Anda di halaman 1dari 87

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN TEORI KASUS

1. Kehamilan

a. Pengertian

Asuhan komprehensif adalah asuhan yang diberikan oleh bidan dari mulai

masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan kb yang bertujuan untuk

memberikan pelayanan yang berkualitas untuk mencegah terjadinya kematian

ibu dan anak.

Kehamilan adalah proses mata rantai yang bersinambungan dan terdiri

dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum , konsepsi dan pertumbuhan zigot,

nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan placenta dan tumbuh kembang

hasil konsepsi sampai aterm ( Sholichah, Nanik, 2017).

Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya

janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

dihitung dari hari pertama haid terakhir (Manuaba, 2009).

Kehamilan merupakan proses alamiah untuk menjaga kelangsungan

peradaban manusia. Kehamilan baru bisa terjadi jika seorang wanita sudah

mengalami pubertas yang ditandai dengan terjadinya menstruasi (Hani, 2010).

Proses Terjadinya Kehamilan berdasarkan beberapa pengertian di atas,

disimpulkan bahwa kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan spermatozoa

dengan ovum dilanjutkan dengan nidasi sampai lahirnya janin yang normalnya
15

akan berlangsung dalam waktu 280 hari atau 40 minggu dihitung dari hari

pertama haid terakhir (Manuaba, 2009).

Fertilisasi merupakan proses pertemuan antara sel oosit dan sel sperma. Sel

sperma akan menembus zona pelusida dari sel oosit sehingga terjadi peleburan

antara sel inti sperma dengan sel inti oosit. Tahap tahap fertilisasi sangat

kompleks. Mekanisme molekuler membuat spermatozoa dapat melewati zona

pelusida, dan masuk ke sitoplasma oosit untuk membentuk zygot (Bayu Irianti

dkk, 2014).

Implantasi embrio kedalam dinding rahim merupakan gambaran umum

yang ditemukan pada semua mamalia. Pada perempuan, implantasi terjadi 6

atau 7 hari pascafertilisasi, proses ini terbagi menjadi 3 fase :

1. Aposisi yaitu perlekatan dini blastokista kedinding uterus dan epitel

uterus.

2. Adhesi atau meningkatnya kontak fisik antara blastokista dan epitel

uterus.

3. Invasi atau penetrasi dan invasi sinsiotrofoblas kedalam endometrium,

yaitu sepertiga bagian dalam miometrium dan pembuluh darah.

Untuk dapat mengimplantasi dengan baik, diperlukan endometrium

reseptif yaitu yang telah disiapkan oleh progesterone dan estrogen sebagai

tempat tumbuhnya mudiga. Uterus dapat menerima blastokista yaitu pada hari

ke 20-24 dari siklus (Bayu Irianti dkk, 2014).

b. Tanda Bahaya pada Kehamilan Lanjut


16

Ketika bidan mengikuti langkah-langkah proses manajemen kebidanan,

bidan harus waspada terhadap tanda-tanda bahaya dalam kehamilan. Tanda-

tanda bahaya ini, jika tidak dilaporkan atau terdeteksi, dapat mengakibatkan

kematian ibu. Pada setiap kunjungan antenatal care bidan harus mengajarkan

kepada ibu bagaimana mengenali tanda-tanda bahaya ini, dan menganjurkan

untuk datang ke klinik dengan segera jika ia mengalami tanda-tanda bahaya

tersebut (Romauli, 2014). Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan

diantisipasi dalam kehamilan lanjut (Romauli, 2014), adalah :

1. Perdarahan pervaginam

a. Plasenta Previa

Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri, biasa

terjadi secara tiba-tiba dan kapan saja. Bagian terendah anak sangat

tinggi karena plasenta terletak pada bagian bawah rahim sehingga

bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul. Pada plasenta

previa, ukuran panjang rahim berukuran lebih besar maka pada plasenta

previa lebih sering disertai kelainan letak(Romauli, 2014).

b. Solusio Plasenta

Darah dari tempat pelepasan keluar dari serviks dan terjadilah

perdarahan tampak. Kadang-kadang darah tidak keluar, terkumpul

dibelakang plasenta. Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi

menimbulkan tanda yang lebih khas (rahim keras seperti papan) karena

seluruh perdarahan tertahan didalam. Umumnya berbahaya karena

jumlah perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya syok. Nyeri
17

abdomen pada saat dipegang, palpasi sulit dilakukan, fundus uteri makin

lama makin naik dan bunyi jantung biasanya tidak ada(Romauli, 2014).

1. Sakit kepala yang hebat

Wanita hamil mengeluh nyeri kepala yang hebat. Sakit kepala

seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam

kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius

adalah sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan

beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat ibu

mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau

berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala

dari pre-eklampsia (Romauli, 2014).

2. Penglihatan Kabur

Wanita hamil mengeluh penglihatan yang kabur karena

pengaruhhormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah

dalam kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah normal.

Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam

adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya pendangan

kabur dan berbayang. Perubahan penglihatan ini mungkin disertai

sakit kepala yang hebat dan mungkin menandakan pre-eklampsia

(Romauli, 2014).

3. Bengkak di wajah dan jari-jari tangan


18

Hampir dari separuh ibu hamil akan mengalami bengkak yang

normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari biasanya

akan hilang setelah beristirahat dengan meninggikan kaki.

Bengkak biasanya menunjukkan adanya masalah serius jika

muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah istirahat dan

disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini dapat merupakan

pertanda anemia, gagal jantung atau pre-eklampsia (Romauli,

2014).

4. Keluar cairan pervaginam

Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester III.

Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses

persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi

pada kehamilan preterm (sebelum kehamilan 37 minggu) maupun

pada kehamilan aterm. Normalnya selaput ketuban pecah pada

akhir kala I atau awal kala II (Romauli, 2014).

5. Gerakan janin tidak terasa

Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan trimester

III. Normalnya ibu mulai merasakan gerakan bayinya lebih awal.

Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Gerakan janin akan

lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu

makan dan minum dengan baik. Gejala yang akan terjadi jika

gerakan bayi kurang dari 3 kali dalam periode 3 jam (Romauli,

2014).
19

6. Nyeri perut yang hebat

Ibu mengeluh nyeri perut pada kehamilan trimester III. Nyeri

abdomen yang berhubungan dengan persalinan normal adalah

normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah

yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap

dan tidak hilang setelah beristirahat. Hai ini bisa berarti

apendisitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang panggul,

persalinan preterm, gastritis, dan penyakit atau infeksi lain

(Romauli, 2014).

c. Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil

1. Pengertian

Keadaan dimana ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung

menahun (kronis), yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada

ibu (Susilowati, 2008). Ibu hamil dengan kekurangan energy kronis

adalah suatu keadaan dimana seorang ibu hamil mengalami kekurangan

energi dan protein yang terjadi karena konsumsi bahan pangan pokok

yang tidak memenuhi disertai susunan hidangan yang tidak seimbang

dan pengabsorsian metabolism zat gizi yang terganggu (Sediaoetomo,

2002).

Kekurangan energy kronis adalah keadaan dimana ibu menderita

kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang

menimbulkan masalah kesehatan pada ibu (Supriasa, 2002).

2. Cara menilai ibu hamil KEK


20

Jenis antropometri yang digunakan untuk mengukur resiko KEK kronis

pada Wanita Usia Subur (WUS)/ ibu hamil adalah Lingkar Lengan Atas

(LILA). Sasarannya adalah wanita pada usia 15-45 tahun yang terdiri dari

remaja, ibu hamil, menyusui, dan Pasangan Usia Subur (PUS). Ambang

batas LILA WUS dengan resiko KEK adalah 23,5 cm. Apabila LILA

kurang dari 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan

diperkirakan akan melahirkan BBLR (Supriasa, 2002).

3. Etiologi/Penyebab

Menurut Sediaoetomo (2002), penyebab dari kekurangan energi

kronisdapatdibagi menjadidua, yaitu:

a. Penyebab langsung/primer

Defisiensi kalori maupun protein yang terjadi dalam jangka waktu

yang cukup lama.

b.Penyebab tidak langsung/sekunder yaitu:

1. Hambatan absorbs karena penyakit infeksi atau infeksi cacing

2. Hambatan utilitas zat-zat gizi

adalah hambatan penggunaan zat-zat gizi karena susunan asam

amino didalam tubuh tidakseimbangyang dapatmenyebabkan

penurunan nafsu makan dan penurunan konsumsi makan.

3. Ekonomi yang kurang

4. Pengetahuan tentang gizi yang kurang

5. Produksipanganyangtidak mencukupikebutuhan

6. Jumlah anak yangterlalu banyak


21

7. endapatan yangrendah

4.Tanda dan Gejala KEK

a. Tanda-tandaKEKmenurutSediaoetomo (2002), meliputi:

1. LingkarLenganAtas(LILA) kurangdari23,5 cm

2. Badan kurus

3. Rambut kusam

4. Turgor kulit kering

5. Conjungtiva pucat

6. Tensikurangdari100 mmHg

7. Hb kurangdarinormal(<11 grampersen)

b. GejalaKEK menurutWinkjosastro (2002),meliputi:

1. Nafsu makan kurang

2. Mual

3. Badan lemas

4. Mata berkunang-kunang.

5. Patofisiologi

Kurangnya asupan energy yang berasal dari zat gizi makro (karbohidrat,

protein dan lemak) maupun zat gizi mikro terutama vitamin A, vitamin D,

asam folat, zat besi, seng, kalsium dan iodium dan zat mikro lain pada

wanita usia subur yang berkelanjutan (remaja sampai masa kehamilan),

mengakibatkan terjadinya Kurang Energi Kronik (KEK) pada masa

kehamilan yang diawali dengan kejadian resiko KEK dan ditandai oleh
22

rendahnya cadangan energy dalam jangka waktu cukup lama yang diukur

dengan Lingkar Lengan Atas (LILA)(Kemenkes RI, 2015).

6. Akibat KEK

a. Bagi ibu hamil

Bagi ibu hamil yang menderita KEK dapat melemahkan fisiknya yang

pada akhirnya dapat menyebabkan perdarahan, partus lama, abortus,

dan infeksi (Susilowati, 2008)

b. Bagi bayi

Bayi yang terlahir dari ibu hamil yang menderita KEK akan mengalami

keguguran, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, dan

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (Susilowati, 2008).

7. Gizi pada ibu hamil

Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil (Kusmiyati, 2008) secara garis besar

adalah sebagai berikut:

1. Asam folat

Menurut konsep evidence bahwa pemakaian asam folat pada masa

pre dan perikonsepsi menurunkan resiko kerusakan otak, kelainan

neural, spina bifida dan anensepalus, baik pada ibu hamil normal

maupun ibu hamil beresiko. Pemberian suplemen asam folat

dimulai dari 2 bulan sebelum konsepsi dan berlanjut hingga 3

bulan pertama kehamilan (Kusmiyati, 2008).

2. Energy
23

Diet pada ibu hamil tidak hanya difokuskan pada tinggi protein

saja tetapi pada susunan gizi seimbang energy juga protein. Hal ini

juga efektif untuk menurunkan kejadian BBLR dan kematian

perinatal. Kebutuhan energy ibu hamil adalah 285 kalori untuk

proses tumbuh kembang janin dan perubahan pada tubuh ibu

(Kusmiyati, 2008).

3. Protein

Pembentukan jaringan baru dari janin dan untuk tubuh ibu

dibutuhkanprotein sebesar 910 gram dalam 6 bulan terakhir

kehamilan. Dibutuhkan tambahan 12 gram protein sehari untuk ibu

hamil (Kusmiyati, 2008).

4. Zat besi (FE)

Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi secara rutin

adalah untuk membangun cadangan besi, sintesa sel darah merah

dan sintesa darah otot. Kenaikan volume darah selama kehamilan

akan meningkatkan kebutuhan zat besi. Jumlah zat besi yang

diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya

volume darah adalah 500 mg (Kusmiyati, 2008).

5. Kalsium

Untuk pembentukan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan kalsium ibu

hamil adalah sebesar 500 mg sehari (Kusmiyati, 2008).


24

6. Pemberian suplemen vitamin D terutama pada kelompok

beresikopenyakit seksual dan di negara dengan musim dingain yang

panjang (Kusmiyati, 2008).

7. Pemberian yodium pada daerah dengan endemic kretinisme

(Kusmiyati, 2008).

8. Menurut Kusmiyati2008, Penilaian status gizi ibu hamil dilihat

dari :

1. Berat badan dilihat dari quatelet atau Body Massa Index (Index

MasaTubuh=IMT) .Ibu hamil dengan berat badan dibawah normal

sering dihubungkan dengan abnormalitas kehamilan dan berat

badan lahir rendah. Sedangkan berat badan overweight

meningkatkan resiko atau komplikasi dalam kehamilan seperti

hipertensi, janin besar sehingga terjadi kesulitan dalam persalinan

(Kusmiyati, 2008). Memiliki IMT kurang dari 18,5 kg/m2

merupakan kriteriadiagnostik dari KEK (Gibney dkk, 2013). Cara

mengukur IMT yaitu :

Berat Badan (kg)

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

(Supriasa, Bakri dan Fajar, 2016).

Cakupan gizi ibu hamil diukur dari kenaikan berat badan ibu

hamil.Kenaikan berat badan ibu hamil antara 6,5 kg sampai 16,5

kg, rata-rata 12,5 kg, terutama terjadi dalam kehamilan 20 minggu

terakhir ( Winknjosastro, 2002)


25

2. Ukuran lingkar lengan atas

Standar minimal untuk ukuran lingkar lengan atas pada

wanitadewasa adalah 23,5 cm. Jika ukuran LILA kurang dari 23,5

cm maka interpretasinya adalah Kurang Energi Kronis (KEK)

(Kusmiyati, 2008).

3. Kadar Hemoglobin (Hb)

Ibu hamil yang mempunyai Hb kurang dari 10,0 akan mengalami

anemia (Kusmiyati, 2008).

8. Pencegahan KEK

Menurut Chinue(2009), carapencegahan KEKadalah:

1. Meningkatkan konsumsi makanan bergiziyaitu:

a. Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan

makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan

makanan nabati (sayuran bewarna hijau tua, kacang-kacangan,

tempe).

b. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung

vitamin C (daun katuk, singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan

nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat

besi dalam usus.

c. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum

tablet penambah darah (Chinue, 2009).

9. Penatalaksanaan KEK

Penatalaksaan ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis adalah:


26

1.Melaksanakan penyuluhan dan memberikan nasehatatau anjuran:

a.Tambahan Makanan

Makanan pada ibu hamil sangat penting, karena makanan

merupakan sumber gizi yang dibutuhkan ibu hamil untuk

perkembangan janin dan tubuhnya sendiri (Notoadmojo,2008).

Keadaan gizi pada waktu konsepsi harus dalam keadaan baik dan

selama hamil harus mendapat tambahan protein, mineral, dan

energy (Chinue, 2009).

Tabel2.1

Menu Ibu Hamil

Bahan Makanan PorsiHidangan JenisHidangan


Nasi 6Sehari
porsi Makan pagi:
Sayuran 3 mangkuk
Nasi1,5 porsi(150 gr)
Buah 4 potong
Ikan/daging1
Tempe 3 potong
Daging 3 potong potong(40gr) Sayur 1 mangkok

Susu 2 gelas Buah 1 potong

Minyak 5 sendok teh

Gula sendok teh Selingan:susu1gelasdanbuah1

potongsedang.

Makan siang:

Nasi3 porsi(300 gr).

Lauk, sayur dan buah sama


Sumber : (Chinue, 2009)
27

b. Istirahat lebih banyak

Ibu hamil sebaiknya menghemat tenaga dengan cara mengurangi

kegiatan yang melelahkan, istrahat siang 4 jam/hari, malam 8

jam/hari (Wiryo,2002).

2. Pemberian MakananTambahan (PMT)

PMT yaitu pemberian tambahan makanan disamping makanan

yang dimakan sehari-hari untuk mencegah Kekurangan Energi

Kronis (Chinue, 2009). Pemberian PMT untuk memenuhi kalori

dan protein, serta variasi menu dalam bentuk makanan.

Pemenuhan kalori yang harus diberikan dalam program PMT

untuk ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis sebesar 600-

700 kalori dan protein 15-20 mg(Nurpudji, 2006).

a. Contoh makanan tambahan antara lain : susu untuk ibu hamil.

Makanan yang berprotein (hewani dan nabati), susu, roti, dan biji-

bijian, buah dan sayuran yang kaya vit C, sayuran berwarna hijau

tua, buah dan sayuran lain (Muninjaya, 2007).

b. Cara mengolah makanan menurut Proverawati (2009)

Sebaiknya makanan jangan terlalu lama disimpan. Untuk jenis

sayuran segera dihabiskan setelah diolah, susu sebaiknya jangan

terlalu lama terkena cahaya karena akan menyebabkan

hilangnyavitamin B, jangan digaramidagingatau ikan sebelum

dimasak dan apabila makanan yang mengandung protein lebih

baik dimasak jangan terlalu panas.


28

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menentukan gizi

yang seimbang bagi ibu hamil, yaitu: kebutuhan actual selama

hamil berbeda-beda untuk setiap individu dan dipengaruhi oleh

status nutrisi sebelumnya dan riwayat kesehatan, kebutuhan

terhadap satu nutrisi dapat diganggu oleh asupan yang lain, dan

kebutuhan akan nutrisi tidak konsisten selama kehamilan.

c. Apabila terjadi atau timbul masalah medis, maka hal yang perlu

dilakukan menurut Saifuddin (2003) adalah: Rujuk untuk

konsultasi, Perencanaan sesuai kondisi ibu hamil, Minum tablet

zat besi atau tambah darah.

10. Periksa kehamilan secara teratur

Setiap wanita hamil menghadapi komplikasi yang bisa

mengancam jiwanya. Ibu hamil sebaiknya memeriksakan kehamilannya

secara teratur kepada tenaga kesehatan agar resiko pada waktu melahirkan

dapat dikurangi Pelayanan prenatal yang dilakukan adalah minimal

Antenatal Care 4 kali dengan ditambah kunjungan rumah bila

adakomplikasioleh bidan. Pembagian 4 kali kunjungan selama periode

antenatal:

a. Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu)

b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-

28).

c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36,

dan sesudah minggu ke 36) (Saifuddin, dkk, 2002).


29

d. Deteksi Dini faktor resiko kehamilan trimester III

Pengenalan adanya risiko tinggi pada ibu hamil dilakukan melalui

skrining atau deteksi dini adanya faktor risiko secara proaktif pada

semua ibu hamil, sedini mungkin pada awal kehamilan oleh

petugas kesehatan atau nonkesehatan yang terlatih di masyarakat,

misalnya ibu-ibu PKK, kader Karang Taruna, ibu hamil sendiri,

atau suaminya. Bidan melakukan pemeriksan klinis terhadap

kondisi kehamilannya. Bidan memberikan KIE kepada ibu hamil,

suami dan keluarganya tentang kondisi ibu hamil dan masalahnya

(Rochjati, 2011).

a. Tujuan Skrining Antenatal adalah menjaring, menemukan dan

mengenal ibu hamil yang mempunyai faktor risiko, yaitu ibu risiko

tinggi. Batasan pengisian skrining antenatal deteksi dini ibu hamil

risiko tinggi dengan menggunakan kartu skor Poedji Rochjati berupa

kartu skor yang digunakan sebagai alat skrining. Skor merupakan

bobot perkiraan dari berat atau ringannya risiko. Jumlah skor

memberikan pengertian tingkat risiko yang dihadapi oleh ibu hamil.

Nilai skor bermanfaat dalam menentukan tempat dan penolong

persalinan yang sesuai (Poedji Rochjati, 2011).

b. Tujuan sistem skor :

1. Membuat pengelompokkan dari ibu hamil (Kehamilan risiko

rendah, kehamilan risiko tinggi dan kehamilan risiko sangat tinggi)


30

agar berkembang perilaku kebutuhan tempat dan penolong

persalinan yang sesuai dengan kondisi ibu hamil.

2. Melakukan pemberdayaan ibu hamil, suami, keluarga dan

masyarakat agar peduli dan memberikan dukungan dan bantuan

untuk kesiapan mental, biaya dan transportasi untuk melakukan

rujukan terencana.

c. Fungsi Skor

Skor berfungsi sebagai alat komunikasi informasi dan Edukasi/ KIE

bagi klien/ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat. Alat peringatan

bagi petugas kesehatan.

d. Cara pemberian skor

Tiap kondisi ibu hamil (umur dan paritas) dan faktor risiko diberi

nilai 2, 4 dan 8. Umur dan paritas pada semua ibu hamil diberi skor 2

sebagai skor awal. Tiap faktor risiko skornya 4, kecuali bekas operasi

sesar, letak sungsang, letak lintang, perdarahan antepartum dan pre-

eklamsi berat/eklamsi diberi skor 8 (Rochjati, 2011).

Pembagian kehamilan berdasarkan jumlah skor dibagi menjadi tiga

kelompok (Rochjati, 2011), yaitu :

1. Kehamilan risiko rendah (KRR) dengan jumlah skor 2. Kehamilan

tanpa masalah/faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan besar di

ikuti oleh persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat

( Rochjati, 2011)
31

2. Kehamilan risiko tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10.

Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu

maupun janinnya yang memberi dampak kurang menguntungkan

baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko kegawatan tetapi

tidak darurat ( Rochjati, 2011)

3. Kehamilan risiko sangat tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12

dengan faktor risiko

a. Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat

bagi jiwa ibu atau bayinya, membutuhkan dirujuk tepat waktu dan

tindakan segera untuk penanganan adekuat dalam upaya

penyelamatan nyawa ibu dan bayinya.

b. Ibu dengan faktor risiko atau lebih, tingkat risiko kegawatannya

meningkat, membutuhkan pertolongan persalinan oleh dokter

spesialis (Rohjati, 2011) menyatakan, membagi faktor risiko

dikelompokkan atas :

1. Kelompok Faktor Risiko I (ada potensi risiko), terdiri dari :

a. Primi Muda : Terlalu Muda hamil pertama umur 16 tahun atau

kurang.

b. Primi Tua Primer : Terlalu tua, hamil pertama umur 35 tahun atau

lebih. Terlalu lambat hamil. Setelah kawin 4 tahun lebih.

c. Primi Tua Sekunder : Terlalu lama punya anak lagi, terkecil 10

tahun lebih.

d. Terlalu cepat punya anak lagi, anak terkecil usia kurang 2 tahun.
32

e. Grande Multi : terlalu banyak punya anak 4 atau lebih.

f. Terlalu tua umur ≤ 35 tahun.

g. Terlalu pendek tinggi Badan ≤ 145.

h. Pernah gagal pada kehamilan yang lalu. Hamil yang pertama

gagal, hamil ketiga atau lebih mengalami gagal 2 kali.

i. Pernah melahirkan dengan : Tarikan, uri dikeluarkan oleh

penolong dari dalam rahim, pernah diinfus atau transfusi pada

pendarahan post partum.

j. Bekas operasi sesar/pernah melahirkan bayi dengan operasi sesar

sebelum kehamilan ini (Rohjati, 2011).

2. Kelompok Faktor Risiko II (Ada Risiko)

a. Ibu hamil dengan penyakit :

1. Anemia ; pucat, lemas badan lekas lelah.

2. Malaria : panas tinggi, menggigil keluar keringat, sakit

kepala.

3. Tuberculosa paru : batuk lama tidak sembuh, batuk darah

badan lemah lesu dan kurus.

4. Payah jantung : sesak nafas, jantung berdebar, kaki bengkak.

5. Penyakit lain : HIV-AIDS, penyakit menular seksual (PMS).

b. Pre-eklampsia ringan

c. Hamil kembar/gemelli : perut ibu sangat membesar, gerak anak

terasa di beberapa tempat.


33

d. Kembar air/Hidramnion : perut ibu sangat membesar, gerak anak

tidak begitu terasa, karena air ketuban terlalu banyak, biasanya

anak kecil.

e. Bayi mati dalam : ibu hamil tidak terasa gerakan anak lagi

kandungan.

f. Hamil lebih bulan (Serotinus) : ibu hamil 9 bulan dan lebih 2

minggu belum melahirkan.

g. Letak sungsang

h. Letak lintang (Rohjati, 2011).

3. Kelompok Faktor Risiko III (Ada Gawat Darurat)

a. Perdarahan sebelum bayi lahir mengeluarkan darah pada waktu

hamil, sebelum kelahiran bayi.

b. Pre-eklamsia berat dan atau eklamsia (Rohjati, 2011).

Tabel 2.2
Kartu Skor Poedji Rochjati

II III IV
Triwulan
KEL III.
Masalah Faktor / Resiko Skor
NO I II III.2
F.R 1
Skor Awal Ibu Hamil 2 2
I 1 Terlalu muda hamil I ≤16 Tahun 4
2 Terlalu tua hamil I ≥35 Tahun 4
Terlalu lambat hamil I kawin ≥4 Tahun 4
3
Terlalu lama hamil lagi ≥10 Tahun 4
4 Terlalu cepat hamil lagi ≤ 2 Tahun 4
5 Terlalu banyak anak, 4 atau lebih 4
34

6 Terlalu tua umur ≥ 35 Tahun 4


7 Terlalu pendek ≥145 cm 4
8 Pernah gagal kehamilan 4
Pernah melahirkan dengan tarikan 4
9 tang/vakum
uri dirogoh diberi infus/transfuse
10 Pernah operasi sesar 8
II 11 Penyakit pada ibu hamil 4
a. Kurang Darah b. Malaria,
c. TBC Paru d. Payah Jantung 4
e. Kencing Manis (Diabetes) 4
f. Penyakit Menular Seksual 4
12 Bengkak pada muka / tungkai 4
dan tekanan darah tinggi.
13 Hamil kembar 4
14 Hydramnion 4
15 Bayi mati dalam kandungan 4
16 Kehamilan lebih bulan 4
17 Letak sungsang 8
18 Letak Lintang 8
III 19 Perdarahan dalam kehamilan ini 8
20 Preeklampsia/kejang-kejang 8
JUMLAH SKOR

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan

Menurut Ari Sulistyawati, 2009 faktor-faktor yang mempengaruhi

kehamilan adalah:

1. Faktor Fisik

a. Status kesehatan

1. Kehamilan pada usia tua

2. Kehamilan multiple

3. Kehamilan dengan HIV

b. Status gizi
35

c. Gaya hidup

d. Perokok/alkoholik

e. Hamil diluar nikah/kehamilan yang tidak diharapkan

2. Faktor Psikologis

a. Stressor internal

b. Stressor eksternal

c. Dukungan keluarga

d. Penyalahgunaan obat

e. Kekerasan yang dilakukan oleh pasangan (partner abuse)

3. Faktor Lingkungan, Sosial, dan Budaya

a. Kebiasaan, adat istiadat

b. Fasilitas kesehatan

c. Ekonomi

d. Kekerasan dalam kehamilan

e. Tingkat pendidikan

f. Pekerjaan

5. Asuhan kehamilan

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus

memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar 10T (Kemenkes,

2015) terdiri dari

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2. Ukur tekanan darah

3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)


36

4. Ukur tinggi fundus uteri

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

6. Skrinning Status Imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

Toxoid (TT) bila diperlukan

7. Beri tablet tambah darah (tablet besi)

8. Pemeriksaan laboratorium (Rutin dan khusus)

Pemeriksaan laborartorium dilakukan pada saat antenatal tersebut

meliputi:

1. Pemeriksaan golongan darah

2. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)

3. Pemeriksaan protein dalam urine

4. Pemeriksaan kadar gula darah

5. Pemeriksaan darah malaria

6. Pemeriksaan tes sifilis

7. Pemeriksaan HIV

8. Pemeriksaan BTA

9. Tatalaksana / penanganan kasus

10. Temu wicara termasuk program P4K (Kemenkes RI, 2015)

2. Persalinan

a. Pengertian

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin

turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42


37

minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa

komplikasi baik ibu maupun janin (Asuhan persalinan Normal, 2008).

WHO mendefinisikan persalinan normal adalah persalinan yang

dimulai secara spontan (dengan kekuatan ibu sendiridan melalui jalan

lahir), presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara37 sampai

42 minggu setelah persalinan ibu dan bayi dalam kondisi baik (Marmi,

2011).

Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks

dan janin turun kedalam jalan lahir kemudian berakhir dengan

pengeluaran bayi yang cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan

disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu

melalui jalan lahir atau jalan lain,dengan atau tanpa bantuan (kekuatan

sendiri). Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia

kehamilan cukup bulan (setelah 37minggu) tanpa disertai adanya

penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan

menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan

berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (Marmi, 2011).

b. Tahapan Persalinan

Menurut Mochtar (2011) tahapan persalinan dibagi menjadi:

1. Kala I (Pembukaan)

Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan

lengkap (10 cm), inpartu ditandai dengan keluarnya lendir

bercampur darah karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan


38

mendatar (effacement) dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2

fase:

a. Faselaten: dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan

dan pembukaan serviks secara bertahap. Pembukaan 0 sampai3

cmdengan lamanyasekitar 8 jam.

b. Fase aktif, terbagi atas

1. Fase akselerasi: pembukaan yang terjadi sekitar 2 jam, dari

mulai pembukaan 3 cm menjadi 4cm.

2. Fase dilatasi maksimal: pembukaan berlangsung 2 jam, terjadi

sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.

3. Fase deselerasi: pembukaan terjadi sekitar 2 jam dari

pembukaan 9 cm sampai pembukaan lengkap.

Fase tersebut pada primigravida berlangsung sekitar 13 jam,

sedangkan pada multigravida sekitar 7 jam. Secara klinis

dimulainya kala I persalinan ditandai adanya his serta

pengeluaran darah bercampur lendir/bloodyshow. Lendir berasal

dari lendir kanalis servikalis karena servik membuka dan

mendatar, sedangkan darah berasal dari pembuluh darah kapiler

yang berada disekitar kanalis servikalis yang pecah karena

pergeseran-pergeseran ketika servik membuka (Mochtar, 2011).

2. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Menurut Mochtar, 2011 pada kala pengeluaran janin his

terkordinir, kuat, cepat, dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali.
39

Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara

reflektoris menimbulkan rasa ingin mengejan karena tekanan pada

rektum, ibu meresa ingin BAB dengan tanda anus membuka.

Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap

(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Lama kala II pada

primi berlangsung 1,5 jam-2 jam sedangkan pada multipara

berlangsung 0,5 jam-1 jam (Mochtar, 2011)

3. Kala III (Kala Uri)

Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya

plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Marmi,

2011). Menurut Mochtar, 2011 setelah bayi lahir kontraksi rahim

beristrahat sebentar. Uterus teraba setinggi pusat dan berisi

plasenta yang menjadi lebih tebal 2 kali dari sebelumnya.

Beberapa saat kemudian timbul his pengeluaran dan pelepasan

uri, dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong

kedalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit

dorongan dari atas sympisis atau fundus uteri. Seluruh proses

biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran

plasenta biasanya disertai dengan pengeluaran darah kira-kira

100-200 cc (Mochtar, 2011).

4. Kala IV (Tahap Pengawasan)

Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam

postpartum. Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan


40

observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada

2 jam pertama (Marmi, 2011).

Kala IV berisi tentang observasi TTV yaitu tekanan darah,

nadi, temperature, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih

dan perdarahan. Pemantauan kala IV ini sangat penting terutama

untuk menilai deteksi dini resiko atau kesiapan penolong

mengantisipasi komplikasi perdarahan pascapersalinan (JNPK-

KR, 2014).

Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang

disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan terjadi selama 4 jam

pertama setelah kelahiran. Karena alasan ini sangatlah penting

untuk memantau ibu secara ketat segera setelah persalinan

(JNPK-KR, 2014)

c. Tanda-tanda persalinan

Menurut Marmi (2011), tanda-tanda persalinan yaitu:

1. Tanda-Tanda Persalinan Sudah Dekat

a. Tanda Lightening

Menjelang minggu ke 36, pada primigravida terjadi penurunan

fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul

yang disebabkan : kontraksi Braxton His, ketegangan dinding

perut, ketegangan ligamentum Rotundum, dan gaya berat janin

dimana kepala kearah bawah (Marmi, 2011).

b. Terjadinya His Permulaan


41

Makin tua kehamilam, pengeluaran estrogen dan progesteron

makin berkurang sehingga produksi oksitosin meningkat, dengan

demikian dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering, his

permulaan ini lebih sering diistilahkan sebagai his palsu (Marmi,

2011).

2. Tanda-Tanda Timbulnya Persalinan (Inpartu)

a. Terjadinya His Persalinan

His merupakan kontraksi rahim yang dapat diraba menimbulkan

rasa nyeri diperut serta dapat menimbulkan pembukaan servik.

Kontraksi rahim dimulai pada 2 face maker yang letaknya

didekat cornu uteri (Marmi, 2011). His yang menimbulkan

pembukaan serviks dengan kecepatan tertentu disebut

hisefektif. His persalinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

i. Pinggangnya terasa sakit dan menjalar kedepan.

ii. Sifat his teratur, interval semakin pendek, dan kekuatan

semakin besar.

iii. Terjadi perubahan pada serviks.

iv. Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan

berjalan, maka kekuatan hisnya akan bertambah (Marmi,

2011).

v. Keluarnya lendir bercampur darah pervaginam (show)

(Marmi, 2011).

b. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.


42

Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya

selaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan

persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam (Marmi, 2011).

c. Dilatasi dan Effacement

Dilatasi merupakan terbukanya kanalis servikalis secara

berangsur-angsur akibat pengaruh his. Effacement merupakan

pendataran atau pemendekan kanalis servikalis yang semula

panjang 1-2 cm menjadi hilang sama sekali, sehingga tinggal

hanya ostium yang tipis seperti kertas (Marmi, 2011).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan (Marmi, 2011):

Faktor-faktoryangmempengaruhipersalinan adalah :

a. Power (kekuatan)

Adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang

mendorong janin keluar dalam persalinan ialah his, kontraksi

otot-otot perut, kontraksi diafgrama dan aksi dari ligament

dengan kerja yang baik dan sempurna. Kekuatan (Power)

berasal dari:

1. Kontraksiuterus (His)

His yang baik adalah kontraksi simultan simetris diseluruh

uterus, kekuatan terbesar didaerah fundus, terdapat periode

relaksasi diantara dua periode kontraksi, terdapat retraksi otot-

otot korpus uteri setiap sesudah his, osthiumuteri eksternum dan

osthium internum pun akan terbuka (Marmi, 2011).


43

2. Tenaga meneran

Pada saat kontraksi uterus dimulai ibu diminta untuk menarik

nafas dalam, nafas ditahan, kemudian segera mengejan ke arah

bawah (rectum) persis BAB. Kekuatan meneran dan mendorong

janin kearah bawah akan menimbulkan keregangan yang

bersifat pasif (Marmi, 2011).

Kekuatan his dan reflex mengejan makin mendorong bagian

terendah sehingga terjadilah pembukaan pintu dengan crowning

dan penipisan perinium, selanjutnya kekuatan reflex mengejan

dan his menyebabkan ekspulsi kepala sebagian berturut-turut

lahir yaitu UUB, dahi, muka,kepala dan seluruh badan (Marmi,

2011).

b. Passenger (Isi Kehamilan)

Faktor passenger terdiri dari atas 3 komponen yaitu janin, air

ketuban dan plasenta (Marmi, 2011):

1. Janin

Janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi

beberapa factor yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak,

sikap dan posisi janin.

2. Air ketuban

Saat persalinan air ketuban membuka serviks dan mendorong

selaput janin ke dalam osthium uteri, bagian selaput anak yang


44

di atas osthium uteri yang menonjol waktu his adalah ketuban

(Marmi, 2011).

3. Plasenta

Plasenta juga harus melalui jalan lahir, plasenta juga dianggap

sebagai penumpang yang menyertai janin. Plasenta adalah

bagian dari kehamilan yang penting dimana plasenta memiliki

peranan berupa transport zat dari ibu ke janin, penghasil hormon

yang berguna selama kehamilan, serta sebagai barrier (Marmi,

2011).

c. Passage

Jalan lahir terdiri dari panggulibu,yaitubagiantulang padat,

dasar panggul, vagina, introitus vagina. Meskipun

jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul

ikut menunjang keluarnya bayi tetapi panggul ibu lebih

berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil

menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku.

Oleh Karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan

sebelum persalinan dimulai (Marmi, 2011).

d. Faktor psikologi ibu

Keadaan psikologi ibu mempengaruhi proses persalinan.

Ibu bersalin yang didampingi oleh suami dan orang-orang yang

di cintainya cenderung mengalami proses persalinan yang lebih

lancar dibandingkan dengan ibu bersalin yang tanpa


45

didampingi suami atau orang-orang yang dicintainya (Marmi,

2011).

e. Faktor penolong

Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat

untuk memperlancar proses persalinan dan mencegah kematian

maternal neonatal, dengan pengetahuan dan kompetensi yang

baik diharapkan kesalahan atau mal praktek dalam

memberikan asuhan tidak terjadi (Marmi, 2011).

d. Partus Lama

1. Pengertian

Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam

pada primi dan lebih dari 18 jam pada multi (Sofian, 2012). Etiologi

menurut Saifuddin (2010) sebab-sebab partus lama dapat digolongkan

menjadi 3 yaitu :

a. Kelainan tenaga (kelainan his)

His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan

kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap

persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami

hambatan atau kemacetan. Jenis-jenis kelainan his yaitu:


1. Inersia uteri his bersifat biasa dalam arti fundus berkontraksi

lebih kuat dan lebih dahulu dari pada bagian-bagian lain.

Kelainan terletak dalam hal kontraksi yang terjadi lebih singkat

dan jarang. Penderita biasanya baik dan merasa nyeri tidak

seberapa (Prawirohardjo, 2010)

2. Incoordinate uterine action : tidak ada sinkronisasi kontraksi

bagian-bagian uterus. Tidak adanya koordinasi antara bagian

atas, tengah dan bagian bawah menyebabkan his tidak efisien

dalam mengadakan pembukaan. Tonus otot yang menaik

menyebabkan nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dan

dapat pula menyebabkan hipoksia janin (Prawirohardjo, 2010).

b. Kelainan janin : Persalinan dapat mengalami gangguan atau

kemacetan karena kelainan dalam letak atau bentuk janin (janin

besar atau ada kelainan kongenital janin) (Saifuddin, 2010)

c. Kelainan jalan lahir : Kelainan dalam bentuk atau ukuran jalan lahir

bisa menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan

kemacetan (Saifuddin, 2010).

2. Klasifikasi Partus Lama

Oxom dan Forte (2010) mengklasifikasikan partus lama menjadi

beberapa fase yaitu:

a. Fase laten yang memanjang

Fase laten yang memanjang adalah fase laten yang melampaui

waktu 20 jam pada nulipara dan 14 jam pada multipara dan hal
tersebut merupakan keadaan abnormal. Sebab- sebab fase laten

yang panjang mencakup:

1. Serviks belum matang pada awal persalinan

2. Posisi janin abnormal

3. Disproporsi fetalopelvik

4. Persalinan palsu

5. Pemberian sedative yang berlebihan pada serviks yang belum

matang.

b. Fase aktif yang memanjang

Fase aktif yang memanjang pada multipara yaitu fase aktif yang

berlangsung lebih dari 6 jam (rata-rata 2,5 jam) dan laju dilatasi

serviks yang kurang dari 1,5 cm per jam merupakan keadaan

abnormal (Oxom dan Forte, 2010).

Periode aktif yang memanjang dapat dibagi menjadi 2 kelompok

klinis yang utama, yaitu kelompok yang masih menunjukkan kemajuan

persalinan sekalipun dilatasi serviks berlangsung lambat (gangguan

protaction) yaitu kecepatan pembukaan atau penurunan lambat, pada

nulipara kecepatan pembukaan kurang dari 1,2 cm per jam atau

penurunan kepala kurang dari 1 cm per jam (Oxom dan Forte, 2010).

Untuk multipara, protaksi didefinisikan sebagai kecepatan kurang dari

1,5 cm per jam atau penurunan kepala kurang 2 cm per jam. Yang kedua

kelompok yang benar-benar mengalami penghentian dilatasi serviks

(arrest), didefinisikan apabila tidak ada perubahan serviks dalam waktu 2


jam, dan kemacetan penurunan kepala apabila dalam 1 jam tidak ada

penurunan kepala. Pengamatan yang cermat, upaya menghindari

kelahiran pervaginam yang traumatic dan pertimbangan seksio sesarea

merupakan tindakan penting dalam penatalaksanaan permasalahan ini

(Oxom dan Forte, 2010).

3. Tatalaksana

Kemenkes RI 2013, menetapkan tatalaksana partus lama yaitu:

a. Tatalaksana umum untuk penanganan partus lama yaitu segera

rujuk ibu ke rumah sakit yang memiliki pelayanan seksio sesarea.

b. Tatalaksana khusus untuk penanganan yaitu dengan tentukan

penyebab partus lama seperti power (his tidak adekuat), passengger

(malpresentasi, malposisi, janin besar), passage (panggul sempit,

kelainan serviks atau vagina, tumor jalan lahir). Sesuaikan

tatalaksana dengan penyebab dan situasi. Lakukan argumentasi

persalinan dengan oksitosin dan atau amniotomi bila terdapat

gangguan power. Pastikan tidak ada gangguan passage atau

passenger. Lakukan tindakan operatif (forcep, vakum, seksio

sesarea) bila terdapat gangguan passage atau passenger (Kemenkes

RI, 2013).

3. Bayi Baru Lahir Normal

a. Pengertian

Bayi baru lahir merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru

saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan


penyesuaian diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ektra uterin

(Dewi, 2010).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang

kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37

minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan antara 2500 gram

sampai 4000 gram dengan nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan

(Rukiyah, 2010).

b. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal

Dewi (2010) menyebutkan ciri-ciri bayi baru lahir yaitu: lahir

aterm antara 37-42 minggu, berat badan 2.500-4.000 gram, panjang 45-

53cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, lingkar lengan

11-12cm, frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit, pernapasan ±40-60

x/menit, kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan yang

cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah

sempurna, kuku agak panjang danlemas, Nilai APGAR >7, gerakaktif,

bayi lahir langsung menangis kuat, reflex rooting (mencari puting susu

dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk

dengan baik, refleks morro (gerakan memelukbila dikagetkan) sudah

terbentuk den gan baik, reflex grasping (menggenggam) sudah baik,

pada anak laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada

skrotum dan penis yang berlubang, pada anak perempuan kematangan

ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia
minora dan mayora, dan eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya

mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan.

c. Penatalaksanaan bayi baru lahir normal

Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahui apakah

transisi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine berjalan dengan

lancar dan tidak ada kelainan. Pemeriksaan medis komprehensif

dilakukan dalam 24 jam pertama kehidupan (Marmi, 2012).

Pemeriksaan rutin pada bayi baru lahir harus dilakukan, tujuannya

untuk mendeteksi kelainan atau anomali kongenital yang muncul pada

setiap kelahiran dalam 10-20 per 1000 kelahiran, pengelolaan lebih lanjut

dari setiap kelainan yang terdeteksi pada saat antenatal,

mempertimbangkan masalah potensial terkait riwayat kehamilan ibu dan

kelainan yang diturunkan, dan memberikan promosi kesehatan, terutama

pencegahan terhadap Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) (Lissauer,

2013).

Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah untuk

membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali pusat,

mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi, dan pencegahan infeksi

(Saifuddin, 2008).

Asuhan bayi baru lahir meliputi (Kemenkes RI, 2013) :

1. Pencegahan Infeksi (PI)

2. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi


Untuk menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak dilakukan

penilaian sepintas setelah seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga pertanyaan:

a. Apakah kehamilan cukup bulan?

b. Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?

c. Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

Jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami asfiksia

sehingga harus segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada jalan

napas bayi tidak dilakukan secara rutin (Kementerian Kesehatan RI, 2013)

1. Pemotongan dan perawatan tali pusat

Setelah penilaian sepintas dan tidak ada tanda asfiksia pada bayi,

dilakukan manajemen bayi baru lahir normal dengan mengeringkan

bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali

bagian tangan tanpa membersihkan verniks, kemudian bayi

diletakkan di atas dada atau perut ibu.

Setelah pemberian oksitosin pada ibu, lakukan pemotongan tali

pusat dengan satu tangan melindungi perut bayi. Perawatan tali

pusat adalah dengan tidak membungkus tali pusat atau

mengoleskan cairan/bahan apa pun pada tali pusat (Kementerian

Kesehatan RI, 2013).Perawatan rutin untuk tali pusat adalah

selalu cuci tangan sebelum memegangnya, menjaga tali pusat

tetap kering dan terpapar udara, membersihkan dengan air,

menghindari dengan alkohol karena menghambat pelepasan tali

pusat, dan melipat popok di bawah umbilikus (Lissauer, 2013).


2. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi

tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk

melaksanakan proses IMD selama 1 jam. Biarkan bayi mencari,

menemukan puting, dan mulai menyusu. Sebagian besar bayi akan

berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit, menyusu

pertama biasanya berlangsung pada menit ke-45-60 dan

berlangsung selama 10-20 menit dan bayi cukup menyusu dari

satu payudara (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam,

posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan

kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya. Jika bayi

masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, lanjutkan

asuhan perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang,

pemberian vitamin K, salep mata, serta pemberian gelang

pengenal) kemudian dikembalikan lagi kepada ibu untuk

belajar menyusu (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

3. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam,

kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi

(Kementerian Kesehatan RI, 2013).

4. Pemberian salep mata/tetes mata

Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan

infeksi mata. Beri bayi salep atau tetes mata anti biotika profilaksis
(tetra siklin 1%, oxy tetra siklin 1% atau anti biotika lain).

Pemberian salep atau tetes mata harus tepat 1 jam setelah kelahiran.

Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih

dari 1 jam setelah kelahiran (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

5. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1dosis

tunggal di paha kiri.

Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1

(Phytomenadione) 1 mg intra muskuler di paha kiri, untuk

mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin yang dapat

dialami oleh sebagian bayi baru lahir (Kementerian Kesehatan RI,

2010).

Pemberian vitamin K sebagai profilaksis melawan hemorragic

disease of the newborn dapat diberikan dalam suntikan yang

memberikan pencegahan lebih terpercaya, atau secara oral yang

membutuhkan beberapa dosis untuk mengatasi absorbsi yang

bervariasi dan proteksi yang kurang pasti pada bayi (Lissauer,

2013). Vitamin K dapat diberikan dalam waktu 6 jam setelah lahir

(Lowry, 2014).

6. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha

kanan.

Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah

penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah


penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yangdapat

menimbulkan kerusakan hati (Kementerian KesehatanRI, 2010).

7. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL)

Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin

kelainan pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan

dianjurkan tetap berada di fasilitas tersebut selama 24 jam karena

risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama

kehidupan. Saat kunjungan tindak lanjut (KN) yaitu 1 kali pada

umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28

hari (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

8. Pemberian ASI eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman

tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika memungkinkan

dilanjutkan dengan pemberian ASI dan makanan pendamping

sampai usia 2 tahun. Pemberian ASI ekslusif mempunyai dasar

hukum yang diatur dalam SK Menkes Nomor

450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI Eksklusif pada

bayi 0-6 bulan. Setiap bayi mempunyai hak untuk dipenuhi

kebutuhan dasarnya seperti Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI

Ekslusif, dan imunisasi serta pengamanan dan perlindungan bayi

baru lahir dari upaya penculikan dan perdagangan bayi

(Kementerian Kesehatan RI, 2013).

d. BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)


1. Pengertian

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir

kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR

dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<37 minggu) atau pada bayi

cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk.,

2010).

2. Klasifikasi

Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati

dan Ismawati, 2010) :

a. Menurutharapan hidupnya

1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan berat lahir

1500-2500 gram.

2. BayiBeratLahirSangatRendah(BBLSR)denganberatlahir1000

-1500 gram.

3. Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) dengan berat

lahir kurangdari1000 gram

b. Menurut masagestasinya

1. Prematuritas murni yaitu masagestasinya kurang dari 37

minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk

masagestasi atau biasa disebut Neonatus Kurang Bulan

Sesuai untuk Masa Kehamilan (NKB-SMK).

2. Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari

berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi


mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan

merupakan bayi Kecil untuk MasaKehamilannya(KMK).

3. Faktor Penyebab

Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah

(Proverawatidan Ismawati, 2010).

a. Faktor ibu

1. Penyakit

a. Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia,

perdarahan ante partum,preekelamsi berat, eklamsia, infeksi

kandung kemih.

b. Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular

seksual, hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.

c. Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsialkohol.

2. Ibu

a. Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan

pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

b. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang

dari1 tahun).

c. MempunyairiwayatBBLR sebelumnya

3. Keadaan sosial ekonomi

a. Kejadian tertinggi pada golongan social ekonomi rendah. Hal

ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang

kurang.
b. Aktivitas fisik yang berlebihan

c. Perkawinan yang tidak sah (Proverawati dan Ismawati,

2010).

b. Faktor janin

Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik

(inklusisitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan

kembar (Proverawati dan Ismawati, 2010).

c. Faktor Plasenta

Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa,

solution plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom

parabiotik), ketuban pecah dini (Proverawati dan Ismawati, 2010).

d. Faktor lingkungan

Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di

dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun

(Proverawati dan Ismawati, 2010)

4. Permasalahan pada BBLR

BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai

permasalahan yang banyak sekali pada system tubuhnya disebabkan

kondisi tubuh yang belum stabil (Surasmi,dkk. 2002).

a. Ketidakstabilan suhu tubuh

Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan 36°C-

37°C dan segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu


lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini

member pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi.

Hipotermia juga terjadi karena kemampuan untuk

mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi

panas sangat terbatas karenapertumbuhan otot- ototyang belum

cukupmemadai, ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya

lemak sub kutan, produksi panas berkurang akibat lemak coklat

yang tidak memadai, belum matangnya system saraf pengatur suhu

tubuh, rasioluas permukaan tubuh relative lebih besar dibanding

berat badan sehingga mudah kehilangan panas (Surasmi, dkk.

2002)

b. Gangguan pernafasan

Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot

respirasi yang lemah sehingga mudah terjadi period ikapneu.

Disamping itu lemahnya reflek batuk, hisap, dan menelan dapat

mengakibatkan resiko terjadinya aspirasi (Surasmi, dkk. 2002).

c. Imaturitas imunologis

Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG

maternal melalui plasenta selama trimester ketiga kehamilan

karena pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi

pada minggu terakhir masa kehamilan. Akibatnya, fagositosis

dan pembentukan antibodi menjadi terganggu. Selain itu kulit

dan selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan


seperti bayi cukup bulan sehingga bayi mudah menderita infeksi

(Surasmi, dkk. 2002).

d. Masalah gastro intestinal dan nutrisi

Lemahnya reflek menghisap dan menelan, motilitas usus yang

menurun, lambatnya pengosongan lambung, absorbs vitamin yang

larut dalam lemak berkurang, defisiensi enzim laktase pada jonjot

usus, menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zatbesi

dalam tubuh, meningkatnya resiko NEC (Necrotizing

Enterocolitis). Hal ini menyebabkan nutrisi yang tidak adekuat dan

penurunan berat badan bayi (Surasmi, dkk. 2002).

e. Imaturitashati

Adanya gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin menyebabkan

timbulnya hiper bilirubin, defisiensi vitamin K sehingga mudah

terjadi perdarahan. Kurangnya enzim glukoronil transferase

sehingga conjugasy bilirubin direct belum sempurna dan kadar

albumin darah yang berperan dalam transportasi bilirubin dari

jaringan ke hepar berkurang (Surasmi, dkk. 2002).

f. Hipoglikemi

Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula

darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin

menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi berat lahir

rendah dapat mempertahankan kadar gula darah selama 72 jam

pertama dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini disebabkan cadangan


glikogen yang belum mencukupi. Keadaan hipotermi juga dapat

menyebabkan hipoglikemi karena stress dingin akan direspon bayi

dengan melepaskan nore epinefrin yang menyebabkan vaso

konstriksi paru.

g. Efektifitas

Ventilasi paru menurun sehingga kadar oksigen darah berkurang.

Hal ini menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan

glikolisisan aerob yang berakibat pada penghilangan glikogen

lebih banyak sehingga terjadi hipoglikemi. Nutrisi yang tak

adekuat dapat menyebabkan pemasukan kalori yang rendah juga

dapat memicu timbulnya hipoglikemi (Surasmi, dkk. 2002).

5. Penatalaksanaan BBLR

Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang

menyebabkan bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang

bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal.

Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik

maupun psikologis. Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong,

2008;Pillitteri, 2003) :

a. Dukungan respirasi

Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai

dan mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen

suplemen dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa

penanganan suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan


oksigenasi karena pada BBLR beresiko mengalami defisiensi

surfaktan dan periadik apneu (Wong, 2008;Pillitteri, 2003).

Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas,

merangsang pernafasan,diposisikan miring untuk mencegah

aspirasi, posisikan tertelungkup jika mungkin karena posisi ini

menghasilkan oksigenasi yang lebih baik,terapi oksigen diberikan

berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian

oksigen100% dapat memberikan efek edema paru dan retinopathy

of prematurity (Wong, 2008;Pillitteri, 2003).

b. Termoregulasi

Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah

tercapainya respirasi adalah pemberian kehangatan eksternal.

Pencegahan kehilangan panas pada bayi distress sangat

dibutuhkan karena produksi panas merupakan proses kompleks

yang melibatkan sistem kardiovaskular, neurologis, dan

metabolik. Bayi harus dirawat dalam suhu lingkungan yang

netral yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi oksigen dan

pengeluaran kalori minimal (Wong, 2008;Pillitteri, 2003).

Thomas (1994) mengatakan suhuaksilar optimal bagi bayi

dalam kisaran 36,5°C– 37,5°C. Menghangatkan dan

mempertahankan suhu tubuh bayi dapat

dilakukanmelaluibeberapacara, yaitu(KosimSholeh, 2005):


1. Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara

bayi dengan ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh

orang lain sebagai penggantinya

2. Pemancar pemanas

3. Ruanganyanghangat

4. Inkubator

Bila jenis inkubatornya berdinding tunggal, naikkan suhu

incubator 1°C setiap perbedaan suhu 7°C antara suhu ruang dan

incubator.

c. Perlindungan terhadap infeksi

Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan

semua bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada

bayi BBLR imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga

sangat rentan dengan penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan

untuk mencegah infeksi antara lain :

1. Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus

melakukan cuci tangan terlebih dahulu.

2. Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan

secara teratur. Ruang perawatan bayi juga harus dijaga

kebersihannya.

3. Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh

memasuki ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan

sembuh atau disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti


masker ataupun sarung tangan untuk mencegah penularan

(Wong, 2008; Pillitteri, 2003).

d. Hidrasi

Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan

tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat

penting pada bayi preterm karenakan dengan air ekstra selulernya

lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada

bayi preterm). Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas

dan kapasitas osmotic diuresis terbatas pada ginjal bayi preterm

yang belum berkembang sempurna sehingga bayi tersebut sangat

peka terhadap kehilangan cairan (Wong, 2008;Pillitteri, 2003).

e. Nutrisi

Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR

tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi

mereka karena berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan

belum sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode

pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi.

Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral atau punenteral atau

dengan kombinasi keduanya (Jones, dkk., 2005).

Bayi preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran

dalam pemberian makan dibandingkan bayi cukup bulan.

Mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh usaha memberi

makan yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat bayi


kelelahan atau melebihi kapasitas mereka dalam menerima

makanan (Jones, dkk., 2005).

Toleransi yang berhubungan dengan kemampuan bayi menyusu

harus didasarkan pada evaluasi status respirasi, denyut jantung,

saturasi oksigen, dan variasi dari kondisi normal dapat

menunjukkan stress dan keletihan (Jones, dkk., 2005).

Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap,

menelan, dan bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan

penurunan saturasi oksigen. Pada bayi dengan reflek menghisap

dan menelan yang kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke

lambung. Kapasitas lambung bayi prematur sangat terbatas dan

mudah mengalami distensi abdomen yang dapat mempengaruhi

pernafasan. Kapasitas lambung berdasarkan umur dapat diukur

sebagai berikut(Jones, dkk., 2005):

Tabel 2.4
Kapasitaslambungberdasarkanumur
Umur Kapasitas(ml)
Bayibarulahir 10-20
1minggu 30-90
2-3mingu 75-100
1bulan 90-150
3bulan 150-200
1tahun 210-360

Sumber : ( Jones, dkk, 2005)

f. Penghematan energy
Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah

menghemat energi, Oleh karena itu BBLRditangani seminimal

mungkin. Bayi yang dirawat didalam inkubator tidak membutuh

kan pakaian, tetapi hanya membutuhkan popok atau alas. Dengan

demikian kegiatan melepas dan memakaikan pakaian tidak perlu

dilakukan.Selain itu, observasi dapat dilakukan tanpa harus

membuka pakaian (Wong, 2008;Pillitteri, 2003).

Bayi yang tidak menggunakan energi tambahan untuk aktivitas

bernafas, minum, dan pengaturan suhu tubuh, energy tersebut

dapat digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan.

Mengurangi tingkat kebisingan lingkungan dan cahaya yang tidak

terlalu terang meningkatkan kenyamanan dan ketenangan sehingga

bayi dapat beristirahat lebih banyak (Wong, 2008;Pillitteri, 2003).

Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi bayi preterm dan

menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih menoleransi

makanan, pola tidur-istirahatnya lebih teratur.Bayi memperlihatkan

aktivitas fisik dan penggunaan energy lebih sedikit bila diposisikan

telungkup (Wong, 2008;Pillitteri, 2003).

Perawatan Metode Kangguru (PMK) akan memberikan rasa

nyaman pada bayi sehingga waktu tidur bayi akan lebih lama dan

mengurangi stress pada bayi sehingga mengurangi penggunaan

energy oleh bayi (Wong, 2008;Pillitteri, 2003).

g. Stimulasi Sensori
Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang khusus.

Mainan gantung yang dapat bergerak dan mainan- mainan yang

diletakkan dalam unit perawatan dapat memberikan stimulasi

visual. Suara radio dengan volume rendah, suara kaset, atau

mainan yang bersuara dapat memberikan stimulasi pendengaran.

Rangsangan suara yang paling baik adalah suara dari orang tua

atau keluarga, suara dokter, perawat yang berbicara atau

bernyanyi. Memandikan, menggendong, atau membelai

memberikan rangsang sentuhan (Wong, 2008;Pillitteri, 2003).

Rangsangan suaradan sentuhan juga dapat diberikan selama

Perawatan Metode Kangguru (PMK) karena selama pelaksanaan

PMK ibu dianjurkan untuk mengusap dengan lembut punggung

bayi dan mengajak bayi berbicara atau dengan memperdengarkan

suara music untuk memberikan stimulasi sensori motorik,

pendengaran, dan mencegah periodik apnea (Wong, 2008;

Pillitteri, 2003).

h. Dukungan dan Keterlibatan Keluarga

Kelahiran bayi preterm merupakan kejadian yang tidak diharapkan

dan membuat stress bila keluarga tidak siap secara emosi. Orang

tua biasanya memiliki kecemasan terhadap kondisi bayinya,

apalagi perawatan bayi diunit perawatan khusus mengharuskan

bayi dirawat terpisah dari ibunya.Selaincemas, orang tua mungkin

juga merasa bersalah terhadap kondisi bayinya, takut, depresi,dan


bahkan marah. Perasaan tersebut wajar, tetapi memerlukan

dukungan dari perawat (Wong, 2008;Pillitteri, 2003).

Perawatdapat membantu keluarga dengan Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR) dalam menghadapi krisis emosional, antara lain

dengan member kesempatan pada orang tua untuk melihat,

menyentuh, dan terlibat dalam perawatan bayi. Hal ini dapat

dilakukan melalui metode kanguru karena melalui kontak kulit

antara bayi dengan ibu akan membuat ibu merasa lebih nyaman

dan percaya diri dalam merawat bayinya (Wong, 2008;Pillitteri,

2003).

Dukungan lain yang dapat diberikan perawat adalah dengan

menginformasikan kepada orang tua mengenai kondisi bayi secara

rutin untuk meyakinkan orang tua bahwa bayinya memperoleh

perawatan yang terbaik dan orang tua selalu mendapat informasi

yang tepat mengenai kondisi bayinya (Wong, 2008; Pillitteri,

2003).

4. Masa Nifas

a. Pengertian

MasaNifas(puerperium)adalahmasasetelahkeluarnyaplacenta sampaialat-

alatreproduksipulihsepertisebelumhamildansecaranormal masanifas

berlangsungselama6mingguatau40hari(Ambarwati,2010). Masanifas

adalahmasadimulaibeberapajamsesudahlahirnyaplasenta sampai6

minggusetelah melahirkan (Marmi, 2014).


MasaNifas ataupuerperiumadalahmasasetelahpartus selesai

sampaipulihnyakembali alat-alatkandungan sepertisebelumhamil.

Lamanyamasanifas iniyaitukira-kira 6-8minggu.MasaNifas atau

puerperiumdimulaisejak1 jamsetelah lahirnyaplasentasampaidengan6

minggu(42hari)setelahitu(Saifuddin, 2009).

b. Tujuanasuhanmasa nifas

Marmi, 2014 mengatakan tujuandaripemberian asuhanpadamasa

nifas adalahmenjagakesehatan ibudanbayinyabaikfisik maupun

psikologis, melaksanakanskriningsecarakomprehensif, deteksidini,

mengobatiatau merujukbila terjadikomplikasipada ibu maupunbayi,

memberikan pendidikankesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, KB, caradan manfaat menyusui, pemberian imunisasiserta

perawatan bayisehari-hari, mencegah infeksidan komplikasipada ibu,

memberikan pelayanan keluargaberencana, mendapatkan kesehatan

emosional, mendorong pelaksanaanmetodeyang sehattentang pemberian

makananak,sertapeningkatan pengembanganhubunganyang baikantara

ibu dan anak.

c. Tahapanmasanifas

Marmi 2011, mengemukakan masanifas(puerperium)dimulaisetelah

kelahiran plasentadan berakhir ketika alat-alatkandungan kembaliseperti

keadaan sebelumhamil.Masanifasberlangsung selamakira-kira6minggu.

Nifasdapatdibagikedalam3 periode:
1. PuerperiumDiniyaitukepulihandimana ibutelahdiperbolehkanberdiri

dan berjalan– jalan.

2. Puerperium Intermedialyaitu kepulihanmenyeluruh alat–alatgenetalia

yanglamanya6– 8 minggu.

3. RemotePuerperiumyaituwaktuyangdiperlukanuntukpulihkembali

dansehatsempurnaterutamabila selamahamil atau waktu persalinan

mempunyaikomplikasi.

d. Lochea

Nugrohodkk(2014) mengemukakanakibatinvolusiuterus,lapisanluar

desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua

yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran

antaradarahdandesiduainilahyang dinamakanlochea. Perbedaan masing-

masinglocheadapatdilihatsebagaiberikut:

Tabel2.5

Jenis – jenis Lochea

Lochea Waktu Warna Ciri-ciri

Rubra 1-3hari Merah Terdiri dari sel desidua, verniks

kehitaman caseosa, rambut lanugo, sisa

mekoneum dansisadarah
Sanguinolent3-7hari Putih Sisadarahbercampurlendir

a bercampur

merah
Serosa 7-14 Kekuningan/ke Lebihsedikitdarahdanlebihbanyak

hari coklatan serum, juga terdiri dari leukosit dan

robekanlaserasi plasenta
Alba >14hari Putih Mengandung leukosit, selaput

lenderserviksdanserabut
Sumber : Nugroho, dkk (2014) jaringanyangmati
e. KebijakanProgramNasionalMasaNifas

Menurut KemenkesRI(2015),pelayanankesehatanibu nifasoleh bidan

dan dokter dilaksanakan minimal3kalidapatdijelaskan pada tabel2.6:

Tabel2.6

Kunjungan dan Asuhan MasaNifas

Kunjungan Waktu Asuhan


I 6jam–3 1. Mencegah perdarahan masanifaskarenaatoniauteri

hari post 2. Mendeteksidan merawatpenyebablain perdarahan,

partum rujuk jikaperdarahan berlanjut

3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu

keluargamengenaibagaimanacara mencegah

perdarahan masanifaskarena atoniauteri

II 6 hari 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal

post dimana uterus berkontraksi, fundus dibawah

partum umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak

ada bau

2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan

perdarahan
III 2 minggu 1. Memastikan infolusi uterus berjalan normal dimana

post uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus,

partum tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau

2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan

perdarahan
IV 6 minggu 1. Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu

post selamamasanifas.

partum Sumber : Kemenkes RI (2015)

f. ProsesLaktasidanMenyusu

Dua reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasiyaitu

reflek Prolaktin dan reflekLetDown (Marmi, 2011)

1. Reflek Prolactin

Diakhirkehamilanprolaktin memegang peranan

membuatkolostrum, terbatasdikarenakanaktivitasprolaktin

dihambatolehestrongendanprogesteronyang masihtinggi.

Pascapersalinan, yaitu lepasnyaplasentadan berkurangnya

fungsikorpus luteummakaestrogendanprogeteronjuga berkurang.

Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan payudarakarenaujung-

ujung sarafsensorisyang berfungsi sebagaireseptormekanik.

Rangsanganinidilanjutkanke hipotalamusmelaluimedullaspinalis

hipotalamusdanakan menekanpengeluaran

faktorpenghambatsekresiprolaktindan sebaliknya merangsang

pengeluaran faktor pemacu sekresi prolactin (Marmi, 2011).


2. Reflek LetDown

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh

hipofiseanterior,rangsanganyang berasaldariisapanbayi dilanjutkan

kehipofise interior(neurohipofise)yang kemudian dikeluarkan

oksitosin, melaluialiran darah hormon ini menuju

uterussehinggamenimbulkankontraksi. Kontraksidariselakan memeras

air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk

melaluiduktuslactiferusmasuk kemulutbayi (Marmi, 2011).

g. Tanda bahaya masa nifas

Gejala-gejala atau tanda yang harus diperhatikan dan diwaspadai

oleh ibu yang baru selesai melahirkan (Dewi V.N.L, 2011), diantaranya

adalah:

1. Perdarahan setelah melahirkan

Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian yaitu:

a. Perdarahan Primer yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir

dan perdarahan setelah melahirkan

b. Perdarahan Sekunder yang terjadi setelah 24 jam, biasanya antara

hari ke-5 sampai ke-15 setelah melahirkan

2. Suhu tubuh meningkat

Suhu tubuh meningkat setelah 24 jam setelah melahirkan. Suhu

tubuh mencapai 40-41 derajat celcius pada hari ke 3 setelah

melahirkan. Panas badan mungkin dialami pada hari pertama setelah


melahirkan, itu wajar akibat dari dehidrasi selama proses persalinan,

suhu normal 37-38 derajat.

Usahakan untuk memperbanyak minum air. Namun jika setelah

24 jam suhu ibu malah meningkat, maka waspadalah terhadap

adanya tanda-tanda infeksi setelah melahirkan. Sehingga ibu wajib

menghubungi bidan atau dokter yang menangani (Dewi V.N.L,

2011).

3. Sakit kepala dan penglihatan kabur

Jika hal ini terjadi, maka perlu dilakukan pemeriksaan. Segera

ajak ibu ke tenaga medis untuk di lakukan pemeriksaan terhadap

tanda-tanda vitalnya. Seperti pernafasan, nadi, tensi dan suhu

tubuhnya (Dewi V.N.L, 2011). 

4. Pembengkakan wajah

Jika terjadi hal ini, maka lakukan pemeriksaan segera. Apakah

ada varices, apakah ada pembengkakan pada kaki dan kemerahan.

Jika ada, maka segera kunjungi bidan, dokter, atau tenaga kesehatan

terdekat (Dewi V.N.L, 2011).

5. Subinvolusi uterus

Dengan tanda dan gejala secara umum sebagai berikut: 

a. Darah setelah melahirkan yang baunya sangat tidak enak,

seharusnya baunya sama seperti saat menstruasi. 

b. Gumpalan darah yang banyak atau besar (seukuran jeruk limau

atau lebih besar) dalam lochea. Subinvolusi uterus adalah proses


involusi rahim (pengecilan rahim) tidak berjalan sesuai

sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilan terlambat

(Dewi V.N.L, 2011).

6. Tromboflebitis dan Emboli Paru

Dengan tanda dan gejala secara umum sebagai berikut: 

a. Rasa sakit hingga ke dada, yang bisa merupakan indikasi

gumpalan darah pada paru-paru (jangan dikacaukan dengan rasa

nyeri dada yang biasanya akibat mengejan terlalu kuat). 

b. Rasa sakit di tempat tertentu, lemah dan hangat di betis atau

paha dengan atau tanpa adanya tanda merah, bengkak dan nyeri

ketika menggerakkan kaki, yang bisa merupakan tanda

gumpalan darah pada saluran darah di kaki (Dewi V.N.L, 2011).

7. Depresi setelah persalinan

Dengan tanda dan gejala secara umum sebagai berikut: 

Depresi yang mempengaruhi kemampuan untuk mengatasi, atau

yang tidak mereda setelah beberapa hari, perasaan marah pada bayi

terutama jika perasaan itu dibarengi dengan keinginan buruk.

Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stres

pascapersalinan, terutama pada ibu yang baru pertama kali

melahirkan (Dewi V.N.L, 2011). 

8. Infeksi masa nifas


Infeksi luka jalan lahir pascapersalinan , biasanya dari endometrium

bekas insersi plasenta. Demam dalam nifas sebagian besar

disebabkan oleh infeksi nifas. (Dewi V.N.L, 2011)

ii. Neonatus

a. Pengertian

Neonatus adalah individu yang baru saja mengalami proses kelahiran

dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan

ekstrauterin (Dewi, 2010). Pelayanan kesehatan neonatus harus sesuai

standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada

neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari

setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan

rumah (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

b. Kunjungan Neonatus

Menurut Kemenkes RI, 2010 Pelayanan kunjungan neonatus di

fasilitas kesehatan maupun kunjungan rumah yaitu:

1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu

6-48 jam (1-3 hari) setelah melahirkan.

2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu

hari ke-3 sampai dengan hari ke-7 setelah melahirkan.

3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu

hari ke-8 sampai dengan hari ke-28 setelah melahirkan.

c. Asuhan Neonatus
Yakni kebutuhan pokok bayi baru lahir (Endang Buda S, Sih Sajekti,

2011) yaitu

1. Kehangatan

Kehangatan sangat dibutuhkan oleh bayi baru lahir, karena

perubahan suhu lingkungan intrauterine dan ekstrauterin sangat

berbeda sehingga bayi rentan terhadap hipotermi.

2. Kebersihan

Bayi baru lahir rentan terhadap terjadinya infeksi, sehingga

kebersihan dalam perawatan bayi sangat penting

3. Air susu ibu

Air Susu Ibu mengandung zat gizi yang optimal yang akan

meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi, terutama

pada bulan pertama kehidupan bayi. Tindakan segera

meletakkan bayi baru lahir diatas dada ibu selain terjadi kontak

langsung kulit ibu dan bayi sedini mungkin juga memberikan

keuntungan bagi ibu untuk menyusui secara dini.

4. Perawatan secara aman dan waspada

Dalam perawatan bayi baru lahir kita harus memperhatikan

keamanan apakah itu menguntungkan atau malah merugikan

bagi bayi. Selain itu kita juga harus meningkatkan kewaspadaan

terhadap perawatan bayi baru lahir masih rendah sehingga

rentan terhadap penyakit dan infeksi (Endang Buda S, Sih

Sajekti, 2011).
iii. Keluarga Berencana

a. Pengertian

Keluarga Berencana merupakan usaha suami-istri untuk mengatur

jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Usaha yang dimaksud termasuk

kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga.

Prinsip dasar metode kontrasepsi adalah mencegah sperma laki-laki

mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur

yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di

dalam rahim (Walyani dan Endang, 2015).

b. Tujuan

Menurut Walyani dan Endang, (2015) Program KB memiliki tujuan:

1. Tujuan Umum

Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka

mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera)

yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan

mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya

pertumbuhan penduduk.

2. Tujuan Khusus

Meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi dan kesehatan

keluarga berencana dengan cara pengaturan jarak kelahiran.

c. Jenis-jenis Keluarga Berencana

Macam-macam alat kontrasepsi yang aman dan tidak mengganggu

laktasi meliputi Metode Amenorea Laktasi (MAL), pil progestin, suntik


progestin, implant dengan progestin dan alat kontrasepsi dalam rahim

(AKDR). Ovulasi dapat terjadi 21 hari pascapersalinan sehingga

kontrasepsi harus segera dipakai pascapersalinan (Affandi, 2012).

d. Metode Kontrasepsi Imp[an

1. Pengertian Implan

Implan adalah Metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak

permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga sampai

lima tahun, metode ini dikembangkan oleh the population council,

yaitu suatu organisasi internasional yang didirikan tahun 1952 untuk

mengembangkan metode kontrasepsi. Implant merupakan alat

kontrasepsi yang dipasangkan di bawah kulit lengan atas yang

berbentuk kapsul silastik yang lentur dimana di dalam setiap kapsul

berisi hormon levernorgestril yang dapat mencegah terjadinya

kehamilan. Kontrasepsi implant ini memiliki cara kerja menghambat

terjadinya ovulasi, menyebabkan selaput lendir endometrium tidak siap

dalam menerima pembuahan (nidasi), mengentalkan lendir dan

menipiskan lapisan endometrium dengan efektivitas keberhasilan

kontrasepsi implant sebesar 97-99% (BKKBN, 2014).

Menurut Saifuddin (2010) kontrasepsi implant ini dapat bekerja

efektif selama 5 tahun untuk jenis norplan dan 3 tahun untuk jenis

jadena, indoplant, dan implanton. Kontrasepsi implant ini dapat

digunakan oleh semua ibu dalam usia reproduksi serta tidak

mempengaruhi masa laktasi, pencabutan implant maka kesuburan


dapat segera kembali, kontrasepsi implant memiliki efek samping

utama terjadinya perdarahan bercak dan amenorhea.

2. Cara kerja dan Efektifitas

Cara kerja dan efektifitas Implan adalah mengentalkan lendir

serviks yang dapat mengganggu proses pembentukan endometrium

sehingga terjadi implantasi, mengurangi transportasi sperma, menekan

ovulasi, serta efektif dalam mencegah kehamilan yaitu dengan

kegagalan 0,3 per 100 tahun (Marliza, 2013).

Mekanisme kerja implan untuk mencegah terjadinya

kehamilan melalui beberapa cara yaitu:

a. Mencegah ovulasi.

Dimana pada kedua implan norplan, hormon lenovogestrel

lberdistribusi melalui membran silastik dengan kecepatan yang lambat

dan konstan, Dalam 24 jam setelah insersi, kadar hormon dalam

plasma darah sudah cukup tinggi untuk mencegah ovulasi, kadar

lenorgestrel yang dipertahankan dalam tubuh klien dengan sistem

norplant secara parsial menekan lonjakan LH dan menghambat

ovulasi. Sekresi FSH dan LH tetap berada pada kadar normal

(BKKBN, 2014)

b. Perubahan lendir serviks.

Disini lendir serviks menjadi kental dan sedikit

sehingga (Marliza, 2013).menghambat pergerakan spermatozoa,

implan kemungkinan besar juga menekan poliferasi siklik


endometrium yang dipicu oleh estrogen sehingga endometrium tetap

dalam keadaan atrofi (BKKBN, 2014)

c. Menghambat perkembangan sikli dari endometrium.

Efektifitas implan ini pada jenis norplan akan berkurang sedikit

setelah 5 tahun dan pada tahun ke enam kira-kira 2,5-3% akseptor

menjadi hamil. Kemudian untuk jenis jadena sama efektifnya

dengan norplant pada 3 tahun pertama pemakaiannya, selanjutnya

efektifitasnya berkurang namun belum diketahui penyebabnya,

kemungkinan karena kurangnya pelepasan hormon (BKKBN, 2014)

3. Keuntungan kontrasepsi Implan

Kontrasepsi implan memiliki keuntungan adalah memiliki daya guna

yang tinggi, perlindungan dalam jangka waktu yang panjang, pengembalian

kesuburan yang cepat setelah dilakukan pencabutan, tidak memerlukan

pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh estrogen, tidak mengganggu dalam

kegiatan senggama, tidak mengganggu produksi ASI, klien hanya perlu

kembali untuk kontrol bila terdapat keluhan selama pemakaian kontrasepsi,

dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan. Pemakaian kontrasepsi

implan ini juga memiliki keuntungan non kontrasepsi diantaranya adalah

mengurangi atau memperbaiki anemia, melindungi dari terjadinya kanker

endometrium, menurunkan angka kejadian kanker jinak payudara,

melindungi diri dari beberapa penyebab radanng panggul, menurunkan

angka kejadian endometritis (Saifuddin, 2010)

4. Indikasi penggunaan implan.


Klien yang menggunakan kontrasepsi implan adalah (BKKBN, 2014):

a. Dalam usia reproduksi

b. Telah memiliki anak maupun belum memiliki anak

c. Menghendaki kontrasepsi yang dimiliki efektifitas tinggi dan

menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang

d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi

e. Pasca keguguran

f. Tidak menginginkan anak lagi tapi menolak sterilisasi

g. Riwayat kehamilan ektopik

h. Memiliki tekanan darah yang < 180/110 mmHg dengan masalah

pembuluh darah atau anemi bulan sabit (sickle cell)

i. Tidak perkenan menggunakan alat kontrasepsi hormonal yang

mengandung hormon estrogen

j. Pada klien yang sering lupa minum pil teratur.

5. Keluhan yang dapat dialami pengguna implan:

Menurut Saifuddin (2010) beberapa klien dapat mengalami perubahan

pola haid berupa pendarahan bercak (spotting), hipermenhorea atau

meningkatkan darah haid serta amenohrea. Beberapa keluhan klien yang

sering di alami dalam penggunnaan metode kontrasepsi implan adalah:

a. Nyeri kepala, nyeri payudara, perasaan mual atau pening

b. Peningkatan atau penurunan berat badan

c. Perubahan perasaan atau gelisah

d. Memerlukan tindakan pembedahan untuk insersi dan pencabutannya


e. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual

termasuk HIV/AIDS.

f. Klien tidak dapat sendiri menghentikan pemakaian kontrasepsi sesuai

dengan keinginan klien tetapi harus datang ke fasilitas kesehatan

untuk dilakukan pencabutan oleh tenaga kesehatan yang telah

mendapatkan pelatihan.

g. Efektivitasny menurun bila menggunakan obat-obatan tuberkolosis

(fifampisin) atau oleh obat epilepsi (feniton dan barbiturat).

h. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000

perempuan per tahun).

6. Efek samping Implan

a. Amenorhea pastikan hamil atau tidak, bila tidak memerlukan

penanganan yang khusus maka cukup dengan konseling saja.

Kemudian bila klien tetap tidak menerima maka angkat implan

dan anjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi lain. Bila

terjadi kehamilan dan klien ingin mempertahankan

kehamilannya lakukan pencabutan implan dan jelaskan bahwa

progestin tidaak berbahaya bagi janin namun bila di duga

terjadinya kehamilan ektopik maka lakukan rujukan karena

tidak akan ada pengaruh diberikan obat hormon untuk

memancing pendarahan. Penelitian yang dilakukan oleh

Rahayu tahun 2015 menunjukan bahwa ketidakteraturan siklus


menstruasi merupakan salah satu efek samping dari

penggunaan kontrasepsi implan.

b. Perdarahan bercak (spotting) ringan, berikan penanganan dengan

memberikan penjelasan bahwa spotting ini sering terjadi

terutama pada tahun pertama pada tahun pertama kemudian

bila tidak terdapat masalah dan tidak hamil maka diperlukan

penanganan. Bila klien tetap mengeluh dengan perdarahan

bercak dan ingin melanjutkan pemakaian implan maka berikan

klien pil kombinasi selama satu siklus atau berikan ibu profen

3x 800 mg selama 5 hari, beri penjelasan bahwa setelah pil

kombinasi habis akan terjadi perdarahan kemudian bila terjadi

perdarahan yang lebih banyak dari biasanya berikan klien 2 pil

kombinasi untuk 3-7 hari kemudian dilanjutkan dengan 1

siklus pil kombinasi atau dapat juga diberikan 50 mg

etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-

21 hari.

c. Ekspulsi

Lakukan penanganan dengan cabut kapsul ekspulsi kemudian

periksa apakah kapsul yang lain masih di tempat lalu pastikan ada

atau tidaknya infeksi pada daerah insersi kemudian bila tidak ada

infeksi dan kapsul baru 1 buah pada tempat insersi yang berbeda,

namun bila tidak ada infeksi pada daerah insersi maka lakukan
pencabutan pada seluruh kapsul dan pasang kapsul yang baru

pada lengan lain atau menganjurkan klien untuk menggunakan

kontrasepsi lain

d. pada daerah insInfeksi ersi

Bila terjadi infeksi tanpa nanah maka bersihkan dengan sabun, air

atau antiseptik lalu berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari

lalu imlan jangan dilepas serta anjurkan klien untuk datang 1

minggu kemudian. Bila keadaan tidak membaik maka cabut

implan dan pasang dilengan yang lainnya atau mencari metode

kontrasepsi lainnya.

e. Berat badan naik atau turun , maka berikan informasi pada klien

bahwa perubahan berat badan 1-2 kg adalah normal, kaji ulang

jika terjadi perubahan berat badan 2 kg atau lebih namun

apabila perubahan tidak tidak dapat diterima maka bantu klien

untuk mencari kontrasepsi lain (BKKBN, 201

7 .Waktu pemakaian kontrasepsi implan

Menurut Saifuddin (2010) waktu dalam pemakaian alat

kontrasepsi implan dapat dimulai dalam keadaan dimana ketika mulai

siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7, tidak memerlukan alat

kontrasepsi tambahan. Ketika klien tidak haid, insersi dapat dilakukan

setiap saat dengan syarat tidak memungkinkan hamil atau tidak sedang

hamil, disarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual atau

gunakan metode kontrasepsi lain sampai 7 hari pasca pemakaian


kontrasepsi. Insersi dapat dilakukan bila diyakini klien tidak sedang

hamil atau diduga hamil. Bila diinsersi setelah hari ke-7 dalam siklus

haid maka klien tidak dapat melakukan hubungan seksual atau

menggunakan metode kontrasepsi tambahan sampai 7 hari pasca

pemasangan implan.

Bila klien menyusui 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinannya, maka

insersi dilakukan setiap saat, bila klien menyusui penuh dan tidak perlu

adanya kontrasepsi tambahan. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan

terjadinya haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat tetapi klien

tidak boleh melakukan hubungan seksual atau menggunakan alat

kontrasepsi tambahan sampai 7 hari pasca insersi.

Bila kontrasepsi sebelumnya adalah IUD maka klien yang ingin

mengganti alat kontrasepsinya menjadi implan maka dapat dilakukan

insersi hari ke-7 dengan syarat tidak boleh melakukan hubungan

seksual atau menggunakan alat kontrasepsi tambahan lainnya selama 7

hari, dan IUD segera dicabut. Bagi klien pasca keguguran, maka insersi

dalam dilakukan kapan saja.

7. Efek samping KB Implan

Amenorhea: yakinkan ibu bahwa hal itu adalah biasa, bukan

merupakan efeik samping yang serius, evaluasi untuk mengetahui

apakah ada kehamilan, terutama jika terjadi amenorhoe setelah masa

siklus haid yang teratur. Jika tidak ditemui masalah jangan berupaya

untuk merangsang perdarahan dengan kontrasepsi oral kombinasi.


Perdarahan bercak (spoting) ringan: bila klien mengeluh dapat di

berikan kontrasepsi oral kombinasi (30-50 mg EE) Selama 1 siklus, atau

ibuprofen (hingga 800 mg x 5 hari) terangkan pada klien bahwa akan

terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis. Pertambahan atau

kehilangan berat badan (perubahan nafsu makan) ekspulsi, infeksi pada

daerah insersi, bila infeksi tanpa nanah bersihkan dengan sabun dan air

atau antiseptik, berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari.implan

jangan dicabut dan minta klien untuk kontrol 1 minggu lagi, bila tidak

membaik cabut implan dan pasang yang baru dilengan yang lain atau

ganti cara. Bila ada abses bersihkan dengan antiseptik insisi dan alirkan

pus keluar, cabut implan, lakukan perawatan luka, beri antibiotik oral 7

hari. (Sri handayani, 2014)

2.2 Tinjauan Teori Kewenangan Bidan

PerMenKesRepublikIndonesiaNomor28Tahun2017TentangP

raktikBidan:

1. DalampenyelenggaraanPraktikKebidanan,Bidanmemilikikewenangan

untuk memberi pelayanankesehatanibu;

2. pelayanankesehatananak;dan

Pasal19

(1) PelayanankesehatanibusebagaimanadimaksuddalamPasal18hurufadi

berikanpadamasasebelumhamil,masahamil,masa persalinan, masa

nifas, masa menyusui, dan masa antara duakehamilan.

(2) Pelayanankesehatan
ibusebagaimanadimaksudpadaayat(1)meliputipelayanan:

(a) konselingpadamasasebelumhamil;

(b) antenatalpadakehamilannormal;

(c) persalinannormal;

(d) ibunifasnormal;

(e) ibumenyusui;dan

(f) konselingpadamasaantaraduakehamilan.

3. Dalammemberikanpelayanankesehatanibu sebagaimana

dimaksudpadaayat(2), Bidan berwenangmelakukan:

a. Episiotomi;

b. Pertolonganpersalinannormal;

c. PenjahitanlukajalanlahirtingkatIdanII

d. Penanganankegawat-darurata

dilanjutkandenganpra rujukan;

e.

Pemberiantablettambahdarahpadaibuhamil;pember

ianvitaminAdosistinggi pada ibu nifas;

f.

Fasilitasi/bimbinganinisiasimenyusudinidanpromo

siairsusuibu eksklusif;

g.

Pemberianuterotonikapadamanajemenaktifkalatiga

danpostpartum;
h. Penuluhankonseling

i. Bimbinganpadakelompokibuhamil,dan

j. Pemberiansuratketerangankehamilandankelahiran

2.Bagian Keempat

Kewajiban dan hak.

Pasal 28

Dalammelaksanakanpraktikkebidanannya,Bidanberkewajibanuntu

k:

1.Menghormatihakpasien;

1. Memberikaninformasitentangmasalah

kesehatanpasiendanpelayananyangdibutuhkan;

2. Merujukkasusyangbukankewenangannyaatautidakda

patditanganidengantepat waktu;

3. Memintapersetujuantindakanyangakan dilakukan;
4. Menyimpanrahasiapasiensesuaidenganketentuanpera

turanperundangan-undangan;

5. Melakukan pencatatan asuhan kebidanan

danpelayanan lainnyayangdiberikan

secarasistematis;

6. Mematuhistandarprofesi,standarpelayanan,danstanda

rproseduroperasional;

7. Melakukanpencatatandanpelaporanpenyelenggaraan

PraktikKebidanantermasuk pelaporankelahirandan

kematian;

8. Pemberiansuratrujukandansuratketerangankelahiran;dan

9. Meningkatkanmutupelayananprofesinya,denganmengikutiperke

mbanganilmupengetahuandanteknologimelaluipendidikandanpe

latihansesuaidenganbidangtugasnya

Pasal29

Dalammelaksanakanpraktikkebidanannya,Bidanmemilikihak:

(1) Memperolehperlindunganhukumsepanjangmela

ksanakanpelayanannyasesuaidenganstandarprof

esi,standarpelayanan,dan standar

proseduroperasional;

(2) Memperolehinformasiyanglengkapdanbenardari
pasiendan/ataukeluarganya;

(3) Melaksanakantugassesuaidengankompetensidan

kewenangan;

(4) Menerimaimbalanjasaprofesi.

Jadi

dapatdisimpulkanKewenanganbidansesuaidenga

n“PeraturanMenteriKesehatanRepublikIndonesi

aNomor28Tahun2017TentangIzinDanPenyelen

ggaraanPraktikBidan”.

Bagian Kedua KewenanganPasal 19

ayat2PoinD

yaitumemberikanpelayanankesehatanpadaibunif

asnormaldanayat

3poinfyaitumemberikanpelayanankesehatanibud

enganmemberikanvitamin

Adosistinggipadaibunifas.

iv. Dokumentasi Kebidanan

Pendokumentasian dalam asuhan kebidanan menggunakan pendekatan

SOAP. Catatan SOAP terdiri atas empat langkah yang didasarkan dari

manajemen kebidanan.

S =SUBJEKTIF

Informasi/ data yang didapatkan dari anamnesa.

O = OBJEKTIF
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan bidan atau

hasil laboratorium.

A = ANALISA

Kesimpulan yang dibuat berdasarkan data subyektif dan

obyektif tersebut.

P = PENATALAKSANAAN

Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan analisa yang

telah dibuat (Pusdiknakes, 2011).

Pendokumentasian dianggap penting karena :

1. Menciptakan catatan permanen tentang asuhan yang diberikan

2. Memungkinkan berbagi informasi diantara para pemberi asuhan

3. Memfasilitasi pemberian asuhan yang berkesinambungan.

4. Memungkinkan pengevaluasian dari asuhan yang diberikan.

5. Memberikan data untuk catatan nasional, penelitian, statistik

mortalitas dan morbiditas.

6. Meningkatkan pemberian asuhan yang telah aman dan bermutu

tinggi kepada klien (Pusdiknakes, 2011).

Alasan memakai SOAP adalah:

1. Pendokumentasian dengan pendekatan metode SOAP merupakan

kemajuan informasi secara sistematis yang dapat mengorganisir

temuan-temuan sehingga menjadi kesimpulan yang akan di buat

sebagai rencana asuhan.


2. Metode ini merupakan inti sari dari proses penatalaksanaan asuhan

kebidanan untuk tujuan penyediaan dan pendokumentasian asuhan.

3. SOAP merupakan langkah-langkah yang dapat membantu dalam

mengorganisir pikiran dan memberikan asuhan yang menyeluruh

(Pusdiknakes, 2011).

SOAP adalah catatan yang tertulis secara singkat, lengkap dan

bermanfaat buat bidan atau pemberian asuhan yang lengkap. Seorang bidan

hendaknya menggunakan SOAP setiap kali ia bertemu dengan pasiennya.

Selama masa antenatal, seorang bidan dapat menuliskan satu catatan SOAP

untuk setiap kali kunjungan.

Sementara dalam masa intranatal, seorang bidan boleh menuliskan lebih

dari satu catatan untuk satu pasien dalam satu hari. Juga, seorang bidan harus

melihat catatan- catatan SOAP terdahulu bilamana merawat seorang klien

untuk mengevaluasi kondisinya yang sekarang. Sebagai seorang siswa, bidan

akan mendapatkan lebih banyak pengalaman dan urutan SOAP akan terjadi

secara alamiah (Pusdiknakes, 2011).

v.Kewenangan Bidan sesuai Permenkes

Kewenangan bidan merupakan aspek hukum dan perundangan yang

mengatur tugas pokok dan kompetensi bidan yang berkaitan dengan kasus

yang dipilih. Kewenangan bidan berdasarkan peraturan yang terkait dan

berlaku serta yang utama mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Izin dan

Penyelenggaraan Praktik Bidan.


Adapun dikemudian hari ada perubahan atau penambahan peraturan,

maka harus dilakukan penyesuaian. Pasal yang perlu dicantumkan dalam sub

bab ini meliputi pasal-pasal yang berkaitan dengan penyelenggaraan praktik

bidan, yang tertuang dalam pasal 9, 10, 11, 12, 13, 14. Pasal yang lain bisa

ditambahkan sesuai dengan kondisi kasus yang sedang dikelola sebagai

Laporan Tugas Akhir.

Pada pasal 9 disebutkan bahwa pelayanan yang meliputi:

1. Pelayanan kesehatan ibu

2. Pelayanan kesehatan anak

3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 9

adalah pelayanan yang diberikan pada masa prahamil, kehamilan,

persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa diantara 2

kehamilan.

Pelayanan yang diberikan meliputi pelayanan konseling pada masa

prahamil, pelayanan antenatal pada kehamilan normal, pelayanan persalinan

normal, pelayanan ibu nifas normal, pelayanan ibu menyusui dan pelayanan

konseling pada masa antara kedua kehamilan.

Dalam hal ini bidan berwenang untuk:

1. Episiotomi

2. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

3. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan

4. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil.


5. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

6. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi ASI Ekslusif

7. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum

8. Penyuluhan dan konseling

9. Bimbingan pada kelompok ibu hamil

10. Pemberian surat keterangan kematian

11. Pemberian surat keterangan cuti bersalin

Pelayanan kesehatan anak sebagaimana yang disebutkan pada pasal 9

adalah pelayanan yang diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan

anak prasekolah

Bidan berwenang untuk:

1. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,

pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K1,

perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari) dan

perawatan tali pusat

2. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk

3. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan

4. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah.

5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra

sekolah

6. Pemberian konseling dan penyuluhan

7. Pemberian surat kelahiran

8. Pemberian surat kematian


Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan

dan keluarga berencana sebagaimana yang disebutkan pada pasal 9, Bidan

berwenang untuk memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan

reproduksi perempuan dan keluarga berencana serta memberikan alat

kontrasepsi oral dan kondom.

Selain itu seperti yang disebutkan pada pasal 13, bagi bidan yang

menjalankan program pemerintah berwenang untuk melakukan pelayanan

kesehatan yang meliputi:

1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim dan

memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit.

2. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit

kronis tertentu dilakukan di bawah supervisi dokter.

3. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan pedoman yang

telah ditetapkan.

4. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu

dan anak, anak usia sekolah, dan remaja dan penyehatan lingkungan.

5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak prasekolah dan

anak sekolah.

6. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas.

7. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan

terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom,

dan penyakit lainnya.


8. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif

lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi.

9. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program pemerintah.

Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki

dokter, seperti yang disebutkan pada pasal 14, dapat melakukan pelayanan

kesehatan di luar kewenangan disebutkan di atas. Daerah yang dimaksud

adalah kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh kepala dinas

kesehatan kabupaten/kota.
b. Kerangka Teori .
Gambar 2.1
Kerangka Teori Laporan Tugas Akhir
Asuhan Kebidanan Komprehensif

Kehamilan 28-40 minggu

Kekurangan Energi Kronis


Resiko tinggi LILA < 23,5 cm
(KEK) pada kehamilan

Persalinan
Tempat bersalin di Puskesmas dan penolong oleh bidan

Bayi Baru Lahir


Jaga bayi tetap hangat
Isap lendir, keringkan
Pemantauan tanda bahaya
IMD
Pemberian vitamin k1 injeksi
Pemberian salep mata
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan imunisasi hepatitis B

Nifas
Kunjungan Masa Nifas Sebanyak 4 kali:
KFI 6-48 jam.

Neonatus
Kunjungan Neonatus sebanyak 3 kali:
KNI 6-48 jam , KN II 3-7

KB
Setelah 42 hari post partum

Implan
c. Kerangka Konsep

Gambar 2.2

Kerangka Konsep Laporan Tugas Akhir


Kehamilan UK 28-40 minggu TM III minimal 2 kali kunjungan

Fisiologis patologis

Asuhan kebidanan rujuk


Pada kehamilanKEK

Asuhan Persalinan Pemantauan Kemajuan


Persalinan kala I – IV dengan Partograf

Fisiologis
patologis

Menolong persalian 60
langkah rujuk

Bayi baru lahir


Nifas dan Neonatus

Fisiologis patologis Fisiologis patologis

Asuhan BBLR Asuhankebidanan


KFI/KN1: 6-48 jam rujuk
BBL
normal KN2 :3-7 Hari
KF2/KN3:8-28 Hari
Dirawat di rumah KF3=KF2
sakit selama 3 hari KF4 :29-42 Hari

KB Implan

: Dipantau
: Tidak dipantauSumber: Modifikasi Framework for promoting maternal

Nutrition (USAID-IYCF, 2012).

Anda mungkin juga menyukai