Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
pergeseran paradigma menuju Indonesia Sehat 2010, upaya kesehatan yang selama
ini dilaksanakan masih berorientasi pada pendekatan kuratif saja tidak cukup,
sehingga pelayanan kesehatan masa kini harus meliputi aspek promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Fisioterapi sebagai salah satu tenaga medis mempunyai
disiplin ilmu tersendiri juga tidak lepas dari upaya – upaya kesehatan melalui
tentang ilmu gerak dan fungsi serta mengatasi dan memecahkan permasalahan yang
berhubungan dengan gerak dan fungsi. Fisioterapi juga berperan dalam mewujudkan
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan
1
2
Dewasa ini, pola hidup di kota besar, perkembangan industri yang pesat dan
alergi dan atopi akibat zat polutan dan secara tidak langsung meningkatkan risiko
terjadinya peradangan pada paru yang biasanya disebut bronchitis. Terlalu sering
terpapar dengan polutan dan asap rokok akan merusak jaringan paru-paru. Dinding
paru akan menjadi melebar yang berakibat pada disfungsinya pertugaran gas.
Keadaan ini disebut dengan emphsiema. Akumulasi dari adanya bronkits dan
emphysiema ini dapat menyebabkan obstruksi jalan napas yang bersifat reversible
dan terjadi secara terus menerus yang lebih dikenal dengan penyakit paru obstruksi
kronis (PPOK).
yang ditandai dengan terbatasnya aliran udara di dalam saluran pernafasan yang
tidak sepenuhnya reversible. Gangguan bersifat progresif ini disebabkan oleh adanya
inflamasi kronik akibat gas yang bersifat racun bagi tubuh. Penyebab utama PPOK
antara lain asap rokok, polusi udara dari pembakaran, dan partikel – partikel gas
disebabkan karena gangguan pusat pernafasan, gangguan otot dinding dada dan
peradangan akut jaringan paru yang menyebabkan sesak nafas (Alsagaf, 2005).
Akhir – akhir ini Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) semakin sering
kunjungan pasien PPOK di instalasi gawat darurat mencapai angka 1,5 juta, 726.000
memerlukan perawatan di rumah sakit dan 119.000 meninggal selama tahun 2000.
meningkat. Di Indonesia kasus PPOK mencapai 4,8 juta penderita dengan prevalensi
samping faktor resiko lainnya seperti polusi udara, faktor genetik dan lain – lainya
(Riyanto dan Hisyam, 2007). Sesak nafas terjadi akibat gangguan ventilasi saluran
pernafasan dan menurunnya kemampuan fungsi kerja otot - otot pernafasan. PPOK
menimbulkan berbagai tingkat gangguan antara lain batuk, nyeri dada, sesak nafas,
odema, terjadinya perubahan pola nafas, perubahan postur tubuh. Faktor utama
penyebab resiko PPOK adalah asap rokok atau merokok. Komponen-komponen dari
asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus dan silia,
metaplasia. Perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan sel-sel silia ini mengganggu
jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran nafas.Penyakit Paru Obstruksi Kronik
yang dapat mendorong partisipasi rakyat untuk berkembang dan ikut bertanggung
dan upaya pemulihan (rehabilitatif), di mana lebih di titik beratkan pada upaya
promotif dan preventif tanpa meninggalkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Keempat
4
aspek tersebut merupakan tanggung jawab dan tugas dari para pelayan kesehatan
memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan,
(Menkes, 2009).
keluhan-keluhan tersebut di atas dan berat badan menjadi menurun, tumbuh dan
kembang anak dapat terhambat bila tidak segera dilakukan fisioterapi. Modalitas
nebulaizer, chest therapy yang akan mengurangi atau menghilangkan sputum dan
melegakan saluran pernapasan dan akhirnya batuk pilek dapat terhentikan (Helmi,
dijadikan sebagai bahan bacaan atau sebagai bahan referensi berkaitan dengan
penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) dan penanganan fisioterapi pada penyakit