yang berkaitan melalui kegiatan sosialisasi, fasilitas dan

advokasi terkait percepatan pencapaian MDGs yaitu mengentaskan

kemiskinan ekstrim dan kelaparan, mengurangi tingkat kematian anak,

meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/ AIDS dan penyakit menular

lainnya, Pemberian Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) mulai tahun 2011

setiap puskesmas mendapat BOK dengan adanya BOK, pelayanan “outreach”

diluar gedung terutama pelayanan KIA dan KB dapat lebih mendekati

masyarakat yang membutuhkan, Menetapkan Indeks Pembangunan Kesehatan

Masyarakat (IPKM) berupa indikator komposit (status kesehatan) yang

digunakan untuk menetapkan kabupaten/ kota yang mempunyai masalah

kesehatan, Penempatan tenaga strategis (dokter dan bidan) dan penyediaan

fasilitas kesehatan didaerah terpencil, perbatasan, kepulauan (DTPK),

termasuk dokter plus, mobile team. Akan diluncurkan 2 peraturan mentri

kesehatan terkait dengan standar pelayanan KB berkualitas, sebagaimana

diamankan Uuno. 52 tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga, Selain itu MENKES, pada tahun 2011 meluncurkan

Jaminan Persalinan (JAMPERSAL) yang mencakup pemeriksaan kehamilan,

pelayanan persalinan, nifas, Kb pasca salin, dan Neonatus, Penelitian dan


pengembangan inovasi yang terkordinir. Sumber (https://sehat

negriku.kemenkes.go.id).

Upaya pemerintah dalam menanggulangi ibu hamil dengan

Kekurangan Energi Kronik (KEK) yaitu: Meningkatkan pendidikan gizi ibu

hamil tentang KEK melalui pemberian Komunikasi Informasi Edukasi (KIE),

Memberikan pelayanan gizi dan pelayanan KIA (kesehatan ibu dan anak)

pada ibu hamil berupa pemberian tablet fe, melakukan skrining terhadap ibu

hamil resiko KEK, dan pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi ibu hamil

dengan resiko KEK melalui bimbingan gizi dan Kesehatan Ibu Anak secara

berjenjang.(kemenkes RI,2013: h. 15).

Permasalahan diatas semakin meningkatnya data ibu hamil yang KEK

setiap tahun, dimana kita ketahui KEK dapat menyebabkan perdarahan pada

ibu hamil pada saat hamil dan bersalin, sedangkan penyebab kematian

ibu tertinggi masih disebabkan oleh perdarahan yaitu 30% dari jumlah

kematian ibu setiap tahunnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk

melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny”M” umur 21 tahun

G1P0A0 dengan kehamilan KEK (Kekurangan Energi Kronis) mulai dari

kehamilan trimester III, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus dan

keluarga berencana.

1.2 Identifikasi Masalah


Pada masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus,

sampai dengan pelayanan kontrasepsi kondisinya normal dan sesuai dengan

standar pelayanan kebidanan namun perlu pengawasan. Setelah dilakukan

pemeriksaan NY ”M” umur 18 tahun, memiliki ukuran lingkar lengan atas

kurang dari 23,5 cm (23,3 cm) bb: 44 kg, ini termasuk beresiko dalam

kehamilan. pada kehamilan TM 3 ibu tidak punya keluhan dan semua hasil

pemeriksaan Laboratorium ibu Normal dari TM1 sampai TM3.

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah pada studi

kasus ini adalah bagaimana pelayanan asuhan kebidanan secara komprehensif

pada Ny.”M”dengan kejadianKurang Energi Kronik (KEK) di puskesmas

Watu alo?.

1.3 Tujuan Penulisan

a. Tujuan umum

Melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ibu Hamil,

Bersalin, Nifas, Bayi Baru Lahir, Neonatus dan KB di Puskesmas Watu

Alo.

b. Tujuan khusus

1. Melakukan Asuhan Kebidanan Kehamilan Trimester III pada Ny M

usia 21 tahun dengan KEK di Puskesmas Watu Alo

2. Melakukan Asuhan Kebidanan Persalinan Lama pada Ny.M usia 21

tahun dengan KEK di Puskesmas Watu Alo Melakukan Asuhan

Kebidanan BBL, Neonatus dengan Berat Badan Lahir Rendah pada


By. Ny.M usia 21 tahun di Puskesmas Watu Alo Melakukan Asuhan

Kebidanan Nifas pada Ny M usia 18 tahun di Puskesmas Watu Alo

3. Melakukan Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny.M usia

21 tahun di Puskesmas Watu Alo

1.4 Manfaat Penulisan

a. Manfaat teoritis

Memberikan rasa aman kepada ibu dengan memberikan

pendampingan dalam menghadapi masa kehamilan hingga setelah

melahirkan sampai KB serta menambah pengetahuan ibu tentang

informasi dan edukasi mengenai asuhan kebidanan yang telah diterima

ibu.

b. Manfaat praktis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menambah koleksi Perpustakaan atau sumber pustaka

bagi penelitian selanjutnya tentang asuhan kebidanan kepada ibu

hamil dengan KEK secara komprehensif dan berkesinambungan

mulai dari masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan

KB sehingga dapat dijadikan acuan bagi penulis selanjutnya

2. Bagi Peneliti

Sebagai penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan

dan mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan asuhan

kebidanan secara langsung kepada ibu hamil dengan Kekurangan

Energi Kronis secara komprehensif sampai ibu KB kembali


sehingga dapat digunakan sebagai bekal penulisan didalam

melaksanakan asuhan kebidanan.

3. Bagi Bidan di Puskesmas

Dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan

Asuhan Kebidanan secara Continuity Of Care pada ibu hamil,

bersalin, nifas, bayi baru lahir, neonatus dan Keluarga Berencana

4. Bagi Klien

Ibu mendapat pelayanan kebidanan secara Continuity Of Care

mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, neonatus,

dan Keluarga Berencana.

5. Bagi masyarakat

Untuk memberikan informasi tentang kehamilan, persalinan,

nifas, bayi baru lahir, neonatus, dan Keluarga Berencana.

Anda mungkin juga menyukai