oleh
Mutia Febrina
171101027
A. Definisi
Abses perianal adalah suatu kondisi di mana terdapat pus pada jaringan di sekitar
rektum dan anus. Kondisi ini merupakan jenis abses anorektal yang paling banyak
terjadi, dan merupakan masalah bedah yang umum ditemukan. Sepertiga abses
perianal disertai fistula-in-ano yang meningkatkan risiko rekurensi abses dan sering
membutuhkan drainase bedah ulang (Malik, et.al, 2010).
Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis mengenai keluhan pasien,
dilanjutkan pemeriksaan fisik untuk melihat adanya abses, serta pemeriksaan
penunjang untuk memeriksa bakteri penyebab abses. Tata laksana standar adalah
insisi dan drainase. Di beberapa negara, seperti Inggris, tindakan dilakukan dalam
anestesi umum diikuti pemasangan internal dressing ke dalam kavitas abses untuk
menghentikan perdarahan. Tetapi, ada pula praktisi yang memilih tata laksana
dengan lubang insisi kecil dalam anestesi lokal, diikuti dengan memasukan kateter ke
dalam kavitas abses, sehingga terjadi drainase ke sebuah external dressing (Gossman,
et.al, 2019).
C. Gejala Klinis
Abses dapat terjadi pada berbagai ruang di dalam dan sekitar rektum. Seringkali
mengandung sejumlah pus berbau menyengat dan nyeri. Apabila abses terletak
superficial, maka akan tampak bengkak, kemerahan, dan nyeri tekan. Nyeri
memburuk dengan mengedan, batuk atau bersin, terutama pada abses intersfingter.
Dengan perjalanan abses, nyeri dapat mengganggu aktivitas seperti berjalan atau
duduk. Abses yang terletak lebih dalam memgakibatkan gejala toksik dan bahkan
nyeri abdomen bawah, serta deman. Sebagian besar abses rectal akan mengakibatkan
fistula (Smeltzer dan Bare, 2001, hal 468). Abses di bawah kulit bisa membengkak,
merah, lembut dan sangat nyeri. Abses yang terletak lebih tinggi di rektum, bisa saja
tidak menyebabkan gejala, namun bisa menyebabkan demam dan nyeri di perut
bagian bawah (Healthy of The Human, 2010, hal 1).
D. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis abses perianal dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pasien dapat mengeluhkan nyeri dan bengkak pada regio perianal. Pada
inspeksi anoperineum bisa didapatkan eritema superfisial dengan fluktuasi dan nyeri
tekan. Pemeriksaan penunjang berupa CT Scan, USG, MRI, atau fistulografi dapat
dipertimbangkan pada pasien dengan abses yang tersembunyi, fistula yang kompleks,
atau abses perianal terkait Crohn’s disease ( Vogel JD, 2016).
Pasien dengan abses perianal biasanya mengeluhkan nyeri sekitar anus, dengan
bengkak dan kemerahan. Kadang pasien juga datang mengeluhkan nyeri pada pelvis
dengan demam. Riwayat infeksi pelvis, adanya penyakit pencernaan, dan penyakit
infeksi anorektal juga perlu ditanyakan. Selain itu, riwayat seksual pasien juga perlu
diketahui karena perilaku seksual tertentu dan infeksi menular seksual dapat
menyebabkan lesi anus dan nyeri sekitar anus.
E. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan standar abses perianal adalah insisi dan drainase. Di beberapa
negara, tindakan dilakukan dalam anestesi umum, kemudian pasien diberi internal
dressing yang harus diganti berkala oleh tenaga medis. Namun, ada pula praktisi
yang memilih membuat lubang insisi kecil dalam anestesi lokal, diikuti dengan
memasukan kateter ke dalam kavitas abses sehingga terjadi drainase ke
sebuah external dressing (Smith SR, et. al, 2016).
Insisi dan drainase dapat dilakukan di poliklinik, ruang gawat darurat, atau
ruang operasi. Tindakan dapat dilakukan menggunakan anestesi lokal dan anestesi
umum. Anestesi lokal dapat dilakukan dengan lidocaine 1% yang diinjeksikan ke
jaringan sekitar abses. Insisi dibuat seminimal mungkin untuk mencegah fistula.
Sebelum insisi, dilakukan palpasi untuk memastikan area abses tidak
terdapat pocketing atau septasi. Abses yang luas dan sulit sering kali memerlukan
tindakan di ruang operasi dan anestesi umum untuk memastikan drainase yang cukup
dan menginspeksi fistula-in-ano (Turner, et.al, 20190.
Pembentukan
prostaglandin di otak
v
Merangsang hipotalamus
meningkatkan titik
patokan suhu (set point)
Hipotermi
Defenisi : Infeksi bakteri Nyeri akut
Pengalaman sensori dan v
emosional yang tidak
menyenangkan yang Bakteri mengadakan
muncul akibat kerusakan multiplikasi dan
jaringan yang aktual atau merusak jaringan yang
v
potensial atau ditempati
digambarkan dalam hal
kerusakan sedemikian
rupa. Tubuh bereaksi untuk
Batasan Karakteristik : perlindungan terhadap
- Perubahan selera makan penyebaran infeksi
-Perubahan pada v
parameter fisiologis
- Diaforesis Terjadi proses
- Perilaku Distraksi peradangan
-Bukti nyeri dengan v
menggunakan standar
daftar periksa nyeri untuk Terdapat
pasien yang tidak dapat luka/pembengkakan dan
mengungkapkannya. kemerahan dipermukaan
- Perilaku ekspresif kulit dan spasme otot
- Ekspresi wajah nyeri v
- Sikap tubuh melindungi
- Putus asa Nyeri akut
-Fokus menyempit
- Sikap melindungi area
yang nyeri
-Perilaku Protektif
- Laporan tentangg
perilaku nyeri/ perubahan
aktivitas
- Fokus pada diri sendiri
-nKeluhan tentang
intensitas menggunakan
standar skala nyeri
- Keluhan tentang skala
nyeri dengan
menggunakan standae
instrumen nyeri
H. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertemi berhubungan denga proses penyakit
2. Nyeri akut berhubungan dengan adanya luka/ pembengkakan dan spasme otot
3. Konstipasi berhubungan dengan adanya peradangan pada rektal
2. Nyeri akut berhubungan dengan adanya luka/ pembengkakan dan spasme otot
NOC
- Pain level
- Pain control
- Comfort level
Kriteria Hasil :
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Gunakan teknik komunikasi teurapetik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
- Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
- Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
- Evluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
masa lampau
- Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengarugi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
- Kurangi faktor prespitasi nyeri
- Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan
interpersonal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
- Ajarkan teknik non farmakologi
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
- Montor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri