Anda di halaman 1dari 9

Assalamualaikum, selamat pagi ibu susy dan teman-teman, pada hari ini kami dari kelompok

2 yang beranggotakan saya sendiri rachel, kemudian ada rifa nabilahafsah, dan terakhir ada
zaskia farhana akan menjelaskan chapter 2 yang berjudul Government, Policies, and
Regulation, untuk materi 1 akan dijelaskan oleh saya mengenai historical bank regulation
pada negara america

 Historical Bank Regulation (America) :


Amerika Serikat telah mengalami krisis keuangan besar selama 100 tahun terakhir,
ini dimulai pada tahun 1929 yang disebut dengan The Great Depression atau Krisis
Malaise, kemudian di Tahun 1987 amerika mengalami The Great Crash (Stock
Exchange), dan di Tahun 2007 mengalami Krisis keuangan yang masih dirasakan
dampaknya diseluruh dunia hingga kini. Setiap krisis keuangan ini diikuti oleh
serangkaian peraturan keuangan baru. Misalnya, dalam menanggapi peningkatan
besar dalam jumlah kegagalan bank dan mengakibatkan kepanikan pada keuangan
yang mengikuti :
 Pertama pada jatuhnya pasar saham di bulan Oktober Tahun 1929 : Hal ini
dimulai dengan sebutan “selasa kelam” yaitu jatuhnya bursa saham New York
pada tanggal 24 Oktober 1929, dan kemudian mencapai keparahan klimaks
pada tanggal 29 Oktober 1929. Depresi ini menimpa perekonomian di seluruh
negara-negara di dunia, baik negara industri maupun negara berkembang.
Pada saat terjadi depresi besar itu, penurunan terjadi sangat drastis dalam:
perdagangan internasional, pendapatan perorangan, pendapatan sektor
pajak, harga barang manufaktur, margin, harga barang hasil sektor primer
baik dari (pertanian, pertambangan, hutan) yang turun sebesar 40 – 60%.
 Kemudian selanjutnya pada Undang-Undang Federal Home Loan Bank
tahun (1932), undang-undang ini disahkan selama pemerintahan Hoover
pada tahun 1932. Undang-undang tersebut dirancang untuk mendorong
kepemilikan rumah dengan menyediakan sumber dana berbiaya rendah bagi
anggota bank untuk digunakan dalam memberikan pinjaman hipotek.
Amerika Serikat sendiri sedang berada dalam Depresi Hebat pada saat
undang-undang itu diberlakukan, dan bank tidak memiliki uang untuk
dipinjamkan kepada kosumen untuk hipotek karena masyarakat amerika
sedang mengalami kepanikan sehingga melakukan pencairan uang pada bank
dan menarik semua simpanan yang mereka miliki. Pada saat yang sama,
pemegang hipotek yang kehilangan pekerjaan tidak melakukan pembayaran
mengenai pinjaman rumah mereka. Sehingga gagal bayar ini semakin
mengurangi uang yang tersedia untuk dipinjamkan oleh bank.
 Yang ketiga ada Securities Act Tahun (1933) ini adalah Undang-undang
federal pertama yang digunakan untuk mengatur pasar saham. Tindakan
undang-undang tersebut mengambil alih kekuasaan dari negara bagian dan
menyerahkannya ke tangan pemerintah federal. Tindakan tersebut juga
menciptakan seperangkat aturan yang seragam untuk melindungi investor
dari penipuan. Undang-undang ini ditandatangani menjadi undang-undang
yang sah oleh Presiden Franklin D. Roosevelt dan dianggap sebagai bagian
dari Kesepakatan Baru yang disahkan oleh Roosevelt.
 Yang keempat ada Glass-Steagall Act Tahun (1933) Undang-undang ini
disahkan oleh Kongres Amerika Serikat sebagai bagian dari Undang-Undang
Perbankan tahun 1933. Hal ini disponsori oleh Senator Carter Glass, mantan
sekretaris Departemen Keuangan, dan Perwakilan Henry Steagall, sebagai
ketua Komite Perbankan. Undang-undang tersebut melarang bank komersial
untuk berpartisipasi dalam bisnis perbankan investasi dan sebaliknya.
Senator Glass sendiri adalah pendukung terkuat yang mendorong di balik
ketentuan ini. Dan pada dasarnya, bank komersial, yang mengambil deposito
dan membuat pinjaman, tidak lagi diizinkan untuk menanggung atau
berurusan dengan sekuritas, sementara bank investasi, yang underwrote dan
ditangani dalam sekuritas, tidak lagi diizinkan untuk memiliki hubungan dekat
dengan bank komersial, seperti tumpang tindih direktur atau kepemilikan
bersama.
 Kemudian yang kelima ada The National Housing Act Tahun (1934) Undang-
undang ini ditandatangani oleh Presiden Franklin Roosevelt pada tanggal 27
Juni 1934. Tujuan dari undang-undang tersebut adalah untuk "mendorong
peningkatan standar dan kondisi perumahan dan untuk menyediakan sistem
asuransi hipotek timbal balik". Undang-undang tersebut menciptakan Federal
Housing Administration (FHA) dan Federal Savings and Loan Insurance
Corporation (FSLIC).
 Selanjutnya ada Securities Exchange Act Tahun (SEA) (1934) Undang-undang
ini diberlakukan oleh pemerintahan Franklin D. Roosevelt sebagai tanggapan
terhadap keyakinan yang dipegang secara luas bahwa praktik keuangan yang
tidak bertanggung jawab adalah salah satu penyebab utama jatuhnya pasar
saham 1929. SEA tahun 1934 mengikuti Securities Act Tahun 1933, yang
mengharuskan perusahaan untuk membuat informasi keuangan publik
tertentu, termasuk penjualan saham dan distribusi.
 Kemudian Undang-Undang Serikat Kredit Federal pada Tahun 1934 Undang-
undang ini diperkenalkan ke Senat Amerika Serikat oleh Senator Morris
Sheppard (D) sebagai tiga RUU pada tanggal 11 Mei 1933. Kemudian pada
tanggal 10 Mei 1934, Senat memilih untuk menyetujui RUU tersebut. Versi
amandemen dari undang-undang yang disahkan oleh Senat diadopsi oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat pada tanggal 15 Juni 1934,
Selanjutnya pada tanggal 26 Juni 1934 Versi DPR dari undang-undang
tersebut ditandatangani menjadi undang-undang oleh Presiden Franklin D.
Roosevelt.
 Kemudian yang terakhir ada Undang-Undang Perbankan tahun 1935,
Undang-undang ini ditandatangani Presiden Roosevelt pada tanggal 23
Agustus untuk menyelesaikan restrukturisasi Federal Reserve dan sistem
keuangan yang dimulai selama pemerintahan Hoover dan berlanjut selama
pemerintahan Roosevelt. Undang-Undang Perbankan tahun 1935
menyelesaikan reformasi ini "untuk menyediakan operasi sistem perbankan
yang sehat, efektif, dan tidak terputus”.

Dari berbagai peraturan ini, Amerika Serikat dapat mengembangkan sistem


perbankan dengan sejumlah besar lembaga penyimpanan yang kecil, kemudian
daftar produk dan layanan yang relatif singkat yang dapat mereka tawarkan, dan
yang terakhir wilayah geografis yang sempit di mana mereka dapat bersaing. Setiap
Keterbatasan ini dimaksudkan untuk mengurangi persaingan dan spekulasi dalam
keuangan industri dan dengan demikian mempromosikan sistem perbankan
komersial yang aman, sehat, dan stabil.

 Historical Bank Regulation (Indonesia) :


Sejarah Bank Indonesia (BI) :
 Pada MASA SEBELUM KEMERDEKAAN :
 Ditahun 1600 (Abad ke-16) : Bangsa Eropa datang ke Asia Tenggara dengan
misi mencari rempah-rempah. Di Nusantara sendiri telah berdiri kerajaan-
kerajaan yang telah memiliki mata uangnya masing-masing. Selain itu juga,
beredar pula mata uang asing seperti Picis dari Tiongkok yang mendominasi
peredaran uang.
 Kemudian pada Tahun 1602 terjadi pembentukan maskapai dagang dengan
nama VOC atau Bahasa Indonesia sebagai (Persekutuan Dagang Hindia
Timur). Kemudian ditahun yang sama mata uang Real Spanyol masuk ke
Nusantara.
 Ditahun 1603 VOC sendiri dibentuk dengan tujuan untuk membuka
perdagangan di Nusantara sekaligus menghancurkan dominasi Portugis
(namun hal ini gagal).
 Dan selanjutnya Pada Tahun 1746 didirikan Bank Courant en Bank Van
Leening : Bank pertama di Nusantara yang berdiri untuk menunjang kegiatan
perdagangan pada tahun 1746 yaitu Bank an Courant. Bank ini memiliki tugas
untuk memberikan pinjaman dengan jaminan emas, perak, perhiasan, dan
barang-barang berharga lainnya. Kemudian ditahun 1752, Bank van Courant
selanjutnya disempurnakan menjadi De Bank van Courant en Bank van
Leening. Bank ini bertugas memberikan pinjaman kepada pegawai VOC agar
mereka dapat menempatkan dan memutarkan uang mereka pada lembaga
ini. Hal ini dilakukan dengan iming-iming imbalan bunga.
 Namun sayang ditahun 1818 Bank Courant en Bank Van Leening dilakukan
penutupan karena terjadinya krisis keuangan.
 Dan pada tahun 1828 belanda mendirikan kembali bank yaitu De Javasche
Bank : pendirian bank ini menjadi cikal bakal dari Bank Indonesia. Di Tahun
1828, pemerintah kerajaan belanda memberikan octrooi atau hak-hak
istimewa kepada De Javasche Bank (DJB) untuk bertindak sebagai bank
sirkulasi. Nah Sebagai bank sirkulasi, DJB memiliki kewenangan untuk
mencetak dan mengedarkan uang Gulden di wilayah Hindia Belanda.
 Kemudian selanjutnya ditahun 1830 Belanda melakukan Ekspansi Ekonomi
Hal ini dilakukan untuk mengisi kas negara karena terkuras oleh perang jawa,
belanda memberlakukan tanam paksa (cultuurstelsel) di Hindia Belanda.
Penyimpangan implementasi system tanam paksa dituangkan dalam novel
Max Havelaar karya Douwes Dekker yang mengundang polemic kalangan
masyarakat dan politikus di negara belanda. Kemudian De Javasche Bank
digunakan pemerintah colonial untuk mendukung kebijakan finansial dari
system tanam paksa.
 Ditahun 1870 belanda melakukan Liberalisasi Ekonomi : Pemerintah
mengeluarkan Undang-undang Agraria (Agrarische Wet) yang
memperbolehkan pihak swasta menanamkan modalnya pada sector bisnis di
Hindia Belanda. Hal ini mendorong kebangkitan sector perkebunan di Hindia
Belanda sehingga menjadi produsen penting komoditas-komoditas
perdagangan internasional di dunia. Karena belanda melakukan Ekploitasi
ekonomi besar-besaran pada tanam paksa, maka muncul lah gerakan yang
disebut sebagai politik balas budi atau lebih dikenal dengan politik etis pada
tahun 1901.
 Kemudian Pada Tahun 1942 Jepang datang dan menduduki Indonesia dan
pada masa ini De Javasche Bank dilikuidasi oleh pemerintahan militer jepang.
Tugas DJB sebagai bank sirkulasi di Indonesia kemudian digantikan oleh
Nanpo Kaihatsu Ginko (NKG).
 MASA AWAL KEMERDEKAAN DAN ORDE LAMA
 Ditahun 1945 Indonesia dibagi menjadi dua wilayah ini terjadi Pasca
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Belanda berusaha menguasai kembali
Indonesia melalui Netherlands Indies Civil Administration (NICA). Pada masa
ini, NICA mendirikan kembali DJB untuk mencetak dan mengedarkan uang
NICA. Hal ini bertujuan untuk mengacaukan ekonomi Indonesia. Sesuai
mandat yang tertulis dalam penjelasan UUD 1945 pasal 23 maka Pemerintah
Republik Indonesia membentuk bank sirkulasi yaitu Bank Negara Indonesia
(BNI). Sebagai upaya menegakkan kedaulatan ekonomi, BNI menerbitkan
uang dengan nama Oeang Republik Indonesia (ORI). Keberadaan BNI milik RI
dan DJB milik NICA membuat terjadinya dualisme bank sirkulasi di Indonesia
dan munculnya peperangan mata uang (currency war). Dan pada masa ini,
uang DJB yang dikenal dengan sebutan “uang merah” dan ORI dikenal
sebagai “uang putih”.
 Selanjutnya Pada Tahun 1949 negara Indonesia menjadi Republik Indonesia
Serikat (RIS) : Ditahun ini berlangsung Konferensi Meja Bundar (KMB) dengan
salah satu butir kesepakatan penting adalah pengakuan kedaulatan Republik
Indonesia Serikat (RIS) oleh Belanda. Kedudukan RIS berada di bawah
Kerajaan Belanda dan Republik Indonesia menjadi bagian dari RIS. Selain itu,
KMB juga menetapkan DJB sebagai bank sirkulasi Republik Indonesia Serikat.
Namun setelah Republik Indonesia memutuskan untuk keluar dari RIS dan
pada masa peralihan kembali menjadi NKRI, DJB tetap menjadi bank sirkulasi
dengan kepemilikan saham oleh Belanda.
 Dan ditahun 1953 Bank Indonesia didirikan : Pada tahun 1951, muncul
desakan kuat untuk mendirikan bank sentral sebagai wujud kedaulatan
ekonomi Republik Indonesia. Oleh karena itu, Pemerintah memutuskan untuk
membentuk Panitia Nasionalisasi DJB. Proses nasionalisasi dilakukan melalui
pembelian saham DJB oleh Pemerintah RI, dengan besaran mencapai 97%.
Pemerintah RI pada tanggal 1 Juli 1953 menerbitkan UU No.11 Tahun 1953
tentang Pokok Bank Indonesia, yang menggantikan DJB Wet Tahun 1922.
Sejak 1 Juli 1953 Bank Indonesia secara resmi berdiri sebagai Bank Sentral
Republik Indonesia..
 Dan ditahun 1953 Presiden Soekarno memperkenalkan konsep Ekonomi
Terpimpin. Pada masa ini, Gubernur Bank Indonesia ditetapkan sebagai
anggota kabinet dengan sebutan Menteri Urusan Bank Sentral dan Dewan
Moneter tidak berfungsi lagi. Dalam bidang perbankan, terdapat doktrin
“Bank Berdjoang” berupa penyatuan seluruh bank-bank negara menjadi Bank
tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia (BNI) yang pendiriannya lewat
Perpres No.17 Tahun 1965. Dalam masa implementasi “Bank Berdjoang”,
Bank Indonesia diubah menjadi BNI Unit I, sedangkan bank-bank milik
pemerintah lainnya dibagi menjadi BNI Unit II-V.
 Masa Orde Baru :
 Pada Tahun 1968 Bank Indonesia memiliki peran sebagai agen pembangunan
dan pemegang kas negara , Pemerintah RI mengeluarkan UU No. 13 Tahun
1968 tentang Bank Indonesia. Undang-undang ini mengembalikan tugas BI
sebagai Bank Sentral Republik Indonesia dan menghentikan status BI sebagai
BNI Unit I. Salah satu pasal di dalam undang-undang ini juga mengatur bahwa
BI tidak lagi memiliki fungsi menyalurkan kredit komersial, namun berperan
sebagai agen pembangunan dan pemegang kas negara.
 MASA FAKTO 88
 Ditahun 1988 terjadinya Deregulasi Perbankan : Bank Indonesia sendiri
mengeluarkan paket kebijakan deregulasi perbankan, dengan nama Paket
Kebijaksanaan 27 Oktober 1988 yang lebih dikenal sebagai Fakto 88 atau
Fakto 27. Kebijakan ini ditujukan untuk mendorong tumbuhnya industri
perbankan dengan mempermudah perizinan dalam pendirian bank baru. Isi
dari Paket kebijakan sebagai berikut :
 Paket Juni Tahun 1983 : Paket juni ini bertujuan untuk merangsang
pertumbuhan perbankan Indonesia dan Langkah itu berhasil "menarik"
dana masyarakat ke bank secara drastis.
 Kemudian Paket 27 Oktober Tahun 1988 : Paket ini adalah aturan paling
liberal sepanjang sejarah perbankan Indonesia. Karena dengan hanya
modal Rp 10 milyar, siapa saja bisa mendirikan bank baru.
 Paket Februari Tahun 1991 : paket ini ada untuk mengkoreksi akibat
buruk Fakto 88 sehingga pemerintah meluncurkan Paktri yang keluar
tanggal 28 februari 1991. Yang utama diatur adalah syarat bahwa modal
sendiri bank haruslah sebesar 8 % dari seluruh aset. Ketentuan yang
lazim disebut CAR (capital adequacy ratio atau perbandingan antara
modal sendiri dengan aset) sebesar 8 persen mengharuskan bank-bank
memperkuat modalnya sendiri.
 Kemudian ada UU Perbankan Nomor 7 tahun 1992 : Undang Undang ini
lahir pada tanggal 25 Maret 1992 guna menyempurnakan UU nomor 14
tahun 1967. Inti aturan dari undang-undang ini adalah meniadakan
pemisahan perbankan berdasarkan kepemilikan misalnya pemilikan bank
oleh pemerintah, swasta dan daerah. Dalam hal pendirian bank baru, UU
tersebut mengatur berbagai syarat seperti susunan organisasi,
permodalan, kepemilikan, keahlian di bidang perbankan, kelayakan kerja
dan lain-lainnya.
 Kemudian ada Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 1992 : Melalui
Peraturan Pemerintah ini, pemerintah menaikkan modal minimum
pendirian bank, dari Rp 10 milyar menjadi Rp 50 Milyar. Langkah itu jelas
dimaksudkan untuk mengendalikan pertumbuhan bank yang nyaris tak
terkendali.
 Lalu ada Paket Mei Tahun 1993 : paket ini ada karena paktri sendiri dinilai
cukup “menekan” dunia perbankan. Maka dikeluarkanlah pakmei yang
memiliki inti untuk melonggarkan aturan soal CAR (capital adequacy
ratio) sebesar delapan persen. Antara lain, bank boleh memasukkan
seluruh laba tahun sebelumnya dalam komponen modal sendiri.
 Selanjutnya ada Paket Juli Tahun 1997 : paket ini ada Sepekan sebelum
pertemuan Consultative Group on Indonesia (CGI) di Tokyo. Di bidang
moneter, paket ini menentukan pembatasan pemberian kredit-kredit
oleh bank umum kepada perusahaan pengembang properti. Hal tersebut
dilakukan karena kredit macet bidang properti sudah kelewat tinggi.
 Dan terakhir ada Pengumuman Pemerintah 1 November Tahun 1997 :
Pengumuman tersebut merupakan puncak tragedi di sektor perbankan.
Likuidasi serempak terhadap 16 bank telah menjawab rumor yang sejak
lama beredar di Jakarta. Sejumlah bank lain akan melakukan merger.
 MASA REFORMASI : KRISIS MONETER DAN BANTUAN LIKUIDASI
BANK INDONESIA
 Hal ini terjadi pada Tahun 1997 yaitu Krisis Moneter Asia : krisis moneter
yang terjadi di Asia mendorong BI mengambil langkah–langkah kebijakan
penanggulangan krisis, seperti penerapan kebijakan floating exchange rate
untuk nilai tukar, penutupan bank-bank bermasalah, dan restrukturisasi
bank-bank yang tidak sehat. Pemerintah memutuskan untuk: membantu
bank-bank yang masih memiliki harapan hidup dan memerintahkan untuk
merger atau menjual beberapa bank kepada bank-bank yang lebih mampu
dan juga mencabut ijin bank-bank yang sudah tidak memiliki harapan hidup.
Bank yang dianggap layak berlanjut dibantu dengan Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia. Amandemen UU No. 7 Tahun 1992 tentang Pokok-pokok
Perbankan diganti menjadi UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, pada
UU No. 10 wewenang perizinan di bidang perbankan beralih dari Menteri
Keuangan kepada Pimpinan Bank Indonesia.

 MASA REFORMASI : SISTEM PERBANKAN MODREN


 DiTahun 1999 pemerintah membuat UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia :
Dengan adanya UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Bank
Indonesia ditetapkan sebagai Bank Sentral yang bersifat independen. UU ini
menetapkan tujuan tunggal BI yaitu mencapai dan memelihara kestabilan
nilai Rupiah, dan menghapuskan tujuan sebagai agen pembangunan. Sesuai
dengan amanat UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, salah satu
tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan mengawasi perbankan. Selain
Bank Indonesia, terdapat pula beberapa lembaga yang mengawasi bank
namun dengan lingkup yang terbatas, yaitu:
 Ada Badan Pemeriksa Keuangan yang memiliki tugas untuk mengawasi
bank-bank milik pemerintah.
 Kemudian ada Bapepam yang berwenang untuk mengawasi bank-bank
yang sudah go public.
 Selanjutnya ada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK) yang dibentuk pada tahun 2002 yang memiliki wewenang
meminta dan menerima laporan dari Penyedia Jasa Keuangan serta
melakukan audit terhadap Penyedia Jasa Keuangan mengenai kepatuhan
kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang ini dan
terhadap pedoman pelaporan mengenai transaksi keuangan.
 Dan yang terakhir ada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang
berwenang mendapatkan data simpanan nasabah dan laporan keuangan
bank serta melakukan verifikasi dan konfirmasi data dalam rangka
merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan
simpanan dan melaksanakan penjaminan simpanan.
 Kemudian Pada Tahun 2004 dilakukan Pengesahan Bank Indonesia sebagai
bank sentral yang Independen : DPR mengesahkan UU No.3 Tahun 2004
tentang Perubahan Atas UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. UU
ini berisi tentang penegasan terhadap kedudukan bank sentral yang
independen, penyempurnaan pengaturan tugas dan wewenang, dan
penataan fungsi pengawasan Bank Indonesia.
 Ditahun 2009 pemerintah melakukan Penegasan Bank Indonesia sebagai
lender of the last resort : DPR mengesahkan UU No.6 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU No.2 Tahun 2008 Tentang
Perubahan Kedua atas UU No.23/1999 Tentang Bank Indonesia menjadi
Undang-Undang. UU ini memperjelas dan mempertegas peran BI dalam
fungsinya sebagai lender of the last resort.
 Dan pada Tahun 2011 dilakukannya pengesahan UU mengenai Fungsi
pengaturan dan pengawasan perbankan berpindah ke OJK : DPR
mengesahkan UU No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
yang mengalihkan fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan dari Bank
Indonesia ke OJK. Undang-Undang ini membagi ruang lingkup pengaturan
dan pengawasan mikroprudensial lembaga keuangan sebagai kewenangan
OJK, sementara pengaturan dan pengawasan makroprudensial menjadi
tanggung jawab Bank Indonesia dengan sasaran stabilitas sistem keuangan.

 Goals and Functions of Depository Institution Regulation


(America) :
(Function) Sebagian besar peran penting yang dimainkan oleh Lembaga
Penyimpanan yaitu pembayaran sistem dalam memberikan kredit kepada individu
dan bisnis, serta fakta bahwa mereka membawa asuransi FDIC (atau asuransi yang
sebanding melalui National Dana Asuransi Serikat Kredit) pada deposito mereka.
Sebelum pembentukan Fed pada tahun 1913, bank swasta beroperasi bebas dari
pengawasan ketat pemerintah. Pada dasarnya, ada lima alasan untuk penyimpanan
peraturan institusi ini (Goals):
 Untuk memastikan keamanan dan kesehatan lembaga penyimpanan dan
keuangan Instrumen : ini terjadi untuk menjaga kepercayaan domestik dan
internasional, melindungi deposan, pembayar pajak, dan menjaga stabilitas
keuangan. Dengan keamanan dan kesehatan Lembaga penyimpanan, sistem
keuangan menyediakan alokasi yang efisien dari sumber daya negara yang
langka, karena sistem pembayaran dapat diandalkan, dan lembaga bersedia
memberikan kredit yang merangsang pertumbuhan ekonomi.
 Untuk menyediakan sistem keuangan yang efisien dan kompetitif : tujuan ini
umumnya dicapai dengan membatasi merger dan akuisisi yang mengurangi
jumlah dan kekuatan pasar dari lembaga yang bersaing.
 Untuk memberikan stabilitas moneter : Tujuan ketiga ini agar The Fed
mencoba untuk mengendalikan pertumbuhan likuiditas sistem perbankan
karena jumlah uang beredar dinegara mempengaruhi tingkat suku bunga
secara umum dengan membeli dan menjual sekuritas pemerintah dan
menargetkan tingkat dana federal.
 Menjaga integritas sistem pembayaran bangsa : selama regulator
memastikan bahwa bank membersihkan cek dan menyelesaikan pembayaran
non tunai dengan cara yang adil dan dapat diprediksi, maka peserta akan
yakin bahwa media pembayaran dapat digunakan untuk mempengaruhi
transaksi.
 Untuk melindungi konsumen dari pelanggaran oleh lembaga pemberi kredit :
secara historis, beberapa individu mengalami kesulitan mendapatkan
pinjaman karena alasan yang tidak terkait dengan kondisi keuangan mereka.

 Goals and Functions of Depository Institution Regulation


(Indonesia) :
Untuk negara Indonesia sendiri Industri perbankan merupakan salah satu komponen
yang sangat penting dalam perekonomian nasional demi menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Stabilitas industri perbankan sangat
mempengaruhi stabilitas perekonomian secara keseluruhan. Pada tahun 1998, krisis
moneter dan perbankan yang menghantam Indonesia, yang ditandai dengan
dilikuidasinya 16 bank, mengakibatkan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat
pada sistem perbankan. Untuk mengatasi krisis yang terjadi, pemerintah
mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya memberikan jaminan atas seluruh
kewajiban pembayaran bank, termasuk simpanan masyarakat (blanket guarantee).
Dikeluarkannya juga Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
mengamanatkan pembentukan suatu Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebagai
pelaksana penjaminan dana masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, LPS
menjadi suatu lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah
penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai
dengan kewenangannya.
 Untuk (Function) Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sendiri :
 Yang pertama Menjamin simpanan nasabah penyimpan.
 Kemudian yang kedua Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem
perbankan sesuai dengan kewenangannnya
 Dan untuk Tujuan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) :
 Yang pertama untuk Merumuskan dan menetapkan kebijakan
pelaksanaan penjaminan simpanan.
 Kemudian Melaksanakan penjaminan simpanan.
 Selanjutnya Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut
aktif memelihara stabilitas sistem perbankan.
 Tujuan keempat untuk Merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan
kebijakan penyelesaian Bank Gagal yang tidak berdampak sistemik.
 Dan yang terakhir Melaksanakan penanganan Bank Gagal yang
berdampak sistemik.

Anda mungkin juga menyukai