Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Kebidanan atau Obstetri ialah bagian Ilmu Kedokteran yang khusus
mempelajari segala soal yang bersangkutan dengan lahirnya bayi. Dengan
demikian, yang menjadi objek ilmu ini ialah kehamilan, persalinan, nifas, dan
bayi yang baru dilahirkan. Pelayanan kebidanan dalam arti yang terbatas terdiri
atas : pengawasan serta penanganan wanita dalam masa hamil dan pada waktu
persalinan, perawatan dan pemeriksaan wanita sesudah persalinan, perawatan bayi
yang baru lahir dan pemeliharaan ASI (Prawirohardjo, 2010).

Keperawatan Gawat Darurat merupakan pelayanan keperawatan


komprehensif diberikan kepada pasien injuri akut atau sakit yang mengancam
kehidupan. Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu unit di Rumah Sakit
yang harus dapat memberikan pelayanan darurat kepada masysrakat yang
menderita penyakit akut dan mengalami kecelakaan sesuai dengan stadar.

Di Indonesia permasalahan gawat darurat obstetri terjadi karena


mengalami empat hal keterlambatan, yaitu terlambat mengenali bahaya dan
resiko, terlambat mencari keputusan untuk mengambil pertolongan, terlambat
untuk mendapatkan transportasi guna mencari sarana kesehatan yang lebih
mampu, dan terlambat mendapatkan pertolongan di fasilitas rujukan. Oleh karena
itu pelayanan obstetri memerlukan kontiunitas pelayanan serta akses terhadap
pelayanan obstetri emergensi ketika timbul komplikasi. Sehingga setiap
persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, peningkatan terhadap
pelayanan obstetri emergensi, serta sistem rujukan yang efektif.

Komplikasi kehamilan dan persalinan yang terjadi di berbagai negara


berkembang menjadi penyebab utama kematian wanita pada usia reproduksi. Ini
berarti Lebih dari satu wanita meninggal setiap menit dari penyebab komplikasi,
atau ini berarti 585.000 wanita meninggal setiap tahun. Kurang dari satu persen
kematian ini terjadi di negara maju.,Kenyataan ini menunjukkan bahwa
penyelesaian masalah secara medis teknis bukan merupakan jaminan penyelesaian
masalah tingginya mortalitas ibu. Ada faktor lain yang akan menyumbang
keberhasilan intervensi medis yaitu dengan ditopang oleh cepatnya pengambilan
keputusan ibu atau keluarga untuk mencari pertolongan. Tindakan ini sangat
banyak dipengaruhi oleh sikap waspada ibu dan keadaan sosial ekonomi keluarga.
Ibu yang telah diberi informasi bahwa kehamilan mungkin berisiko tinggi
biasanya lebih waspada bila menghadapi permasalahan selama kehamilan. Sejauh
ini informasi yang diberikan terbatas pada ibu dan bersifat umum sehingga kurang
terkait dengan anggota keluarga lain. Pada keadaan kritis atau bahaya bukan
hanya ibu yang berperan memutuskan untuk mencari pertolongan tetapi seluruh
keluarga.

Jenis-jenis permasalahan kehamilan yang termasuk kegawat daruratan


obstetri diantaranya adalah abortus, perdarahan, infeksi, sepsis, hipertensi pada
kehamilan, preeklampsia, eklampsia, persalinan macet (distosia).

Menurut WHO (World Health Organisation) di seluruh dunia sekitar 40-


60 juta ibu yang tidak menginginkan kehamilannya melakukan aborsi setiap
tahun. Sekitar 500.000 ibu mengalami kematian yang disebabkan oleh kehamilan
dan persalinan, sekitar 30-50 % di antaranya meninggal akibat komplikasi abortus
yang tidak aman dan sekitar 90 % kematian tersebut terjadi di Negara berkembang
termasuk Indonesia, (Ericca, 2011). Oleh karena itu, pada makalah ini difokuskan
untuk membahas askep gawat darurat obstetri pada pasien abortus.

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di


dunia,tampa mempersoalkan penyebabnya,dimana kandungan seorang perempuan
hamil dengan spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang
disengaja” dan “abortus spontan” (Manuaba, 2011).

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu gawat darurat ?


2. Apa itu obstetri ?
3. Apa itu kegawat daruratan obtetri?
4. Apa masalah keperawatan yang terjadi pada pasien gawat darurat
obstetri ?
5. Apa pengertian abortus?
6. Apa saja jenis abortus?
7. Bagaimana Patofisiloginya abortus?
8. Apa Penyebababortus?
9. Bagaimana Uji diagnostic abortus?
10. Bagaimana Penatalaksanaan medis abortus?
11. Bagaimana asuhan keperawatan gawat darurat obstetri pada pasien
abortus?

B. Tujuan

1. Untuk memahami apa yang dimaksud gawat darurat.


2. Untuk memahami apa itu obstetri.
3. Untuk memahami konsep kegawat daruratan obstetri
4. Untuk mengetahui apa saja masalah keperawatan yang terjadi pada pasien
gawat darurat obstetri.
5. Mengetahui Pengertian abortus
6. Mengetahui Jenis abortus
7. Mengetahui Patofisiloginyaabortus
8. Mengetahui Penyebab abortus
9. Mengetahui Uji diagnostic abortus
10. Mengetahui Penatalaksanaan medis abortus
11. Mengetahui Asuhan keperawatan abortus
12. Untuk memahami bagaimana asuhan keperawatan gawat darurat obstetri
pada pasien abortus yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Gawat Darurat
Gawat darurat merupakan keadaan klinis yang membutuhkan tindakan
medis segera untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan (Permenkes
RI No. 47 tahun 2018).

Pelayanan kegawat daruratan adalah tindakan medis yang dibutuhkan oleh


pasien gawat darurat dalam waktu segera untuk menyelamatkan nyawa dan
pencegahan kecacatan (Permenkes RI No. 47 tahun 2018).

IGD adalah salah satu unit pelayanan di Rumah Sakit yang menyediakan
penanganan awal (bagi pasien yang datang langsung ke rumah sakit)/lanjutan
(bagi pasien rujukan dari fasilitas pelayanan kesehatan lain), menderita sakit
ataupun cedera yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya (Permenkes RI
No. 47 tahun 2018).

2. Obstetri
Obstetri ialah bagian Ilmu Kedokteran yang khusus mempelajari segala
soal yang bersangkutan dengan lahirnya bayi. Dengan demikian, yang menjadi
objek ilmu ini ialah kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi yang baru dilahirkan.
Perawatan dalam arti yang terbatas terdiri atas : pengawasan serta penanganan
wanita dalam masa hamil dan pada waktu persalinan, perawatan dan pemeriksaan
wanita sesudah persalinan, perawatan bayi yang baru lahir dan pemeliharaan ASI
(Prawirohardjo, 2010).

3. Kegawat Daruratan Obstetri


Kedaruratan Obstetrik adalah suatu keadaan klinik yang apabila tidak
segera ditangani akan berakibat kesakitan yang berat bahkan kematian ibu dan
janinnya. Secara umum terdapat 4 penyebab utama kematian ibu, janin dan bayi
baru lahir, yaitu abortus, perdarahan, infeksi, sepsis, hipertensi, preeklampsia,
eklampsia, persalinan macet (distosia). Persalinan macet hanya terjadi pada saat
persalinan berlangsung, sedangkan penyebab lainnya dapat terjadi dalam
kehamilan, persalinan, dan masa nifas.

Setiap kehamilan berpotensi mengalami risiko kedaruratan. Pengenalan


kasus kedaruratan obstetri secara dini sangat penting agar pertolongan yang cepat
dan tepat dapat dilakukan. Mengingat klinis kasus kedaruratan obstetri yang
berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas, setiap kasus sebaiknya ditangani
seyogyanya kasus gawat darurat lewat triase awal, sampai pemeriksaan
menunjukkan bahwa kasus tersebut bukan kedaruratan. Dalam menangani kasus
kegawatdaruratan, penentuan permasalahan utama (diagnosis) dan tindakan
pertolongan harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan segera mungkin.

B. Faktor Risiko Kegawat Daruratan Obstetri


1. Empat terlalu :
a. Terlalu muda, umur < 20 tahun
b. Terlalu tua, umur >35 tahun
c. Terlalu banyak punya anak >5 orang
d. Terlalu dekat jarak kelahiran anak <2 tahun
2. Tinggi badan ibu <145 cm
3. Hemoglobin <11g %
4. Berat badan pada triwulan III <45 kg
5. Lingkar lengan atas <23,5 cm

C. Abortus
1. Definisi
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada
usia sebelum 16 minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-100 gram,
tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu diangggap keajaiban
karna semakin tinggi BB anak waktu lahir Makin besar kemungkinan
untuk dapat hidup terus (Amru Sofian, 2015).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup
di dunia, tanpa mempersoalkan penyebabnya, dimana kandungan seorang
perempuan hamil dengan spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “
abortus yang disengaja dan abortus spontan (Manuaba, 2011).
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
(Prawirohardjo, 2010).
Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui
metode obatobatan atau bedah, (Morgan, 2011).
Dari definisi diatas kelompok menyimpulkan, abortus adalah
berakhirnya kehamilan sebelum janin siap untuk dilahirkan, dengan usia
kandungan kurang dari 20 minggu (Kelompok 7, 2021).
2. Etiologi
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Biasanya menyebabkan abortus
pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan hasil konsepsi yang
berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan muda. Faktor
yang menyebabkan kelainan ini adalah :

1) Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X


Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling
sering untuk abortus dini dan kejadian ini kerap kali
disebabkan oleh cacat kromosom. Kelainan yang sering
ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan
kemungkinan pula kelainan kromosom seks.

2) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna. Bila


lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang
sempurna sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil
konsepsi terganggu.Endometrium belum siap untuk menerima
implasi hasil konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang karena
anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.

3) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau


dan alcohol. Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan
hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan
pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain misalnya
tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.

2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena


hipertensi menahun. Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan
menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi
sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.Infeksi pada
plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat
berfungsi.Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes
melitus. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta
sehingga menimbulkan keguguran.

3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan


toksoplasmosis.Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat :
penyakit menyangkut infeksi virus akut, panas tinggi dan inokulasi,
misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit cacar . nefritis kronis dan
gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan pada
metabolisme asam folat yang diperlukan untuk perkembangan janin akan
mengakibatkan kematian janin. Obat-obat tertentu, khususnya preparat
sitotoksik akan mengganggu proses normal pembelahan sel yang cepat.
Prostaglandin akan menyebabkan abortus dengan merangsang kontraksi
uterus. Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia,
tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lainnya. Toksin, bakteri,
virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga
menyebabkan kematian janin, kemudian terjadi abortus. Kelainan
endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat kontrol
metabolik pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat
meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana autoantibodi tiroid
menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun tidak terjadi
hipotiroidism yang nyata.

4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus


pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan
uterus. Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri
atau halangan terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya
fibroid, malformasi kongenital, prolapsus atau retroversio
uteri.Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat
melahirkan atau akibat tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi). Rahim
merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan
abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus,
retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks
(konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum.

5. Trauma, biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan


seksual, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat
keguguran yang berkali-kali.

6. Faktor-faktor hormonal, Misalnya penurunan sekresi progesteron


diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan
10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta mengambil alih funngsi korpus
luteum dalam produksi hormon.

7. Sebab-sebab psikosomatik. Stress dan emosi yang kat diketahui dapat


mempengarhi fungsi uterus lewat hipotalamus-hipofise.

8. Penyebab dari segi Maternal

1) Penyebab secara umum:

(1) Infeksi
a. Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.

b. Infeksibakteri, misalnya streptokokus.

c. Parasit, misalnya malaria

(2) Infeksi kronis

a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.

b. Tuberkulosis paru aktif.

c. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.

d. Penyakit kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis, diabetes, anemia


berat, penyakit jantung, toxemia gravidarum

e. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.

f. Trauma fisik.

2) Penyebab yang bersifat lokal:

(1) Fibroid, inkompetensia serviks.

(2) Radang pelvis kronis, endometrtis.

(3) Retroversikronis.

(4) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga


menyebabkan hiperemia dan abortus.

9. Penyebab dari segi Janin 1) Kematian janin akibat kelainan bawaan. 2)


Mola hidatidosa. 3) Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan
degenerasi.

3. Klasifikasi
Klafikasi abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :

1. Abortus Spontan
Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain
yang luas digunakan adalah keguguran (miscarriage). Keguguran adalah setiap
kehamilan yang berakhir secara spontan sebelum janin dapat bertahan. Sebuah
keguguran secara medis disebut sebagai aborsi spontan. WHO mendefenisikan
tidak dapat bertahan hidup sebagai embrio atau janin seberat 500 gram atau
kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20 hingga
22 minggu atau kurang. Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi lima
subkelompok, yaitu:

a. Threatened Miscarriage (Abortus Iminens) Adalah peristiwa terjadinya


perdarahan dari uterus pada usia kehamilan 20 minggu, dimana hasil
konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Yang
pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dan beberapa jam sampai
beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin
terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis : nyeri dapat berupa nyeri
punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul atau
rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.

b. Inevitable Miscarriage (Abortus Tidak Terhindarkan) Yaitu Abortus tidak


terhindarkan (inevitable) ditandai oleh pecah ketuban yang nyata disertai
pembukaan serviks.

c. Incomplete Miscarriage (Abortus tidak lengkap) Pada abortus yang terjadi


sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan plasentabiasanya keluar bersama-
sama, tetapi setelah waktu ini keluar secara terpisah. Apabila seluruh atau
sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau lambatakan terjadi
perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkomplet.

d. Missed Abortion Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi


yang telah meninggal in utero selama 8 minggu. Setelah janin meninggal,
mungkin terjadi perdarahan pervaginam atau gejala lain yang
mengisyaratkan abortus iminens, mungkin juga tidak. Uterus tampaknya
tidak mengalami perubahan ukuran, tetapi perubahanperubahan pada
payudara biasanya kembali seperti semula.

e. Recurrent Miscarriage atau Abortus Habitualis (Abortus Berulang) Keadaan


ini didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan urutan, tetapi definisi
yang paling luas diterima adalah abortus spontan yang terjadi berturut-turut
selama tiga kali atau lebih

2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat)

Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh


ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila
kehamilan belum mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100
gram bisa hidup di luar tubuh. Abortus ini dibagi 2 yaitu :

a. Abortus medisinalis Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu


abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.

b. Abortus kriminalis Yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-


tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan
biasanya dilakukan secara sembunyisembunyi oleh tenaga tradisional.

4. Pencegahan
Antenatal care (ANC), disebut juga prenatal care, merupakan intervensi
lengkap pada wanita hamil yang bertujuan untuk mencegah atau mengidentifi kasi
dan mengobati kondisi yang mengancam kesehatan fetus/bayi baru lahir dan/atau
ibu, dan membantu wanita dalam menghadapi kehamilan dan kelahiran sebagai
pengalaman yang menyenangkan. Penelitian observasional menunjukkan bahwa
ANC mencegah masalah kesehatan pada ibu dan bayi.Pada suatu penelitian
menunjukkan, kurangnya kunjungan rutin ibu hamil dengan risiko rendah tidak
meningkatkan risiko komplikasi kehamilan namun hanya menurunkan kepuasan
pasien. Perdarahan pada kehamilan disebabkan oleh banyak faktor yang dapat
didentifi kasi dari riwayat kehamilan terdahulu melalui konseling dan anamnesis.
Pada penelitian Herbst, dkk (2003), ibu hamil yang tidak melakukan ANC
memiliki risiko dua kali lipat untuk mengalami risiko kelahiran prematur.

5. Pathway
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala secara umum pada abortus imminen adalah :

1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.

2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun,


tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil,
suhu badan normal atau meningkat.

3. Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil


konsepsi

4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat
kontraksi uterus.

5. Pemeriksaan ginekologi :

a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil


konsepsi, tercium bau busuk dari vulva

b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan
atau jaringan berbau busuk dari ostium

c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri d. Hasil
pemeriksaan kehamilan masih positif

7. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul (Budiyanto dkk, 2017) adalah:

1. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal,
diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca
tindakan, dapat pula timbul lama setelah tindakan.
2. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila
setelah seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil. Harus diingat
kemungkinan adanya emboli cairan amnion, sehingga pemeriksaan histologik
harus dilakukan dengan teliti.

3. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus.
Hal ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung
udara masuk ke dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama sistem vena di
endometrium dalam keadaan terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya
tidak menyebabkan kematian, sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan
sudah dapat memastikan dengan segera.

4. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan
tanpa anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat
terjadi akibat alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan
cairan yang terlalu panas atau terlalu dingin.

5. Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal


seperti KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat
mengakibatkan cedera yang hebat atau kematian. Demikian pula obat-obatan
seperti kina atau logam berat. Pemeriksaan adanya Met-Hb, pemeriksaan
histologik dan toksikolgik sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis.

6. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi
memerlukan waktu.

7. Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan


menggunakan pengaliran arus listrik.

8. Pemeriksaan Penunjang
1) Ultrasonografi (USG) Transvaginal dan Observasi Denyut Jantung
Janin untuk menentukkan apakah janin masih hidup.
2) Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3
minggu setelah abortus.
3) Pemeriksaan kadar progesteron Kadar hormon progesteron relatif
stabil pada trimester pertama, sehingga pemeriksaan tunggal dapat
digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viabel; kadar
kurang dari 5 ng/mL menunjukkan prognosis kegagalan kehamilan
dengan sensitivitas 60%, sedangkan nilai 20 ng/mL menunjukkan
kehamilan yang viabel dengan sensitivitas 100%.

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan abortus imminens menurut varney 2001 adalah :

1. Trimester pertama dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai kram :

a. Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan


mengurangirangsangan mekanis, terutama bagi yang pernah abortus
sampai perdarahan benar – benar berhenti
b. Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan irigasi
atau memasukkan sesuatu ke dalam vagina)
c. Tidak melakukan aktifitas seksual yang menimbulkan orgasme.

2. Pemeriksaan pada hari berikutnya di rumah sakit :

a. Evaluasi tanda – tanda vital.


b. Pemeriksaan selanjutnya dengan spekulum : merupakan skrining
vaginitis dan servisistis : observasi pembukaan serviks, tonjolan kantong
ketuban, bekuan darah, atau bagian – bagian janin.
c. Pemeriksaan bimanual : ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan, effacement,
serta kondisi ketuban.

3. Jika pemeriksaan, negatif dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi


untukmenentukkan kelangsungan hidup janin, tanggal kelahiran, dan jika
mungkin untuk menenangkan wanita.

4. Jika pemeriksaan fisik dan ultrasonografi negatif, tenangkan ibu, kaji ulang
gejala bahaya dan pertahankan nilai normal.
5. Konsultasikan ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat, atau
hasil pemeriksaan fisik dan ultrasonogrfi menunjukkan hasil abnormal Terapi
yang diberikan menurut Masjoer (2001) adalah sedativa ringan seperti
phenobarbital 3 x 30 mg dan menurut Manuaba (2007) diberikan terapi
hormonal yaitu progesteron, misalnya premaston hingga perdarahan berhenti.
BAB III
Asuhan Keperawatan

Kasus:

Ny. “N” ibu hamil 25 tahun dilarikan ke RS tanggal 07-03-2021 klien


mengalami kecelakaan lalu lintas ketika hendak kepasar pkl 09.00 WIB
menggunakan sepeda motor. Klien jatuh ke aspal dalam keadaan duduk dan
terhempas dari sepeda motornya sejauh 1 meter. Klien ditemukan saksi dalam
keadaan tidak sadarkan diri dengan posisi terlentang, terlihat darah segar dari
daerah jalan lahir, dari keterangan keluarga usia kehamilannya 20 minggu.
Dari pengkajian di RS didapatkan : TD 90/70 mmHg, nadi 110 x/menit, suhu
36,10C, RR 29 x/menit, nafas cepat dan dangkal, akral dingin (Gcs 7) dan
terdapat suara tambahan (ronchi), CRT > 3 detik, konjungtiva anemis,
ditemukan laserasi pada ulna sinistra, contusion pada daerah inguinalis,
krepitasi pelvis (+), perdarahan pervaginam (+), hasil pemeriksaan ketuban
intact.

A. Primary Survey
a. Airway : Terdapat sumbatan jalan napas berupa darah dan lendir.
b. Breathing :
Look : Adanya pengembangan dinding dada. Frekuensi 32x/ menit
Listen : Terdengar suara nafas stidor.
Feel : Terasa hembusan nafas, terlihat otot bentu pernafasan.
c. Circulation : Akral dingin, kulit pucat terdapat pendarahan di telingga,
hidung, mulut, CRT > 3 detik.

d. Disability : GCS 7 (E2, M3, V2) dan kesadaran sopor.


B. Pengkajian Sekunder
1. Biodata

Data Pasien :

1) Nama : Ny Y
2) Umur : 25 tahun
3) Pendidikan : SMA
4) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5) Alamat : Perumahan Griya Permai

Data Penanggung Jawab

1) Nama : Tn. W
2) Umur : 29 tahun
3) Pekerjaan : PNS
4) Pendidikan : S1
5) Alamat : Perumahan Griya Permai
6) Status hubungan dengan pasien : Suami

2. Alasan datang/dirawat

Klien mengalami kecelakaan lalu lintas ketika hendak kepasar


pukul 09.00 WIB menggunakan sepeda motor dan diboncengi suami dalam
posisi duduk miring tidak berpegangan dengan suaminya, Klien jatuh keaspal
dalam keadaan duduk dan terhempas dari sepeda motornya sejauh 1 meter.

3. Keluhan utama

Klien ditemukan saksi dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan


posisi terlentang, terlihat darah segar ke arah kaki, dari keterangan
keluarga usia kehamilannya 29 minggu.

4. Riwayat Menstruasi

Menarche : 12 tahun
Siklus : 30 hari

Lama : 5 hari

Teratur : teratur

Sifat darah : Cair

Keluhan : Tidak ada

5. Riwayat perkawinan

Status perkawinan : Menikah

Menikah ke : 1 (satu)

Usia menikah pertama kali : 22 Tahun

Lama : 3 Tahun

6. Riwayat obstetrik : G2P1A0 Ah1

7. Riwayat kontrasepsi yang digunakan : Ibu mengatakan tidak pernah


menggunakn alat kontrasepsi.

8. Riwayat Kehamilan Sekarang

a. ANC pertama umur kehamilan : 6 minggu


b. Kunjungan ANC
1. Trimester I
Frekuensi : 2x
Keluhan : Mual, Flek-flek
Komplikasi : Tidak ada
Terapi : Asam folat

2. Trimester II

Frekuensi : -

Keluhan : -
Komplikasi : -

Terapi : -

3. Trimester III

Frekuensi : -

Keluhan : -

Komplikasi : -

Terapi : -

c. Imunisasi TT : 1 kali

TT I : tanggal : 25 Januari 2018

d. Pergerakan janin : selama 24 jam ( dalam sehari ) Ibu mengatakan belum


merasakan gerakan janin.

9. Riwayat kesehatan :

a. Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular, menurun dan menahanun)

ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular, menurun,


menahun.

b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (menular, menurun dan


menahanun)

ibu mengatakan dari pihak keluarga ibu maupun keluarga suami ibu tidak
sedang menderita penyakit menular, menurun, menahun.

c. Riwayat keturunan kembar

Ibu mengatakan dari pihak keluarga suami dan ibu tidak punya riwayat
keturunan kembar.

d. Riwayat operasi : Ibu mengatakan tidak ada riwayat operasi

e. Riwayat alergi obat : Ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi obat.
10. Pola pemenuhan kebutuhan

Sebelum hamil Saat hamil


1) Nutrisi
a. Makan
Frekuensi 3 kali sehari 3 kali sehari
Jenis Nasi, sayur, lauk Nasi, sayur, lauk
Porsi 1 piring 1 piring
Pantangan - -
Keluhan - -
b. Minum
Frekuensi 6-7 kali sehari 7-8 kali sehari
Jenis Air putih, teh Air putih, teh
Porsi 1 gelas 1 gelas
Pantangan - -
Keluhan - -
2) Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 1 kali sehari 1 kali sehari
Warna Kuning Kuning
Konsistensi Lembek Lembek
Keluhan - -
b. BAK
Frekuensi 3-4 kali sehari 4-5 kali sehari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Konsistensi Cair Cair
Keluhan - -
3) Istirahat
a. Tidur siang
Lama 2 jam/hari 2 jam/hari
Keluhan - -
b. Tidur
malam 8 jam/hari 8 jam/hari
Lama - -
Keluhan
4) Personal Hygiene 2 kali sehari 2 kali sehari
a. Mandi 2 kali sehari 2 kali sehari
b. Ganti
pakaian 3 kali sehari 3 kali sehari
c. Gosok gigi 3 kali seminggu 3 kali seminggu
d. Keramas
5) Pola seksualitas 3 kali seminggu 1 kali seminggu
Frekuensi - -
Keluhan

11. Pola aktivitas terkait kegiatan fisik dan olah raga

Ibu mengatakan di rumah mengerjakan aktivitas rumah seperti menyapu,


mengepel, mencuci, mengasuh anak, dan jarang sekali berolahraga.

12. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan ( merokok, minum jamu, minuman


beralkohol)

Ibu mengatakan tidak pernah merokok, minum jamu-jamuan dan minum


minuman yang beralkohol.

13. Data psikososial, spiritual, dan ekonomi ( pererimaan ibu/ suami/ keluarga
terhadap kelahiran, dukungan keluarga, hubungan dengan suami/ keluarga/
tetangga, perawatan bayi, kegiatan ibadah, kegiatan social, keadaan ekonomi
keluarga )

a. Ibu mengatakan sangat senang dengan kehamilan ini.


b. Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat mendukung kehamilan
ini.
c. Ibu mengatakan hubungan dengan suami,keluarga dan tetangga
baik – baik saja.
d. Ibu mengatakan akan melakukan perawataan bayi dengan baik
e. Ibu mengatakan selalu taan dalam melaksanakaan sholat 5 waktu
f. Ibu mengatakan selalu aktif dalam mengikuti kegiatan social.
g. Ibu mengatakan keadaan ekonomi keluarga sangat baik.

14. Pengetahuan ibu ( tentang kehamilan,persalina, nifas )

a. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang kehamilan .


b. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang persalinan.
c. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentanng nifas.

15. Lingkungan yang berpengaruh ( sekitar rumah dan hewan peliharaan )

a. Ibu mengatakan lingkungan sekitar rumah tidak ada berpengaruh


buruk.
b. Ibu mengatakan tidak memeliharaan hewan peliharaan dirumah.

C. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : Baik


b. Kesadaran : Sopor
c. Status emisional : Stabil
d. Tanda Vital :

Tekanan Darah : 120/70mmHg

Nadi : 83x/menit

Pernapasan : 20x/menit

Suhu : 36,50 c

BB : 52kg

TB : 155 cm
2. Pemeriksaan fisik

Inspeksi :

a. Kepala :Bentuk mesochepal, tidak ada benjolan abnormal,tidak ada


nyeri tekan
b. Wajah :Bentuk oval, tidak ada bekas luka operasi,tidak pucat,tidak
ada cloasma gravidarum.
c. Mata :Simetris, tidak ada secret,sclera putih konjungtiva merah
muda.
d. Hidung :Simetris. Tidak ada polip. Tidak ada secret, tidak ada
gerak cuping hidung saat bernafas
e. Mulut :Simetris. Tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak
ada perdarahan gusi, lidah bersih.
f. Telingga :Simetris, tidak ada serumen, Pendengaran baik.
g. Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis, limfe dan
vena jugularis.
h. Dada : Tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada
wheezing,pernafasan teratur.
i. Payudara: Simetris, putting susu menonjol, areola mammae
hiperpigmentasi.
j. Abdomen :Pembesaran sesuai umur kehamilan, tidak ada bekas
luka, tidak ada bekas operasi, tidak ada linea nigra, tidak ada linea
alba, tidak ada striae gravidarum.
k. Ekstremitas atas : Simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap
masing-masing 5, tidak ada odema, tidak ada sianosis, kuku bersih
warna merah muda.
l. Ekstremitas bawah : Simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap
masing-masing 5, tidak ada odema, tidak ada varices, reflek patella
ada, kuku bersih warna merah muda.
m. Genetalia luar : Terjadi pengeluaran flek-flek, tidak ada odema,
tidak ada bekas luka operasi, tidak ada pembesaran kelenjar
bartholini.
n. Pemeriksaan panggul : Tidak dilakukan

Palpasi :

a. Leopold I : fundus tegang


b. Leopold II : belum teraba
c. Leopold III : belum teraba
d. Leopold IV : belum teraba
e. Osborn test : Tidak dilakukan
f. Payudara : tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan.

Auskultasi :

DJJ : - x/mnt

3. Pemeriksaan penunjang

USG : Hasilnya janin masih ada di dalam uterus.

4. Data Penunjang

Dilakukan pemeriksaan PP test dengan hasil postif.


D. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


.
1. DS : Kejadian kecelakaan Resiko syok
- Penolong mengatakan lalu lintas (hipovolemik)
korban mengalami
perdarahan hebat. Benturan
- Penolong mengatakan
keluar darah segar dan Abortus spontan
menggumpal pada
daerah jalan lahir. Ansietas
DO :
- Konjungtiva anemis Nyeri abdomen
- Pasien tampak pucat
- Pasien lemah Gangguan rasa
nyaman

Perdarahan

Resiko syok
(hipovolemik)
2. DS : Kejadian kecelakaan Kekurangan
- Penolong lalu lintas volume cairan
mengataka
n korban Benturan
banyak
mengeluark Abortus spontan
an darah.
DO : Ansietas
- TD 90/70 mmHg
- Nadi 110x/menit Nyeri abdomen
- Suhu 36,1 derajat
celcius Gangguan rasa
- RR 29 x/menit. nyaman

Perdarahan

Kekurangan volume
cairan

Gangguan rasa
3. DS : Kejadian kecelakaan nyaman
- Pasien lalu lintas
mengatakan nyeri
pada perut bagian Benturan
bawah dan pada
pinggang. Perdarahan
DO :
- Pasien tampak Abortus spontan
tidak sadarkan diri
setelah kecelakaan Ansietas
- TD 90/70 mmHg
- Nadi 110x/menit Nyeri abdomen
- Suhu 36,1 derajat
selsius. Gangguan rasa
- RR 29 x/menit. nyaman

E. Diagosa Keperawatan
1. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan ansietas dan nyeri
abdomen.

F. Rencana Keperawatan

No Diagnose Tujuan dan Kriteria Intervensi


.
1. Resiko syok -Syok prevetion syok prevention
(hipovolemik -syok management 1. Monitor ststus
) Kriteria hasil : sirkulasi, warna kulit, suhu
berhubungan 1. Nadi dibatas yang tubuh, denyut jantung dan
dengan diharapkan ritme, nadi perifer dan
perdarahan. 2. Irama jantung dalam batas kapiler refill
yang diharapkan
2. Monitor suhu dan
3. Irama pernafasan yang
pernafasan
diharapkan.
3. Monitor tanda awal
-Hidrasi
syok
1. indicator:
4. Monitor tanda dan
a. mata cekung tidak ditemui
gejala asites
b. demam tidak ditemukan
c. TD normal 5. Berikan cairan IV oral
yang tepat
6. Syok management.
7. Mengajarkan keluarga
dan pasien tentang tanda dan
gejala datangnya syok.

No Diagnose Tujuan dan Kriteria Intervensi


.
2. Kekurangan -fluid balace Fluid Management
volume cairan -hydration 1. Pertahankan cacatan
berhubungan -nutritional status intek dan output yang
dengan perdarahan Kriteria hasil : akurat.
1. mempetahankan urine 2. Monitor TD pasien
output sesuai dengan 3. Monitor vital sign
usia, BB, BJ, urine Hypovolemia Management
normal HT normal. 1. Memberikan cairan IV
2. TD, nadi, suhu tubuh fan monitor adanya
dalam batas normal. tanda dan gejala
-turgor kulit baik kelebihan volume
cairan.
2. Mnonitor tingkat HB
dan HT.
3. Dorong pasien untuk
menambah intek oral
4. Kolaborasi dengan
dokter.
No Diagnose Tujuan dan Kriteria Intervensi
.
3. Gangguan rasa -Ansiety Penurunan kecemasan
nyaman -Fear level 1. Gunakan pendekatan
berhubungan -Comfort yang menenangkan
dengan ansietas Kriteria hasil : 2. Temani pasien untuk
dan nyeri abdomen. 1. Mampu mengontrol memberikan keamana
kecemasan dan mengurangi takut
2. Kualitas istirahat dan 3. Bantu pasien
tidur adekuat mengenali situasi yang
3. Dapat mengontrol menimbulkan
ketakutan kecemasa
4. Mengontrol nyeri 4. Dorong pasien untuk
-Respon terhadap pengobatan mengungkapkan
ketakutan, persepsi
5. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
6. Monitor fungsi renal
7. Monitor tekanan nadi
8. Monitor status cairan,
input dan autput.

G. Implementasi

No Tanggal Diagnose keperawatan Implementasi


.
1. 11.01.2021 Resiko -syok oreventation
syok( hivopolemik) 1. memonitor ststus sirkulasi, warna kulit,
Berhubungan dengan suhu tubuh, denyut jantung dan ritme, nadi
perdarahan
perifer dan kafiler revill
2. Monitor suhu dan pernafasan
3. tanda awal syok
4. Monitor tanda dan gejala asites
5. Berikan cairan IV oral yang tepat
6. Mengajarkan keluarga dan pasien
tentang tanda dan gejala datangnya
syok.
-syok managemen
1. memonitor fungsi

No Tanggal Diagnose keperawatan Implementasi


.
2. 11.01.2021 Gangguan rasa nyaman 1. Menggunakan pendekatan yang
berhubungan dengan menenangkan
ansietas dan nyeri 2. Menemani pasien untuk memberikan
abdomen keamanan dan mengurangi takut
3. Membantu pasien mengenali situs
yang menimbulkan kcemasan
4. Mendorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
5. Memberikan obat untuk mengurangi
kecemasan
6. Neurologis
7. Memonitor fungsi renal
8. Memonitor tekanan nadi
9. Memonitor status cairan input dan
output

No Tanggal Diagnose keperawatan Implementasi


.
3. 11.01.2021 Kekurangan volume cairan -fluid management
berhubungan dengan 1. mempertahankan cacatan intek dan output
perdarahan. yang akurat
2. memonitor tekanan darah pasien
3. memonotor vital sign
-hiovolemia management
1. memberikan cairan IV dan memonitor
adanya tanda gejala kelebihan volume cairan
2. memonitor tingkat HB dan HT
3. mendorong pasien untuk menambah intek
oral
4. mongkolaborasi dengan dokter

H. Evaluasi

No Tanggal Diagnose keperawatan Evaluasi


.
1. 11.01.2021 Resiko syok atau S: keluarga mengatakan pasien masih tampak
hipovolemik berhubungan panik
dengan perdarahan O: perdaran sudah mulai berhenti
- Pasien tampak tenang
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
2. Kekurangan volume cairan S: keluarga mengatakan darah pada bagian
berhubungan dengan pervagina mulai berhenti
perdarahan O: tidak ada lagi tanda tanda kekurangfan
cairan
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
3. Gangguan rasa nyaman S: pasien mengatakan pada perut bagian
berhubungan dengan bawah dan pinggul sudah mulai berkurang
ansietas dan nyeri O: nyeri mulai berkurang dengan skala nyeri
abdomen
6
A: masalah tertasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
BAB IV

PENUTUP

Kesimpula

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan. Sebagian Batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

Kelainanpertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada


kehamilan sebelum usia 8 minggu kelainan hasil konsepsi yang berat dapat
menyebabkan kematian pada kehamilan muda. Klapikasi abortus menurut
(Cuninngham, 2013) dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Abortus spontan: yaitu abortes yang terjadi tanpa tindakan medis untyuk
mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan.
Kata lain yang digunakan adalah keguguran (miscarriage).
2. Abortus propokatus (abortus yang sengaja dibuat) : yaitu menghentikan
kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar tubuh ibu. Pada umumnya
dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan
belum mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100
gram bisa gidup diluar tubuh.

Anda mungkin juga menyukai