KELOMPOK VII
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Pelaksanaan Kegiatan Pengganti Praktek Lapangan II (PL II) Madya Praja Angkatan
XXIX di Kampus IPDN Sumatera Barat.
Praktek Lapangan ini merupakan salah satu bagian dari sistem pendidikan di
Institut Pemerintahan Dalam Negeri yang wajib dilaksanakan oleh Praja karena
merupakan salah satu program wajib dari bagian Pelatihan. Laporan Pengganti
Praktek Lapangan II (PL II) ini disusun sebagai bentuk tanggung jawab dari tugas
yang telah dilaksanakan selama 25 (dua puluh lima) hari kerja, terhitung mulai
tanggal 18 Mei s.d 25 Juni 2020.
Dengan selesainya laporan kerja praktek individu ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis.
Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Pelatih Kelompok VII,
2. Asisten Pelatih I Kelompok VII,
3. Asisten Pelatih II Kelompok VII,
4. Seluruh anggota Kelompok VII Sektor Perikanan Ikan Nila
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengalaman penulis. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Terimakasih.
Penyusun
ii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 PERMASALAHAN....................................................................................2
1.2.1 Identifikasi Masalah................................................................................................2
1.2.2 Perumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 TUJUAN PRAKTEK LAPANGAN.....................................................................3
1.4 Kegunaan Penelitian.....................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................................4
2.1 Pengertian Komponen............................................................................4
2.2 Komponen Kebijakan Publik................................................................5
2.3 Kebijakan Publik......................................................................................6
2.4 Stakeholder Kebijakan...........................................................................9
2.5 Lingkungan Kebijakan..........................................................................12
BAB III..................................................................................................................................18
PENUTUP............................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Disertasi disposisi dengan tidak menyimpang dari tujuan pendidikan, Praktek
Lapangan II Madya Praja IPDN Kampus Sumatera Barat Tahun 2020 ini akan
digantikan dengan Kegiatan Pengganti Praktek Lapangan II Madya Praja
Pengembangan Budidaya Pertanian Terpadu 4 (Empat) Sektor (Pertanian-
Perkebunan-Perikanan-Peternakan) yang berlokasi di Kampus IPDN Sumatera
barat.
Kegiatan Pengganti PL II Madya Praja Pengembangan Budidaya Pertanian
Terpadu 4 (Empat) Sektor (Pertanian-Perkebunan-Perikanan-Peternakan)
menjadi perlu untuk dilaksanakan dengan mengingat bahwa :
1. Perkembangan pandemi COVID-19 yang terjadi di Sumatera Barat sudah
mencapai 10 (sepuluh) besar secara nasional.
2. Protokol kesehatan untuk tidak berkerumunan dan tetap di lokasi kampus.
3. Pemenuhan nilai praja di bidang pelatihan khususnya Kegiatan Praktek
Lapangan .
1.2 PERMASALAHAN
1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil observasi di lapangan yang telah kami lakukan selama
lebih kurang satu bulan kami menemukan berbagai permasalahan yang dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
2
1. Bagaimana upaya membersihkan kolam ikan nila?
2. Bagaimana upaya merawat ikan nila?
3. Bagaimana upaya memaksimalkan pertumbuhan ikan nila?
3
1) Berjalannya aktifitas perkuliahan, pelatihan dan pengasuhan di tengah
perkembangan pandemi COVID-19 dengan tetap memperhatikan
protokol kesehatan secara ketat;
2) Adanya output kegiatan bagi Praja dan pemenuhan nilai Praktek
Lapangan Praja di Tahun 2020
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
a. Goal atau tujuan yang diinginkan
b. Plans atau proposal, yaitu pengertian yang spesifik untuk mencapai
tujuan,
c. Program, yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan,
d. Decision atau keputusan, yaitu tindakan-tindakan untuk menentukan
tujuan, membuat rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program.
e. Efek, yaitu akibat-akibat dan program (baik disengaja atau tidak,
primer atau sekunder).
(Tangkilisan, 2003:3)
6
yaitu policy formulation, policy implementation, and policy evaluation.
Maka, kebijakan publik peting didalam sistem pemerintahan guna
menciptakan kesejahteraan pada masyarakat.
Proses kebijakan publik diulas secara baik dan tertata disetiap
kompenen memiliki kepentingan dan saling keterkaitan. Proses
pengambilan keputusan pada kebijakan publik menciptakan
kolaborasi antara berbagai pihak termasuk masyarakat. Keterlibatan
stakeholder menjadi penentu dalam keberhasilan sebuah kebijakan
yang diterapkan dan dijalankan di masyarakat dan kebijakan publik
harus dipahami secara komprehensif, sehingga pembangunan dalam
kesejahteraan masyarakat melalui kebijakan-kebijakan yang telah
diambil melalui proses yang panjang dapat terlaksana dengan baik.
Keputusan suatu kebijakan yang telah ditetapkan, akan
menjadi pedoman dan panduan kebijakan publik bagi seluruh warga
negaranya. Bentuk ini pun menjadi tujuan dari kebijakan publik
dibuat, yaitu menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada
dimasyarakat sehingga meciptakan kehidupan masyarakat yang
sejahtera. Sehingga fungsi dari kebijakan publik memberi arahan
kerja atau batasan bagi pengambil keputusan untuk tetap didalam
koridornya.
Kebijakan publik menjadi sebuah jalan untuk mencapai tujuan
bersama yang telah disepakati. Maka, kebijakan-kebijakan yang telat
dibuat dan diterapkan kepada masyarakat harus ada evaluasi dari
hasil kebijakan tersebut. Evalusi kebijakan publik menjadi skala nilai
atau tolak ukur dalam menilai sebeberapa jauh kebijakan tersebut
berhasil diterapkan dan memberi feedback yang baik bagi
masyarakat.
Evalusi menjadi salah satu dinamika dalam mencapai
pelayanan publik yang good governance, yang berfokus pada nilai,
interdepensi fakta-nilai, orientasi masa kini dan masa lampau serta
dualitas nilai. Konsep evaluasi yang menjadi karakter dalam
mengevaluasi kebijakan publik juga memilik beberapa tipe evalausi.
Menurut Langbein, dalam Analisis Kebijakan Publik (2007),
membedakan tipe evaluasi menjadi dua macam, yaitu : Pertama,
(outcomes of public policy implementation) penilaian yang
7
berdasarkan pelaksanaan kebijakan dan sejauh mana tujuan dari
kebijakan tersebut tercapai. Kedua, (process of public policy
implementation) merupakan evalusi berdasarkan pelaksanaan
kebijakan dan petunjuk teknik dalam kebijakan. Sehingga, ukuran
keberhasilannya dinilai dari kesesuaian proses dengan tata cara atau
garis petunjuk yang telah ditetapkan.
Penilaian kinerja menjadi salah satu proses dalam pencapaian
pelayanan publik yang good governance, yaitu menjadi tolak ukur
seseorang yang mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya dengan
baik. Penilaian kinerja dapat menjadi sumber data dalam penetapan
gaji yang sesuai dan reward pada seseorang. Selain itu dapat
mengukur kinerja organisasi publik memlalui, responsivitas
(responsiveness), responsibilitas (responsibility), akuntabilitas
(accountability).
Reformasi birokrasi menjadi instrumen penting dalam
meningkatkan pelayanan publik.Melalui upaya perubahan dan
pembaharuan pada aspek yang tidak sesuai dengan sistem
penyelenggaraan pemerintahan. Sementara itu, Hayat (2014)
mengungkapkan bahwa kinerja pelayanan publik akan berhasil jika
kepemimpinan berjalan dengan baik.
Maka, untuk mencapai pemerintahan yang baik selain dilihat
dari sisi kepemimpinan dan perbaikan pada aspek yang tidak sesuai,
perlunya stakeholder kerjasama dari semua pihak yang sesuai
dengan fungsi dan wewenangnya sehingga pelayanan publik dalam
pemerintahan berjalan secara baik.
Pelayanan publik menjadi penyelesaian persoalan yang ada
dimasyarakat agar terpenuhnya kebutuhan masyarakat. Peningkatan
kualitas pelayanan publik melalui lima dimensi (Irwan,2002;
Muchsen,2007) yaitu: Tangibles, Reliability, Responsiveness,
Assurance, dan Emphaty. Dilihat dari lima dimensi dapat menunjukan
bahwa pelayanan publik berasal dari SDM dan sumber daya
infrastruktur dan untuk mengetahui kualitas pelayanan melalu lima
dimensi diatas dilihat dari kinerjanya. Apabila kinerja yang diberikan
lebih rendah dari tujuannya, maka pelayanan yang diberikan tidak
maksimal.Begitu pula sebaliknya, jika kinerja yang diberikan lebih
8
besar dari tujuan, maka pelayanan yang diberikan merupakan
pelayanan yang prima.
Setelah pelayanan yang prima dapat dicapai melalu kebijakan
publik : evaluasi, reformasi dan formulasi. Maka, pelayanan prima
yang diberikan oleh pemerintahan, dapat menjadi penilaian bahwa
pemerintahan tersebut telah menjadi good governance, yaitu
pemerintahan yang bertanggung jawab dan menjalankan tugas
sesuai dengan prinsip yang telah ditentukan.
Buku kebijakan publik tidak hanya mejadi pedoman dalam
tercapainya pelayanan yang prima.Namun juga menjadi solusi dan
penyelesaian permasalahan pada pemberi kebijakan publik.Penulis
juga menuliskan buku ini secara sistematis dan lugas, sehingga
dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca.Serta dapat menjadi
prespektif dan paradigma baru dalam studi kebijakan publik.Karena
mengantarkan pemahaman menjadi jalan bagaimana kebijakan
publik yang tepat untuk mencapai good governance.
Melalui buku ini, kita paham bahwa kebijakan publik dalam
sistem demokrasi dan ketatanegaraan Indonesia harus
memperlihatkan stakeholder berkerjasama dari semua
pihak.Pemimpin menjadi fasilitator, aparatur menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya, dan masyarakat menjadi pengawas bagi
penyelengaraan pemerintahan. Maka, buku ini wajib menjadi bacaan
bagi para akademisi, praktisi, pemerintahan maupun masyarakat
yang ingin memahami kebijakan publik dengan baik.
9
Adapun pengertian stakeholder kebijakan menurut para ahlu,
sebagai berikut:
1. Freeman
Menurut Freeman, pengertian Stakeholders adalah suatu
kelompok masyarakat ataupun individu yang saling mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh pencapaian tujuan tertentu dari organisasi
(baca: pengertian organisasi).
2. Biset
Menurut Biset, pengertian stakeholder adalah orang/ individu atau
kelompok masyarakat yang memiliki kepentingan atau perhatian
pada permasalahan tertentu.
3. Wibisono
Menurut Wibisono, pengertian stakeholder adalah seseorang
maupun kelompok yang punya kepentingan secara langsung/ tidak
langsung bisa mempengaruhi atau dipengaruhi atas aktivitas dan
eksistensi perusahaan.
4. ISO 26000 SR
Menurut ISO 26000 SR, pengertian stakeholder adalah individu
atau kelompok yang memiliki kepentingan terhadap keputusan serta
aktivitas organisasi.
5. AA1000 SES
Menurut AA1000 SES, definisi stakeholder adalah kelompok yang
dapat mempengaruhi dan/atau terpengaruh oleh aktivitas, produk
atau layanan, serta kinerja suatu organisasi.
10
Masyarakat : Masyarakat yang terkait dengan proyek atau
kebijakan, yakni masyarakat yang diidentifikasi akan
memperoleh manfaat dan yang akan terkena dampak dari
proyek atau kebijakan tersebut.
Tokoh Masyarakat : Anggota masyarakat yang oleh
masyarakat ditokohkan di masyarakat tersebut sekaligus
dianggap dapat mewakili aspirasi masyarakat.
Pihak Manajer public : lembaga/badan public yang
bertanggung jawab dalam pengambilan dan implementasi
suatu keputusan.
3. Stakeholder kunci
Stakeholder kunci merupakan stakeholder yang memiliki
kewenangan secara legal dalam hal pengambilan
keputusan.Stakeholder yang dimaksud adalah unsur eksekutif sesuai
levelnya, legislatif, yudikatif, dan instansinya.Misalnya, stakeholder
11
kunci untuk suatu keputusan untuk suatu kebijakan daerah
kabupaten. Beberapa bagian yang terakit di dalamnya adalah:
Pemerintah kabupaten
DPR kabupaten
Dinas yang membawahi langsung kebijakan yang
bersangkutan.
12
sebuah kebijakan publik bisa dilaksanakan dengan duungan atau
penolakan dari para pelaksana atau sasaran kebijakan tersebut.
13
masalah yang timbul dari dampak terhadap Lingkungan Manusia,
Yang retroacts ke Artikel Baru Masyarakat Manusia memiliki dampak
(negatif) terhadap Nilai-Nilai kemanusiaan Pembongkaran Kesehatan
Yang Baik atau Lingkungan 'bersih dan hijau.
Isu lingkungan umumnya ditangani oleh kebijakan lingkungan
termasuk (namun tidak terbatas pada) udara dan pencemaran air,
pengelolaan limbah, pengelolaan ekosistem, perlindungan
keanekaragaman hayati, dan perlindungan sumber daya alam, satwa
liar dan spesies yang terancam punah. SPI Lingkungan umumnya
ditangani kebijakan Dibuat Lingkungan termasuk pencemaran udara,
pengelolaan limbah,kebijakan ekosistem, keanekaragaman hayati
perlindungan, perlindungan sumber daya alam dan, satwa dan
pembohong spesies terancam punah Yang. Relatif baru-baru ini,
kebijakan lingkungan juga telah mengikuti untuk komunikasi isu
lingkungan. Lingkungan Juga telah mengikuti kebijakan kepada
Komunikasi Masalah Lingkungan.
14
suatu sistem pengolahan. Cara tersebut tentu dapat mencemarkan
badan sungai/tanah/pantai dan akan menimbulkan ongkos untuk
pembersihannya. Hal tersebut harus diderita oleh masyarakat kita
sendiri sebagai pengguna sumber daya, secara langsung maupun
tidak langsung. Hal lain adalah akibat terjadinya pelanggaran-
pelanggaran lokasi tempat bisnis/usaha seperti yang terjadi di
sepanjang jalur Tohpati-Kusamba. Di samping itu, ketidaktahuan
masyarakat dan institusi dapat pula menjadi penyebab terjadinya
dampak/efek lingkungan hidup itu, seperti; banyak petani yang belum
memahami bahaya penggunaan pestisida. Atau sistem institusi belum
maksimal dapat menunjang pencegahan perusakan lingkungan hidup
walaupun pada dasarnya masyarakat sudah menyadari dampak/efek
kerusakan lingkungan tersebut. Selama ini pertumbuhan produk
domestik regional bruto (PDRB) menjadi ukuran keberhasilan suatu
daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kondisi yang
demikian menyebabkan para ekonom dan pembuat keputusan
mencari hubungan yang lebih mendalam tentang ekonomi, siklus,
bisnis dan ketenagakerjaan. Mereka yang senang dengan tolok ukur
ini umurnya tidak mempedulikan tentang masalah lingkungan atau
langkanya suatu sumberdaya alam. Sehingga adanya penurunan
sumberdaya alam, dan kerusakan lingkungan sama sekali tidak
tercermin dalam indikator tersebut
15
sekaligus mengurangi ketidakpastian dalam biaya melakukannya.
Namun, instrumen campuran harus hati-hati dirumuskan sehingga
tindakan individu mereka tidak mengganggu satu sama lain atau
membuat kerangka kepatuhan kaku dan biaya-efektif. Selain itu,
tumpang tindih instrumen menyebabkan biaya administrasi yang tidak
efektif, membuat pelaksanaan kebijakan lingkungan lebih mahal dari
yang diperlukan. Dalam rangka membantu pemerintah mewujudkan
tujuan kebijakan lingkungan mereka, OECD Lingkungan Direktorat
penelitian dan mengumpulkan data tentang efisiensi pemerintah
menggunakan instrumen lingkungan untuk mencapai tujuan mereka
serta konsekuensinya terhadap kebijakan lainnya. Situs
www.economicinstruments.com berfungsi sebagai pelengkap
database merinci pengalaman negara-negara 'dengan penerapan
instrumen kebijakan lingkungan. Ketergantungan saat ini pada
kerangka pasar berbasis kontroversial, bagaimanapun, dengan
lingkungan terkemuka menyatakan bahwa banyak, lebih radikal
menyeluruh, pendekatan yang dibutuhkan dari satu set inisiatif
spesifik, untuk menangani koheren dengan skala tantangan
perubahan iklim. Ketergantungan pada sistem rekomendasi indeks
kerangka pasar kontroversial, bagaimanapun, artikel baru Lingkungan
banyak terkemuka berpendapat bahwa Radikal, lebih menyeluruh,
dibutuhkan pendekatan yang satu dari inisiatif spesifik, untuk
menangani koheren tantangan perubahan iklim. Untuk contoh
masalah, energi langkah efisiensi benar-benar dapat meningkatkan
konsumsi energi dengan tidak adanya pelindung pada penggunaan
bahan bakar fosil, seperti orang mungkin mengendarai mobil lebih
efisien lebih lanjut dan mereka bisa menjual lebih baik.
16
seperti dokumen upaya kelola lingkungan (UKI) dan dokumen upaya
pemantauan lingkungan (UPL), atau dokumen analisis mengenai
dampak lingkungan (Amdal), padahal dokumen tersebut telah
disepakasi untuk dilaksanakan. Dalam perkembangan di masa
mendatang lingkungan hidup perlu dicegah kerusakannya, sehingga
ajeg Bali yang telah disepakati bersama benar-benar dapat terealisasi.
Yang menjadi permasalahannya kini adalah bagaimana mensinergikan
pengusaha/pelaku bisnis dapat melakukan usaha atau kegiatannya
tanpa merasa dibebani oleh faktor biaya mutu lingkungan hidup
tersebut. Selama ini kerusakan sumber daya atau pencemaran yang
terjadi oleh adanya suatu kegiatan bisnis/usaha umumnya
ditanggung oleh masyarakat dan pemerintah. Konservasi
sumber daya atau kegiatan rekondisi lingkungan hidup seperti;
reklamasi pengamanan pantai, pembangunan drainase, dan
sebagainya, memerlukan biaya yang cukup besar. Tetapi tidak sedikit
pelaku bisnis menganggap bahwa PHR-lah sebagai konsekuensi
harga yang diberikan kepada pemerintah. Penggunaan anggaran
tersebut hanya sebagian kesil saja yang benar-benar digunakan untuk
konservasi lingkungan hidup di Bali. Untuk itu penggunaan instrumen
ekonomi selayaknya dapat segera diterapkan karena dari satu sisi
instrumen tersebut dapat mempengaruhi estimasi harga tetapi juga
akan memberikan suatu keputusan perilaku bisnis/usaha yang lebih
mengutamakan konservasi sumber daya dan pemulihan lingkungan
hidup. Pemanfaatan instrumen ekonomi tersebut dapat dilakukan
dengan beberapa cara. Pertama, mendorong konsumen agar tidak
menghamburkan penggunaan sumberdaya alam, misalnya air atau
energi. Bila konsumen semakin banyak menggunakan sumber daya
tersebut, maka biaya yang harus dibayar konsumen diperhitungkan
meningkat secara progresif.
Kedua, melakukan retribusi limbah/emisi bagi suatu kegiatan
yang mengeluarkan limbah cair atau gas ke media lingkungan.
Jumlah dan kualitas limbah/emisi ini diukur, dan retribusi/pungutan
dikenakan berdasarkan ketetapan yang telah disusun, sehingga
pelaku bisnis/usaha akan suilt menghindar dari konsekuensi tanggung
jawabnya untuk ikut berperan aktif menjaga kelestarian lingkungan
hidup. Ketiga, melakukan defosit-refund, yaitu membeli sisa produk
seperti bahan-bahan anorganik/plastic dari konsumen untuk didaur
ulang kembali. Keempat, mewajibkan suatu kegiatan usaha untuk
17
menyerahkan dana kinerja lingkungan sebagai penjamin bahwa
pelaku kegiatan/usaha akan melaksanakan reklamasi/konservasi
lingkungan hidup akibat dari kegiatan/usaha yang mereka lakukan,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya, terhadap
kegiatan usaha penyimpanan bahan bakar/gas, kegiatan
penambangan, usaha pengambilan air permukaan atau air dalam
tanah, dan sebagainya. Hal ini akan sangat efektif dalam melakukan
pengendalian kerusakan lingkungan hidup.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari sepanjang Uraian di atas, dapatlah pemakalah menarik
suatu kesimpulan, bahwa kebijakan publik merupakan suatu sistem
dan terdiri atas 3 komponen yaitu kebijakan publik, stakeholder
kebijakan dan lingkungan kebijakan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Maf'ul, A. (1999). Partai Politik Pada Masa Orde Lama dan Orde Baru. Jakarta: AlKautsar.
Sanusi, M. (2014). Kenangan Inspiratif Orde Lama & Orde Baru. Jakarta: Kompas.
Sulastomo. (2008). Hari-hari yang Panjang ( Transisi Orde Lama Ke Orde Baru ). Jakarta:
Kompas.
20
komponen kebijakan pemerintah
1. masalah kebijakan (policy problem)
2. alternatif kebijakan (policy alternative)
3. tindakan kebijakan (policy action)
4. hasil kebijakan (policy outcomes)
5. pola pelaksanaan kebijakan (policy performance)
1. masalah
nilai nilai dan kebutuhan yang diharapkan dapat diselesaikan
secara formal, masalah adalah kondisi atau situasi yang menuntut
kebutuhan-kebutuhan atau ketidak puasan pada masyarakat dan
memerlukan penanggulangan
suatu masalah akan menjadi masalah kebijakan apabila dapat
membangkitkan orang banyak untuk melakukan tindakan terhadap
masalah tersebut
21
2. alternatif masalah
masalah sudah dapat, lalu kita gunakan metode yang yang dibutuhkan:
ada 3 metode yang kami berikan;
proyeksi (dgn data time series), prediksi (berdasarkan sebab akibat),
konjektur (peramalan berdasarkan subjektifitas ataupun intuisi belaka,
paling lemah)
jika dinilai kurang bberhasil maka di hentikan dan dicarikan alternatif lain
yang dinilai lebih baik
namun, jika dinilai baik maka diteruskan, sehingga hasil dan dampakya dapat
dirasa.
22
pola ini kemudian disimpulkan sebagai practical innference problem yaitu
dijadikan acuan untuk menghadapi permasalahan kebijakan yang
sama maka dihadapi dengan pola kebijakan yang sama pula
demikianlah seterusnya
23