Anda di halaman 1dari 7

Journal of Marine and Coastal Science Vol.

8 (2) – June 2019

Proses Pengalengan Ikan Tuna (Canned Tuna) dengan Suhu Tinggi di PT.
Aneka Tuna Indonesia, Pasuruan

Canning Process Tuna (Canned Tuna) with High Temperatures in PT. Aneka
Tuna Indonesia, Pasuruan

I Made Satya Widnyana1 dan Hari Suprapto1*

1Departemen Manajemen dan Kesehatan Ikan, Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Keluatan, Universitas
Airlangga, Surabaya, Indonesia

Koresponding: Hari Suprapto, Departemen Manajemen dan Kesehatan Ikan, Budidaya Perairan Fakultas
Perikanan dan Keluatan, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia

E-mail: harisuprapto@fpk.unair.ac.id

Abstrak
Ikan tuna merupakan salah satu komoditas ekspor andalan dari Indonesia. Samudera Hindia memiliki
potensi sumberdaya ikan pelagis besar diantara nya termasuk ikan tuna yaitu sebesar 386.260 ton
per tahun dengan produksi sebesar 188.280 ton per tahun dan tingkat pemanfaatan sebesar 48,74%.
Tujuan dari Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk memperoleh tambahan ilmu pengetahuan,
pengalaman dan keterampilan dalam proses pengalengan ikan tuna dengan suhu tinggi di PT. Aneka
Tuna Indonesia, Pasuruan. Pelaksanaan kegiatan praktek kerja lapang ini dilaksanakan di PT. Aneka
Tuna Indonesia, Pasuruan, pada tanggal 18 Januari sampai tanggal 19 Februari 2016. Metode kerja
yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode deskriptif dengan pengambilan data
meliputi data primer dan data sekunder. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi,
wawancara, partisipasi aktif, dan studi pustaka. Produk tuna kaleng awalnya berasal dari penerimaan
bahan baku ikan tuna lalu dilakukan pengelompokan ukuran setiap jenis ikan, dimasukan cold
storage, pencucian atau dilakukan thawing, pemotongan atau cutting, selanjutnya dimasak atau
cooking, dilakukan showering atau fish cooling, setelah itu dilakukan pre cleaning dan cleaning,
dilakukan metal detecting, dan selanjutnya pengisian daging, pengisian medium, penutupan kaleng
atau seaming, sterilisasi, diinkubasi (disimpan di gudang), dilakukan labeling and packaging, dan
terakhir dikumpulkan ke kontainer atau stuffin.

Kata kunci: Ikan Tuna, Tuna Kaleng, Proses Pengalengan Tuna.

Abstract
Tuna is one of the main export commodities from Indonesia. Indian Ocean has the potential of large
pelagic fish resources among them include tuna amounting to 386.260 tonnes per year with a
production of 188.280 tons per year and the utilization rate of 48.74%. The purpose of this field
practice is to acquire additional knowledge, experience and skills in the process of canning tuna with
high temperatures in the PT. Aneka Tuna Indonesia, Pasuruan. This field practice was held in PT.
Aneka Tuna Indonesia, Jl. Surabaya-Malang Km. 38 Desa Gempol, Kecamatan Gempol, Kabupaten
Pasuruan, East Java at January 18 th until February 19 th, 2015. the practice used descriptive method
and took data with primary and secondary data. The data retrieved from observation, interview, active
participation, and literature review. Products canned tuna was originally derived from the receipt of
raw materials tuna, then do the grouping size of each type of fish, included cold storage, wash or do
thawing, cutting or cutting, then cooked or cooking, done showering or fish cooling, after that is done
pre cleaning and cleaning, do metal detecting, and subsequent filling of meat, charging medium,
closing cans or seaming, sterilization, incubated (stored in warehouses), performed labeling and
packaging, and finally collected into containers or stuffing.

Keywords: Tuna, Canned Tuna, Canning Process Tuna.

66
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 8 (2) – June 2019

ma ikan dan hasil perikanan lainnya, dari


1. Pendahuluan
pembusukan. Dalam pengalengan ini da-
Ikan tuna merupakan salah satu ya awet ikan yang diawetkan jauh lebih
komoditas ekspor andalan dari Indonesia. bagus dibandingkan pengawetan cara
Penangkapan tuna dilakukan dengan alat lain. Namun dalam hal ini dibutuhkan
tangkap longline sudah dimulai sejak penanganan yang lebih intensif serta
tahun 70an (Simorangkir, 2000). Jumlah ditunjang dengan peralatan yang serba
kapal tuna longline juga meningkat dari otomatis. Sebab dalam proses penga-
tahun ke tahun. Produksi tuna tahun 2007 lengan, ikan atau hasil perikanan lain
sebesar 191.558 ton (Andamari et al., dimasukkan dalam suatu wadah yang
2012). Samudera Hindia memiliki potensi ditutup rapat agar udara maupun
perikanan yang cukup tinggi yaitu sebesar mikroorganisme perusak yang datang dari
6.409 juta ton per tahun dengan potensi luar tidak dapat masuk. Selanjutnya
yang dimanfaatakan sebesar 5.127 juta wadah dipanasi pada suhu tertentu dalam
ton per tahun. Samudera Hindia memiliki jangka waktu tertentu pula untuk
potensi sumberdaya ikan pelagis besar mematikan mikroorganisme yang ikut
diantara nya termasuk ikan tuna yaitu terbawa pada produk yang dikalengkan
sebesar 386.260 ton per tahun dengan (Murniyati dan Sunarman, 2004). Praktek
produksi sebesar 188.280 ton per tahun Kerja Lapang ini dilakukan di PT. Aneka
dan tingkat pemanfaatan sebesar 48,74% Tuna Indonesia agar mengetahui lang-
(Dahuri, 2002). sung proses pengalengan ikan tuna.
Kandungan protein yang cukup tinggi
2. Material dan Metode
pada ikan menyebabkan ikan mudah
rusak bila tidak segera dilakukan
Material
pengolahan dan pengawetan. Pengawet-
Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini
an bertujuan untuk memperpanjang masa
dilaksanakan di PT Aneka Tuna
simpan bahan pangan tersebut. Salah
Indonesia, Jl. Surabaya-Malang Km. 38
satu usaha untuk meningkatkan daya
Desa Gempol, Kecamatan Gempol,
simpan dan daya awet pada produk ikan
Kabupaten Pasuruan, Propinsi Jawa
adalah dengan pengalengan ikan (Wulan-
Timur. Pengambilan data dilakukan deng-
dari et al., 2009). Teknik pengawetan
an proses observasi atau pengamatan
pangan yang dapat diterapkan dan
langsung, dan wawancara.
banyak digunakan adalah pengawetan
dengan suhu tinggi, contohnya adalah Metode
pengalengan ikan tuna. Pengalengan
Metode kerja yang akan digunakan
merupakan salah satu cara untuk
dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapang
menyelamatkan bahan makanan, teruta-

67
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 8 (2) – June 2019

ini adalah dengan menggunakan metode awalnya ikan tuna dibongkar dari
deskriptif. Disamping itu, dapat dilakukan kontainer, lalu disortir sesuai dengan jenis
juga melalui wawancara dengan pihak dan ukuran dari ikan tuna tersebut dan di
terkait dan partisipasi aktif selama proses masukan kedalam kotak ikan yang sudah
pelaksanaan Praktek Kerja Lapang. Data dibersihkan lalu kotak ikan ditimbang dan
yang terkumpul meliputi mulai dari ditandai atau diberi label di kotak ikan
penerimaan bahan baku lalu dilakukan tersebut dari nama supplier, jenis ikan,
pengelompokan ukuran setiap jenis ikan, ukurannya, tanggal penerimaan, dan berat
dimasukan cold storage, pencucian atau ikan tuna. Pemberian label pada setiap
dilakukan thawing, pemotongan atau kotak ikan tersebut bertujuan agar dalam
cutting, selanjutnya dimasak atau cooking, pengambilan ikan tuna lebih mudah dan
dilakukan showering atau fish cooling, efektif. Ikan tuna yang dibawa oleh
setelah itu dilakukan pre cleaning dan kontainer sudah dalam keadaan beku,
cleaning, dilakukan metal detecting, dan ikan tuna loin, dan ikan tuna segar.
selanjutnya pengisian daging, pengisian
Thawing
medium, penutupan kaleng atau seaming,
sterilisasi, diinkubasi (disimpan di Proses thawing merupakan proses
gudang), dilakukan labeling and pelelehan ikan.Tahap ini berlangsung di
packaging, dan terakhir dikumpulkan ke area defrost. Pada tahap thawing ini,
kontainer atau stuffing. untuk suhu tuna loin beku -7oC sampai
15oC. Bila suhu < 7oC dilakukan perpan-
3. Hasil dan Pembahasan
jangan waktu blower, bila suhu > 10oC
segera dimasukan ke chilling room. Suhu
Penerimaan Bahan Baku
untuk iakn tuna beku dengan ukuran ikan
Awal dari proses produk tuna kaleng
< 7 kg yaitu -1oC sampai 3oC, sedangkan
yaitu penerimaan bahan baku.
untuk ikan tuna beku ukuran > 7 kg yaitu -
Penerimaan bahan baku harus dilakukan
2oC sampai 3oC. Bila suhu < -1oC
pemeriksaan dengan sangat teliti, jika
ditambahkan air atau perpanjangkan wak-
bahan baku mengalami penurunan mutu
tu pelelehan sedangkan bila suhu > 10oC,
maka ikan dapat dirijek dari berbagai mitra
ikan diproses dan disisihkan untuk
kapal laut di PT. Aneka Tuna Indonesia.
pengecekan lebih lanjut. Waktu pelelehan
Di bagian penerimaan bahan baku
ikan tuna beku jika waktu tidak sesuai
terdapat Critical Control Point (CCP)
jadwal sedangkan suhu nya sudah sesuai
karena di bagian inilah karyawan harus
maka ikan langsung diproses ketahap
benar-benar memerhatikan kualitas ikan
selanjutnya.
yang datang dari kontainer. Proses
penerimaan bahan baku ikan tuna Pemotongan atau Cutting

68
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 8 (2) – June 2019

Pada tahap pemotongan atau cutting cook. Jika saat proses masak telah
ini dilakukan pembuangan jeroan yang selesai dan suhu pada ikan < 60oC pada
ada pada ikan tuna, ikan tuna dipotong Back Bone Temperature (BBT) maka
sesuai prosedur dan sudah bebas dari dilakukan pemasakan ulang. Jika semua
jeroan. Kondisi pisau sebelum dilakukan sudah memenuhi suhu yang telah
pemotongan ikan tuna harus sudah dalam ditentukan maka dilakukan pendinginan
keadaan steril dan layak dipakai, karena ikan. Suhu setelah proses pendinginan
jika tidak diperhatikan kondisi pisau akan ikan yaitu < 55oC, jika suhu > 55oC
terjadi kontaminasi antara pisau dengan dilakukan shower ulang. Kualitas air yang
ikan tuna. Pada saat pembuangan jeroan, digunakan yaitu 0,2 – 0,8 ppm dengan alat
jeroan tersebut tidak langsung dibuang uji comparator 2000 plus (Lovibond), bila
begitu saja namun dikumpulkan untuk dibawah atau diatas standar lapor ke
nantinya diproses menjadi fish meal. bagian boiler dan section terkait.
Setelah ikan dilakukan pemotongan, suhu
Pre Cleaning dan Cleaning
ikan kembali dicek terlebih dahulu dengan
suhu standar nya 4oC, jika suhu sudah Proses pre cleaning yaitu proses
mencapai standar maka diprioritaskan pemotongan kepala, pemotongan ekor,
untuk dimasak. Waktu tunda ikan sebelum pembersihan sisik atau kulit pada ikan,
dimasak < 2 jam itu menunjukan adanya dan tulang kecil. Pada tahap ini ikan tuna
pembandingan waktu potong dan waktu harus sudah matang dan siap untuk di
masak nya. potong kepala dan ekornya. Saat
menggunakan pisau dalam memotong
Pemasakan atau Cooking
ikan tuna yang sudah matang , keadaan
Pada tahap pemasakan atau cooking, pisau harus sudah dalam keadaan steril.
sebelumnya ikan yang sudah dipotong Bila kondisi pisau tidak sesuai, maka
yang diletakan disebuat rak diambil. Pada produk akan ditahan, dilakukan
mesin cooker di PT. Aneka Tuna pengecekan dengan mesin X-Ray.
Indonesia ada dua jenis yaitu cooker Keadaan ikan tuna harus sudah bagus
otomatis dan non otomatis. Cooker dan berkualitas karena daging yang sudah
otomatis dalam melakukan prosesnya matang harus bagus sehingga alat pisau
dengan cara pada bagian tulang belakang harus steril dan lokasi pekerjaan harus
atau back bone ikan tuna ditusuk kondusif.
sedangkan pada mesin cooker non Proses cleaning ini, daging putih dan
otomatis dalam melakukan prosesnya daging merah pada ikan tuna dipisahkan.
dengan berdasarkan waktu. Suhu setelah Dalam hal ini, pemotongan dan pengerik-
proses masak pada ikan yaitu ≥ 60oC an daging dengan menggunakan pisau
untuk soft cook dan ≥ 65oC untuk hard kembali keadaan pisau harus bagus.

69
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 8 (2) – June 2019

Pisau akan menjadi hal terpenting pada serta dipisahkan apabila ditemukan kaleng
proses ini karena semua kegiatan meng- berkarat atau penyok. Kaleng yang
gunakan pisau sehingga pisau harus digunakan oleh PT. Aneka Tuna Indonesia
dalam keadaan bersih. Dalam pengerikan, dibuat oleh perusahaan UUC. Banyak
bila hasil pengerikan tidak sesuai, produk jenis kemasan kaleng yang ada di PT.
dipisahkan untuk dikerik ulang. Beberapa Aneka Tuna Indonesia yaitu T2, T3, TC,
teknik dalam pengerikan daging ikan tuna UC, SW, T1K, T2K. Adapun dalam
yaitu single cleaning, double cleaning, kemasan pouch yaitu P3K, P1K, dan
triple cleaning, dan punggung tebal. P500g. Dalam pengisian daging ikan tuna
kedalam kaleng harus sesuai ukurannya
Metal Detecting
dan memerhatikan Head Space. Adapun
Pada proses ini, dilakukan pende- bentuk pemotongan daging yaitu tipe
teksian bahan yang mengandung logam solid, tipe chunk, dan tipe flake/shredded.
atau metal. Adapun alat untuk mengatur Berbagai tipe kemasan kaleng semisal
sensitivitas detektor logam (Fe Ø 0.8mm / yaitu jenis kaleng T2 dengan ukuran 307 x
Ø 1.2mm, Sus Ø 3.0mm / 4.8 mm, Al Ø 108, selanjutnya 307 x 112. Semua jenis
2.0 mm). Bagian ini termasuk titik kritis aleng T2 memiliki ukuran diameter 307,
atau CCP yaitu metal detecting yang sedangkan T3 semuanya memiliki diame-
sangat mempengaruhi produk akhir nanti ter 211. Dalam pengisian daging pada
nya. kaleng, semua jenis bentuk pemotongan
daging yaitu solid, flake/shredded, dan
Pengisian Daging
chunk diisi dalam kemasan kaleng.
Pada proses pengisian daging ikan
tuna, sebelumnya dilakukan pengecekan Pengisian Medium

kualitas kaleng yang akan digunakan Medium pengalengan adalah larutan


nantinya. Kondisi kaleng harus dalam atau bahan lainnya yang ditambahkan
keadaan baik dan kualitas nya sangat baik kedalam produk waktu proses pengisian
pula. Selain kondisi kaleng harus baik, (Adawyah, 2008). Jenis-jenis medium
kondisi tutup kaleng juga harus baik agar yang digunakan oleh PT Aneka Tuna
kualitas produk akhir berkualitas. Sebelum Indonesia antara lain soya bean oil, sun
dilakukan pengisian daging ikan tuna, flower oil, brine, water, tomato sauce, olive
dilakukan proses persiapan dan oil, dan oil blend atau mixed oil. Adapun
pencucian kaleng terlebih dahulu. Kaleng- juga jenis bumbu yang digunakan oleh PT
kaleng dikeluarkan diruang empty can Aneka Tuna Indonesia antara lain
kemudian diletakan diatas pan. Setelah mayonnaise, garlic, hot chili, chili, lemon
itu, kaleng dicuci menggunakan air untuk pepper, fried rice, rica-rica, rendang, corn
menghilangkan debu yang menempel, salad, sambal goreng, macaroni salad,

70
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 8 (2) – June 2019

pineapple salad, tomato sauce. Pada diinginkan. Proses sterilisasi di PT. Aneka
pengisian medium ini dilakukan sesuai Tuna Indonesia menggunakan mesin
selera konsumen atau kebutuhan retort. PT. Aneka Tuna Indonesia
konsumen. Dalam proses pengisian medi- menggunakan mesin retort horizontal
um, bagian seasoning yang akan berupa tabung-tabung silinder baja.
mengatur medium yang akan dipakai dan
Inkubasi (Simpan di Gudang)
sebelumnya harus melakukan koordinasi
dengan pihak seasoning. Proses inkubasi ini dilakukan untuk
mengecek apakah produk sudah sesuai
Penutupan Kaleng atau Seaming
dengan prosedur pengerjakan. Produk
Proses penutupan kaleng sementara disimpan di gudang dengan
menggunakan mesin seamer. Pada pro- suhu ruang selam 1 minggu. Tujuan
ses ini merupakan menuju tahap akhir dari inkubasi adalah untuk memastikan ada
proses pengalengan ikan tuna. PT. Aneka
Labeling dan Packaging
Tuna Indonesia menerapkan sistem pe-
nutupan kaleng double seamer dan mesin Proses labeling bertujuan untuk
yang digunakan adalah double seamer memberikan identitas produk dan
machine. Prinsip kerja dari mesin double menghindarkan produk dari kotoran /
seamer adalah menutup sambungan kontaminasi luar. Kaleng dilewatkan pada
antara mulut kaleng dengan tutup conveyor kemudian di print tanggal
sebanyak dua kali. Operasi pertama produksi dan kadaluarsa. Setelah itu
berfungsi untuk membentuk atau dikemas menggunakan karton. Saat
menggulung bersama ujung pinggir tutup kaleng-kaleng dilewatkan pada conveyor
kaleng dan badan kaleng. Operasi kedua terdapat petugas yang melakukan
berfungsi untuk meratakan gulungan yang pengecekan kondisi kaleng, jika
dihasilkan oleh operasi pertama. ditemukan kaleng yang penyok atau bocor
akan dipisahkan. Setelah kaleng-kaleng
Sterilisasi
tersebut diberi identitas,selanjutnya dilaku-
Sterilisasi adalah proses paling kan pengemasan kaleng kedalam master
penting dalam pengalengan makanan carton. Setelah dikemas dalam karton,
sehingga termasuk titik kritis atau Critical selanjutnya ditutup dengan selotip
Control Point (CCP). Proses ini tidak transparan dan disimpan kedalam gudang
hanya bertujuan menghilangkan mikroba barang jadi.
pembusuk dan patogen saja, melainkan
Stuffing
juga berguna untuk membuat produk
menjadi cukup masak dilihat dari Tahap akhir yaitu stuffing. Tahap
penampilan, tekstur, dan cita rasa yang stuffing yaitu tahap distribusi produk yang

71
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 8 (2) – June 2019

diawali dibawa oleh kontainer sebelum Daftar Pustaka


dikirim ke pembeli. Sebelumnya, produk
Adawyah, R. (2008). Pengolahan dan
yang dikemas dalam karton selanjutnya
Pengawetan Ikan. Jakarta: PT
disimpan di gudang produk jadi. Penyim- Bumi Aksara.
panan ini dilakukan apabila produk
Andamari, R., Hutapea, J.H., &
tersebut tidak langsung dipasarkan atau Prisantoso, B. I. (2012). Aspek
reproduksi ikan tuna sirip kuning
didistribusikan. Penyimpanan dilakukan
(Thunnus albacares). Jurnal
dengan menumpuk karton di atas pallet Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis, 4(1): 89-96.
kayu persegi.
Dahuri, R. (2002). Membangun kembali
4. Kesimpulan perekonomian indonesia melalui
sektor perikanan dan kelautan.
Proses pengalengan tuna mulai dari Jakarta: LISPI.

penerimaan bahan baku ikan tuna lalu Murniyati, A. S., & Sunarman. (2004).
dilakukan pengelompokan ukuran setiap Pendinginan, Pembekuan, dan
Pengawetan Ikan. Yogyakarta:
jenis ikan atau sizing, dimasukan cold Kanisius.
storage, pelelehan atau thawing,
Simorangkir, S. (2000). Perikanan
pemotongan atau cutting, selanjutnya Indonesia. Denpasar-Bali: Bali
dimasak atau cooking, showering atau fish Post.

cooling, setelah itu dilakukan pre cleaning Wulandari, D.A., Abida, I.W. & Farid, A.
dan cleaning, metal detecting, dan (2009). Kualitas mutu bahan
mentah dan produk akhir pada
selanjutnya pengisian daging, pengisian unit pengalengan ikan sardine
medium, penutupan kaleng atau seaming, di PT. Karya Manunggal Prima
Sukses Muncar Banyuwangi.
sterilisasi, diinkubasi (disimpan di Jurnal Kelautan, 2(1): 40-49.
gudang), dilakukan labeling and
packaging, dan terakhir dikumpulkan ke
kontainer atau stuffing.
Proses pengalengan tuna sangat
memperhatikan suhu dan waktu. Dalam
proses pengalengan tuna adapun bagian
yang menjadi titik kritis atau Critical
Control Point (CCP) yaitu bagian
penerimaan bahan baku, metal detecting,
cleaning defect, double seam inspection,
incoming can inspection, sterilisation, dan
X-Ray.

72
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS

Anda mungkin juga menyukai