Anda di halaman 1dari 16

Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi ISSN : 2442 - 9708 (Online)

Vol. 20 No. 2 September 2020 :205-220 ISSN : 1411 - 8831 (Print)


Doi: http://dx.doi.org/10.25105/mraai.v20i2.5597

TATA KELOLA PERUSAHAAN SEBAGAI MEKANISME


PENGELOLAAN RISIKO UNTUK MENINGKATKAN NILAI
PERUSAHAAN

Edwin Triyuwono1*
Suwandi Ng2
Fransiskus Eduardus Daromes3
1,2,3
Universitas Atma Jaya Makassar
*e.triyuwono@yahoo.com

Abstract
The aims of the research is to test the effect of corporate governance on firm value
mediated by risk. The populations used are listed companies on Indonesia Stock
Exchange (IDX) and period of 2013-2018. Purposive sampling is used to determine the
sample and secondary data are used in the form of annual and financial reports of the
companies. Path analysis and Sobel tests are utilized to test the hypothesis. Research
results found that corporate governance has positive and significant effect on risk.
Meanwhile, risk has a positive and significant effect on firm value. This research also
found that risk mediated the effect of corporate governance to firm value. The research
implications is to enrich literature of agency theory and stakeholder theory and
provide suggestions to companies, investors and the government on the prominence of
implementing corporate governance to manage risks for the sustainability of the
company which will provide benefits to its stakeholders.

Keywords: Corporate Governance; Firm Value; Risk; Risk


Management; Sustainability.

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh tata kelola perusahaan
terhadap nilai perusahaan yang dimediasi oleh risiko. Populasi yang digunakan
adalah perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2018.
Purposive sampling digunakan untuk menentukan sampel dan data sekunder
digunakan dalam bentuk laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan. Analisis
jalur dan uji Sobel digunakan untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian menemukan
bahwa tata kelola perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
risiko. Sementara itu, risiko memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan. Penelitian ini juga menemukan bahwa risiko memediasi pengaruh tata
kelola perusahaan terhadap nilai perusahaan. Implikasi penelitian ini adalah untuk
memperkaya literatur tentang teori agensi dan teori pemangku kepentingandan
memberikan saran kepada perusahaan, investor dan pemerintah tentang kegunaan
menerapkan tata kelola perusahaan untuk mengelola risiko bagi keberlanjutan
perusahaan yang akan memberikan manfaat bagi para pemangku kepentingannya.

1
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 20 No.2 September 2020

Kata kunci: Keberlanjutan; Manajemen Risiko; Nilai Perusahaan,Risiko; Tata


Kelola Perusahaan.

JEL Classification : M40, G32, G34

Submission date: September 2019 Accepted date: September 2020


*Corresponding Author

PENDAHULUAN

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkanlevel tertinggi (All Time


High) pada awal tahun 2018. IHSG mencapai level tertingginyadi 6.689pada tanggal 19
Februari 2018 (Sugianto, 2018). Pencapaian fantastis IHSG ini memberikan sebuah
gambaran sederhana bahwa perusahaan-perusahaan yang melantai di Bursa Efek
Indonesia (BEI) menarik minat investor baik lokal maupun asing. Selain itu,
peningkatan IHSG yang tinggi ini mengindikasikan bahwa kepercayaan khalayak
umum terhadap perusahaan-perusahaan yang listing di BEI juga turut meningkat.
Istilah nilai perusahaan merupakan cerminan kepercayaan publik yang dapat dicermati
dari harga sahamnya. Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi nilai
perusahaan (Putri & Suprasto, 2016; Suhartanti & Asyik, 2015). Fidhayatin & Dewi
(2012) berargumen bahwa nilai perusahaan dapat diukur melalui harga saham
perusahaan dan diamati melalui kesejahteraan pemegang saham.
Nilai perusahaan didefinisikan sebagai persepsi akan value sebuah perusahaan
publik dalam pasar. Nilai perusahaan didefinisikan sebagai tanggapanpemilik modal
terhadap kesuksesan perusahaan dalam pengelolaan sumberdaya dan bisa diamati pada
harga saham (Sujoko & Soebiataro, 2007). Nilai perusahaan terbentuk dari akumulasi
kepercayaan pemangku kepentinganterhadap perusahaan. Nilai perusahaan merupakan
representasi dari kepercayaan pemangku kepentinganpada suatu perusahaan melalui
proses kegiatan perusahaan selama beberapa tahun(Ng & Daromes, 2016).
Perusahaan selalu senantiasa berupaya untuk memperoleh serta
mempertahankan kepercayaan publik. Salah satu upaya yang ditempuh perusahaan
untuk mendapatkan kepercayaan publik adalah penerapan tata kelola terintegrasidalam
perusahaan. Tata kelola perusahaan yang terintegrasi akan memastikan bahwa setiap
pemangku kepentinganperusahaan mendapatkan haknya masing-masing. Tata kelola
perusahaan yang baik adalah suatu hal yang mutlak diperlukan dalam memastikan
nilai-nilai yang dibutuhkan oleh berbagai kelompok pemangku kepentingan (Ganescu
& Gangone, 2012).
Salah satu kasus yang mencerminkan buruknya tata kelola perusahaan adalah
PT Tiga Pilar SejahteraFood(TPS Food) Tbk. MengutipBinsasi (2019), beberapa poin
terkait dugaan pelanggaran yang dilakukan manajemen lama TPS Food dipaparkan
oleh akuntan publik Ernst & Young (EY). Poin-poin itu antara lain, terdapat indikasi
pernyataan berlebihsebesar 4 triliun rupiah pada akun piutang, persediaan dan aset tetap
serta ditemukan nominal sebesar Rp662 miliar pada akun penjualan dan Rp329 miliar
pada akun EBITDA Entitas Food. Kemudian, terindikasi aliran dana sebesar 1,78
triliun rupiah dengan beragam skenario TPS Food kepada kelompok yang diduga
merupakan kelompok yang berkaitan dengan manajemen lama. Terakhir,
pengungkapan yang memadai kepada pemangku kepentingan tidak ditemukan
berkaitan dengan transaksi dengan pihak-pihak terafiliasi.
Contoh kasus di atas menunjukkan bahwa tata kelola perusahaan yang
diimplementasi dengan buruk akan sangat mempengaruhi kepercayaan pemangku
kepentingan terhadap perusahaan. Sejak tahun 2018, perdagangan saham TPS Food
sudah disuspensi oleh BEI karena konflik yang berlarut-larut dalam tubuh
perusahaan TPS Food. Harga saham jatuh pada titik terendah yakni Rp168 per
lembar saham. Hal ini jelas merugikan investor sebagai pemegang saham yang
mencerminkan risiko yang tinggi dalam berinvestasi. Dengan demikian, tata kelola
perusahaan memang diperlukan untukmempertahankankeberlanjutan usaha sebuah
bisnis.
Tata kelola adalah salah satu bidang bisnis utama untuk meningkatkan
kepercayaan investor dan memungkinkan untuk melindungi kepentingan investor
(Ullah et al., 2017). Dengan demikian, hal ini konsisten dengan teori yang dominan
menjelaskan tentang adanya hubungan atau kontrak antara dua belah pihak dalam
perusahaan yakni teori agensi. Teori agensi yang dikemukakan oleh Jensen & Meckling
(1976) sebagai salah satu teori dalam ilmu ekonomi merupakan teori yang menjelaskan
antara hubungan 2 (dua) pihak dimana terjadi pelimpahan wewenang dari satu pihak ke
pihak lain.
Tata kelola perusahaan adalah elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi dan
pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kepercayaan investor (Haryono & Paminto,
2015; OECD, 2004; Škare & Hasić, 2016). Penerapan tata kelola perusahaan dapat
menopang kelangsungan bisnis dan mendorong peningkatan kepercayaan dari investor
dan masyarakat(Haryono & Paminto, 2015). Sejatinya, tujuan perusahaan menerapkan
tata kelola perusahaan agar perusahaan dapat berkelanjutan dalam jangka panjang.
Škare & Hasić (2016) berpendapat tujuan dari implementasi praktik tata kelola terbaik
adalah untuk memastikan bahwa semua pemegang saham puas dengan tata kelola dan
untuk mencapai keberlanjutan jangka panjang bagi perusahaan.
Manajemen juga perlu mempertimbangkan aspek risiko yang melekat dalam
kegiatan bisnis dan juga pasar. Isu paling hangat yang terjadi saat ini adalah perang
dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat. Efek domino dari perang dagang ini
bukan hanya berimbas pada indeks lokal Tiongkok dan Amerika saja tetapi juga indeks
dunia. Indeks saham (IHSG) di Indonesia sendiri di awal tahun 2018 telah mencapai
level tertingginya di level 6.689. Pada tanggal 04 Mei 2019, IHSG terbenam di level
5.792 atau sudah turun 13,41% atau sebesar 896 poin dari level tertinggi (Sugianto,
2018). Selain itu penguatan mata uang dolar Amerika (USD) terhadap Rupiah juga
turut mempengaruhi laju IHSG. Hal ini disebabkan adanya rencana suku bunga
dinaikkan oleh The Fed, bank sentral Amerika Serikat. (Sugianto, 2018).
Penurunan yang terjadi pada indeks dunia ini mengisyaratkan adanya
kekhawatiran para investor dalam berinvestasi terutama pada pasar modal negara
berkembang (emerging market) seperti Indonesia. Kekhawatiran global ini adalah salah
satu bentuk dari risiko sistematis.Risiko initak terhindarkan oleh perusahaan-
perusahaan sehingga pengaruhnya berdampak pada seluruh perusahaan. Buktinya
IHSG tumbang disertai dengan seluruh sektor yang memerah. Berdasarkan data RTI,
seluruh sektor saham di Bursa Efek Indonesia ditutup memerah, sektor consumer goods
dan infrastruktur turun paling dalam yaitu 2,35 persen dan 2,10 persen (Kartini, 2018).
Ketidakpastian global (risiko sistematis) tidak dapat dihindari, akan tetapi
emiten-emiten dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi risiko ini dengan terus

207
menerus menguatkan penerapan tata kelola perusahaan.Pengadopsian praktik tata
kelola terbaik menjadi penting guna menghadapi risiko yang ada.Bokpin & Isshaq
(2006) berargumen kualitas pengungkapan sangat terkait dengan konsep tata kelola
perusahaan, sehingga semakin banyak perusahaan mengungkapkan semakin baik
tingkat transparansi yang merupakan indikasi dari praktik tata kelola yang berkualitas.
Maka dari itu, semakin berkualitasnya praktik tata kelola sebuah perusahaan maka
terdapat kecenderungan risiko yang dapat dikendalikan. Risiko yang lebih terkendali
mengindikasikan bahwa nilai perusahaan akan mengalami kenaikan. Hal ini
mengisyaratkan bahwa pemangku kepentingan akan lebih percaya untuk melakukan
investasi pada perusahaan yang tingkat risikonya lebih terkendali, kemudian akan
mendorong naik harga saham perusahaan sehingga terindikasi terjadi peningkatan nilai
perusahaan.
Penelitian ini menguji tata kelola perusahaan sebagai variabel bebas, risiko
sebagai variabel intermediasi, dan nilai perusahaan sebagai variabel terikat.
Pengaplikasian tata kelola perusahaan yang efektif dapat menunjang proses penentuan
keputusansehingga akan menciptakan keputusan yang lebih optimal, efisiensi kinerja
operasional akan meningkat sehingga dapat mengurangi biaya modal dan dapat
mengelola risiko serta dapat meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan.Oleh
sebab itu, agar tata kelola perusahaan dapat meningkatkan value perusahaan maka
dibutuhkan perantara dalam bentuk risiko. Penelitian-penelitian terdahulu hanya
mengambil sampel di salah satu jenis sektor saja sehingga peneliti mempertimbangkan
penggunaan seluruh sektor yang ada di Bursa Efek Indonesia.Pengembangan lainnya
adalah penggunaan ASEAN Corporate Governance Scorecard sebagai alat ukur tata
kelola perusahaan dan tobin’s Q hasil modifikasi Gaio & Raposo (2011)
digunakanuntuk mengukur nilai perusahaan.

REVIU LITERATUR DAN HIPOTESIS

Penelitian ini menggunakan dua teori utama yaitu teori agensi dan teori
pemangku kepentingan (stakeholders). Selain itu, akan dibahas juga tentang semua
variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Teori agensi yang dikembangkan oleh
Jensen & Meckling (1976)menjelaskan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di mana
satu orang atau lebih (disebut prinsipal) menyewa orang lain (disebut agen) untuk
melakukan jasa atau tugas atas nama prinsipal yang melibatkan pelimpahan sebagian
wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Teori ini menjelaskan hubungan
agensi sebagai hubungan yang tidak seimbang dalam hal informasi antara prinsipal dan
agen.
Sementara, teori pemangku kepentinganyang dikembangkan oleh Freeman
(1984) memaparkan berbagai pihak yang berkepentingan dan pihak kepada siapa
perusahaan bertanggung jawab.Pemangku kepentingan merupakan individu atau
kumpulan individu/komunitas yang memiliki hubungan serta kepentingan dengan
perusahaan. Pemangku kepentingantermasuk di dalamnya adalah pemerintah, investor,
kelompok politik, pelanggan, pemasok, karyawan, lembaga masyarakat, dan alam.
Nilai perusahaan diartikan sebagai tanggapanpemilik modal terhadap
kesuksesan perusahaan dalam pengelolaan sumberdaya dan bisa diamati pada harga
saham (Sujoko & Soebiataro, 2007). Nilai perusahaan juga dapat dijadikan gambaran
kepercayaan masyarakat yang sangat berkaitan dengan harga saham. Menurut Husnan
& Pudjiastuti (2015), nilai perusahaan diartikan sebagai harga yang sanggup dibayar
oleh calon pembeli jika perusahaan dijual.
FCGI (2001)menjelaskantata kelola perusahaansebagai seperangkat peraturan
yang mengatur hubungan antara berbagai pemangku kepentingan internal dan eksternal
perusahaan berkaitan dengan hak dan kewajiban pemangku kepentingan. Menurut
Rankin et al. (2012)tata kelola perusahaandalam hal yang sangat mendasar adalah
sebuah mekanisme bisnis perusahaan yang diarahkan dan dikontrol.
Risiko merupakan distorsi hasil yang diperoleh dari hasil yang diharapkan.
Brigham & Houston (2009) mendefinisikan risiko sebagai probabilitas akan terjadinya
suatu kejadian yang tidak diharapkan. Konsep risiko dalam portofolio sekuritas
dibedakanyakni risiko sistematis/risiko pasar dan risiko spesifik/risiko yang dapat
didiversifikasikan. Menurut Brigham & Houston (2009), risiko sistematis/pasar adalah
risiko yang muncul dari faktor-faktor makro yang secara sistematis akan
mempengaruhisebagian besar perusahaan yaitu perang dagang, inflasi, krisis moneter,
tingkat suku bunga dan faktor lainnya. Sementara, risiko spesifik/risiko non sistematis
adalah risiko yang disebabkan oleh kejadian-kejadian tertentu seperti kasus hukum,
pemogokan karyawan, keberhasilan atau kegagalan pemasaran, dan kejadian-kejadian
lainnya yang spesifik bagi suatu perusahaan (Brigham & Houston, 2009).

Kerangka Pemikiran Teoritis


Penelitian ini menguji tata kelola perusahaan, risiko, dan nilai perusahaan dalam
satu kerangka pemikiran teoritis. Teori agensi dan teoripemangku
kepentingandigunakan untuk mendukung penelitian ini.Kerangka pemikiran teoritis
adalah sebagai berikut:

Gambar 1
Kerangka Pemikiran Teoritis

Jensen & Meckling (1976) menyatakan dalam teori agensi, jika kedua belah
pihak berusaha untuk memaksimalkan kekayaan individualnya, maka ada pertimbangan
yang kuat untuk mempercayai bahwa terdapat kecenderungan tindakan menyimpang
dari agen.Salah satu metode untuk menyelaraskan kepentingan antar individu di dalam
sebuah perusahaan adalah penerapan tata kelola perusahaan sebagai mekanisme yang
menyelaraskan kepentingan-kepentingan tersebut. Tata kelola diterapkan oleh suatu
perusahaan demi melindungi kepentingan para investor sebagai pemilik modal dan juga
pemangku kepentinganlainnya. Perlindungan yang lebih baik terhadap investor akan
meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham perusahaan (Zaidirina &
Lindrianasari, 2015) serta pemangku kepentingan lainnya.
Freeman (1984)mendefinisikan teori pemangku kepentingansebagai teori yang
menggambarkan kepada siapa perusahaan bertanggung jawab. Nilai perusahaan tercipta
dari akumulasi kepercayaan pemangku kepentingansecara luas. Faktor risiko menjadi
pertimbangan pemangku kepentinganterutama investor dalam berinvestasi. Perusahaan
yang mampu mengendalikan risiko menjadi lebih menarik. Penerapan tata kelola
perusahaan menjadikan perusahaan memiliki tameng yang mendorong perusahaan siap
sedia menghadapi risiko melalui manajemen risikonya.

Tata Kelola Perusahaan dan Risiko


Tata kelola perusahaan adalah sistem monitoring dan manajemen yang
mempengaruhi penentuan dan pencapaian tujuan perusahaan, sistem ini adalah cara
untuk mengukur dan mengontrol risiko perusahaan dan meyakinkan bahwa
pengaplikasiannya efektif (Detthamrong et al., 2017). Salah satu wujud tata kelola
perusahaan berupa manajemen risiko. Darmawi (2005) berargumen bahwa manajemen
risiko adalahupayadalammemahami, menganalisis serta mengontrol risiko pada
aktivitasperusahaan untuk mencapai efektifitas dan efisiensi perusahaan. Manajemen
akan dilibatkan untuk menganalisis serta memformulasikan upaya-upaya untuk
menghadapi potensi-potensi tidak pasti yang dapat merugikan perusahaan di masa
mendatang.
Adi et al.(2013), Alam & Shah (2013) danIqbal et al.(2015) menemukan bahwa
terdapat pengaruh positif tata kelola perusahaan terhadap risiko. Sementara, Haryono &
Paminto(2015), Lee et al.(2016), Mathew et al.(2018) dan Uddin &
Hassan(2014)menemukan pengaruh negatiftata kelola perusahaan terhadap risiko.
Penerapan tata kelola dapat mengurangi asimetri informasi sehingga
keseimbangan informasi akan tercapai. Dengan begitu, pihak luar perusahaan dapat
mengestimasi dengan baik arus kas masa depan yang diharapkan (Misra & Vishnani,
2012).Tata kelola perusahaan dalam wujud manajemen risikodapat menjadi mekanisme
yang mengelola risiko perusahaan sehingga lebih mendorong pengambilan risiko yang
lebih besar.Penerapan manajemen risiko ini akan membuat perusahaan dapat
melakukan antisipasi untuk meminimalkan dampak buruk dari risiko terutama risiko
pasar dengan tetap memperoleh manfaat yang optimal.
: Tata kelola perusahaan berpengaruh positif terhadap risiko

Risiko dan Nilai Perusahaan


Risiko sistematis atau risiko pasar merupakan risiko yang berkaitan keadaan
makro ekonomi secara keseluruhan. Risiko ini memberikan makna perubahan yang
lebih besar atau lebih kecil dari return saham suatu perusahaan terhadap return pasar
(Wibowo, 2012). Risiko sistematis/pasar ini akan mempengaruhi seluruh perusahaan
dan tidak dapat dihindari dengan melakukan diversifikasi. Prasetia et al. (2014)
berargumen bahwa risiko dan nilai perusahaan memiliki hubungan yakni dengan
semakin meningkatnya harga saham, maka volume saham akan meningkat yang akan
mempengaruhi nilai perusahaan di mata pemangku kepentingan dengan ekspektasi
akan mendapatkan return optimal.
Hasil penelitian Alghifari (2014) dan Prasetia et al. (2014) menemukan bahwa
terdapat pengaruhpositif risiko sistematis terhadap nilai perusahaan. Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan Gunawan & Juniarti (2014), Haryono & Paminto (2015), ,
Rumondor et al. (2015), Sari (2017), Wibowo(2012) yang menemukan bahwa
risikoberpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
Risiko sistematis/pasar merupakan risiko yang tidak dapat dihindari. Risiko
sistematis/pasar yang diproksikan oleh betasaham akan mempengaruhi return saham.
Semakin tinggi beta saham, maka semakin tinggi perubahan return dan begitu pula
sebaliknya. Di sini berlaku prinsip high risk high return. Perubahan pada return saham
mengindikasi terjadi perubahan pada nilai ekuitas perusahaan.
: Risiko berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

Peran Mediasi Risiko dalam Pengaruh Tata Kelola Perusahaan terhadap Nilai
Perusahaan
Nilai suatu perusahaan tercermin dalam harga sahamnya. Soliha & Taswan
(2002) menyatakan keinginan pemilik modal adalah value perusahaan yang tinggi,
karena valueperusahaan yang tinggi akanmenunjukkan kesejahteraanpemilik modal
yang tinggi. Pemangku kepentingan terutama investor tentunya akan lebih terdorong
menginvestasikan dana pada perusahaan dengan value yang tinggidisertai dengan
harapan memperoleh return tinggi. Pihak prinsipal menyerahkan tugas pengelolaan
kepada profesional untuk melakukan pengelola perusahaan guna mencapai nilai
perusahaan yang tinggi.
Teori pemangku kepentingan mempertimbangkan hubungan yang ada antara
perusahaan dan para pemangku kepentingan (Rankin et al., 2012). Maksimalisasi nilai
perusahaan diperlukan guna meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham
ataupun masyarakat yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan. Salah satu usaha
pemaksimalan nilai perusahaan adalah penerapan tata kelola untuk mengelola risiko.
Manajemen risiko yang baik akan memberikan perusahaan keunggulan terutama karena
mampu menghadapi risiko yang kemungkinan timbul di masa mendatang.
: Risiko memediasi pengaruh tata kelola perusahaan terhadap nilai perusahaan

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori. Data dokumenter berupa
laporan tahunan dan laporan keuangan dimanfaatkan sebagai sumber informasi.
Sumber data adalah data sekunder. Seluruh data diperoleh melaluisitus Bursa Efek
Indonesia, situs resmi perusahaan-perusahaan sampel serta Pemeringkatan Efek
Indonesia (PEFINDO). Analisis konten (content analysis) digunakan untuk
mengumpulkan data.

Penentuan Sampel
Seluruh perusahaan yang listingpada Bursa Efek Indonesia digunakan sebagai
populasi. Purposive sampling digunakan sebagai metode penentuan sampeldengan
kriteria yaitu, (1) perusahaan yang melaporkan laporan keuangan dan laporan tahunan
untuk periode 2013-2018; (2) perusahaan yang menyediakan laporan keuangan dan
tahunan dengan bahasa Indonesia dan/atau bahasa Indonesia dan bahasa lain dan mata
uang pelaporannya adalah rupiah; (3) perusahaan yang tidak mengalami delisting
maupun suspensi yang berkepanjangan selama periode 2013-2018 serta (4) memiliki
data yang memadaiterkait dengan variabel penelitian.Jumlah perusahaan yang sesuai
kriteria adalah 259perusahaan dari 617 perusahaan dengan periode 6 tahun sehingga
diperoleh 1.554 unit analisis.
Tabel 1
Perhitungan Sampel Penelitian
No. Kriteria Jumlah
1 Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018 617
2 Perusahaan yang menggunakan mata uang dolar sebagai mata uang pelaporan (92)
3 Perusahaan yang disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (7)
4 Perusahaan dengan data tidak lengkap terkait variabel yang diteliti (259)
Jumlah Sampel 259
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Definisi Operasional Variabel Penelitian


Nilai perusahaan diukur dengan menggunakan Tobin’s Q modifikasi Gaio &
Raposo (2011). Formula penghitungan Tobin’s Q adalah:

....... (1)
Keterangan:
: nilai Tobin’s Q perusahaan i pada tahun t
: total aset (nilai buku) perusahaan i pada tahun t
: total ekuitas (nilai pasar) perusahaan i pada tahun t
: total ekuitas (nilai buku) perusahaan i pada tahun t

Pengukuran tata kelola perusahaanmenggunakan ASEAN Corporate


Governance Scorecard. Setiap indikator dalam scorecardakan diberikan angka 1 jika
melakukan sesuai indikator scorecard dan diberi angka 0 jika tidak melakukan sesuai
indikator scorecard. Jumlah dari indikator yang dilakukan tersebut kemudian dibagi
dengan jumlah keseluruhan indikator yang diharapkan per komponen dan dikali dengan
nilai maksimum per komponen yang tertera pada tabel 2. Dengan demikian, formula
penghitungannya adalah sebagai berikut:

....... (2)

Keterangan:
CGS : corporate governance score / skor tata kelola perusahaan
Σdi : total pengungkapan indikatorscorecardpada perusahaan i
ti : total indikatorscorecard

Tabel 2
Komponen Penilaian ASEAN Corporate Governance Scorecard
Jumlah Item Nilai Maksimum
Hak-hak pemegang saham 26 10
Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham 17 15
Peran pemangku kepentingan 21 10
Pengungkapan dan transparansi 42 25
Tanggung jawab dewan 79 40
185 100
Sumber : ADB (2014)
Keseluruhan nilai maksimum yang diperoleh per komponen kemudian
dijumlahkan untuk mendapatkan skor tata kelola perusahaan.
Risiko diukur berdasarkan beta saham (β) yang telah dihitung oleh PT
Pemeringkatan Efek Indonesia (PEFINDO). Penghitungan Beta saham yang dilakukan
oleh PEFINDO berpedoman pada rumus single index model (model indeks tunggal).
Rumus indeks pasar tunggal yang dikutip dari laporan beta Pefindo adalah:

....... (3)
Keterangan:
: return dari saham i pada periode t
: konstanta
: beta untuk saham i
: return dari indeks kumulatif market pada periode t
: residual regresi

Metode Analisis Data


Analisis jalur (path analysis) diterapkanpada penelitian ini yang membentuk
persamaan berikut:

Keterangan:
: Tata Kelola Perusahaan
:Risiko
: Nilai Perusahaan

ε : Unexplained Variance

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini mengambil perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI)


sebagai sampel. Berdasarkan hasil screening, diperoleh sebanyak 259 perusahaan
dengan 1.554 unit analisis dan peneliti menggunakan uji kesesuaian model hingga
menghasilkan 745 unit analisis yang diuji dengan analisis jalur.Selanjutnya, data
ditabulasi dan diuji normalitasnya sebelum diproses dalam pengujian hipotesis.
Berdasarkan hasil uji normalitas disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.

Statistik Deskriptif
Tujuan statistik deskriptif adalah untuk memudahkan sebuah informasi untuk
dipahami dengan mengamati minimum, maksimum, rata-rata serta standar deviasi dari
suatu data.
Tabel 3
Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Tata Kelola Perusahaan 745 16,57 87,08 48,9029 15,30152
Risiko 745 0,3020 2,0970 1,008815 0,4580416
Nilai Perusahaan 745 0,4060 1,4990 0,970421 0,2365528
Sumber: Output SPSS diolah
Tata kelola perusahaan menunjukkan rata-rata 48,9029 dan standar
penyimpangansebesar 15,30152. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang
listing di Bursa Efek Indonesia rata-rata memiliki nilai ASEAN Corporate Governance
Scorecard yang masuk kategori rendah. Standar deviasi data tata kelola
perusahaanyang lebih rendah dari rata-rata mengindikasikan data dari penelitian ini
menyebar.
Variabel risiko memiliki rata-ratasebesar 1,008815disertai standar deviasi
sebesar 0,4580416. Nilai average sebesar 1,008815 menunjukkan bahwa kebanyakan
perusahaan sampel memiliki beta saham yang bersifat agresif atau risikonya lebih
tinggi dari risiko pasar karena nilai beta>1. Standar penyimpangan yang lebih rendah
dari rata-rata mengindikasikan data dari penelitian ini menyebar.
Nilai perusahaan memiliki rata-rata sebesar 0,970421 dan standar
penyimpangan sebesar 0,2365528. Nilai averagesebesar 0,970421 berarti perusahaan
yang menjadi sampel rata-rata memiliki nilai buku perusahaan yang lebih rendah dari
nilai pasar perusahaan diindikasikan dengan nilai Q kurang dari 1 sehingga persepsi
pasar lebih rendah terhadap perusahaan sampel. Data nilai perusahaan juga
menunjukkan hanya ada sedikit data yang menyimpang dari rata-rata terlihat dari
standar deviasi yang lebih rendah daripada rata-rata.

Analisis Jalur (Path Analysis)


Hipotesis diuji dengan pengunaan model regresi analisis jalur yang dilakukan
setelah uji kesesuaian model. Hasil koefisien jalur persamaan struktural adalah sebagai
berikut.
Tabel 4
Koefisien Jalur
Struktur Model Standardized Beta Sig.
Substruktur 1
Tata Kelola Perusahaan Risiko 0,132 0,000**
Substruktur 2
Risiko Nilai Perusahaan 0,085 0,021*
*signifikan kurang dari 5%, ** kurang dari 1%

Berdasarkan hasil pengolahan estimasikoefisien jalur di atas, model analisis


jalur dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2
Model Analisis Jalur
Uji Sobel
Uji sobel (sobel test)bertujuan untuk menguji hubungan mediasi pada penelitian
ini. Hasil uji sobel tertera di tabel berikut.

Tabel 5
Hasil Uji Sobel
Uji Sobel
Kombinasi Variabel Nilai Estimasi StandardError Kesimpulan
t sig
Tata Kelola Perusahaan 
0,028; 0,045 0,008 ; 0,019 1,961 0,049 H3 Diterima
Risiko  Nilai Perusahaan
Sumber: Hasil Pengolahan
Data

Berdasarkan hasil uji sobel di atas, maka dapat dinyatakan bahwa H3 diterima
karena nilai probabilitasnya lebih kecil daripada 0,05.

Pembahasan
Tata Kelola Perusahaan dan Risiko
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa tata kelola perusahaan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap risiko. Hal ini menunjukkan makna bahwa semakin
tinggi penerapan tata kelola perusahaancenderung akan meningkatkan risiko.
Teori agensi menegaskan bahwa adanya pemisahan antara pemilik modal dan
pengelola perusahaan maka akan memunculkanketidakseimbangan informasi.
Ketidakseimbangan informasi antara pemilik modal dan pengelola perusahaan
menyebabkan pihak pengelola mempunyai informasi yang lebih memadai daripada
pemilik modal. Dengan demikian, untuk menekan tingkat asimetri informasi diperlukan
sebuah sistem tata kelola perusahaan yang memadai untuk mereduksi asimetri
informasi ini sehingga informasi yang diperoleh oleh pihak prinsipal akan seimbang
dengan pihak agen. Informasi yang memadai ini dapat digunakan untuk kepentingan
semua pihak. Temuan dari penelitian mengindikasikan bahwa tata kelola perusahaan
yang diterapkan semakin tinggi maka ada kecenderungan risiko yang dihadapi juga
semakin tinggi. Rankin et al. (2012) berpendapat fokus utama tata kelola perusahaan
telah bergeser menjadi manajamen risiko. Dengan demikian, tata kelola perusahaan
menitikberatkan pada pengelolaan risiko. Kemudian, penerapan tata kelola perusahaan
yang memadai cenderung membuatpihak manajemen untuk mengambil risiko (risk-
taking) yang lebih tinggi. Praktik tata kelola perusahaan yang baikcenderung lebih
mendorong pengambilan risiko yang berlebihan daripada membatasinya(Iqbal et al.,
2015).
Hasil penelitian ini konsisten dengan Adi et al.(2013), Alam & Shah (2013)
danIqbal et al.(2015) yang menemukan bahwa terdapat pengaruh positif dari tata kelola
perusahaan terhadap risiko, akan tetapi tidak konsisten dengan penelitianHaryono &
Paminto(2015), Lee et al.(2016), Mathew et al.(2018) dan Uddin & Hassan(2014) yang
menemukan bahwa tata kelola berpengaruh negatif terhadap risiko.

Risiko dan Nilai Perusahaan


Hasil penelitian mengindikasikan bahwa risiko berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil ini menandakan bahwa semakin
meningkatnya risiko maka ada kecenderungan peningkatan nilai perusahaan.
Teori pemangku kepentingan menyatakan tanggung jawab dari perusahaan
tidak hanya kepada pemilik perusahaan semata dengan terbatas pada fokus untuk
memperoleh penghasilan pendapatan keuangan, namun menjadi lebih luas dengan
memperhitungkan faktor sosial, yaitu kepentingan masyarakat (pemangku
kepentingan).Dalam upaya pemaksimalan nilai perusahaan bagi kepentingan pemangku
kepentingan secara luas, tentu tidak dapat lepas dari faktor risiko. Maka dari itu, risiko
yang dihadapi oleh perusahaan harus dihadapi dalam rangka pemaksimalan nilai
perusahaan. Ketika tingkat risiko yang dihadapi tinggi, maka perubahan pada nilai
perusahaan akan semakin tinggi pula.Temuan penelitian ini menunjukkan ketika risiko
yang dihadapi perusahaan tinggi maka kecenderungan perubahan pada nilai ekuitas
perusahaan juga akan semakin tinggi. Prinsip high risk high return berlaku yaitu ketika
risiko yang dihadapi tinggi, maka potensi reward yang akanditerima juga tinggi. Dunia
investasi mengenal hubungan antara risiko dan keuntungan, sehingga ketika risiko
tinggi maka return atau keuntungan yang akan diterima juga tinggi dan begitu
sebaliknya (Rumondor et al., 2015). Risiko yang mampu dikendalikan akan
memberikan hasil yang maksimal bagi keberlanjutan perusahaan. Risiko yang
terkendali ini akan membuat perusahaan menjadi lebih dipercaya oleh pasar maka ada
kecenderungan nilai perusahaan akan meningkat.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Alghifari (2014) dan Prasetia et
al. (2014) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif daririsiko terhadap nilai
perusahaan. Sementara itu, penelitian iniinkonsisten dengan Gunawan & Juniarti
(2014), Haryono & Paminto (2015), Rumondor et al. (2015), Sari (2017) dan
Wibowo(2012) yang menemukan risiko memiliki pengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan.

Peran Mediasi Risiko dalam Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Terhadap Nilai
Perusahaan
Pengujian sobel yang dilakukan menunjukkan bahwa risiko dapat berperan
dalam memediasi pengaruh tata kelola perusahaan pada nilai perusahaan. Hasil
pengujian ini bermakna tata kelola perusahaan yang diterapkan dengan baik akan
memicu perusahaan untuk lebih risk taker.Praktik tata kelola perusahaan yang
baikcenderung lebih mendorong pengambilan risiko yang lebih besar daripada
membatasinya(Iqbal et al., 2015). Perusahaan yang terlibat dalam proyek yang berisiko
diharapkan akan memberikan return yang lebih banyak daripada perusahaan yang
kurang berani untuk mengambil risiko (Alam & Shah, 2013). Kemudian, risiko harus
dikelola dan menjadi penting terlebih untuk mendukung keberlanjutan perusahaan.
Pergeseran lingkungan bisnis terutama karena adanya teknologi yang begitu cepat
pengaruhnya memunculkan risiko-risiko baru yang akan mempengaruhi pemangku
kepentingansecara keseluruhan. Maka dari itu, perusahaan dapat merespon risiko ini
dengan mengaplikasikan tata kelola perusahaan berbasismanajemen risiko.
Keberhasilan mediasi ini memberikan makna bahwa perusahaan harus mampu
mengendalikan risiko perusahaan melalui tata kelola perusahaan demi meningkatkan
kepercayaan pemangku kepentinganserta mendukung keberlanjutan perusahaan karena
harus dipahami bahwa pergeseran model bisnis akan memunculkan berbagai macam
risiko yang tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu, risiko tersebut harus dikendalikan
dan dikelola demi menjaga keberlanjutan perusahaan.
SIMPULAN,KETERBATASAN DAN SARAN

Simpulan
Penelitian ini memberikan beberapa insight. Tata kelola perusahaan memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap risiko. Hasil ini mengindikasikan bahwa tata
kelola perusahaan cenderung meningkatkan risiko. Hal ini dikarenakan tata kelola
perusahaan yang memadai memungkinkan pengambilan risikoyang lebih tinggi.
Sementara itu, risiko memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hal ini berarti bahwa peningkatan risiko cenderung akan meningkatkan
nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan risiko yang mampu dikendalikan akan
memberikan dampak yang maksimal bagi keberlanjutan perusahaan. Temuan lain
menemukan bahwa risiko berperan dalam memediasi tata kelola pada nilai perusahaan.
Hal ini berartiperusahaan harus mampu mengendalikan risiko perusahaan melalui tata
kelola perusahaan demi meningkatkan kepercayaan pemangku kepentinganserta
mendukung keberlanjutan perusahaan

Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yakni penggunaan metode
analisis konten (content analysis) dengan Scorecard ASEAN CGsebagai alat ukur tata
kelola perusahaanyang menimbulkan kesenjangan antara perusahaan besar dan kecil,
kemudian belum digunakannya variabel kontrol yang menyebabkan adanya
kesenjangan antara perusahaan dengan berbagai karakteristik yang berbeda dan risiko
hanya diukur dengan menggunakan indikator beta saham.

Saran untuk Penelitian Selanjutnya


Beberapa masukan untuk penelitian masa mendatang adalah penggunaan
metode analisis dan alat ukur lain dalam mengukur tata kelola seperti penggunaan
mekanisme tata kelola seperti komposisi dewan komisaris, diversifikasi gender dan
frekuensi rapat. Lalu, menambah variabel kontrol untuk mengurangi kesenjangan
antara perusahaan dengan berbagai karakteristik yang berbeda dan penelitian
selanjutnya dapat mempertimbangan menggunakan indikator risikoseperti risiko nilai
tukar, risiko inflasi dan risiko suku bunga.

DAFTAR PUSTAKA

ADB. (2014). ASEAN Corporate Governance Scorecard Country Reports and


Assessments 2013–2014.
https://www.adb.org/sites/default/files/publication/42600/asean-corporate-
governance-scorecard.pdf.
Adi, T. W., Suhadak, Handayani, S. R., & Rahayu, S. M. (2013). The Influence of
Corporate Governance and Capital Structure on Risk, Financial Performance
and Firm Value: A Study on The Mining Company Listed in Indonesia Stock
Exchange in 2009-2012. European Journal of Business and Management,
5(29), 200–218.
Alam, A., & Shah, S. Z. A. (2013). Corporate Governance and Its Impact on Firm Risk.
International Journal of Management, Economics and Social Sciences, 2(2),
76–98.
Alghifari, E. S. (2014). Pengaruh Risiko Sistematis Terhadap Kinerja Perusahaan dan
Implikasinya pada Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Food and Beverage
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011). Jurnal Ilmu Manajemen & Bisnis,
05(01), 1–16.
Binsasi, K. de R. (2019). Investor AISA: Kasus AISA adalah skandal dalam pasar
modal Indonesia. Kontan. https://investasi.kontan.co.id/news/investor-aisa-
kasus-aisa-adalah-skandal-dalam-pasar-modal-indonesia.
Bokpin, G. A., & Isshaq, Z. (2006). Corporate Governance, Disclosure and Foreign
Share Ownership on The Ghana Stock Exchange. Managerial Auditing Journal,
24(7), 688–703. https://doi.org/10.1108/EL-01-2017-0019
Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2009). Fundamentals of Financial Management.
South-Western Cengage Learning.
Darmawi, H. (2005). Manajemen Risiko. Bumi Aksara.
Detthamrong, U., Chancharat, N., & Vithessonthi, C. (2017). Corporate Governance,
Capital Structure and Firm Performance: Evidence from Thailand. Research in
International Business and Finance, 42, 689–709.
https://doi.org/10.1016/j.ribaf.2017.07.011.
FCGI. (2001). Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan
Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan).
https://muhariefeffendi.files.wordpress.com/2009/12/fcgi_booklet_ii.pdf.
Fidhayatin, S. K., & Dewi, N. H. U. (2012). Analisis Nilai Perusahaan, Kinerja
Perusahaan dan Kesempatan Bertumbuh Perusahaan Terhadap Return Saham
pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI. The Indonesian Accounting
Journal, 2(2), 203–214.
Freeman, E. R. (1984). Strategic Management: A Stakeholder Approach. Pitman.
Gaio, C., & Raposo, C. (2011). Earnings quality and firm valuation : international
evidence. Accounting and Finance, 51, 467–499.
Ganescu, M. C., & Gangone, A. D. (2012). A Methodology for Measuring Responsible
Corporate Governance in Countries of Emerging Europe. The USV Annaly of
Economics and Public Administration, 12(2(16)), 129–139.
Gunawan, L., & Juniarti. (2014). Pengaruh Family Control, Firm Risk, Size, dan Age
Terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan pada Sektor Perdagangan, Jasa,
dan Investasi. Business Accounting Review, 2(1), 41–50.
Haryono, U., & Paminto, A. (2015). Corporate Governance and Firm Value : The
Mediating Effect of Financial Performance and Firm Risk. European Journal of
Business and Management, 7(35), 18–24.
Husnan, S., & Pudjiastuti, E. (2015). Dasar-dasar Manajemen Keuangan (7th ed.).
UPP STIM YKPN.
Iqbal, J., Strobl, S., & Vähämaa, S. (2015). Corporate Governance and The Systemic
Risk of Financial Institutions. Journal of Economics and Business, 82, 42–61.
https://doi.org/10.1016/j.jeconbus.2015.06.001.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of The Firm : Managerial Behavior ,
Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics,3(4),
305–360.
Kartini, D. (2018). IHSG berakhir tumbang 1,35%, semua sektor berguguran. Kontan.
https://investasi.kontan.co.id/news/ihsg-berakhir-tumbang-135-semua-sektor-
berguguran.
Lee, S., Kim, Y. K., & Kim, K. (2016). Corporate Governance, Firm Risk, and
Corporate Social Responsibility: Evidence from Korean Firms. The Journal of
Applied Business Research, 32(1), 303–316.
Mathew, S., Ibrahim, S., & Archbold, S. (2018). Corporate Governance and Firm Risk.
Corporate Governance (Bingley), 18(1), 52–67. https://doi.org/10.1108/CG-02-
2017-0024.
Misra, D., & Vishnani, S. (2012). Impact of Corporate Governance Regulation on
Market Risk. Vikalpa, 37(2), 19–32.
Ng, S., & Daromes, F. E. (2016). Peran Kemampuan Manajerial Sebagai Mekanisme
Peningkatan Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi Dan
Keuangan Indonesia, 13(2), 174–193. https://doi.org/10.21002/jaki.2016.10
OECD. (2004). OECD Principles of Corporate Governance.
http://www.oecd.org/dataoecd/32/18/31557724.pdf.
Prasetia, T. E., Tommy, P., & Saerang, I. S. (2014). Struktur Modal, Ukuran
Perusahaan dan Risiko Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Otomotif yang
Terdaftar di BEI. EMBA, 2(2), 879–889.
Putri, I. A. S., & Suprasto, B. (2016). Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan
Mekanisme Tata Kelola Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 15(1), 667–694.
Rankin, M., Stanton, P. A., McGowan, S. C., Ferlauto, K., & Tilling, M. (2012).
Contemporary Issues in Accounting. John Wiley & Sons Australia Ltd.
Rumondor, R., Mangantar, M., & Sumarauw, J. S. B. (2015). Pengaruh Struktur Modal,
Ukuran Perusahaan dan Risiko Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan pada Sub
Sektor Plastik dan Pengemasan di BEI. EMBA, 3(3), 159–169.
Sari, L. (2017). Dampak Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, dan Risiko
Pasar terhadap Nilai Perusahaan [Universitas Dian Nuswantoro].
http://eprints.dinus.ac.id/22713/3/jurnal_19640.pdf.
Škare, M., & Hasić, T. (2016). Corporate Governance, Firm Performance, and
Economic Growth – Theoretical Analysis. Journal of Business Economics and
Management, 17(1), 35–51. https://doi.org/10.3846/16111699.2015.1071278.
Soliha, E., & Taswan. (2002). Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan
serta Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Bisnis Dan Ekonomi,
9(2), 149–163.
Sugianto, D. (2018). Perjalanan IHSG: Awal Tahun Rekor, Sekarang Ambruk. Detik
Finance. https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-4008664/perjalanan-ihsg-
awal-tahun-rekor-sekarang-ambruk.
Suhartanti, T., & Asyik, N. F. (2015). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Moderating. Jurnal
Ilmu & Riset Akuntansi, 4(8), 1–15.
Sujoko, & Soebiataro, U. (2007). Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage,
Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal
Manajemen Dan Kewirausahaan, 9(1), 41–48.
https://doi.org/10.9744/jmk.9.1.pp.41-48
Uddin, H., & Hassan, M. K. (2014). Corporate Governance Disclosure and Security’s
Market Risk in The United Arab Emirates. International Journal of Economics
and Finance, 6(1), 39–52. https://doi.org/10.5539/ijef.v6n1p39.
Ullah, M., Afgan, N., Hashim, M., & Khan, M. A. (2017). The Impact of Corporate
Governance on Financial Performance of Banks Evidence from Pakistan. City
University Research Journal, 14–20.
http://www.cityuniversity.edu.pk/curj/Journals/Journal/special_aic_16/2.pdf.
Wibowo, A. (2012). Peran Kinerja Perusahaan dan Risiko Sistematis Dalam
Menentukan Pengaruh Inflasi Terhadap Nilai Perusahaan. Media Ekonomi Dan
Manajemen, 26(2), 1–18.
Zaidirina, N. A., & Lindrianasari, N. A. (2015). Corporate Governance Perception
Index, Performance and Value of The Firm in Indonesia. International Journal
of Monetary Economics and Finance, 8(4), 385.
https://doi.org/10.1504/IJMEF.2015.073230.

Anda mungkin juga menyukai