2. RICHE DONGKE ( J1A120353 ) 3. SELA DIAN SAFITRI ( J1A120361 ) 4. SYAFARUDIN ( J1A120368 ) 5. WA ODE SRI WAHYUNINGSIH ( J1A120376 )
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO 2021 BAB IX SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (SMK3) A. Tujuan Pembelajaran Kompetensi materi SMK3 dapat dicapai dimana mahasiswa mampu menjelaskan yaitu ; 1. Definisi SMK3 2. Tujuan dan Ruang lingkup SMK3 B. Pengertian SMK3 Menurut Kepmenaker OS tahun 1996, Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman efisien dan produktif. Menurut OHSAS 18001:2007 OHS Management system: part of an organization's management system used to develop and implement its OhoS Policy and manage OHoS Risks. 1. A Management system is a set of interrelated elements used to establish policy and objectives and to achieve those objectives. 2. A Management system includes organizational structure, planning activities (including for example, risk assessment and the setting of objectives), responsibilities, practices, procedures, process and resources. Sistem Manajemen K3 merupakan konsep pengelolaan K3 secara sistematis dan komprehensif dalam suatu sistem manajemen yang utuh melalui proses perencanaan, penerapan, pengukuran dan pengawasan. Pendekatan sistem manajemen K3 telah berkembang sejak tahun 80an yang dipelopori oleh pakar K3 seperti James Tye dari British Safety Council, Dan Petersen, Frank Birds dan lainnya. Dewasa ini terdapat berbagai bentuk sistem manajemen K3 yang dikembangkan oleh berbagai lembaga dan institusi di dalam dan luar negeri antara lain: 1. Sistem Manajemen Five Star dari British Safety Council, UK Dikembangkan oleh lembaga K3 di Inggris sekitar tahun 1970 dan digunakan diberbagai perusahaan dan institusi. Lembaga ini memberi penghargaan kepada perusahaan yang berprestasi berbentuk pedang keselamatan (Sword of Honour). Beberapa perusahaan di Indonesia, seperti Pertamina dan Petrokimia telah memperoleh penghargaan ini. 2. British Standard BS 8800 Guide to Occupational Health and Safety Management systems Merupakan standar tentang Sistem Manajemen K3 yang diberlakukan di Inggris dan negara lainnya. 1. Occupational Helath and Safety (OHS) Management System, OHSA, USA. 2. International Safety Rating System (ISRS) dari ILCl/DNV Suatu sistem manajemen K3 yang dipelopori oleh ahli K3 dari USA Mr. Frank Bird yang mengembangkan metoda penilaian kineda K3 yang disebut ISRS. Sistem ini memberi peringkat kinerja K3 suatu perusahaan melalui audit dan system scoring atau nilai. Di Indonesia telah banyak perusahaan yang menerapkan sistem ini. 1. Process Safety Management, OHSA Standard CFR 29 1910.119 Merupakan sistem manajemen K3 yang dirancang khusus untuk lndustri proses berisiko tinggi seperti perminyakan dan petrokimia Di Indonesia dikenal dengan istilah Manajemen Keselamatan proses (MKP) yang telah dikembangkan oleh berbagai industri dan perusahaan. 2. Sistem Manajemen K3 dari Depnaker RI Sistem ini telah dikembangkan di Indonesia dan diimplementasikan oleh berbagai perusahaan. Auditnya dilakukan melalui sucorfindo. American Petroleum Institute: API 9100A: Model Environmental Health w Safety (EHS) Management System Lembaga ini mengeluarkan pedoman tentang sistem manajemen keselamatan kerja dan lingkungan. 1. American Petroleum Institute: API RP 750, Management of Process Hazards. 2. ILO OSH 2001: Guideline on OHS Management System Lembaga perburuhan dunia ini juga mengembangkan pedoman sistem manajemen K3 yang banyak digunakan sebagai acuan oleh berbagai negara dana perusahaan. 3. E&P Forum: Guidelines for development and Application of HSE Management System. Semua sistem manajemen K3 tersebut memiliki kesamaan yaitu berdasarkan proses dan fungsi manajemen modern. Yang berbeda adalah elemen implementasinya yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. C.. Tujuan dan Ruang Lingkup SMK3 Sistem manajemen K3 tersebut dapat digolongkan sebagai berikut. 1. Sebagai alat ukur kinerja K3 dalam organisasi Sistem Manajemen K3 digunakan untuk menilai dan mengukur kinerja penerapan K3 dalam organisasi. Dengan membandingkan pencapaian K3 organisasi dengan persyaratan tersebut, organisasi dapat mengetahui tingkat pencapaian K3. Pengukuraran ini dilakukan melalui audit sistem manajemen K3. Di Indonesia, diberlakukan Permenaker No. 05 tahun 1996 tentang audit Sistem. Manajemen K3 yang menetapkan kriteria untuk mengukur kinerja K3 perusahaan. DNV dengan metoda ISRS jugs baftmgsi sebagai alat ukur pencapaian kinerja K3 organisasi melalui peringkat dari level 1 sampai 10: 2. Sebagai pedoman implementasi K3 dalam organisasi Sistem Manajemen K3 dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam mengembangkan sistem manajemen K3. Beberapa bentuk sistem manajemen K3 yang digunakan sebagai acuan misalnya ILO OHSMS Guidelines, API HSE MS Guidelines, Oil and Gas Producer Forum (OGP) HSEMS Guidelines, ISRS dari DNV, dan lainnya. 3. Sebagai dasar penghargaan (awards) Sistem manajemen K3 juga digunakan sebagai dasar untuk pemberian penghargaan K3 atas pencapaian kinerja K3, Penghargaan K3 diberikan baik oleh instansi pemerintah maupun lembaga independen lainnya seperti Sword of Honour dari British Safety Council, Five Star Safety Rating System dari DNV atau National Safety Council Award, dan SMK3 dari Depnaker. Penghargaan K3 diberikan atas pencapaian kinerja K3 sesuai dengan tolok ukur masing-masing. Karena bersifat penghargaan, maka penilaian hanya berlaku untuk periode tertentu. 4. Sebagai sertifikasi Sistem Manajemen K3 juga dapat digunakan untuk sertifikasi penerapan manajemen K3 dalam organisasi, Sertifikasi diberikan oleh lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi oleh suatu badan akreditasi. Sistem sertifikasi dewasa ini telah berkembang secara global karena dapat diacu di seluruh dunia. Mengingat banyaknya sistem manajemen K3 yang dikembangkan oleh berbagai institusi tersebut, timbul kebutuhan untuk menstandarisasikan sekaligus memberikan sertifikasi atas pencapaiannya. Dari sini lahirlah sistem penilaian kinerja K3 yang disebut OHSAS 18000 (Occupational Health and Safety Assessment Series). Sistem ini dapat disertifikasikan melalui lembaga sertifikasi, dan diakui secara global. OHSAS 18001 pertama kali diperkenalkan pada tahun 1999 dan kemudian disempurnakan pada tahun 2007 dan disepakati sebagai suatu Standar Sistem Manajemen K3. OHSAS 18000 terdiri dari dua bagian yaitu OHSAS 18001 sebagai standar atau persyaratan SMK3 dan OHSAS 18002 sebagai pedoman pengembangan dan penerapannya. a. Proses SMK3 MENURUT OHSAS 18001, sistem manajemen merupakan suatu set elemen-elemen yang saling terkait untuk menetapkan kebijakan dan sasaran dan untuk mencapai objektif tersebut. Sistem manajemen K3 terdiri atas 2 (dua) unsur pokok yaitu proses manajemen dan elemen-elemen implementasinya. Proses SMK3 menjelaskan bagaimana sistem manajemen tersebut dijalankan atau digerakkan. Sedangkan elemen merupakan komponen-komponen kunci yang terintegrasi satu dengan lainnya membentuk satu kesatuan sistem manajemen. Elemen-elemen ini mencakup antara lain tanggung jawab, wewenang, hubungan antar fungsi, aktivitas, proses, praktis, prosedur dan sumber daya. Elemen ini dipakai untuk menetapkan kebijakan K3, perencanaan, objektif, dan program K3. Proses sistem manajemen K3 menggunakan pendekatan PDCA (plan-docheck- action) yaitu mulai dari perencanaan, penerapan, pemeriksaan dan tindakan perbaikan. Dengan demikian, sistem manajemen K3 akan berjalan terus menerus secara berkelanjutan selama aktivitas organisasi masih berlangsung. Sistem Manajemen K3 dimulai dengan penetapan kebijakan K3 oleh manajemen puncak sebagai perwujudan komitmen manajemen dalam mendukung penerapan K3. Kebijakan K3 selanjutnya dikembangkan dalam perencanaan. Tanpa perencanaan yang baik, proses K3 akan berjalan tanpa arah (misguided), tidak efisien, dan tidak efektif. Berdasarkan hasil perencanaan tersebut dilanjutkan dengan penerapan dan operasional, melalui pengerahan semua sumber daya yang ada, serta melakukan berbagai program dan langkah pendukung untuk mencapai keberhasilan. Secara keseluruhan, hasil penerapan K3 harus ditinjau ulang secara berkala oleh manajemen puncak untuk memastikan bahwa SMK3 telah berjalan sesuai dengan kebijakan dan strategi bisnis serta untuk mengetahui kendala yang dapat mempengaruhi pelaksanaannya. Dengan demikian, organisasi dapat segera melakukan perbaikan dan langkah koreksi lainnya. b. SMK3 dan OHSAS 18001 Pemerintah melalui Kepmenaker 05/1996 telah mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 (SMK3). Banyak pertanyaan timbul, apakah organisasi harus menerapkan lebih dari satu sistem manajemen K3? Sebagai contoh menerapkan SMK3 menurut Kepmenaker OS/1996, OHSAS 18001, SMK3 internal, Process Safety Management, dan lainnya. Sebagaimana dikemukakan di awal, berbagai institusi, lembaga atau negara telah mengembangkan berbagai bentuk sistem manajemen K3. Semua sistem manajemen K3 tersebut mempunyai tujuan yang lama, yaitu bagaimana mengelola dan mengendalikan bahaya yang ada dalam operasi organisasi. Oleh karena itu antara SMK3 (Depnaker) dengan sistem manajemen K3 lainnya (termasuk OHSAS 18001) tidak perlu dipertentangkan karena semuanya memiliki tujuan yang sama. Menurut UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 87, setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen K3 yang terintegrasi dengan manajemen perusahaan. Undang-undang ini tidak menyebutkan apa SMK3 yang harus dijalankan. Yang penting adalah menerapkan SMK3 di lingkungannya masing- masing. Akan tetapi, untuk mengetahui apakah suatu organisasi telah menerapkan sistem manajemen K3 dengan baik perlu dilakukan pengawasan oleh instansi berwenang. Salah satu mekanisme pengawasan adalah dengan melakukan audit SMK3 melalui lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah. Hasil audit ini menggambarkan bagaimana tingkat penerapan sistem manajemen K3 dalam organisasi yang selanjutnya digunakan sebagai bagian dari pengawasan dan pembinaan misalnya pemberian penghargaan bagi organisasi yang memiliki kinerja K3 yang baik. Di lain pihak organisasi yang bergerak secara global, mungkin memerlukan pula pengakuan atas kinerja K3 organisasi. Hal ini dapat diperoleh melalui sertifikasi OHSAS 18001 yang telah disepakati sebagai standar global untuk menilai kinerja K3 organisasi. Hubungan antara SMK3 (Depnaker) dengan SMK3-OHSAS 18001 dapat dilihat dalam skema berikut ini. Dari skema di atas terlihat, bahwa pada dasarnya setiap organisasi cukup memiliki satu sistem manajemen K3 yang dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan lingkup operasi organisasi.(Lihat 3.6 Kunci Keberhasilan Penerapan K3). Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, SMK3 organisasi tersebut harus memenuhi kriteria audit SMK3 (Depnaker) yang ditetapkan untuk organisasi kecil, sedang dan besar karena bersifat, mandatory. Selanjutnya jika organisasi menginginkan sertifikasi SMK3 yang telah dijalankan, dapat memperolehnya melalui proses audit oleh lembaga sertifikasi salah satu diantaranya menggunakan standar OHSAS 18001. Dengan demikian suatu organisasi yang telah mengembangkan dan menerapkan sistem manajemen K3 dengan baik, seharusnya akan memenuhi keriteria baik menurut SMK3 (Depnaker) maupun sistem manajemen K3 lainnya seperti OHSAS 18001. c. Itegrasi SMK3 ke dalam Manajemen Organisasi Salah satu persyaratan OHSAS 18001 adalah integrasi SMK3 dengan sistem manajemen perusahaan. SMK3 harus menjadi bagian integral dari manajemen organisasi atau tidak terpisah dan berdiri sendiri. SMK3 harus sejalan dengan visi dan misi organisasi serta mampu mendukung proses bisnis. Proses bisnis dalam organisasi terdiri dari masukan-proses dan keluaran, sebagai masukan (input) meliputi berbagai unsur produksi seperti bahan baku, manusia, metode, modal, dan sebagainya yang selanjutnya diproses dalam organisasi menjadi keluaran (output) yang mencakup hasil produk, keuntungan yang diperoleh organisasi, upah yang diterima sebagai kompensasi prestasi, serta kewajiban organisasi terhadap negara berupa pajak. Salah satu keluaran yang tidak diinginkan dari proses organisasi adalah dampak negatif yang menyangkut K3 seperti bahan buangan, bising, gangguan lingkungan, penyakit akibat kerja, kecelakaan, dan sebagainya. Dampak ini harus ditekan seminimal mungkin agar tidak menimbullm kerugian. Untuk mengurangi dampak tersebut, dalam proses produksi diimplementasikan berbagai standar atau best practices yang menyangkut K3 seperti sistem manajemen K3. Dari aliran proses produksi ini terlihat bahwa aspek K3 harus diimplementasikan dan terintegrasi dengan seluruh proses yang ada dalam organisasi. Aspek K3 ada dalam fungsi enjinering, pemasaran, teknik, logistik, samberdaya manusia, dan lainnya. Fungsi produksi misalnya, bertanggung jawab menjamin kelancaran operasi termasuk aspek keselamatan dan kesehatan kerja. Fungsi pemasaran juga mengandung aspek keselamatan dalam, menjalankan fungsi pemasarannya. Fungsi enjinering bertanggung jawab menjamin bahwa aspek K3 telah dipertimbangkan dalam rancang bangun atau proses produksi yang bersifat teknis. Fungsi Surmber Daya Manusia (SDM) harus memastikan bahwa aspek K3 menjadi pertimbangan dalam pengelolaan SDM sejak proses penerimaan, pembinaan dan pengembangan termasuk dalam program pelatihan. Aspek K3 bukan semata-mata menjadi tanggtmg jawab fungsi K3 dalam organisasi tetapi tanggung jawab semua fungsi. Oleh karena itu, Sistem Manajemen K3 harus terintegrasi dengan sistem manajemen lain seperti manajemen mutu, manajemen lingkungan, sekuriti, dan operasi. d. Kategori Penerapan SMK3 dalam Organisasi IMPLEMENTASI sistem manajemen K3 dalam organisasi bertujuan untuk meningkatkan kinerja K3 dengan melaksanakan upaya K3 secara efisien dan efektif sehingga risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah atau dikurangi. Setiap organisasi besar atau kecil memiliki risiko K3 sesuai dengan sifat dan jenis kegiatannya masing-masing. Karena itu, mereka pasti telah menjalankan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Yang berbeda adalah kualitas implementasinya. Dalam organisasi yang tradisional, program K3 mungkin telah dijalankan namun tidak dalam kerangka kesisteman yang baik, bentuknya tidak beraturan dan acak, sehingga hasil yang dicapai juga, kurang efektif. Organisasi yang menerapkan SMK3 program implementasi tertata dalam kerangka kesisteman yang baik sehingga hasil yang diperoleh juga lebih baik. Salah satu pertanyaan yang sering timbul adalah: Perusahaan telah menerapkan SMK3 tetapi mengapa kecelakaan masih terjadi? Hal ini disebabkan kualitas penerapan SMK3 di dalam perusahaan belum komprehensif. Penerapan SMK3 (OHSMS) di dalam organisasi dapat dikategorikan sebagai berikut. 1. SMK3 Virtual (Virtual OHSMS), artinya organisasi telah memiliki elemen SMK3 dan melakukan langkah pencegahan yang baik, namun tidak memiliki sistem yang mencerminkan bagaimana langkah pengamanan dan pengendalian risiko dijalankan. 2. SMK3 salah arah (Misguided OHSMS) artinya, organisasi telah memiliki elemen sistem manajemen K3 yang baik, tetapi salah arah dalam mengembangkan langkah pencegahan dan pengamanannya. Akibatnya, isu atau potensi bahaya yang bersifat kritis bagi organisasi terlewatkan. 3. SMK3 Acak (Random OHSMS) artinya organisasi yang telah menjalankan program pengendalian dan pencegahan risiko yang repot sesuai dengan reality yang ada dalam organisasi, namun tidak memiliki elemen-elemen manajemen K3 yang diperlukan untuk memastikan bahwa proses pencegahan dan pengendalian tersebut berjalan dengan baik. Elemen K3 yang digunakan bersifat acak dan tidak memiliki keterkaitan satu dengan lainnya. 4. SMK3 Komprehensif (Comprehensive OHSMS) Adalah organisasi yang menerapkan dan mengikuti proses kesisteman yang baik. Elemen SMK3 dikembangkan berdasarkan hasil identifikasi risiko, dilanjutkan dengan menetapkan langkah pencegahan dan pengamanan, serta melalui proses manajemen untuk menjamin penerapannya secara baik. Bagaimana bentuk sistem manajemen K3 yang akan dikembangkan untuk suatu organisasi? Hal ini sangat tergantung kepada kondisi dan lingkup kegiatan masing- masing OHSAS 18001 memberikan keleluasaan kepada setiap organisasi untuk mengembangkan sistem manajemen K3 sesuai dengan kebutuhannya seperti industri risiko tinggi, kereta api, penerbangan, perkapalan, perminyakan, dan lainnya. Kebutuhan sistem manajemen K3 ditentukan oleh faktor risiko dan tingkat kerumitan yang berkaitan dengan proses, unit kegiatan dan sifat kegiatannya (lihat Gambar 3.6). Bagi organisasi kecil dengan Skala kegiatan yang sederhana dan risiko rendah, cukup membangun sistem manajemen K3 yang sederhana dengan sistem pengawasan dan pengendalian K3 yang sederhana pula. Namun untuk organisasi dengan tingkat risiko tinggi, dengan kegiatan yang luas dan rumit, diperlukan sistem manajemen K3 yang komprehensif disertai dengan sistem pengendalian dan pengawasan yang intensif. Organisasi yang hendak menerapkan SMK3 harus mempertimbangkan hal tersebut. Jangan sekadar meniru atau mengikuti sistem manajemen K3 pihak lain yang belum tentu sesuai dengan kebutuhannya. e. Kunci Keberhasilan Penerapan SMK3 UNTUK mencapai penerapan SMK3 kelas dunia seperti tersebut di atas diperlukan faktor berikut ini. 1. SMK3 harus komprehensif dan terintegrasi dengan seluruh langkah pengendalian yang dilakukan. Antara elemen implementasi dengan potensi bahaya atau risiko yang ada dalam organisasi harus sejalan. SMK3 di susun dengan pendekatan risk based concept sehingga tidak salah arah (misguided). 2. SMK3 harus dijalankan dengan konsisten dalam operasi satu-satunya cara untuk pengendalian risiko dalam organisasi. Semua program K3 atau kebijakan K3 yang diambil harus mengacu kepada SMK3 yang ada. Sebagai contoh, ketika organisasi akan melakukan proyek ekspansi fasilitas, maka dikembangkan program K3 untuk proyek yang tetap mengacu kepada SMK3 yang sudah ada. 3. SMK3 harus konsisten dengan hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang sudah dilakukan. Hal ini akan tercermin dalam penetapan objektif dan program kerja yang harus mengacu kepada potensi bahaya yang ada dalam organisasi. 4. SMK3 harus mengandung elemen-elemen implementasi yang berlandaskan sliklus proses manajemen (PDCA). 5. Semua unsur atau individu yang terlibat dalam operasi harus memahami konsep dan implementasi SMK3. 6. Adanya dukungan dan komitmen manajemen puncak dan seluruh elemen dalam organisasi untuk mencapai kinerja K3 terbaik 7. SMK3 harus terintegrasi dengan sistem manajemen lainnya yang ada dalam organisasi.