Beton 2

Struktur Beton Gedung Tahan Gempa
BAB I
FILOSOFI PERANCANGAN,
KONSEP PERANCANGAN STRUKTUR,
DAN OPEN FRAME
1.1. Konsep Perancangan Struktur gedung tahan gempa

Struktur gedung harus dapat menyalurkan beban–beban ke pondasi dengan baik.
Mekanisme beban bisa langsung dan tidak langsung berupa momen, gaya aksial, torsi dan
geser yang akan dipikul pondasi. Semua mekanisme tersebut menyalurkan semua gaya ke
pondasi dan pondasi harus mampu memikulnya.
Untuk struktur gedung tahan gempa, bangunan harus dirancang dapat menahan beban
gempa baik itu kecil, sedang maupun besar, maka harus didesain agar mampu berdeformasi
daktail. Tentang Filosofi struktur gedung tahan gempa dapat dijelaskan dengan Flow Chart
berikut :
Material Daktail
Elemen Struktur Daktail
Struktur Daktail
1. Bangunan dapat menahan gempa bumi kecil (low) atau ringan tanpa mengalami
kerusakan.
2. Bangunan dapat menahan gempa bumi sedang (moderate) tanpa kerusakan yang
berarti pada struktur utama, walaupun ada kerusakan pada struktur sekunder.
3. Bangunan dapat menahan gempa bumi kuat (high) tanpa mengalami keruntuhan total
bangunan, walaupun bagian struktur utama sudah mengalami kerusakan atau mencapai
pelelehan.
Riaditya Dwi Aryadi 3106 100 132

Ijum Kanedi 3106 100 711
1.2. Filosofi Desain

Pada dasarnya suatu struktur atau elemen struktur harus dirancang agar memenuhi
beberapa kriteria, yaitu:
1) Kuat
2) Aman
3) Ekonomis
Kuat mempunyai arti bahwa kemampuan layan suatu struktur atau elemen struktur
harus lebih besar daripada beban yang bekerja pada struktur maupun elemen struktur
tersebut, hal ini sesuai dengan yang diamanatkan pada pasal 11.1.1 SNI 03-2847-2002 yang
dapat diartikan bahwa kuat rencana harus lebih besar atau sama dengan kuat perlu ( R  U
).Dimana:
 Ф(Reduction faktor) mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Kemungkinan terjadinya penurunan kekuatan dari member (komponen struktur) yang
telah di rencanakan
Penurunan kekuatan disebabkan :
 Variasi material beton
 Perbedaan beton di lokasi pengecoran dan beton benda uji
 Pengaruh susut, tegangan sisa dan kelangsingan kolom
2. Ketilitian dalam mendisain dimensi member
Disebabkan oleh :
 Kesalahan ukuran dimensi geometri dan penempatan tulangan
3. Tingkat duktilitas dan kestabilan dari member yang di bebani
4. Pentingnya member dalam suatu struktur bangunan
 KESIMPULAN== Faktor reduksi sebagai faktor keamanan untuk mengantisipasi

penyimpangan-penyimpangan yang sangat mungkin terjadi dalam pelaksanaan di lapangan.
 U(kuat perlu)= load factor x service load(beban layan)

Load factor (faktor pembebanan) diperlukan sebab :
1. Terjadinya perbedaan beban dari anggapan
- Beban mati bervariasi sebab :
 Perbedaan ukuran

 Perbedaan berat jenis beban

 Perubahan dari struktural dan non struktural
- Perbedaan beban hidup setiap saat dan setiap gedung
 R(kuat nominal)  kekuatan komponen struktur atau penampang yang dihitung

berdasarkan ketentuan atau asumsi metode perencanaan sebelum dikalikan faktor reduksi
kekuatan yang sesuai.
ФPn  Pu
ФMn  Mu
ФVn  Vu
ФTn  Tu
Aman berarti suatu struktur atau elemen struktur harus memiliki lendutan atau
simpangan yang masih dalam batas toleransi sehingga penghuni struktur tersebut tidak
merasa terancam bahaya. Oleh karena itu perlu dilakukan kontrol servicebility untuk
kenyamanan yaitu kontrol lendutan dan kontrol retak.
Ekonomis berarti suatu struktur atau elemen struktur tersebut harus dirancang sesuai
dengan proporsinya, tidak terlalu banyak memerlukan biaya.
Selain harus memenuhi kriteria diatas suatu struktur atau elemen struktur yang
dirancang untuk tahan terhadap gempa dan berada pada wilayah gempa 5,6 sangat cocok
menggunakan desain struktur jenis open frame atau Sistem Rangka Pemikul Momen dengan
metode in-elastis(struktur didesain dapat mengalami kondisi plastis sampai akhirnya
rusak/runtuhtidak didesain untuk dapat menahan beban gempa tanpa mengalami
kerusakan(elastis) karena akan dibutuhkan kolom yang sangat besar dan membutuhkan
biaya yang sangat mahal, akan tetapi daerah-daerah yang mengalami keruntuhan/kerusakan
dibatasi agar dapat meminimalisir adanya korban jiwa
1.3. Open Frame

 Pada Struktur rangka beton terbuka (open frame) didesain kolom lebih kuat
daripada baloknya (strong column weak beam) dimaksudkan agar sendi plastis terjadi
pada balok, kecuali pada kolom bagian bawah boleh terjadi sendi plastis pada kolom.
 Sistem ini memikul beban lateral dan beban gravitasi yang langsung dipikul
semua oleh rangka, pada sistem ini semua elemen struktur dirancang dengan
menggunakan metode in-elastis dimana dimungkinkan terjadinya sendi-sendi plastis.

 Strong Column Weak Beam (kolom harus jauh lebih kuat daripada balok,
sehingga pada waktu terjadi gempa, balok terlebih dahulu melendut/ rusak
memungkinkan manusia untuk lari menyelamatkan diri) artinya ketika struktur
gedung memikul pengaruh gempa rencana, sendi-sendi plastis di dalam Struktur
gedung tersebut hanya boleh terjadi pada ujung-ujung balok dan pada kaki kolom
serta kaki dinding geser saja
 Kuat Lentur Kolom :  Me > 6/5 Mg
 Me = Jumlah Momen Lentur Nominal kolom dimuka (HBK) yang
ditinjau, didapat melalui diagram interaksi Mu dan Pu terkecil
 Mg = Jumlah Momen Lentur Nominal balok dimuka (HBK) yang
ditinjau, termasuk kontribusi tulangan lantai dimuka HBK
Menurut Tabel 3 SNI-1726 tercantum 3 jenis SRPM yaitu SRPMB (B=Biasa) ;
SRPMM (M=Menengah) ; SRPMK (K=Khusus). Wilayah gempa 5 dan 6 dinamakan
SRPMK dan harus memenuhi persyaratan disain pada Pasal 23.2 sampai dengan 23.7
disamping pasal – pasal sebelumnya yang masih berlaku.
BAB II
PRELIMINARY DESIGN

2.1. DATA BAHAN
Bahan yang dipakai untuk struktur gedung ini adalah beton bertulang dengan data-
data sebagai berikut :
Type bangunan : Perpustakaan ( 3 lantai )
Letak bangunan : Dekat dari pantai
Zone gempa : Zone 6
Lebar bangunan : 20 m
Panjang bangunan : 34,8 m
Mutu beton (f’c) : 30 MPa
Mutu baja (fy) : 350 MPa
2.2. PERATURAN
Adapun peraturan-peraturan yang dipakai dalam perencanaan gedung ini adalah :
1. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung tahun 1983
(PPIUG 1983)
2. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung 2002
(SNI 03 – 2847 – 2002)
3. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa ntuk Bangunan Gedung 2002
(SNI 03 – 1726 – 2002)
2.3. METODE YANG DIGUNAKAN

Metoda perhitungan beton yang digunakan adalah metoda kapasitas (kekuatan batas),
dengan tingkat daktilitas penuh.
2.4. ITEM PEMBEBANAN

Bangunan gedung diperhitungkan untuk memikul beban-beban sebagai berikut :
1. Beban Gravitasi (PPIUG 1983 Tabel 2.1)

a. Beban Mati :
- Berat sendiri beton bertulang : 2400 Kg/m3
- Adukan finishing lantai/1 cm : 21 Kg/m2
- Tegel : 24 Kg/m2
- Tembok setengah bata : 250 Kg/m2
- Plafond : 11 Kg/m2.
- Penggantung : 7 Kg/m2.
- Plumbing : 10 Kg/m2.
- Sanitasi : 20 Kg/m2
- Aspal : 14 Kg/m2
b. Beban Hidup (PPIUG 1983 Tabel 3.1)
- Lantai atap : 100 Kg/m2
- Lantai perkantoran : 400 Kg/m2
- Pelat Tangga : 300 Kg/m2
2. Beban Angin
Dekat dari pantai : 40 Kg/m2
3. Beban Gempa
Perencanaan dan perhitungan struktur terhadap gempa dilakukan berdasarkan SNI
03-1726-2002 untuk zone gempa 6.
2.5. PERENCANAAN DIMENSI BALOK

Dengan mutu baja = 350 MPa dan mutu beton = 30 MPa direncanakan dimensi balok, kolom
dan plat sebagai berikut :
1. BALOK
Penentuan tinggi balok minimum (hmin) dihitung berdasarkan SNI 0.3-2847-
2002 Psl. 11.5.2.2. Tabel 8 dimana bila persyaratan ini telah dipenuhi maka tidak
perlu dilakukan kontrol lendutan.
L fy 
hmin =  0,4   ..... fy selain 400 MPa
16  700 
L
hmin = …... fy = 400 MPa
16
 Balok Induk Arah Memanjang : L = 580 cm

L fy 
hmin =  0,4  
16  700 
580  350 
=  0,4  
16  700 
= 32,625 cm
L
h =
12
580
=
12
= 48,33 cm  60 cm
2 2
b=
3
 h   50 = 33.33 cm
3
 40 cm
Direncanakan dimensi balok induk memanjang 40/60 cm

 Balok Induk Melintang : L = 700 cm
L fy 
hmin =  0,4  
16  700 
700  350 
=  0,4  
16  700 
= 39,375 cm
L
h =
12

700
=
12
= 58,33 cm  60 cm
2 2
b =
3
 h   60 = 40 cm
3
 40 cm
Direncanakan dimensi balok induk melintang 40/60 cm

 Balok Anak : L = 580 cm
Dimensi balok anak diambil kurang lebih 2/3 dari dimensi balok induk dengan
bentang yang sama. Dimana untuk bentang 580 cm, dimensi balok induk yang
bersangkutan adalah 40/60 cm. Jadi untuk balok anak direncanakan 30/40 cm.
 Balok Luivel : L = 125 cm

Penentuan tinggi balok minimum (hmin) luivel dihitung berdasarkan SNI 0.3-
2847-2002 Psl. 11.5.2.2. Tabel 8 dimana bila persyaratan ini telah dipenuhi maka
tidak perlu dilakukan kontrol lendutan.
L fy 
hmin =  0,4   …... selain fy = 400 MPa
16  700 
L fy 
hmin =  0,4  
16  700 
125  350 
=  0,4  
16  700 
= 7,031 cm
L
h =
12
125
=
12
= 10,42 cm  15 cm
2 2
b=  h   15 = 10 cm
3 3
Direncanakan dimensi balok luivel 20/30 cm
2.6 PERENCANAAN DIMENSI KOLOM

Pada perencanaan, kolom yang mengalami pembebanan paling besar adalah kolom
yang memikul bentang 580 cm x 650 cm
Tebal pelat rencana : untuk lantai = 12 cm = 120 mm
untuk atap = 12 cm = 120 mm
Tinggi tiap tingkat : untuk lantai 1 = 430 cm
untuk lantai 2 = 430 cm
untuk lantai 3 = 430 cm
Berdasarkan PPIUG 1983 tabel 2.1 :

 Beban Mati
Pelat : [( 3,50+3,00)x5,80]x0,12x 2400 kg/m3 x 3 = 32.572,80 Kg
Plafon : [( 3,50+3,00)x5,80]x11kg/m2 x3 = 1.244,10 Kg
Penggantung : [( 3,50+3,00)x5,80]x 7 Kg/m2 x 3 tingkat = 791,70 Kg
Balok Induk40/60 : (5,80+6,50) x 0,40 x 0,60 x 2400 Kg/m3 x 3 tingkat = 21.254,40 Kg
Balok Anak 30/40 : 5,80 x 0,30 x 0,40 x 2400 Kg/m3 x 3 tingkat = 5.011,20 Kg
Spesi ( 2 cm ) : [( 3,50+3,00)x5,80]x 0,02 x 21 Kg/m3 x 3 = 47,50 Kg
Ubin ( 1 cm ) : [( 3,50+3,00)x5,80]x 0,01 x 24 Kg/m3 x 2 = 18,10 Kg
Aspal ( 4 cm ) : [( 3,50+3,00)x5,80]x 0,04 x 14 Kg/m3 x 1 = 21,11 Kg
Sanitasi : [( 3,50+3,00)x5,80]x 20 Kg/m2 x 3 tingkat = 2.262,00 Kg
Plumbing : [( 3,50+3,00)x5,80]x 10 Kg/m2 x 3 tingkat = 1.131,00 Kg
Dinding : 2 x (6,50 + 5,80) x 250 kg/m3 x 8,60 = 52.890,00 Kg
Berat Total = 117.243,91 Kg
Berdasarkan PPIUG 1983 tabel 3.1

 Beban Hidup
Atap : ( 3,50+3,00)x5,80) x 100 x 1 tingkat = 3.770,00 Kg
Lantai : ( 3,50+3,00)x5,80) x 400 x 2 tingkat = 30.160,00 Kg

Berat Total = 33.930,00 Kg

Koefisien reduksi untuk beban hidup (PPIUG Tabel 3.3) = 0,8
Jadi total beban hidup  LL = 0,8 x 33.930,00 kg = 27.144 kg
Jadi berat total  W = 1,2 x DL + 1,6 x LL
= 1,2 (117.243,91) + 1,6 (27.144)
= 184.123,092 kg
Menurut SNI 03-2847-2002 Ps. 11.3.2.2(b) aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur
untuk komponen struktur dengan tulangan sengkang biasa, maka faktor reduksi (ф=0,65).
Mutu beton = 30 Mpa = 30 x 10,2 = 306 kg/cm 2
3W 3  184.123,092
Rencana Awal A = f ' c = 0,65 x306
= 2.777,12 cm 2
Dimensi awal  b2 = 2.777,12 cm 2

b = 52,70 cm  60 cm
Jadi dimensi kolom digunakan 60/60 cm
 Tabel ukuran dimensi balok dan kolom

Balok anak untuk atap dan lantai 30/40 cm
Balok induk melintang untuk atap dan lantai 40/60 cm
Balok induk memanjang untuk atap dan lantai 40/60 cm
Balok luivel untuk atap dan lantai 20/30 cm
Kolom 60/60 cm
BAB III
PERENCANAAN PLAT

3.1. DASAR PERHITUNGAN DIMENSI PLAT

 Plat dua arah (two way slab)
Perhitungan dimensi plat dua arah berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal
11.5(3(3)) bagi tebal plat sebagai berikut :
a. Untuk  m  0,2 menggunakan pasal 11.5(3(2))
b. Untuk 0,2   m  2 ketebalan minimum plat harus memenuhi .
 fy 
Ln  0.8 
 1500 
h1 
36  5  m  0.2
dan tidak boleh kurang dari 120 mm

c, Untuk  m  2 ketebalan minimum plat harus memenuhi
 fy 
L n   0. 8  
 1500 
h2 
36  9 
dan tidak boleh kurang dari 90 mm

Dimana :
Ln = Panjang bentang bersih
fy = Tegangan Leleh Baja
 = Rasio bentang bersih dalam arah memanjang terhadap arah memendek
dari pelat 2 arah
 m = Nilai rata-rata untuk semua balok pada tepi – tepi dari suatu panel
Perumusan untuk mencari lebar flens pada balok : be

Balok Tengah :
hf
Nilai be diambil yang terkecil dari :
hw
 be = bw + 2 (hw – hf)
 be = bw + 8 hf
bw
 be = jarak pusat ke pusat balok
be
Balok Tepi :
hf
Nilai be diambil yang terkecil dari :
hw
 be = bw + hw - hf
 be = bw + 4 hf
dari kedua nilai be tersebut diambil yang terkecil.
bw
 Plat satu arah (one way slab)

Perhitungan plat satu arah berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.2.1 tabel 8
dimana tabel tersebut hanya berlaku untuk struktur beton dengan fy sebesar 400 Mpa.
Sedangkan untuk mutu beton selain 400 MPa maka nilainya dikalikan denagan faktor
 fy 
 0.4  .
 700 
Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 10.10(2) dan pasal 10.10(3) disebutkan

beberapa cara menentukan lebar efektif (be) dari balok T.
be
Balok tengah :
 be = bw + 2 (hw – hf)
 be = bw + 8 hf
Dari kedua be tersebut diambil nilai yang terkecil. hw
bw
Balok tepi : be
 be = bw + hw – hf
 be = bw + 4 hf
Dari kedua be tersebut diambil nilai yang terkecil.

bw
Harga  m didapat dari
E balok I balok 1 t3
  I balok   K  b  h3 I  bs 
E plat I plat 12 plat
12
K=
  
2 3
 be   hf  hf   hf   be   hf 
1   1 x  
 x 4  6 
h    4h     1 x   
 bw    hw     w   w   bw    hw

 

 be   hf 
1   1 x  
 bw   
 hw 
Dimana :
be = lebar efektif, harga minimum (cm)
bw = lebar balok (cm)
hf = tebal rencana plat (cm)
hw = tinggi balok (cm)
3.2. PERHITUNGAN TEBAL PLAT

Data perencanaan :
 Mutu bahan baja (fy = 350 Mpa)
 Mutu bahan beton (f’c = 30 Mpa)

 Tebal pelat rencana : untuk atap = 12 cm dan untuk lantai = 12 cm
D
A
B
E
F C
RENCANA PLAT
PLAT TYPE A

 40 40 
Ln  580      540 cm
 2 2 
 40 30 
Sn  300      265 cm
 2 2 
Ln 540
   2,04 > 2  (pelat satu arah)
Sn 265
Perhitungan Nilai α
A. Balok anak : 30/40
be
hf = 12 cm
hw = 40 cm
bw = 30
cm
be1 = bw + 2 (hw - hf)
= 30 + 2 (40 – 12)
= 59 cm (be yang dipilih)
be2 = bw + 8 hf
= 30 + 8.12
= 126 cm

K =
 
2 3
 be   hf  hf   hf   be   hf 
1   1 x 
 
 x  4  6 
h    4 
h      1 x 
 

 bw   hw     w   w   bw   hw 
 be   hf 
1   1 x  
 bw   
 hw 
  12     12  
2 3
 59  12   12   59
1   1 x  x 4  6   4     1 x   
 30   40    40   40   30   40  
K=  1,36
 59   12 
1   1 x  
 30   40 
h3 t3
Ibalok = k . bw . Iplat = bs .
12 12
40 3  300 300  12 3
= 1,36 x 25 x =  x
12  2 2  12
= 181.333,33 cm4 = 43.200 cm4

Karena Ecbalok = Ec plat
I balok 181.333,33
1 = =  4,20
Iplat 43.200
B. Balok induk : 40 /60 (memanjang)

be
hf = 12 cm
hw = 60 cm
bw = 40
cm
be1 = bw + 2 (hw - hf)

= 40 + 2 (60 – 12)
be2 = bw + 8 hf
= 40 + 8.12

= 136 cm
K =
 
2 3
 be   hf  hf  hf   be   hf 
1   1 x   x  4  6    4 
h    1 x  
 bw    hw

  
h
 w

  w 
  bw    hw


 be   hf 
1   1 x  
 bw   
 hw 
 136   12    136   12  
2 3
 12   12 
1   1 x  x 4  6   4     1 x  
 40   40    40   40   40   40  
K=  1,64
 136   12 
1   1 x 
 40   40 
h3 t3
12 12
60 3  350 300  12 3
= 1,64 x 35 x =   x
12  2 2  12
= 1.033.200 cm4 = 46.800 cm4
I balok 1.033.200
2 = =  22,08
Iplat 46.800
C. Balok induk : 40 /60 (melintang dengan luivel)

be
hf = 12 cm
hw = 60 cm
bw = 40
cm
be1 = bw + 2 (hw - hf)

= 40 + 2 (60 – 12)
be2 = bw + 8 hf

= 40 + 8.12
= 136 cm
K =
 
2 3
 be   hf  hf   hf   be   hf 
1   1 x  
 x  4  6
h    4h     1 x  
 bw    hw     w   w   bw    hw


 be   hf 
1   1 x  
 bw   
 hw 
 136   12    136   12  
2 3
 12   12 
1   1 x  x 4  6   4     1 x  
 40   40    40   40   40   40  
K=  1,64
 136   12 
1   1 x 
 40   40 
h3 t3
12 12
60 3  580 125  12 3
= 1,64 x 35 x =   x
12  2 2  12
= 1.033.200 cm4 = 57.760 cm4
I balok 1.033.200
3 = =  20,355
Iplat 57.760
D. Balok induk : 40 /60 (melintang)

be
hf = 12 cm
hw = 60 cm
bw = 40
cm
be1 = bw + 2 (hw - hf)

= 40 + 2 (60 – 12)

be2 = bw + 8 hf
= 40 + 8.12
= 136 cm
K =
 
2 3
 be   hf  hf   hf   be   hf 
1   1 x  
 x  4  6
h    4h     1 x  
 bw    hw     w   w   bw    hw


 be   hf 
1   1 x  
 bw   h
 w 

 136   12    136   12  
2 3
 12   12 
1   1 x  x 4  6   4     1 x  
 40   40    40   40   40   40  
K=  1,64
 136   12 
1   1 x 
 40   40 
h3 t3
12 12
60 3  580 580  12 3
= 1,64 x 35 x =   x
12  2 2  12
= 1.033.200 cm4 = 83.520 cm4
I balok 1.033.200
4 = =  12,37
Iplat 83.520
1
Jadi  m= x ( 4,20 + 22,08 + 20,355 + 12,37 ) = 14,75 >2
4
Bedasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 11.5(3(3)) yang mana  m  2 maka ketebalan plat
minimum adalah
 fy 
L n   0. 8  
 1500 
h2 
36  9 
Dan tidak boleh kurang dari 9 cm

 350 
540 0.8  
 1500 
h  10,265cm
36  9  2,04
 Jadi tebal pelat Lantai dan Atap type A digunakan 12 cm untuk faktor kenyamanan.

PLAT TYPE B
 40 40 
Ln  580      540 cm
 2 2 
 40 30 
Sn  350      315 cm
 2 2 
Ln 540
   1,71 < 2  (pelat dua arah)
Sn 315
E. Balok anak : 30/40
be
hf = 12 cm
hw = 40 cm
bw = 30
cm
be1 = bw + 2 (hw - hf)
= 30 + 2 (40 – 12)


be2 = bw + 8 hf
= 30 + 8.12
= 126 cm
K =
 
2 3
 be   hf  hf   hf   be   hf 
1   1 x  
 x  4  6
h    4h     1 x  
 bw    hw     w   w   bw    hw


 be   hf 
1   1 x  
 bw   
 hw 
  12     12  
2 3
 59  12   12   59
1   1 x  x 4  6   4     1 x   
 30   40    40   40   30   40  
K=  1,36
 59   12 
1   1 x  
 30   40 
h3 t3
12 12
40 3  350 350  12 3
= 1,36 x 25 x =  x
12  2 2  12
= 181.333,33 cm4 = 50.400 cm4

I balok 181.333,33
1 = =  3,599
Iplat 50.400
F. Balok induk : 40 /60 (memanjang dengan luivel)

be
hf = 12 cm
hw = 60 cm
bw = 40
cm
be1 = bw + 2 (hw - hf)

= 40 + 2 (60 – 12)
be2 = bw + 8 hf
= 40 + 8.12
= 136 cm
K =
 
2 3
 be   hf  hf   hf   be   hf 
1   1 x 
 
 x  4  6
h    4h     bw  1 x 
 

 bw   hw     w   w     hw 
 be   hf 
1   1 x  
 bw   
 hw 
 136   12    136   12  
2 3
 12   12 
1   1 x  x 4  6   4     1 x  
 40   40    40   40   40   40  
K=  1,64
 136   12 
1   1 x 
 40   40 
h3 t3
12 12
60 3  350 125  12 3
= 1,64 x 35 x =   x
12  2 2  12
= 1.033.200 cm4 = 34.200 cm4
I balok 1.033.200
2 = =  30,21
Iplat 34.200
G. Balok induk : 40 /60 (melintang dengan luivel)

be
hf = 12 cm
hw = 60 cm
bw = 40
cm

be1 = bw + 2 (hw - hf)

= 40 + 2 (60 – 12)
be2 = bw + 8 hf
= 40 + 8.12
= 136 cm
K =
 
2 3
 be   hf  hf   hf   be   hf 
1   1 x   x  4  6    4      1 x 
 bw    hw

  
h 
 w 
h 
 w   bw   hw


 be   hf 
1   1 x  
 bw   
 hw 
 136   12    136   12  
2 3
 12   12 
1   1 x  x 4  6   4     1 x  
 40   40    40   40   40   40  
K=  1,64
 136   12 
1   1 x 
 40   40 
h3 t3
12 12
60 3  580 125  12 3
= 1,64 x 35 x =   x
12  2 2  12
= 1.033.200 cm4 = 57.760 cm4
I balok 1.033.200
3 = =  20,355
Iplat 57.760
H. Balok induk : 40 /60 (melintang)

be
hf = 12 cm
hw = 60 cm
bw = 40
cm

be1 = bw + 2 (hw - hf)

= 40 + 2 (60 – 12)
be2 = bw + 8 hf
= 40 + 8.12
= 136 cm
K =
 
2 3
 be   hf  hf   hf   be   hf 
1   1 x   x  4  6    4      1 x  
 bw    hw

  
h 
 w 
h 
 w   bw    hw


 be   hf 
1   1 x  
 bw   
 hw 
 136   12    136   12  
2 3
 12   12 
1   1 x  x 4  6   4     1 x  
 40   40    40   40   40   40  
K=  1,64
 136   12 
1   1 x 
 40   40 
h3 t3
12 12
60 3  580 580  12 3
= 1,64 x 35 x =   x
12  2 2  12
= 1.033.200 cm4 = 83.520 cm4
I balok 1.033.200
4 = =  12,37
Iplat 83.520
1
Jadi  m= x ( 3,599 + 30,21 + 20,355 + 12,37 ) = 16,63 >2
4
minimum adalah
 fy 
L n   0. 8  
 1500 
h2 
36  9 


 350 
540 0.8  
 1500 
h  10,858cm
36  9  1,71
 Jadi tebal pelat Lantai dan Atap type B digunakan 12 cm untuk faktor kenyamanan.
PLAT TYPE C
 20 20 
Ln  580      560 cm
 2 2 
 40 20 
Sn  125      95 cm
 2 2 
Ln 560
   5,90 > 2  (pelat satu arah)
Sn 95
I. Balok induk : 40 /60 (memanjang dengan luivel)
be
hf = 12 cm
hw = 60 cm

bw = 40
cm
be1 = bw + 2 (hw - hf)

= 40 + 2 (60 – 12)
be2 = bw + 8 hf
= 40 + 8.12
= 136 cm
K =
 
2 3
 be   hf  hf   hf   be   hf 
1   1 x  
 x  4  6
h    4h     1 x  
 bw    hw     w   w   bw    hw


 be   hf 
1   1 x  
 bw   h
 w 

 136   12    136   12  
2 3
 12   12 
1   1 x  x 4  6   4     1 x  
 40   40    40   40   40   40  
K=  1,64
 136   12 
1   1 x 
 40   40 
h3 t3
12 12
60 3  350 125  12 3
= 1,64 x 35 x =   x
12  2 2  12
= 1.033.200 cm4 = 34.200 cm4
I balok 1.033.200
1 = =  30,21
Iplat 34.200
J. Balok luivel 20/30 (melintang tepi luar)

be
hf = 12 cm
hw = 30 cm

bw = 20
cm
be1 = bw + 2 (hw - hf)
= 20 + 2 (30 – 12)
be2 = bw + 8 hf
= 20 + 8.12
= 116 cm
K =
 
2 3
 be   hf  hf   hf   be   hf 
1   1 x  
 x  4  6
h    4h     1 x  
 bw    hw     w   w   bw    hw


 be   hf 
1   1 x  
 bw   h
 w 

 136   12    12   136   12  
2 3
 12 
1   1 x  x 4  6   4     1 x   
 40   40    40   40   40   40  
K=  1,57
 136   12 
1   1 x 
 40   40 
h3 t3
12 12
60 3  580 580  12 3
= 1,64 x 35 x =   x
12  2 2  12
= 1.033.200 cm4 = 83.520 cm4
I balok 1.033.200
4 = =  12,37
Iplat 83.520
K. Balok induk : 40 /60 (memanjang dengan luivel)

be
hf = 12 cm
hw = 60 cm

bw = 40
cm
be1 = bw + 2 (hw - hf)

= 40 + 2 (60 – 12)
be2 = bw + 8 hf
= 40 + 8.12
= 136 cm
K =
 
2 3
 be   hf  hf   hf   be   hf 
1   1 x  
 x  4  6
h    4h     1 x  
 bw    hw     w   w   bw    hw


 be   hf 
1   1 x  
 bw   
 hw 
 136   12    136   12  
2 3
 12   12 
1   1 x  x 4  6   4     1 x  
 40   40    40   40   40   40  
K=  1,64
 136   12 
1   1 x 
 40   40 
h3 t3
12 12
60 3  350 125  12 3
= 1,64 x 35 x =   x
12  2 2  12
= 1.033.200 cm4 = 34.200 cm4
I balok 1.033.200
2 = =  30,21
Iplat 34.200
L. Balok induk : 40 /60 (melintang dengan luivel)

be
hf = 12 cm

hw = 60 cm
bw = 40
cm
be1 = bw + 2 (hw - hf)

= 40 + 2 (60 – 12)
be2 = bw + 8 hf
= 40 + 8.12
= 136 cm
K =
 
2 3
 be   hf  hf   hf   be   hf 
1   1 x  
 x  4  6
h    4h     1 x  
 bw    hw     w   w   bw    hw


 be   hf 
1   1 x  
 bw   
 hw 
 136   12    136   12  
2 3
 12   12 
1   1 x  x 4  6   4     1 x  
 40   40    40   40   40   40  
K=  1,64
 136   12 
1   1 x 
 40   40 
h3 t3
12 12
60 3  580 125  12 3
= 1,64 x 35 x =   x
12  2 2  12
= 1.033.200 cm4 = 57.760 cm4
I balok 1.033.200
3 = =  20,355
Iplat 57.760
M. Balok induk : 40 /60 (melintang)

be

hf = 12 cm
hw = 60 cm
bw = 40
cm
be1 = bw + 2 (hw - hf)

= 40 + 2 (60 – 12)
be2 = bw + 8 hf
= 40 + 8.12
= 136 cm
K =
 
2 3
 be   hf  hf   hf   be   hf 
1   1 x 
 
 x  4  6 
h    4 
h      1 x 
 

 bw   hw     w   w   bw   hw 
 be   hf 
1   1 x  
 bw   
 hw 
 136   12    136   12  
2 3
 12   12 
1   1 x  x 4  6   4     1 x  
 40   40    40   40   40   40  
K=  1,64
 136   12 
1   1 x 
 40   40 
h3 t3
12 12
60 3  580 580  12 3
= 1,64 x 35 x =   x
12  2 2  12
= 1.033.200 cm4 = 83.520 cm4
I balok 1.033.200
4 = =  12,37
Iplat 83.520
1
Jadi  m= x ( 3,599 + 30,21 + 20,355 + 12,37 ) = 16,63 >2
4

minimum adalah
 fy 
L n   0. 8  
 1500 
h2 
36  9 

 350 
540 0.8  
 1500 
h  10,858cm
36  9  1,71
 Jadi tebal pelat Lantai dan Atap type B digunakan 12 cm untuk faktor kenyamanan.
Balok anak : 30/40 (L = 600 cm)

be
hf = 12 cm
hw = 40 cm
bw = 30
cm
be1 = bw + 2 (hw - hf)

= 30 + 2 (40 – 12)
be2 = bw + 8 hf
= 30 + 8.12
= 126 cm
K =
 
2 3
 be   hf  hf   hf   be   hf 
1   1 x  
 x  4  6
h    4h     1 x  
 bw    hw     w   w   bw    hw


 be   hf 
1   1 x  
 bw   h
 w 


  12     12  
2 3
 59  12   12   59
1   1 x  x 4  6   4     1 x   
 30   40    40   40   30   40  
K=  1,36
 59   12 
1   1 x  
 30   40 
h3 t3
12 12
40 3 12 3
= 1,36 x 25 x = 300 x
12 12
= 181.333,33 cm4 = 43.200 cm4
I balok 181.333,33
2 = =  4,198
Iplat 43.200
N. Balok induk : 40 /60 (memanjang)

be
hf = 12 cm
hw = 60 cm
bw = 40
cm
be1 = bw + 2 (hw - hf)

= 40 + 2 (60 – 12)
be2 = bw + 8 hf
= 40 + 8.12
= 136 cm

K =
 
2 3
 be   hf  hf   hf   be   hf 
1   1 x 
 
 x  4  6 
h    4 
h      1 x 
 

 bw   hw     w   w   bw   hw 
 be   hf 
1   1 x  
 bw   
 hw 
 136   12    136   12  
2 3
 12   12 
1   1 x  x 4  6   4     1 x  
 40   40    40   40   40   40  
K=  1,64
 136   12 
1   1 x 
 40   40 
h3 t3
12 12
60 3 12 3
= 1,64 x 35 x = 325 x
12 12
= 1.033.200 cm4 = 46.800 cm4
I balok 1.033.200
3 = =  22,08
Iplat 46.800
O. Balok induk : 40/60 (melintang)

be
hf = 12 cm
hw = 60 cm
bw = 40
cm
be1 = bw + 2 (hw - hf)

= 40 + 2 (60 – 12)
be2 = bw + 8 hf
= 40 + 8.12

= 136 cm
K =
 
2 3
 be   hf  hf  hf   be   hf 
1   1 x   x  4  6    4 
h    1 x  
 bw    hw

  
h
 w

  w 
  bw    hw


 be   hf 
1   1 x  
 bw   
 hw 
 136   12    136   12  
2 3
 12   12 
1   1 x  x 4  6   4     1 x  
 40   40    40   40   40   40  
K=  1,64
 136   12 
1   1 x 
 40   40 
h3 t3
12 12
60 3 12 3
= 1,64 x 35 x = 580 x
12 12
= 1.033.200 cm4 = 83.520 cm4
I balok 1.033.200
4 = =  12,37
Iplat 83.520
P. Balok induk : 40/60 (melintang dengan luivel)

be
hf = 12 cm
hw = 60 cm
bw = 40
cm
be1 = bw + 2 (hw - hf)

= 40 + 2 (60 – 12)
be2 = bw + 8 hf

= 40 + 8.12
= 136 cm
K =
 
2 3
 be   hf  hf   hf   be   hf 
1   1 x  
 x  4  6
h    4h     1 x  
 bw    hw     w   w   bw    hw


 be   hf 
1   1 x  
 bw   
 hw 
 136   12    136   12  
2 3
 12   12 
1   1 x  x 4  6   4     1 x  
 40   40    40   40   40   40  
K=  1,64
 136   12 
1   1 x 
 40   40 
h3 t3
12 12
60 3 12 3
= 1,64 x 35 x = 352,5 x
12 12
= 1.033.200 cm4 = 50.760 cm4
I balok 1.033.200
5 = =  20,355
Iplat 50.760
Q. Balok induk : 40/60 (memanjang dengan luivel)

be
hf = 12 cm
hw = 60 cm
bw = 40
cm
be1 = bw + 2 (hw - hf)

= 40 + 2 (60 – 12)

be2 = bw + 8 hf
= 40 + 8.12
= 136 cm
K =
 
2 3
 be   hf  hf   hf   be   hf 
1   1 x  
 x  4  6
h    4h     1 x  
 bw    hw     w   w   bw    hw


 be   hf 
1   1 x  
 bw   h
 w 

 136   12    136   12  
2 3
 12   12 
1   1 x  x 4  6   4     1 x  
 40   40    40   40   40   40  
K=  1,64
 136   12 
1   1 x 
 40   40 
h3 t3
12 12
60 3 12 3
= 1,64 x 35 x = 237,5 x
12 12
= 1.033.200 cm4 = 34.200 cm4
I balok 1.033.200
6 = =  30,21
Iplat 34.200
1. Balok Luivel Tepi : 20 x 30

be
hf = 12cm
35/55
20/30
hw = 30
20/30
20/30 20/30
cm
bw = 20 cm
be = bw + (hw - hf) be = bw + 4 hf
= 20 + (30-12) = 20 + 4.12

= 38 cm (be yang dipakai) = 68 cm

1
syarat : be – bw < Ln
12
1
68 – 38 < 465
12
30 < 38.75 ………. (OK)

K =
  
2 3
 be   hf  hf   hf   be   hf 
1   1 x  
x 4  6   4    1 x   
 bw    hw  

 
 hw 
 
 hw   bw    hw

 

 be   hf 
1   1 x  
 bw   
 hw 
 38   12    38   12  
2 3
 12   12 
1   1 x   x 4  6   4     1 x   
 20   30    30   30   20   30  
K=  1.343
 38   12 
1   1 x  
 20   30 
h3 t3
12 12
30 3 125 12 3
= 1.343 x 20 x = x
12 2 12
= 60.435 cm4 = 9.000 cm4
Karena Ecbalok = Ec Plat
I balok 60.435
7 = =  6.715
Iplat 9.000
1 1
Jadi αm =   =  (3,598  4,198  22,08  12,37  20,355  30,21  6,715)
7 7
= 14,218
Bedasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 11.5(3(3)) yang mana  m  2 maka ketebalan

plat minimum adalah
 fy   350 
Ln   0.8   545 x 0.8  
h1   1500 
  1500 
 3,625cm
36  5 ( n  0.2) 36  5(1,703)(14,218  0.2)
 fy   350 
Ln   0.8   545   0.8  
 1500  1500 

Riaditya Dwih2Aryadi  132
3106 100  10,97cm
Ijum Kanedi 36  9  36  9(1,
3106 100 711703)
h3 ≥ 9 cm untuk αm > 2
 350 
545 0.8  
1500 
h4    15,643cm
36
t rencana = 12 cm……………..≥ t min1 = 3,625 cm

tmin2 = 10,97 cm
tmin3 = 9 cm
tmax = 15,643 cm
Jadi tebal pelat rencana 12 cm sudah memenuhi syarat untuk lendutan, artinya
lendutan tidak perlu dikontrol lagi jika tebal pelat yang ada lebih besar atau sama dengan
tebal minimum yang disyaratkan di PB’ 89 .9.5.3.
3.3. PEMBEBANAN PADA PLAT
A. Plat Atap
Beban-beban untuk perpustakaan berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia
Untuk Gedung 1983 (PPIUG 1983) :
1. Beban Mati (DL) :

Berat sendiri plat = 0,12 x 2400 = 288 Kg/m2

Berat plafond + rangka = 11 + 7 = 18 Kg/m2

Berat ducting & plumbing = 40 Kg/m2

Berat finishing (2 cm) = 2 x 21 = 42 Kg/m2

Berat aspal (4 cm) = 4 x 14 = 56 Kg/m2 +

DL = 444 Kg/m2
2. Beban hidup ( LL ):

LL = 100 Kg/m2
Kombinasi pembebanan ( qu ):
qu = 1,2 DL+ 1,6 LL
= 1,2 x 402 + 1,6 x 100
= 642.4 Kg/m2 = 6.301,94 N/m2
B. Plat Lantai
Beban-beban untuk perpustakaan berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia
Untuk Gedung 1983 (PPIUG 1983) :
1. Beban mati ( DL )

Berat sendiri plat = 0,12 x 2400 = 288 Kg/m2

Berat plafond+rangka = 11 + 7 = 18 Kg/m2

Finishing (2 cm) = 2 x 21 = 42 Kg/m2

Berat ducting & plumbing = 40 Kg/m2

Berat keramik = 1 x 24 = 24 Kg/m2+
DL = 412 Kg/m2
2. Beban hidup (LL)

Ruang perpustakaan : LL = 400 Kg/m2
Kombinasi pembebanan (qu)
qu = 1,2 DL + 1,6 LL
= 1,2 x 412 + 1,6 x 400
= 1134.4 Kg/m2 = 11.128,464 N/m2
3.4. PERHITUNGAN PENULANGAN PLAT

Tahapan yang digunakan dalam menentukan tulangan lentur plat adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan data-data d, fy, f’c, dan Mu

2. Menentukan batasan harga tulangan dengan menggunakan rasio tulangan yang

disyaratkan sebagai berikut :
0.85 1 f ' c  600 
b   600  fy  ……………..SNI 03-2847-2002 pasal 10.4(3)
fy  
 max  0.75 b ……………..SNI 03-2847-2002 pasal 12.3(3)
1 .4
 min 
fy
3. Hitung rasio tulangan yang dibutuhkan :

1 2 xmxRn 
 1  1  
m  fy 

4. Menentukan luas tulangan (AS) dari  yang didapat

As

bxd
A. Penulangan Plat Atap

Adapun data-data perencanaan untuk penulangan atap:

Dimensi plat : (3,5 x 5,8) m2

Tebal plat : 120 mm

Tebal decking : 40 mm

Diameter tulangan rencana : 8 mm

Mutu tulangan baja : 350 MPa

Mutu beton : 30 MPa, β1 = 0.85

dx = 120 – 40 – ½ (8) = 76 mm
dy = 120 – 40 – 8 – ½ (8) = 68 mm
Perhitungan Momen Plat :

qu = 642.4 Kg/m2 = 6.301,94 N/m2
dx = 76 mm
dy = 68 mm
0.85 1 f ' c  600  0.85 x0.85 x30  600 
b    =   = 0,039
fy  600  fy  350  600  350 
 max  0.75 b = 0.75 x 0.039 = 0.0293

1,4 1,4
 min  =  0.0040
fy 350
fy 350
m = 0.85 f ' c = = 13.726
0.85 x30
Lx = 350
 Ly
40 = 580
40 
Ly = 580 -    = 540 cm
 2 2 
 40 30 
Lx = 350 -    = 315 cm
 2 2 
Ly 540
    1,71 < 2 (two way slab)
Lx 315
Dengan menggunakan koefisien momen PBI 1971 tabel 13.3.2 didapat persamaan
momen sebagai berikut : (Ly/Lx = 1,71)
Mlx = 0.001 . qu . Lx2 . X = 0.001 x 6.301,94 x 3,202 x 38,2 = 2.465,12 Nm
Mly = 0.001 . qu . Lx2 . X = 0.001 x 6.301,94 x 3,202 x 13,9 = 896,99 Nm
Mtx = -0.001 . qu . Lx2 . X = -0.001 x 6.301,94 x 3,202 x 81,1= -5.233,53 Nm
Mty = -0.001 . qu . Lx2 . X = -0.001 x 6.301,94 x 3,202 x 57 = -3.678,316 Nm
Dimana : Mlx = Momen lapangan arah x
Mly = Momen lapangan arah y
Mtx = Momen tumpuan arah x
Mty = Momen tumpuan arah y
X = Nilai konstanta dari perbandingan Ly/Lx

 Perhitungan penulangan tumpuan arah X

Mu = 5.233,53 Nm
Mu 5.233,53
Mn = φ = 0,8
= 6.541,913 Nm = 6.541.913 Nmm
Mn 6.541.913
Rn = 2 = = 1,416 N/mm2 = 1,416 MPa
 x b x dx 0.8 x 1000 x (76) 2
1  2m  Rn  1  2  13,726  1,416 
perlu = m 1  1  fy

 = 13.726 1  1  350
 = 0.00417

   
perlu = 0.00417 > min  0.0040

min < perlu < max
pakai = perlu = 0.00417
Asperlu =  . b . d
= 0.00417 x 1000 x 76
= 316,92 mm2
Astulangan rencana = 0,25 x 3,14 x 82 = 50,24 mm2
316,92
Jumlah tulangan = 50,24  6,31  7 buah
1000
Jarak antar tulangan =  142,8 mm ( Diambil 140 mm)
7
Dipasang tulangan lentur  8–140 ( As pakai = 351,68 mm2 )
 Perhitungan tulangan tumpuan & lapangan arah Y

Mu = 3.678,316 Nm
Mu 3.678,316
Mn = φ = 0,8
= 4.597,895 Nm = 4.597.895 Nmm
Mn 4.597.895
Rn =  x b x dy 2 = = 1,243 = 1,243 MPa
0.8 x1000  68 2
1  2m  Rn  1  2  13,726  1,243 
perlu = m 1  1  fy
= 1 
 13.726 
1
350  = 0,00364
   
perlu = 0,00364 < min  0.0040

pakai = min = 0.0040
As = . b . d
= 0,0040 x 1000 x 68
= 272 mm2


272
1000
Jarak antar tulangan =  166,67 mm( Diambil 160 mm)
6
Dipasang tulangan lentur  8–165 ( As pakai = 301,44 mm2 )
B. Penulangan Plat Lantai

Adapun data-data perencanaan untuk penulangan atap:

Dimensi plat : (3.5 x 5) m2

Tebal plat : 120 mm

Tebal decking : 40 mm

Diameter tulangan rencana : 10 mm

Mutu tulangan baja : 350 MPa

Mutu beton : 30 MPa, β1 = 0.81

dx = 120 – 40 – ½ (10) = 75 mm
dy = 120 – 40 – 10 – ½ (10) = 65 mm
Perhitungan Momen Plat :

qu = 1134.4 Kg/m2 = 11.128,464 N/m2
dx = 75 mm
dy = 65 mm
0.85 1 f ' c  600  0.85 x0.85 x30  600 
b    =    0.039
fy  600  fy  350  600  350 
 max  0.75 b = 0.75 x 0.039 = 0.02925
1 .4 1.4
 min  =  0.0040
fy 350
fy 350
m   13.726
0.85 f ' c 0.85 x30
Lx = 350

Ly = 580
 40 40 
Ly = 580 -    = 540 cm
 2 2 
 40 30 
Lx = 350 -    = 315 cm
 2 2 
Ly 540
    1,71 < 2 (two way slab)
Lx 315
Dengan menggunakan koefisien momen PBI 1971 tabel 13.3.2 didapat persamaan
momen sebagai berikut : (Ly/Lx = 1,71)
Mlx = 0.001 . qu . Lx2 . X = 0.001 x 11.128,464 x 3,202 x 38,2 = 4.353,10 Nm
Mly = 0.001 . qu . Lx2 . X = 0.001 x 11.128,464 x 3,202 x 13,9 = 1.583,98 Nm
Mtx = -0.001 . qu . Lx2 . X = -0.001 x 11.128,464 x 3,202 x 81,1= -9.241,789 Nm
Mty = -0.001 . qu . Lx2 . X = -0.001 x 11.128,464 x 3,202 x 57 = -6.495,462 Nm
Dimana : Mlx = Momen lapangan arah x
Mly = Momen lapangan arah y
Mtx = Momen tumpuan arah x
Mty = Momen tumpuan arah y
X = Nilai konstanta dari perbandingan Ly/Lx
 Perhitungan penulangan tumpuan arah X

Mu 9.241.789 Nmm
Mu 9.241.789
Mn = φ = 0,8
= 11.552.236,25 Nmm

Mn 11.552.236 ,25
Rn = 2 = = 2,567 = 2,567 MPa
 x b x dx 0.8 x 1000 x 75 2
1  2m  Rn  1  2 13,726  2,567 
perlu = m 1  1  fy

 = 13,726 1  1  350
 = 0.00775

   

perlu = 0,00775 > min  0.0040
As = . b . d
= 0,00775 x 1000 x 75
= 581,25 mm2
581,25
Jumlah tulangan =  7,40  8 buah
78,5
1000
Jarak antar tulangan =  125 mm
8
Dipasang tulangan lentur  10– 125 ( As pakai = 549,5 mm2 )
 Perhitungan tulangan tumpuan & lapangan arah Y

Mu = 6.495.462 Nmm
Mu 6.495.462
Mn = φ = 0,8
= 8.119.327,5 Nmm
Mn 8.119.327, 5 2
Rn =  x b x dy 2 = 2 = 2,402 N/mm = 2,402 MPa
0.8 x1000  65
1  2m  Rn  1  2  13,726  2,402 
perlu = m 1  1  fy

 = 13,726 1  1  350  = 0.00722
   

perlu = 0,00722 > min  0.0040
As = . b . d
= 0,00722 x 1000 x 65
= 469,3 mm2
469,3
1000
Jarak antar tulangan =  166,67 mm ( Diambil 160 mm)
6
Dipasang tulangan lentur  10–165 ( As pakai = 471 mm2 )

Kesimpulan :
 Untuk plat atap:
-
Arah x menggunakan tulangan  8–140 ( As pakai = 351,68 mm2 )
-
Arah y menggunakan tulangan  8–160 ( As pakai = 301,44 mm2 )
 Untuk plat lantai:
-
Arah x menggunakan tulangan  10– 125 ( As pakai = 549,5 mm)
-
Arah y menggunakan tulangan  10–160 ( As pakai = 471 mm2 )
 Kontrol Lendutan Pelat Atap

Untuk arah X
100 cm
12 cm
Tulangan Ø 8-140
As = 351,68 mm2 = 3,5168 cm2
Mmax = 5.233,53 Nm
MD = 0.001 x 1,2 x 402 x 9,81 x 3,202 x 81,1= 3.930,04 Nm
ML = 0.001 x 1,6 x 100 x 9,81 x 3,202 x 81,1= 1.303,50 Nm
Menghitung Ig dan Icr

1
Ig = x 100 x 123 = 14400 cm4 = 1.44 x 108 mm4
12
Penampang retak transformasi :

100 2
x = 3,5168 (7,6 – x)
2
50x2 = 26,728 – 3,5168x
50x2 + 351,68x - 26,728 = 0
X1 = 0,767
X2 = -0,697
Ec = 4700 f 'c = 4700 30 = 25.742,96 MPa
Es = 200000 MPa
Es 200000
n= = 25.742,96 = 7,77
Ec
1
Icr = b dx3 + n . As . (dx – x)2
3
1
= . 1000 . 763 + 7,77 x 351,68 (76 – 7,67)2
3
= 1.59 x 108 mm4
Menghitung Ie
fr.I g 0,7 30  1,44  108
Mcr = = = 9.201.738,966 Nmm
Yt 60
Lendutan akibat beban mati :

M cr 9.201738,966
= = 2,341
M max 3.930.040
 M 
3
  M 
3

Ie =  cr  Ig + 1   cr
  Icr
 M max    M max  
= (2,341)3 x 1.44 x 108 + [1-(2,341)3] x 1,59 x 108

= -3,3 x 107 mm4
3
 M 
Ie akan diperoleh hasil yang negatif (<Ig) karena  cr  > 1, sehingga dipakai Ie = Ig
 M max 
Lendutan akibat beban mati dan hidup :

M cr 9.201.738,966
= = 1,758
M max 5.233.530
 M 
3
  M 
3

Ie =  cr  Ig + 1   cr
  Icr
 M max    M max  
Ie = (1,758)3 x 1,44 x 108 + [1 – (1,758)3] x 1,59 x 108

= 7,75 x 107 mm4
Lendutan jangka pendek :
Akibat beban mati
5 ML2
(Δi)D =
48 Ec I e
5 3.930.040  5000 2
=
48 25.742,96  1,44 x 108
= 2,76 mm
Akibat beban mati dan hidup
5 ML2
(Δi)D+L =
48 Ec I e
5 5.233.530  5000 2
=
48 25.742,96  7,75 x 10 7
= 6,83 mm
Lendutan seketika akibat beban hidup
(Δi)L = (Δi)D+L - (Δi)D
= 6,83 – 2,76
= 4,07 mm
 Lendutan jangka panjang :
Lendutan akibat rangkak dan susut
 A
λ = 1  50  ' → ρ’ = s = 0 , ε = 2 → untuk pembebanan ≥ 5 tahun
bd
2
Δtotal = Δcp + δh = λ(Δi)D = x 0,82 = 1,64 mm
1 0
Untuk konstruksi atap yang menahan/berhubungan dengan komponen non
struktural yang mungkin tidak rusak akibat lendutan yang besar, batas lendutan
L
240

L
Syarat : (Δi)L + (Δcp + δh) <
240
5000
4,07 + 1,64 <
240
5,71 < 20,83 ..............OK !
Untuk arah Y
100 cm
12 cm
Tulangan Ø 8-140
As = 351,68 mm2 = 3,5168 cm2
Mmax = 3.678,316 Nm
MD = 0.001 x 1,2 x 402 x 9,81 x 3,202 x 57= 2.762,17 Nm

1
Ig = x 100 x 123 = 14400 cm4 = 1.44 x 108 mm4
12
100 2
x = 3,5168 (6,8 – x)
2
50x2 = 26,728 – 3,5168x
50x2 + 351,68x – 23,91 = 0

X1 = 0,727
X2 = -0,657
Ec = 4700 f 'c = 4700 30 = 25.742,96 MPa
Es = 200000 MPa
Es 200000
n= = 25.742,96 = 7,77
Ec
1
Icr = b dx3 + n . As . (dx – x)2
3
1
= . 1000 . 683 + 7,77 x 351,68 (68 – 7,27)2
3
= 1,14 x 108 mm4
Menghitung Ie
fr.I g 0,7 30  1,44  108
Mcr = = = 9.201.738,966 Nmm
Yt 60

M cr 9.201.738,966
= = 3,33
M max 2.762.170
 M 
3
  M 
3

Ie =  cr  Ig + 1   cr
  Icr
 M max    M max  
Ie = (3,33)3 x 1,44 x 108 + [1 – (3,33)3] x 1,14 x 108

= 12,22 x 108 mm4

M cr 9.201.738,966
= = 2,5
M max 3.678.316
 M 
3
  M 
3

Ie =  cr  Ig + 1   cr
  Icr
 M max    M max  

= (2,5)3 x 1.44 x 108 + [1-(2,5)3] x 1,14 x 108

= 5,83 x 108 mm4
Akibat beban mati
5 ML2
(Δi)D =
48 Ec I e
5 2.762.170  5000 2
=
48 25.742,96  12,22 x 108
= 0,23 mm

5 ML2
(Δi)D+L =
48 Ec I e
5 3.678.316  5000 2
=
48 25.742,96  5,83 x 10 8
= 0,64 mm
= 0,64 – 0,23
= 0,41 mm
 A
bd
2
1 0
L
240
L
240
5000
0,41 + 0,46 <
240
0,87 < 20,83 ..............OK !

 Kontrol Lendutan Pelat Lantai 1 dan 2

Untuk arah X
100 cm
12 cm
Tulangan Ø 10-125
As = 628 mm2 = 6,28 cm2
Mmax = 9.241,789 Nm
MD = 0.001 x 1,2 x 412 x 9,81 x 3,202 x 81,1= 4.027,8 Nm

1
Ig = x 100 x 123 = 14400 cm4 = 1.44 x 108 mm4
12
100 2
x = 6,28 (7,6 – x)
2
50x2 = 26,728 – 3,5168x
50x2 + 351,68x - 26,728 = 0
X1 = 1,042
X2 = -0,92
Ec = 4700 f 'c = 4700 30 = 25.742,96 MPa
Es = 200000 MPa

Es 200000
n= = 25.742,96 = 7,77
Ec
1
Icr = b dx3 + n . As . (dx – x)2
3
1
= . 1000 . 763 + 7,77 x 628 (76 – 10,42)2
3
= 1.67 x 108 mm4
Menghitung Ie
fr.I g 0,7 30  1,44  108
Mcr = = = 9.201.738,966 Nmm
Yt 60

M cr 9.201.738,966
= = 1,54
M max 4.027.800
 M 
3
  M 
3

Ie =  cr  Ig + 1   cr
  Icr
 M max    M max  
= (1,54)3 x 1.44 x 108 + [1-(1,54)3] x 1,67 x 108

= -8,4 x 107 mm4
3
 M 
Ie akan diperoleh hasil yang negatif (<Ig) karena  cr  > 1, sehingga dipakai Ie = Ig
 M max 
M cr 9.201.738,966
= = 0,977
M max 9.241.789
 M 
3
  M 
3

Ie =  cr  Ig + 1   cr
  Icr
 M max    maxM  
Ie = (0,977)3 x 1,44 x 108 + [1 – (0,977)3] x 1,67 x 108

= 1,46 x 108 mm4

Akibat beban mati

5 ML2
(Δi)D =
48 Ec I e
5 4.027.800  5000 2
=
48 25.742,96 1,44 x 10 8
= 2,83 mm
5 ML2
(Δi)D+L =
48 Ec I e
5 9.421.789  5000 2
=
48 25.742,96 1,45 x 108
= 6,57 mm
= 6,57 – 2,83
= 3,74 mm
 A
bd
2
1 0
L
240
L
240
5000
3,74 + 5,66 <
240
9,4 < 20,83 ..............OK !

Untuk arah Y
100 cm
12 cm
Tulangan Ø 10-160
As = 628 mm2 = 6,28 cm2
Mmax = 6.495,462 Nm
MD = 0,001 x 1,2 x 412 x 9,81 x 3,202 x 57= 2.830,89 Nm

1
Ig = x 100 x 123 = 14400 cm4 = 1.44 x 108 mm4
12
100 2
x = 6,28 (6,8 – x)
2
50x2 = 4270,4 – 628x
50x2 + 628x – 4270,4 = 0
X1 = 0,989
X2 = -0,864
Ec = 4700 f 'c = 4700 30 = 25.742,96 MPa
Es = 200000 MPa
Es 200000
n= = 25.742,96 = 7,77
Ec

1
Icr = b dx3 + n . As . (dx – x)2
3
1
= . 1000 . 683 + 7,77 x 628 (68 – 9,89)2
3
= 1,21 x 108 mm4
Menghitung Ie
fr.I g 0,7 30  1,44  108
Mcr = = = 9.201.738,966 Nmm
Yt 60

M cr 9.201.738,966
= = 3,25
M max 2.830.890
 M 
3
  M 
3

Ie =  cr  Ig + 1   cr
  Icr
 M max    M max  
Ie = (3,25)3 x 1,44 x 108 + [1 – (3,25)3] x 1,21 x 108

= 9,1 x 108 mm4

M cr 9.201.738,966
= = 1,42
M max 6.495.462
 M 
3
  M 
3

Ie =  cr  Ig + 1   cr
  Icr
 M max    maxM  
= (1,42)3 x 1.44 x 108 + [1-(1,42)3] x 1,21 x 108

= 1,87 x 108 mm4
Akibat beban mati
5 ML2
(Δi)D =
48 Ec I e
5 2.830.890  5000 2
=
48 25.742,96  9,1 x 108

= 0,32 mm

5 ML2
(Δi)D+L =
48 Ec I e
5 6.495.462  5000 2
=
48 25.742,96  1,87 x 108
= 3,51 mm
= 3,51 – 0,32
= 3,19 mm
 A
bd
2
1 0
L
240
L
240
5000
3,19 + 0,32 <
240
3,51 < 20,83 ..............OK !

 Kontrol retak
Bila tegangan leleh rencana fy untuk tulangan tarik melebihi 300 MPa maka
penampang dengan momen positif dan negatif maksimum harus dirancang sedemikian
hingga nilai z yang diberikan oleh
z = fs 3 dc.A .................................SNI 03-2847-2002 pasal 12.6 (4)
tidak melebihi 25 MN/m untuk penampang yang dipengaruhi cuaca luar, dimana :
fs = tegangan dalam tulangan yang dihitung pada beban kerja dapat diambil 0.6 fy
= 0.6 x 350 = 210 MPa
dc = tebal selimut beton diukur dari serat tarik terluar ke pusat batang tulangan
= 40 + ½ x 10 = 45 mm
A = luas efektif beton tarik disekitar lentur tarik dan mempunyai titik pusat yang
sama dengan titik pusat tulangan tersebut dibagi dengan jumlah batang tulangan
 1 
 40  x10 
2
= 2  8
1000

= 11.250 mm2 = 1,125 x 10-2 m2
 
 
z = 210 x 3
0.045  1,125 x 10 -2 = 16,74 MN/m < 25 MN/m.........................OK!

PERENCANAAN TANGGA
 DATA PERENCANAAN
1. TANGGA LANTAI DASAR
2.90
2.90
1.50 5.50
-
Tinggi Lantai : 430 cm
-
Tanjakan (t) : 15 cm
-
Injakan (i) : 30 cm
-
Lebar Tangga : 290 cm
-
Tebal plat tangga (tp) : 12 cm
-
Tebal plat bordes : 12 cm
-
430
Jumlah tanjakan (nT ) : = 29 buah
15
-
Jumlah injakan ( ni ) : 29 – 1 = 28 buah
-
Jumlah tanjakan ke bordes : 15 buah
2.15
5.50 1.50

-
Jumlah tanjakan dari bordes ke lantai 2 :29 – 15 = 14 buah
-
Elevasi bordes : 15 x 15 = 225 cm
-
Lebar bordes : 150 cm
-
Panjang bordes : 580 cm
-
Panjang horisontal plat tangga : 30 x 15 = 450 cm
-
225
Kemiringan tangga (α) : arc tan α = = 0,5 → α = 26.57o
450
-
Cek syarat :
1. 60   2t  i   65  2t +i =2 (15) + 30 = 60 …………OK!!
2. 25    40    26.57 …………OK!!
- Tebal plat rata-rata anak tangga = (i/2) sin 
= (30/2) sin 26.57 o
= 6.709 cm
- Tebal plat rata-rata (tr) = tp + tr
= 12 + 6.709
= 18.709 cm ~ 20 cm
VI.2. PERHITUNGAN PEMBEBANAN

A. Plat tangga :
 Beban Mati (qd) :
- 0.2 x 2400kg / m 3 x1m

Berat sendiri pelat : = 536.68 kg/m2
cos 26.57
-
Berat ubin ( 2cm ) : 2x24 kg/m2 = 48 kg/m2
-
Berat spesi ( 2 cm ) :2x21 kg/m2 = 42 kg/m2
-
Berat pegangan = 10 kg/m2
qd = 636.68 kg/m2
 Beban hidup (ql ) :
-
Beban hidup pada tangga = 500 kg/m2
Kombinasi Pembebanan : qu = 1,2 qd +1,6 ql
= 1.2 x 636.68 + 1.6 x 500
= 1564.016 kg/m2

B. Plat Bordes :
 Beban Mati (qd) :
-
Berat sendiri pelat : 0.12x2400 kg/m2 = 288 kg/m2
-
Berat ubin (2cm) : 2x24 kg/m2 = 48 kg/m2
-
Spesi (2 cm) : 2x21 kg/m2 = 42 kg/m2
-
Berat pegangan = 10 kg/m2
qd = 388 kg/m2
 Beban hidup (ql ) :
-
Beban hidup pada tangga = 500 kg/m2
Kombinasi Pembebanan : qu = 1,2 qd +1,6 ql
= 1.2 x 388 + 1.6 x 500
= 1265.6 kg/m2
VI.3. PERHITUNGAN GAYA BATANG
q1=1564,016kg/m'
q1=1266kg/m'
B C
240 cm
26,57°
A 480 cm 150 cm
A. Reaksi Perletakan
q1 = 1564.016 kg/m2 x 1m = 1564.016 kg/m
q2 = 1265.6 kg/m2 x 1m = 1266 kg/m
 ΣH=0  HA = 0
 Σ Ma = 0
Rc (7) – q2 (1.5) (6.25) - q1 (5.5) (2.75) = 0
(1266)(1.5)(6.25)  (1564.016)(5.5)( 2.75)
Rc =
7
Rc = 5074.9274 kg

 Σ Mc = 0
Ra (7) – q1 (5.5) (4.25) - q2 (1.5) (0.75) = 0
(1564.016)(5.5)(4.25)  (1266)(1.5)(0.75)
Ra =
7
37983.124
=
7
= 5426.16057 kg
 ΣV=0
Ra + Rc –( q1 ) (5.5) – (q2)(1.5) = 0
5426.16057 + 5074.9274 – (1564.016)(5.5) - (1266)(1.5) = 0
10501.0879 – 10501.088 = 0
0 = 0 .......OK!!
B. Gaya Dalam
 B–C:
- Bidang N : Nbc =0
- Bidang D : Dc = -Rc = -5074.9274kg
Db knn = - Rc + q2 (1.5) = -31759274 kg
- Bidang M : Mc = 0
M max : Dx2 =0
Rc – q2 . X2 =0
5074.9274
X2 = = 4.0086 cm
1266
M max = Mb knn = Rc (1.5) – 0.5 q2 (1.5)2 = 6188.14 kgm
 A–B:
- Bidang N : Na = - Ra sin  + Ha cos 
= - 5426.16057 sin 26.57o + 0
= - 2427.0719 kg
Nb = - Na + (q sin  . L ab)
= -2427.0719 + (1564.016 sin 26.57o x 5.905)
= 1693.7944 kg
- Bidang D : Da = Ra cos  - Ha sin 
= 5426.16057 cos 26.57o – 0
= 4853.0959 kg

Db kr= Da – (q cos  . L ab)

= 4853.0959 – 8260.1385
= -3407.0426 kg
- Bidang M : Ma =0
M max : Dx = 0
Ra – q . X1 = 0
5426.16057
X1 = = 3.4693 m
1564.016
M max = (4853.0959) (3.4693) – 0.5 (1564.016)( 3.4693)2
= 7424.5640 kgm
Mb kr= Ra (5.5) – 0.5 q (5.5)2 = 6188.1411 kgm
 Gambar Gaya Dalam :
q1=1564,016kg/m'
q1=1266kg/m'
B C
240 cm
26,57°
A 480 cm 150 cm
VI.4. PERHITUNGAN PENULANGAN

A. Plat Tangga
 Ln = 590.5 cm
 Sn = 290 cm
Ln 590.5
- β=   2.036  2 ( tulangan satu arah )
Sn 290
 Momen tumpuan = 0 kgm

 Momen lapangan = 7592.745 kgm
 fc’ = 30 Mpa β1 = 0,81
 fy = 350 Mpa
0,85. 1 . fc' 600
- ρbalance = .
fy (600  fy )
0,85.0,81.30 600
= . = 0,036
350 (600  350)
- ρmaks = 0.75 x ρbalance = 0.75 x 0.036 = 0.027
-  min = 1.4 = 1.4 = 0.0035

fy 400
fy 400
- m= = = 13.45
0.85. f ' c 0.85.(35)
 Penulangan lentur
Data-data :
- Tebal pelat tangga (h) : 120 mm
- Panjang (b) : 1000 mm ( per 1 m)
- Direncanakan tulangan : diameter 16 mm
- Tebal selimut beton (d’) : 20 mm
dx = 120 – 20 – ( ½ x 16) = 92 mm
- Mu = 7592.745 kgm
- Perhitungan penulangan :
Mu 7592.745  9.81  1000
Mn = = = 93106035.56 N-mm
φ 0,8
Mn 93106035.56
Rn = 2 = = 11 N/mm2
bd 1000  92 2
1  2m  Rn 
 = 1  2  13.45  11 
perlu =  1 1   1 1 
m fy  13.45  400 
= 0.036 > max
pakai = 0.027
Aspakai =   b  d = 0.027  1000  92

= 2484 mm2
Smax = 2 x tebal plat = 2 x 120 = 240 mm
Maka dipasang tulangan 13 D16 - 115 (2612.48 mm2 )
- Untuk tulangan pembagi digunakan

As perlu = 0.2 Aspakai = 0.2 x 2484 = 496.8 mm²
Maka dipasang tulangan 18 D6 – 300 (508.68 mm2)
B. Plat Bordes
 Ln = 300 cm
 Sn = 150 cm
Ln 300
- β=   2  2 ( tulangan satu arah )
Sn 150
 Momen tumpuan = 0 kgm
 Momen lapangan = 5375.014 kgm
 fc’ = 35 Mpa β1 = 0,81
0,85. 1 . fc' 600
- ρbalance = .
fy (600  fy )
0,85.0,81.30 600
= . = 0,036
400 (600  400)
- ρmaks = 0.75 x ρbalance = 0.75 x 0.036 = 0.027
-  min = 1.4 = 1.4 = 0.0035

fy 400
fy 400
- m= = = 13.45
0.85. f ' c 0.85.(35)
 Penulangan lentur
Data-data :
- Tebal pelat bordes (h) : 120 mm
- Panjang (b) : 1000 mm ( per 1 m)
- Direncanakan tulangan : diameter 16 mm
- Tebal selimut beton (d’) : 20 mm
dx = 120 – 20 – ( ½ x 16) = 92 mm
- Mu = 5375.014 kgm
- Perhitungan penulangan :
Mu 5375.014  9.81  1000
Mn = = = 65911109.18 N-mm
φ 0,8

Mn 65911109.1 8
Rn = 2 = = 7.79 N/mm2
bd 1000  92 2
1 2m  Rn  1  2  13.45  7.79 
perlu = 1  1   = 1  1  

m fy  
13.45  400 
 
= 0.023
pakai = 0.023
Aspakai =   b  d = 0.023  1000  92
= 2116 mm2
Smax = 2 x tebal plat = 2 x 120 = 240 mm
Maka dipasang tulangan 11 D16-130 (2210.56 mm2 )
- Untuk tulangan pembagi digunakan
As perlu = 0.2 Aspakai = 0.2 x 2116 = 442.112 mm²
Maka dipasang tulangan 16 D16 – 320 (452.16 mm2)



Beton 2

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

Beton 2

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

Struktur Beton Gedung Tahan Gempa

1.1. Konsep Perancangan Struktur gedung tahan gempa

Elemen Struktur Daktail

Riaditya Dwi Aryadi 3106 100 132

1.2. Filosofi Desain

 KESIMPULAN== Faktor reduksi sebagai faktor keamanan untuk mengantisipasi

 U(kuat perlu)= load factor x service load(beban layan)

Riaditya Dwi Aryadi 3106 100 132

 Perbedaan berat jenis beban

 R(kuat nominal)  kekuatan komponen struktur atau penampang yang dihitung

1.3. Open Frame

Riaditya Dwi Aryadi 3106 100 132

Riaditya Dwi Aryadi 3106 100 132

2.1. DATA BAHAN

2.3. METODE YANG DIGUNAKAN

2.4. ITEM PEMBEBANAN

Riaditya Dwi Aryadi 3106 100 132

2.5. PERENCANAAN DIMENSI BALOK

Riaditya Dwi Aryadi 3106 100 132

 Balok Induk Arah Memanjang : L = 580 cm

Direncanakan dimensi balok induk memanjang 40/60 cm

Riaditya Dwi Aryadi 3106 100 132

Direncanakan dimensi balok induk melintang 40/60 cm

 Balok Luivel : L = 125 cm

2.6 PERENCANAAN DIMENSI KOLOM

Riaditya Dwi Aryadi 3106 100 132

Berdasarkan PPIUG 1983 tabel 2.1 :

Berdasarkan PPIUG 1983 tabel 3.1

Riaditya Dwi Aryadi 3106 100 132

Berat Total = 33.930,00 Kg

Dimensi awal  b2 = 2.777,12 cm 2

 Tabel ukuran dimensi balok dan kolom

Riaditya Dwi Aryadi 3106 100 132

3.1. DASAR PERHITUNGAN DIMENSI PLAT

dan tidak boleh kurang dari 120 mm

dan tidak boleh kurang dari 90 mm

Perumusan untuk mencari lebar flens pada balok : be

 be = jarak pusat ke pusat balok

 Plat satu arah (one way slab)

Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 10.10(2) dan pasal 10.10(3) disebutkan

Dari kedua be tersebut diambil nilai yang terkecil. hw

Dari kedua be tersebut diambil nilai yang terkecil.

Riaditya Dwi Aryadi 3106 100 132

3.2. PERHITUNGAN TEBAL PLAT

Riaditya Dwi Aryadi 3106 100 132

 Tebal pelat rencana : untuk atap = 12 cm dan untuk lantai = 12 cm

Riaditya Dwi Aryadi 3106 100 132

Riaditya Dwi Aryadi 3106 100 132

= 181.333,33 cm4 = 43.200 cm4

B. Balok induk : 40 /60 (memanjang)

be1 = bw + 2 (hw - hf)

Riaditya Dwi Aryadi 3106 100 132

C. Balok induk : 40 /60 (melintang dengan luivel)

be1 = bw + 2 (hw - hf)

Riaditya Dwi Aryadi 3106 100 132

D. Balok induk : 40 /60 (melintang)

be1 = bw + 2 (hw - hf)

Riaditya Dwi Aryadi 3106 100 132

Dan tidak boleh kurang dari 9 cm

Riaditya Dwi Aryadi 3106 100 132

Riaditya Dwi Aryadi 3106 100 132

= 59 cm (be yang dipilih)

= 181.333,33 cm4 = 50.400 cm4

F. Balok induk : 40 /60 (memanjang dengan luivel)