Anda di halaman 1dari 3

1.

Analisa diagnosa keperawatan


Etiologi:
a. Kesepian: ketika Mr. B harus dipindahkan ke panti jompo pasti akan merasa
kesepian karena jauh dari istri dan anak-anaknya.
b. Pengasingan diri: Mr. B merasa terasingkan harus dipindahkan oleh
keluarganya ke panti jompo karena keluarga merasa tidak mampu merawat
Mr. B.
c. Peningkatan ketergantungan pada orang lain: ketika program rehabilitasi Mr.B
telah selesai maka ketergantungan kepada keluarga atau pun orang yang
merawatnya akan semakin bertambah. Oleh karena itu, keluarga merasa tidak
mampu untuk merawat Mr.B.
d. Kejadian hidup yang tak diharapkan: Mr.B selalu menjadikan keluarga nya
sebagai prioritas dirinya, namun ketika ia dalam kondisi membutuhkan
bantuan/perawatan, keluarganya malah merasa tidak mampu dan berencana
untuk memindahkan Mr. B ke panti jompo.
Sign & symptom:
a. Marah pada Tuhan: Mr.B mengungkapkan bahwa dirinya tidak pernah
melakukan perbuatan yang tidak baik dan selalu beribadah dengan baik
kepada Tuhannya, tetapi mengapa malah ia ditimpakan ujian hidup yang
seperti itu.
b. Mengeluh tidak dapat menerima: Mr.B mengeluh mengapa dirinya yang harus
menerima kondisi seperti itu.
Diagnosis: distres spiritual
2. Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan keyakinan atau sitem
nilai berupa kemampuan merasakan makna dan tujuan hidup melalui hubungan diri,
orang lain, lingkungan dan Tuhan meningkat.
Kriteria hasil:

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat


menurun meningkat
Verbalisasi penerimaan 1 2 3 4 5
Verbalisasi kepuasan 1 2 3 4 5
terhadap makna hidup
Perilaku marah pada Tuhan 1 2 3 4 5
3. Perencanaan
Intervensi:
Dukungan Spiritual (I.09276)
Observasi:
a. Identifikasi perasaan khawatir, kesepian, dan ketidakberdayaan
b. Identifikasi pandangan tentang hubungan antara spiritual dan kesehatan
c. Identifikasi harapan dan kekuatan pasien
d. Identifikasi ketaatan dalam beragama
Terapeutik:
a. Berikan kesempatan mengekspresikan perasaan tentang penyakit dan kematian
b. Berikan kesempatan mengekspresikan dan meredakan marah secara tepat
c. Yakinkan bahwa perawat bersedia mendukung selama masa ketidakberdayaan
d. Sediakan privasi dan waktu tenang untuk aktivitas spiritual
e. Diskusikan keyakinan tentang makna hidup
f. Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
Edukasi:
a. Anjurkan berinteraksi dengan keluarga, teman, dan atau orang lain
b. Anjurkan berpartisipasi dalam kelompok pendukung
c. Ajarkan metode relaksasi, meditasi, dan imajinasi terbimbing
Kolaborasi:
Atur kunjungan dengan rohaniawan
4. Perencanaan sesuai ebp
a. Intervensi
One-on-one, semistructured interviews were conducted at three time points
(within 60 days of diagnosis, six to 12 months, and 12-18 months later) and
included queries about spirituality, God/prayer, meaning from illness, and
evolving self-identity.
b. Karekteristik responden
Adolences and young adults (AYAs) (14-25 years old) with newly diagnosed
cancer self-reported their “religiousness” and “spirituality”.
c. Frekuensi
Three time points (within 60 days of diagnosis, six to 12 months, and 12-18
months later)
d. Hasil
Seventeen AYAs (mean age 17.1 years, SD ¼ 2.7, 47% male) participated in
44 interviews. Of n ¼ 16 with concurrent survey responses, fifive (31%) self-
identifified as both ‘‘religious and spiritual,’’ fifive (31%) as ‘‘spiritual, not
religious,’’ one (6%) as ‘‘religious, not spiritual,’’ and fifive (31%) as
neither. Those who endorsed religiousness tended to cite faith as a source of
strength, whereas many who declined this self-identity explicitly questioned
their preexisting beliefs. Regardless of self-identifified ‘‘religiousness’’ or
‘‘spirituality,’’ most participants endorsed quests for meaning, purpose,
and/or legacy, and all included constructs of hope in their narratives.
When words such as “religion” and “spirituality” do not fit, explicitly
exploring hopes, worries, meaning, and changing life perspectives may be a
promising alternative.

Referensi : Barton, K. S., Tate, T., Lau, N., Taliesin, K. B., Waldman, E. D., &
Rosenberg, A. R. (2018). “I’m Not a Spiritual Person.” How Hope Might
Facilitate Conversations About Spirituality Among Teens and Young Adults
With Cancer. Journal of Pain and Symptom Management, 55(6), 1599–1608.
https://doi.org/10.1016/j.jpainsymman.2018.02.001

Anda mungkin juga menyukai