11-Article Text-20-1-10-20200626

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

Peranan Geografi

dalam Analisis Sebaran Covid-19

Siti Fadjarajani
Universitas Siliwangi Tasikmalaya
Pos-el: sitifadjarajani@unsil.ac.id

A. Pendahuluan
Awal tahun 2020, dunia dikejutkan dengan wabah virus corona (COVID-19) yang dikemudian
hari menginfeksi hampir seluruh negara di dunia. Diduga COVID-19 pertama kali muncul di Wuhan,
Provinsi Hubei pada akhir tahun 2019. Menurut WHO, penambahan jumlah kasus COVID-19
berlangsung cukup cepat dan menyebar ke luar wilayah Wuhan dan negara lain. Bencana non alam ini
bukan pertama kalinya dihadapi negara-negara di dunia. Sejarah mencatat pernah ada sebelumnya
beberapa virus yang juga dapat mengancam nyawa jika tidak segera ditangani seperti virus Ebola,
SARS, H5N1 atau Flu Burung, HIV, MERS, dan lain-lain (Syafrizal, 2020)
Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai Public Health
Emergency of International Concern (PHEIC)/ Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan
Dunia (KKMMD). Tiga bulan kemudian (Maret 2020), sudah dipastikan 65 negara dengan 90.308
telah terjangkit virus COVID-19. Angka kematian di dunia mencapai 3.087 atau sekitar 2.3%.
Sementara itu khusus di Kota Wuhan, angka kematian terjadi sebanyak 4,9%, di Provinsi Hubei
sebanyak 3,1% sedangkan di Provinsi lain di China sebanyak 0,16% (Yuliana : 2020). Fenomena ini
merupakan hal luar biasa yang terjadi di bumi pada abad ke-21. Skalanya mungkin dapat disamakan
dengan Perang Dunia II karena event-event skala besar seperti pertandingan-pertandingan olahraga
internasional hampir seluruhnya ditunda bahkan dibatalkan, dimana kondisi ini pernah terjadi hanya
pada saat terjadi perang dunia dan tidak pernah ada situasi lainnya.
Hingga 6 Mei 2020, kasus aktif COVID-19 di dunia tercatat sebanyak 2.226.335 dengan
rincian 2.177.007 pasien dengan kondisi ringan dan 49.328 dalam kondisi serius. 10 (sepuluh) negara
dengan jumlah kasus virus corona terbanyak pada 6 Mei 2020 dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1
Negara dengan Jumlah Kasus COVID-19 terbanyak di Dunia
(Tanggal : 6 Mei 2020)
No Nama Negara Jumlah Kasus Meninggal Sembuh
1 Amerika Serikat 1.234.592 72.054 199.151
2 Spanyol 250.561 25.613 154.718
3 Italia 213.013 29.315 85.231
4 Inggris 194.990 29.427 -
5 Perancis 17.551 25.531 52.736
6 Jerman 166.706 6.993 135.100

71
Prosiding Seminar Nasional Hardiknas
7 Rusia 155.370 3.520 73.285
8 Turki 124.054 1.222 15.013
9 Brasil 113.844 7.848 45.815
10 Iran 99.970 6.340 80.475
(Sumber : Worldmeter dalam Compas.com)
Kasus COVID-19 pertama kali di Indonesia diketahui sejak awal bulan Maret 2020. Jakarta
menjadi episentrum penyebaran COVID-19 di Indonesia, disusul kota-kota besar lainnya. Pemerintah,
Kementerian, Lembaga, dan institusi pendidikan serta masyarakat berusaha untuk menahan dan
mencegah penyebaran virus ini menjadi lebih massif dan berimplikasi luas. Pemerintah Indonesia
langsung menindak lanjuti dengan memberlakukan kebijakan Social Distancing selama 14 hari untuk
meminimalisir penyebaran virus tersebut. Menurut Center for Disease (CDC) yang dikutip oleh
Pratiwi (2020), Social Distancing yaitu menjauhi perkumpulan, menghindari pertemuan massal, dan
menjaga jarak antar manusia. Pembatasan sosial/menjaga jarak yang dilakukan untuk mencegah
penularan COVID-19 agar tidak menyebar luas di Negara Indonesia. Social Distancing sangat
berpengaruh untuk menghambat penyebaran COVID-19.

B. Pembahasan
Dampak dari adanya COVID-19 menyebabkan perekonomian di Indonesia menjadi merosot,
menjatuhkan nilai tukar rupiah, harga barang naik, terutama alat-alat kesehatan. Hal ini juga
berdampak pada sistem pendidikan di Indonesia. Penanggulangan ekstrem seperti Lockdown suatu
daerah bahkan suatu negara pun dilakukan sebagai upaya untuk meminimalisir penyebaran penyakit
tersebut (Zahrotunni‘mah, 2020 : 248). Menurut Siregar (2020), Aspek Administratif yang dilakukan
dalam menyikapi kebijakan “Lockdown‖ dilakukan sebuah peraturan pemerintah yang mengatur
batas-batas wilayah atau daerah dari sisi kewenangan untuk memerintah di suatu daerah. Sedangkan
Aspek Fungsional yaitu upaya manusia untuk membatasi wilayah berdasarkan kepentingan sperti :
kawasan lindung, budidaya, perkotaan, dan pedesaan.
Ketika kasus COVID-19 ini sudah semakin menggila, butuh peran serta semua elemen bangsa
untuk menyelesaikannya. Bukan hanya tenaga medis yang berada di ujung tombak sekaligus paling
sering menjadi korban karena kena ―ujung tombak‖ itu sendiri, tetapi semua warga Negara wajib
berperan serta dalam penanggulangan ini. Selain melibatkan tenaga medis dan ahli kesehatan
masyarakat, pemerintah perlu melibatkan peran serta ahli lain termasuk ahli Geografi Kependudukan
untuk menganalisis persebaran dan migrasi penduduk. Analisis data kependudukan ini sangat
dibutuhkan dalam mengambil kebijakan penanganan pandemi ini. Sejalan dengan hal tersebut maka
ilmu kewilayahan yang digunakan dalam menyikapi kebijakan ―Lockdown” saat ini adalah dengan
melibatkan para geograf. Geograf (ahli Geografi) diminta maupun tidak merupakan komponen bangsa
yang mempunyai keahlian di bidang spasial sehingga bisa dimanfaatkan untuk penanggulangan
penyebaran COVID-19.

72
Belajar dari Covid-19
Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer, dengan
pendekatan keruangan, kelingkunganan, dan kewilayahan (Hartshorne dalam Fadjarajani : 2020).
Konsep Regional dalam geografi mempelajari gejala geografi dalam interelasi dan interaksi
keruangannya, berdasarkan kerangka penyebarannya, kejadiannya, dan perkembangannya di
permukaan bumi. Penyebab gejala dalam ruang tidak dipelajari secara individual, melainkan dikaji
dalam hubungan satu sama lain sebagai suatu sistem keruangan. Pembelajaran Geografi
memperhatikan aspek keruangan, kelingkungan dan kompleks wilayah. Pengorganisasian materi
dimulai dari pengenalan fenomena geografis dengan memanfaatkan bentang alam sekitarnya sebagai
sumber informasi geografis.
Adapun ilmu kewilayahan yang digunakan adalah dengan melakukan kematangan tahapan:
a. Pemetaan Zonasi terdampak secara sederhana dilakukan melalui: Identifikasi dan karakterisasi
penyebaran virus dari data, Evaluasi kesesuaian tingkatan penyebaran virus, Identifikasi potensi
pergerakan atau penyebaran virus saat ini melalui informasi akurat.
b. Kegiatan pemetaan zonasi penyebaran virus yang dimiliki dapat dilaksanakan melalui penelaahan
data sekunder, verifikasi lapangan, penelitian laboratorium sampai sistem penyajianya.
Data merupakan bahan pokok yang sangat penting dalam pembuatan peta. Data yang
digunakan juga menentukan kualitas peta yang dihasilkan. Data statistik merupakan salah satu cara
analisis dalam studi kesehatan, gejala-gejalanya disajikan dan dipelajari dalam angka-angka. Data
angka tersebut kurang dapat menggambarkan situasi yang sebenarnya tanpa memperhatikan distribusi
spasialnya. Bila akan menyajikan data yang menunjukkan distribusi keruangan atau lokasi dan
mengenai sifat-sifat penting, maka informasi tersebut ditunjukkan dalam bentuk peta (Bintarto dan
Surastopo,1987). Menurut Dickinson (1975) beberapa alasan mengapa suatu data dipetakan, antara
lain:
a. melalui peta dapat menimbulkan daya tarik yang lebih besar terhadap objek yang ditampilkan,
b. melalui peta dapat memperjelas, menyederhanakan, dan menerangkan suatu aspek yang
dipentingkan,
c. melalui peta dapat menonjolkan pokok-pokok bahasan dalam tulisan atau pembicaraan,
d. melalui peta dapat dipakai sebagai sumber data bagi yang berkepentingan.
Peta sebagai alat komunikasi antara pembuat peta dengan pengguna dimana akan
memudahkan dalam penyampaian informasi. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang optimal
diperlukan pengetahuan tentang pembuatan dan penggambaran peta. Pemetaan dalam bidang
kesehatan ini dapat menggambarkan distribusi fenomena-fenomena terkait secara spasial. Kajian
mengenai kesehatan dalam aspek individual hingga lingkungan telah banyak dilakukan namun
pembuatan model spasial untuk kajian kesehatan secara geografis diharapkan dapat menjelaskan
tentang where (dimana), why (mengapa) , dan what are the implication (apa implikasinya) mengenai
suatu masalah kesehatan di suatu wilayah. (Latifah, dkk : 2015)

73
Prosiding Seminar Nasional Hardiknas
Dengan berkembangnya ilmu kartografi (perpetaan) khususnya peta digital dari hasil
penginderaan jauh, maka pemanfaatan peta menjadi sangat penting. Peta persebaran pemukiman
sekaligus peta persebaran transportasi, akan sangat bermanfaat untuk menganalisis perkembangan
kasus corona disuatu daerah. Bukan hanya peta, pemanfaatan citra hasil penginderaan jauh akan
semakin akurat untuk memetakan suatu daerah dan langkah yang diperlukan untuk mengambil
kebijakan dengan hasil citra tertentu.
Sekaitan dengan penyebaran pandemi COVID-19, ketika citra menunjukkan pemukiman padat
dengan rumah yang kecil, maka sangat mungkin penyebarannya lebih cepat dibanding pemukiman
dengan pola rumah yang besar-besar dan jarak yang jarang. Interaksi wilayah juga perlu
dipertimbangkan dalam mengambil keputusan penangan COVID-19 ini. Suatu wilayah akan
berinteraksi dengan wilayah sekitarnya yang kekuatan interaksinya sebanding dengan jumlah
penduduk dan jarak. Dengan kata lain penduduk wilayah terdekat semakin banyak dan jarak semakin
dekat maka interaksi penduduknya juga semakin tinggi. Demikian potensi penularan dari daerah
tersebut juga semakin tinggi dan ini harus diwaspadai. Bersamaan dengan kemajuan teknologi
informasi, Geografi mengembangkan sistem informasi dari yang konvensional ke dalam penyajian
mutakhir dalam bentuk teknologi sistem informasi geografis, sebagai bagian dari Sains Informasi
Geografi.
Istilah Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan gabungan dari tiga (3) unsur pokok
sebagai berikut: 1) Sistem: Kumpulan dari elemen-elemen yang saling berinteraksi dalam lingkungan
yang dinamis untuk mencapai tujuan tertentu 2) Informasi: Data yang diolah menjadi bentuk yang
lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya 3) Geografi: Ilmu yang mempelajari
permukaan bumi dengan menggunakan pendekatan keruangan, ekologi, dan kompleks wilayah
(Prahasta, 2009). Dengan melihat unsur-unsur pokoknya, maka jelas SIG merupakan salah satu sistem
informasi dan SIG merupakan suatu sistem yang menekankan pada unsur "Informasi Geografis".
Penggunaan kata ―Geografis" mengandung pengertian suatu persoalan mengenai bumi. Istilah
"Informasi Geografis" mengandung pengertian informasi mengenai keterangan-keterangan (atribut)
yang terdapat di permukaan bumi yang posisinya diberikan atau diketahui.
Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographical Information Systems (GIS) atau
Geomatika adalah sistem berbasis komputer yang mempunyai empat kemampuan untuk menangani
data berefferensi geografi, yaitu pemasukan data (data input), manajemen data penyimpanan (store
and management) dan pemanggilan (retrieve), analisis dan manipulasi, serta menghasilkan data (data
output) (Aeronoff 1989). Semula SIG ini lebih banyak digunakan untuk kepentingan tata guna lahan,
pemetaan dan pemanfaatan sumber daya alam, penanganan bencana alam, pembangunan dan
pengembangan wilayah, perencanaan pemukiman baru dan sebagainya.
Komponen penting pada SIG diantaranya: (1) hardware (komputer) untuk penyimpanan dan
pemprosesan data, disarankan menggunakan komputer/laptop dengan spesifikasi yang memadai. Hal

74
Belajar dari Covid-19
tersebut dikarenakan data SIG seperti vektor dan raster memerlukan ruang yang besar dan dalam
proses analisisnya membutuhkan prosesor cepat dan memori kapasitas besar; (2) software yang dapat
digunakan antara lain ArcView, ArcGis, dan QuantumGis; (3) Data berupa spasial (dapat berupa titik,
garis, dan polygon) dan non-spasial (berupa informasi yang dimiliki objek dalam data spasial).
Teknologi Penginderaan Jauh (Inderaja, Remote Sensing) dan Sistem Informasi Geografis
(GIS) memungkinkan proses analisis dan penyusunan Zonasi sampai penyajianya bisa dilakukan
dengan lebih cepat, akurat dan menampilkanya secara online. Untuk itu dapat dilakukan antara lain:
a. Menyediakan informasi tentang penyebaran virus secara update dimana SIG dapat dimanfaatkan
untuk mengevaluasi kualitas, efektifitas, dan aksebilitas layanan penanganan penyebaran virus bagi
kesehatan di masyarakat seperti keberadaan rumah sakit dan puskemas. Selai itu SIG juga dapat
menyediakan data potensi tiap daerah serta karakteristik demografis masyarakatnya, sehingga dapat
dievaluasi kesesuaian antara jumlah masyarakat dengan sarana pelayanan kesehatan yang ada.
b. Mengawasi dan menganalisis penyebaran virus yang tinggi. SIG mampu mengidentifikasi kemana
kemungkinan penyakit selanjutnya akan menyebar. Sehingga suatu wilayah dapat bersiap dan
mengurangi resiko terdampak penyakit tersebut. Situs penyedia layanan ini misalnya healthmap.org
atau nccd.cdc.gov milik Amerika Serikat, serta dari situs resmi WHO.
c. Menginvestigasi masalah serta risiko penyebaran virus yang tanggap darurat di masyarakat dimana
SIG dapat digunakan untuk memberikan data mengenai penyebaran limbah perusahaan yang
berdampak pada jumlah terpapar COVID-19 di masyarakat. Selain itu, SIG juga dapat digunakan
untuk menyajikan data polusi udara, data penguraian cahaya dan penyebarannya.
d. Memonitor status kesehatan masyarakat memetakan kelompok masyarakat di suatu wilayah
berdasarkan status kesehatan tertentu, misalnya status kehamilan atau status gizi buruk. Dengan
SIG, peta status kesehatan dapat digunakan untuk perencanaan program penanganan cepat bagi
penanggulangan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat di wilayah tersebut, misalnya : Peta
Sebaran Terpapar.
e. Membantu menanggulangi terpapar virus, dengan membantu masyarakat pada masa pemulihan
pasca selesainya musibah penyebaran virus, misalnya: mengidentifikasi populasi rentan pasca
penyebaran virus.
f. Menyediakan informasi tentang aksebilitas dan dampak sosial dan ekonomi, dimana
menggambarkan dampak akibat penyebaran virus pada daerah dengan model cluster untuk
penanganan social dan ekonomi di suatu wilayah.
Al Azhar (2020), berpendapat bahwa dengan melalui bantuan aplikasi SIG, wilayah yang
terkena dampak virus COVID-19 dapat mudah terlihat dalam tampilan peta. Gambaran sebaran
wilayah pasien positif terinfeksi virus, pasien dalam pengawasan (PDP), dan orang dalam pengawasan
(ODP) disajikan dengan baik dalam peta. Peta sebaran COVID-19 bisa dibuat secara statis maupun
dinamis (real time), tergantung penyediaan data dan penginputannya. Lebih jauh lagi, dalam peta

75
Prosiding Seminar Nasional Hardiknas
sebaran ini dapat mendeskripsikan tingkat kerentanan daerah yang terpapar COVID-19. Tingkat
kerentanan dapat dibagi menjadi 5 kelas (misalnya sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat
rendah), 3 kelas (tinggi, sedang, dan rendah), atau 2 kelas (tinggi dan rendah). Hal ini disesuaikan
dengan kebutuhan informasi yang akan disajikan.
Sebagai contoh, Universitas Indonesia (UI) membuat peta sebaran COVID-19 dengan
mengembangkan portal WebGIS (peta dalam jaringan) untuk membantu pemerintah dan sebagai
media masukan bagi masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi mandiri pada wilayah
rawan COVID-19. UI membagi tiga kelas kerawanan penyebaran COVID-19 (tinggi/zona merah,
sedang dan rendah). Rawan tinggi dikategorikan karena banyaknya penderita berdomisili di suatu area
tertentu; banyaknya jumlah dan dekatnya jarak pasien positif COVID-19 dengan fasilitas transportasi
umum; serta kepadatan penduduk yang tinggi (Bhakti : 2020). Contoh tampilan pada portal UI dapat
dilihat sebagai berikut.

(Sumber : https://www.beritasatu.com/kesehatan/611163-ui-kembangkan-peta-sebaran-virus-corona)

Selain di Universitas Indonesia, Ketua Lab Riset Sistem Komputer dan Jaringan, DIKE
FMIPA UGM beserta tim, mencoba berkontribusi dengan mengembangkan pendekatan big data
analisis untuk membantu mitigasi penyebaran virus corona di Indonesia.Sebagai portal/landing page
hasil visualisasi dan analisis big data yang diolah dari berbagai sumber secara valid dan terukur. Data
dan informasi yang tersedia berupa informasi kejadian dalam angka, pertumbuhan dan pergerakan
kejadian, dan proyeksi di waktu dekat mendatang. Contoh tampilan pada portal data UGM adalah
sebagai berikut.

76
Belajar dari Covid-19
(Sumber : http://mipa.ugm.ac.id/fix/wp-content/uploads/covid.png)

Selain UI dan UGM, LAPAN berkoordinasi dengan gugus tugas untuk mengkaji kebutuhan
info geospasial berbasis penginderaan jauh yang bisa diintegrasikan dengan data yang sudah ada.
laman https://COVID-19.lapan.go.id/, terdiri dari pembaharuan data kasus pasien corona di Indonesia,
lokasi laboratorium, rumah sakit rujukan kementerian kesehatan, distribusi positif virus corona,
mobilitas infrastruktur akses DKI Jakarta, dan perbandingan kualitas udara.

(Sumber : . http://covid19.lapan.go.id )\

C. Penutup
Geografi sebagai cabang ilmu yang sudah mapan, telah terbukti kemantapan konsep,
pengertian, pendekatan, analisis dan aplikasinya bagi pembangunan di Indonesia.
Teknologi Informasi Geografi, penghasil data geospasial semakin berkembang dalam hal teknik dan
aplikasinya dalam mendukung pelaksanaan kegiatan pembangunan nasional.

77
Prosiding Seminar Nasional Hardiknas
Daftar Pustaka

Al Azhar. (2020). Sistem Informasi Geografis dapat memetakan Sebaran COVID-19. online tersedia:
https://kptk.or.id/artikel/2020/04/17/1122-sistem-informasi-geografis-sig-dapat-memetakan-
sebaran-COVID-19.html#

Bramasta, Dandy Bayu. (2020). Update Virus Corona di Dunia 6 Mei: 3,7 Juta Orang Terinfeksi, 1,2
Juta Sembuh, 257.747 Meninggal, online
tersedia: https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/06/070500365/update-virus-corona-di-
dunia-6-mei--3-7-juta-orang-terinfeksi-1-2-juta.

Fadjarajani, Siti. (2020). Pengaruh Teknologi Informasi dalam Pembangunan Regional. Materi
Perkuliahan Gegrafi Regional. Tidak dipublikasikan.

Fakultas MIPA UGM. (2020). Mitigasi Penyebaran Corona Virus (COVID-19) dengan Big Data.
online tersedia: https://mipa.ugm.ac.id/2020/03/mitigasi-penyebaran-corona-virus-COVID-19-
dengan-big-data/

Hariani, Bhakti. (2020). UI Kembangkan Peta Sebaran COVID-19. Online tersedia:


https://www.beritasatu.com/kesehatan/611163-ui-kembangkan-peta-sebaran-virus-corona

Latifah,dkk. (2015). Pemetaan Data Penyakit Menular di Kota Semarang (Studi Kasus : Penyakit
DBD, Diare, Pneumonia,dan TB Paru+). Online tersedia:
http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/article/download/176/173

Prahasta, Eddy. (2009). Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung: Informatika.

Pratiwi, Erica Windhiyana. (2020). Dampak COVID-19 Terhadap Kegiatan Pembelajaran Online Di
Sebuah Perguruan Tinggi Kristen Di Indonesia. Jurnal Perspektif Ilmu Pendidikan Volume 34
Issue 1 April 2020 http://doi.org/10.21009/PIP.341.1

Pratiwi, Hanna. (2020). Lapan Luncurkan Peta COVID-19 di indonesia. Onlne Tersedia :
https://rri.co.id/teknologi/829140/lapan-luncurkan-peta-COVID-19-di-indonesia
Priyono dan Agus Prasmono. 2020. Corona dan Peran Geograf. Online tersedia :
https://radarsolo.jawapos.com/read/2020/04/30/191721/corona-dan-peran-geograf
Siregar, Robert Tua. (2020). Wilayah Zonasi dalam COVID-19. Online tersedia :
https://radarindo.co.id/2020/03/31/headline/wilayah-zonasi-dalam-COVID-19/

Syafrizal, dkk. (2020). Pedoman Umum menghadapi Pandemi COVID-19 Bagi Pemerintah Daerah,
Pencegahan, Pengendalian, Diagnosis dan Manajemen. Online tersedia:
https://www.kemendagri.go.id/documents/COVID-19/BUKU_PEDOMAN_COVID-
19_KEMENDAGRI.pdf

Yuliana. (2020). Corona Viruses Diseas (COVID-19) Sebuah Tinjauan Literatur. Wellness and Healty
Magazine. Online Tersedia: https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/21026/pdf

Zahrotunni‘mah. (2020). Langkah Taktis Pemerintah Daerah Dalam Pencegahan Penyebaran Virus
Corona COVID-19 di Indonesia. Jurnal Sosial dan Budaya Syar‘i Vol. 7 No. 3 (2020), pp.247-
260, DOI: 10.15408/sjsbs.v7i3.15103. Online Tersedia:
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/view/15103.

78
Belajar dari Covid-19

Anda mungkin juga menyukai