Abstrak
Glomerulonefritis akut merupakan suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu yang dengan
karakterisitik berupa cedera glomerular yang onsetnya mendadak. WHO mempekirakan 472.000 kasus glomerulonefritis
akut pasca streptokokal (GNAPS) terjadi setiap tahunnya secara global dengan 5.000 kematian setiap tahunnya. Di
Indonesia pengamatan mengenai GNA pada anak di sebelas universitas di Indonesia pada tahun 1997-2002, lebih dari 80%
dari 509 anak dengan GNA mengalami efusi pleura, kardiomegali serta efusi perikardial, dan 9,2% mengalami ensefalopati
hipertensi. An. B, 11 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan buang air kecil berwarna kemerahan, bengkak pada
wajah terutama disekitar mata dan saat bangun disertai nyeri ulu hati. Riwayat demam, batuk dan sakit tenggorokan dua
minggu sebelumnya. Pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 150/110 mmHg. Hasil urinalisis didapatkan warna merah,
kejernihan keruh, protein 500 mg/dl, darah samar 300 Ery/µi, sedimen eritrosit 20-30/LP 400 x/LBP. Pemeriksaan kimia
darah albumin 2,2 gr/dL, ureum 122 mg/dL, kreatinin 1,80 mg/dL, pemeriksaan ASTO (-), dan CRP (+). Berdasarkan klinik
tersebut pasien didiagnosis GNAPS dengan hipertensi grade II.
Korespondensi: Ria Rizki Jayanti, alamat Jalan Masjid Syuhada No. 3 Klaten, Gadingrejo, Pringsewu. HP 082158395600, e-
mail Riarizkijyn@gmail.com
morbiditas yang bermakna. Dari seluruh rhonki dan wheezing, kesan dalam batas
kasus, 95% diperkirakan akan sembuh normal. Jantung dalam batas normal normal.
sempurna, 2% meninggal selama fase akut Abdomen, pembesaran organ (-), nyeri perut,
dari penyakit, dan 2% menjadi Shifting Dullness (+), fluid wave (+), pudle sign
glomerulonefritis kronis.6 GNAPS umumnya (+), kesan ascites. Ekstremitas, tidak
(sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi didapatkan parese, kesan dalam batas normal.
kronis, dan 10% berakibat fatal. GNAPS Pemeriksaan laboratorium
merupakan penyebab utama terjadinya gagal menunjukan hasil hemoglobin 11,9 gr/dL,
ginjal tahap akhir dan tingginya angka leukosit 15.900/µl, trombosit 280.000/dL,
morbiditas baik pada anak maupun pada pemeriksaan kimia darah albumin 2,2 gr/dL,
dewasa.6 ureum 122 mg/dL, kreatinin 1,80 mg/dL,
pemeriksaan ASTO (-), dan CRP (+). Hasil
Kasus urinalisis didapatkan warna merah, kejernihan
Pasien An.B, seorang anak laki-laki keruh, protein 500 mg/dl, darah samar 300
berusia 11 tahun datang dengan keluhan anak Ery/µi, sedimen eritrosit 20-30/LP 400 x/LBP.
bengkak di wajah. Keluhan ini muncul sejak 6 Berdasarkan klinik tersebut pasien didiagnosis
hari sebelum masuk rumah sakit. Pada glomerulonefritis akut pasca streptokokal
awalnya bengkak dirasakan di kelopak mata (GNAPS) dengan hipertensi grade II.
bawah. Ibu pasien mengatakan bahwa mata Penatalaksanaan non-medikamentosa
os makin hari makin bengkak terlebih pada berupa pembatasan asupan protein, garam,
pagi hari setiap bangun tidur. Lalu, pasien diet cairan yang disesuaikan dengan input dan
berobat di puskesmas dan kemudian di rujuk output, serta penatalaksanaan medika
ke RSAM. Di RSAM pasien dilakukan mentosa berupa pemberian captopril tablet
pemeriksaan, didapatkan hasil bahwa pasien 1,25mg/12 jam, injeksi furosemid 30 mg/8
mengalami glomerulonefritis akut. jam, dan injeksi ceftriakson 1 gr/12 jam.
Pasien datang ke RSAM dengan Pengobatan terus dilanjutkan dan pada hari
keluhan bengkak (oedema) pada wajah sejak 6 keempat perawatan, furosemid dihentikan.
hari SMRS. Pasien mengeluh bengkak dimulai Pengobatan captopril tablet 12,5 mg/12 jam
dari kelopak mata dan akhirnya bengkak tetap dilanjutkan dengan observasi tekanan
menyebar ke seluruh wajah. Keluhan bengkak darah setiap 6 jam untuk mengetahui apakah
baru dirasakan pertama kali oleh pasien. Satu dosis sudah cukup. Dari hasil observasi,
hari SMRS pasien juga mengeluhkan urinnya dengan pemberian dosis tersebut tekanan
berubah warna menjadi seperti teh selain itu darah dapat dijaga dalam nilai normal.
pasien juga mengeluhkan perut kembung
seperti terdapat banyak cairan. 3 jam SMRS Pembahasan
juga timbul keluhan sesak nafas. Keluhan Pasien seorang anak laki laki An. B umur
sesak nafas tidak berkurang walaupun pasien 11 tahun 11 bulan datang dengan keluhan
dalam kondisi duduk ataupun berbaring. mengalami bengkak (oedema) pada seluruh
Keluhan sesak menghilang ketika pasien wajah. Semakin hari semakin bengkak.
sampai di rumah sakit. Bengkak paling terlihat saat bangun tidur.
Keadaaan umum: tampak sakit Pasien mengeluh bengkak dimulai dari
sedang; tekanan darah: tangan kanan 120/80 kelopak mata setiap bangun tidur dan
mmHg, tangan kiri 120/90 mmHg, kaki kanan kemudian menyebar ke seluruh wajah. Edema
130/110 mmHg, dan kaki kiri 130/110 mmHg hanya ditemukan pada area periorbital dan
kemudian dapat kan kesan hipertensi grade II. fasialis, tidak sampai ke bagian tubuh yang
Frekuensi nadi: 92 x/menit; frekuensi nafas: lain. Edema merupakan gejala yang paling
43 x/menit; suhu: 36,6 oC; berat badan: 26 kg; sering dikeluhkan, umumnya pertama kali
tinggi badan: 133 cm. Pada kelopak mata dan timbul dan menghilang pada akhir minggu
wajah didapatkan adanya edema, telinga, pertama.7 Edema paling sering terjadi di
hidung, dan mulut kesan dalam batas normal. daerah periorbital (edema palpebra), disusul
Pada pemeriksaan leher, JVP tidak meningkat, daerah tungkai. Jika terjadi retensi cairan
kesan dalam batas normal. Paru, gerak dada hebat, maka edema timbul di daerah perut
dan fremitus taktil simetris, tidak didapatkan (asites), dan genitalia eksterna (edema
didapatkan hasil berupa warna urin merah, Pengobatan antibiotik pada GNAPS bertujuan
kejernihan keruh, proteinuria (500 mg/dL), untuk eradikasi infeksi kuman streptokokus
dan ditemukan darah samar 300 Ery/ui, yang menyerang tenggorokan atau kulit
endapan eritrosit (20-30/LP 400x/LBP) yang sebelumnya. Pemberian antibiotika dalam
menunjukkan hematuria. Pada pemeriksaan kasus ini tidak mempengaruhi beratnya
darah lengkap didapatkan hasil hemoglobin manifestasi yang ditimbulkan pada
normal (11,9 gr/dL), leukositosis (15.900/µl), glomerulonefritis, melainkan hanya
dan trombosit normal (280.000/dL). mengurangi menyebarnya infeksi
Sedangkan pada pemeriksaan kimia darah streptokokus yang mungkin masih ada.
ditemukan adanya albumin rendah (2,2 gr/dL), Meskipun demikian, pengobatan antibiotik
peningkatan kadar ureum (122 mg/dL), dan dapat mencegah penyebaran bakteri.
kreatinin (1,80 mg/dL). Beberapa dokter memberikan antibiotik hanya
Pemeriksaan titer ASTO pada An. B bila terbukti ada infeksi yang masih aktif,
didapatkan hasil negatif (-).Titer ASO namun menurut Ranjit dan Kamrul, pemberian
merupakan reaksi serologis yang paling sering antibiotik bertujuan untuk menghindarkan
diperiksa, karena mudah dititrasi. Titer ini terjadinya penularan yang meluas.12 Menurut
meningkat 70-80% pada GNAPS. Kenaikan Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi
titer ini dimulai pada hari ke-10 hingga 14 Tatalaksana GNAPS, penggunaan antibiotik
sesudah infeksi streptokokus dan mencapai golongan sefalosporin untuk terapi pada
puncaknya pada minggu ke- 3 hingga 5 dan pasien An. B kurang sesuai dengan literatur
mulai menurun pada bulan ke-2 hingga 6. yang ada, sebaiknya pada GNAPS
Titer ASO bisa normal atau tidak meningkat menggunakan antibiotik golongan penisilin
akibat pengaruh pemberian antibiotik, yang diberikan untuk eradikasi kuman, yaitu
kortikosteroid atau pemeriksaan dini titer amoksisilin 50mg/kgBB dibagi dalam 3 dosis
ASO.7 Selain ASTO pemeriksaan lain yang selama 10 hari. Jika pasien terdapat alergi
dilakukan adalah pemeriksaan C-reactive terhadap pemberian golongan penisilin, dapat
protein (CRP) dan didapatkan hasil nilai CRP diberikan eritromisin dengan dosis
kuantitatif +/>24. CRP merupakan suatu 30mg/kgbb/hari.7
protein fase akut yang diproduksi oleh hati Pemilihan tatalaksana hipertensi yang
sebagai respon adanya infeksi, inflamasi atau diberikan tergantung dari kebijakan dokter.
kerusakan jaringan. Inflamasi merupakan Golongan diuretik dan ß-blocker merupakan
proses dimana tubuh memberikan respon obat yang dianggap aman dan efektif untuk
terhadap cedera. Jumlah CRP akan meningkat diberikan kepada anak. Golongan obat lain
tajam beberapa saat setelah terjadinya yang perlu dipertimbangkan untuk diberikan
inflamasi dan selama proses inflamasi sistemik kepada anak hipertensi bila ada penyakit
berlangsung. Sehingga pemeriksaan CRP penyerta adalah penghambat ACE
kuantitatif dapat dijadikan petanda untuk (angiotensin converting enzyme) pada anak
mendeteksi adanya inflamasi/infeksi akut.3,12 yang menderita diabetes melitus atau
Penatalaksaan yang diberikan pada terdapat proteinuria.11,13 Terapi hipertensi
pasien dengan GNAPS terbagi menjadi 2 yaitu pada An. B diberikan captopril 2x12,5mg tab.
non-medikamentosa dan medikamentosa. Dosis awal pemberian captopril
Tatalaksana non-medikamentosa meliputi 0,3mg/kgBB/kali, diberikan 2-3 kali sehari
istirahat yang cukup, diet rendah garam dan dosis maksimal 2 mg/kgBB/hari.
protein. Sedangkan terapi medikamentosa Bila tekanan darah belum turun, dapat
dapat diberikan antibiotik dan obat-obat ditambah pemberian furosemid. Dosis
untuk terapi simptomatik. Pada An. B furosemid dapat diberikan 1mg/kgBB/kali
diberikan terapi antibiotik seftriakson secara intravena, 2 kali sehari (dapat diberikan
1gr/12jam. Seftriakson merupakan golongan oral bila keadaan umum pasien baik).
antibiotik sefalosporin yang dapat digunakan Hipertensi pada GNAPS berhubungan dengan
untuk mengobati beberapa kondisi akibat ekspansi volume intravaskular dan
infeksi bakteri, seperti pneumonia, sepsis, ekstravaskular hingga vasospasme akibat
meningitis, infeksi kulit dan infeksi pada faktor neurogenik dan hormonal. Hipertensi
pasien dengan sel darah putih yang rendah. pada GNAPS adalah bentuk volume dependen