Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai adanya

pergeseran paradigma menuju Indonesia Sehat 2010, upaya kesehatan yang selama

ini dilaksanakan masih berorientasi pada pendekatan kuratif saja tidak cukup,

sehingga pelayanan kesehatan masa kini harus meliputi aspek promotif, preventif,

kuratif, dan rehabilitatif. Fisioterapi sebagai salah satu tenaga medis mempunyai

disiplin ilmu tersendiri juga tidak lepas dari upaya – upaya kesehatan melalui

pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Ilmu fisioterapi mempelajari

tentang ilmu gerak dan fungsi serta mengatasi dan memecahkan permasalahan yang

berhubungan dengan gerak dan fungsi. Fisioterapi juga berperan dalam mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2003).

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan

sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan

Nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu setiap kebijakan publik selalu

memperhatikan dampak pada kesehatan (Kemenkes, 2013).

1
2

Dewasa ini, pola hidup di kota besar, perkembangan industri yang pesat dan

banyaknya jumlah kendaraan bermotor, serta masyarakat perokok yang merokok

disembarang tempat menyebabkan peningkatan polusi udara yang dapat mengganggu

kesehatan paru-paru. Keadaan ini meningkatkan hiperresponsif saluran napas, rinitis

alergi dan atopi akibat zat polutan dan secara tidak langsung meningkatkan risiko

terjadinya peradangan pada paru yang biasanya disebut bronchitis. Terlalu sering

terpapar dengan polutan dan asap rokok akan merusak jaringan paru-paru. Dinding

paru akan menjadi melebar yang berakibat pada disfungsinya pertugaran gas.

Keadaan ini disebut dengan emphsiema. Akumulasi dari adanya bronkits dan

emphysiema ini dapat menyebabkan obstruksi jalan napas yang bersifat reversible

dan terjadi secara terus menerus yang lebih dikenal dengan penyakit paru obstruksi

kronis (PPOK).

Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan penyakit kronik paru

yang ditandai dengan terbatasnya aliran udara di dalam saluran pernafasan yang

tidak sepenuhnya reversible. Gangguan bersifat progresif ini disebabkan oleh adanya

inflamasi kronik akibat gas yang bersifat racun bagi tubuh. Penyebab utama PPOK

antara lain asap rokok, polusi udara dari pembakaran, dan partikel – partikel gas

berbahaya. Beberapa masalah akan timbul sehingga mengakibatkan kegagalan

pernafasan yang didefinisikan sebagai kegagalan ventilasi dan kegagalan oksigenasi

disebabkan karena gangguan pusat pernafasan, gangguan otot dinding dada dan

peradangan akut jaringan paru yang menyebabkan sesak nafas (Alsagaf, 2005).

Akhir – akhir ini Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) semakin sering

diperbincangkan karena prevalensinya yang semakin meningkat. Di Amerika kasus


3

kunjungan pasien PPOK di instalasi gawat darurat mencapai angka 1,5 juta, 726.000

memerlukan perawatan di rumah sakit dan 119.000 meninggal selama tahun 2000.

WHO memperkirakan bahwa menjelang tahun 2020 prevalensi PPOK akan

meningkat. Di Indonesia kasus PPOK mencapai 4,8 juta penderita dengan prevalensi

5,6 persen di tahun 2013.Merokok merupakan faktor resiko penyebab PPOK di

samping faktor resiko lainnya seperti polusi udara, faktor genetik dan lain – lainya

(Riyanto dan Hisyam, 2007). Sesak nafas terjadi akibat gangguan ventilasi saluran

pernafasan dan menurunnya kemampuan fungsi kerja otot - otot pernafasan. PPOK

menimbulkan berbagai tingkat gangguan antara lain batuk, nyeri dada, sesak nafas,

odema, terjadinya perubahan pola nafas, perubahan postur tubuh. Faktor utama

penyebab resiko PPOK adalah asap rokok atau merokok. Komponen-komponen dari

asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus dan silia,

silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta

metaplasia. Perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan sel-sel silia ini mengganggu

sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam

jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran nafas.Penyakit Paru Obstruksi Kronik

(PPOK) dapat dicegah dengan pengobatan teratur.

Dengan adanya prevalensi tersebut diperlukan upaya terpadu dan bertahap

yang dapat mendorong partisipasi rakyat untuk berkembang dan ikut bertanggung

jawab. Upaya pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan mencakup upaya

peningkatan (promotif), upaya pencegahan (preventif), upaya penyembuhan (kuratif)

dan upaya pemulihan (rehabilitatif), di mana lebih di titik beratkan pada upaya

promotif dan preventif tanpa meninggalkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Keempat
4

aspek tersebut merupakan tanggung jawab dan tugas dari para pelayan kesehatan

antara lain adalah Fisioterapis. Fisioterapi merupakan bentuk pelayanan kesehatan

yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan,

memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan,

perlu terus dikembangkan sesuai tuntutan kebutuhan masyarakat serta globalisasi

(Menkes, 2009).

Berdasarkan sudut pandang fisioterapi, pasien PPOK menimbulkan berbagai

tingkat gangguan yaitu berupa kesulitan mengeluarkan sputum, terjadinya perubahan

pola pernafasan, perubahan postur tubuh, gangguan aktivitas sehari-hari karena

keluhan-keluhan tersebut di atas dan berat badan menjadi menurun, tumbuh dan

kembang anak dapat terhambat bila tidak segera dilakukan fisioterapi. Modalitas

fisioterapi dapat mengurangi bahkan mengatasi gangguan terutama yang

berhubungan dengan gerak dan fungsi berupa postural drainage, tapotement,

nebulaizer, chest therapy yang akan mengurangi atau menghilangkan sputum dan

spasme otot pernapasan, membersihkan jalan napas, membuat menjadi nyaman,

melegakan saluran pernapasan dan akhirnya batuk pilek dapat terhentikan (Helmi,

2005). Akhirnya memperbaiki pola fungsi pernapasan, meningkatkan ketahanan dan

kekuatan otot-otot pernapasan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah, “Bagaimana penatalaksaan

fisioterapi pada kasus penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)?”


5

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan

Fisioterapi pada kasus penyakit paru obstruksi kronis (PPOK).

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini antara lain :

1. Bagi penulis menambah wawasan bagi penulis khususnya dalam pelaksanaan

penatalaksanaan fisioterapi pada penyakit paru obstruksi kronis, dan dapat

dijadikan sebagai bahan bacaan atau sebagai bahan referensi berkaitan dengan

penyakit paru obstruksi kronis (PPOK).

2. Bagi masyarakat dapat memberikan informasi yang benar kepada pasien,

keluarga, masyarakat sehingga dapat lebih mengenal dan mengetahui gambaran

penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) dan penanganan fisioterapi pada penyakit

paru obstruksi kronis (PPOK).

Anda mungkin juga menyukai