Anda di halaman 1dari 10

Program Kesehatan Ibu dan Anak Pada Puskesmas

Dimas Bayu Dwi Sutrisno 102017089


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna utara No.6 – Jakarta Barat 11470
Email : dimas.2017fk089@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan

Pembangunan kesehatan pada puskesmas dalam rangka mencapai wilayah dan


bertumpu pada potensi daerah tidak bisa dilakukan sendiri oleh sektor kesehatan tapi harus
dilakukan secara holistik bersama stake holder dan masyarakat sekitar. Program-program
yang telah dilakukan pada mini lokakarya dirasakan tidak memuaskan, maka dari itu
kegiatan-kegiatan program pembangunan kesehatan yang dilakukan oleh sektor kesehatan
maupun non kesehatan yaang berhubungan untuk menciptakan daerah yang sehat perlu di
perhitungkan dan dilakukan dengan seksama.1

Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia masih belum memuaskan, terbukti


dari masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin,nifas dan bayi baru lahir masih merupakan
masalah besar negara berkembang termasuk Indonesia.1

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu maupun bayi
adalah faktor pelayanan yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan tenaga
kesehatan sebagai penolong pertama pada persalinan tersebut. Di samping itu, masih
tingginya persalinan di rumah dan masalah yang terkait budaya dan perilaku dan tanda-tanda
sakit pada neonatal yang sulit dikenali, juga merupakan penyebab kematian bayi baru lahir.1

Pembahasan

Skenario 1

Kecamatan A memiliki tingkat kematian ibu dan balita yang tinggi, terutama
neonatal. Jumlah Penduduk di Kecamatan A berjumlah 40.000 orang. Puskesmas Kecamatan
B berusaha untuk menangani hal ini, di mana dari hasil evaluasi program beberapa tahun lalu
didapatkan faktor kinerja puskesmas yang masih kurang dengan cakupan yang rendah juga
faktor rendahnya kesadaran masyarakat dengan pendidikan dan sosial ekonomi rendah serta
kurangnya Kerjasama lintas sectoral.

1
Angka Kematian Ibu

Definisi2

Angka kematian ibu ialah jumlah kematian ibu sebagai akibat komplikasi kehamilan,
persalinan, dan masa nifas yang dicatat selama satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada
tahun yang sama.

Penyebab:3

Langsung

Penyebab kematian berkaitan langsung denagn perjalanan kehamilan, persalinan, post


partum sampai dengan sekitar masa puerperium. Bentuk penyebab kematian adalah “trias
klasik” berupa perdarahan, infeksi, dan gestosis.

Tidak Langsung

a. Penyebab yang menyangkut keadaan umum di tengah masyarakat, seperti kehamilan


dengan anemia, tindakan yang tidak aman dan tidak bersih pada abortus, dan
kekurangan gizi pada bumil.
b. Penyebab yang berkaitan dengan keterlambatan.
- Terlambat pengiriman referal karena berbagai alasan, terutama karena jarak yang
terlalu jauh dan medan yang berat.
- Terlambat menegakkan diagnosis, sehingga diterima di tempat rujukan sudah
dalam keadaan terminal.
- Terlambat mendapatkan penanganan yang adekuat, bersih, dan aman di pusat
rujukan lebih tinggi.
- Terlambat menyedeiakan berbagai fasilitas untuk memberikan pertolongan gawat
darurat.
c. Tingkat kebudayaan yang masih rendah.
- Perujukan pasien memerlukan persetujuan pemuka masyarakat.
- Faktor lingkungan dan mitos masyarakat dapat mempengaruhi dan memperberat
keadaan ibu hamil.

Anemia

Penyakit ini terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang atau
kurang dari kebutuhan tubuh. Zat besi merupakan mikro elemen yang esensial bagi tubuh,

2
sangat diperlukan dalam pembentukan darah yaitu dalam hemoglobin. Disamping itu zat besi
juga diperlukan enzim sebagai penggiat. Fe lebih mudah diserap oleh usus halus dalam
bentuk Ferro. Penyerapan ini mempunyai mekanisme autoregulator yang diatur oleh kadar
Ferritin yang terdapat dalam sel-sel mukosa usus. Dalam kondisi Fe yang baik, hanya sekitar
10% saja dari Fe yang terdapat dalam makanan diserap ke dalam mukosa usus. Ekskresi Fe
dilakukan melalui menstruasi. Oleh sebab itu kebutuhan Fe pada wanita dewasa lebih banyak
dibandingkan dengan pria. Pada wanita hamil kebutuhan Fe meningkat karena bayi yang
dikandung juga memerlukan Fe ini. Definisi Fe atau anemia besi di Indonesia jumlahnya
besar sehingga sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat. Program penanggulangan
anemia besi khususnya ibu hamil sudah dilakukan melalui pemberian Fe secara cuma-Cuma
melalui Puskesmas atau Posyandu. Akan tetapi karena masih rendahnya pengetahuan
sebagian besar ibu-ibu hamil maka program ini tampak berjalan lambat.4

Kelompok Rentan Gizi

Ibu hamil sebenarnya juga berhubungan dengan proses pertumbuhan, yaitu pertumbuhan
janin yang dikandungnya dan pertumbuhan berbagai organ tubuhnya sebagai pendukung
proses kehamilan tersebut. Untuk mendukung berbagai proses pertumbahan ini maka
kebutuhan makanan sebagai sumber energi juga meningkat. Kebutuhan kalori tambahan bagi
ibu hamil sekitar 300-350 kalori perhari. Demikian pula kebutuhan protein meningkat dengan
10 gram sehari. Peningkatan metabolisme berbagai zat gizi pada ibu hamil juga memerlukan
peningkatan suplai vitamin, terutama thiamin, reboflafin, vitamin A dan D. Kebutuhan
berbagai mineral khususnya Fe dan calsium juga meningkat. Apabila kebutuhan kalori,
protein, vitamin dan mineral yang meningkat ini tidak dapat dipenuhi melalui konsumsi
makan oleh ibu hamil, akan terjadi kekurangan gizi.

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat berakibat :4

1. Berat badan bayi pada waktu lahir rendah atau sering disebut Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR)
2. Kelahiran prematur
3. Lahir dengan berbagai kesulitan dan lahir mati.

Problem Solving Cycle

3
Jaminan mutu layanan kesehatan merupakan suatu proses yang berkesinambungan
atau suatu proses tanpa henti. Dengan demikian, keseluruhan rangkaian kegiatan yang
terdapat dalam proses tersebut merupakan suatu siklus. Siklus tersebut akan berlangsung
terus mengikuti urutan yang berulang sehingga disebut sebagai siklus pemecahan masalah
mutu layanan kesehatan.

Siklus itu diawali oleh kegiatan identifikasi masalah, penentuan prioritas masalah,
pernyataan masalah, pembentukan kelompok pemecah masalah, kemudian pemahaman
proses lokasi masalah (proses-proses yang ada di dalam lokasi masalah), penentuan penyebab
masalah, pengumpulan data penyebab masalah, dan penentuan penyebab masalah terpilih.
Selanjutnya, kegiatan penentuan alternatif pemecahan masalah, penentuan pemecahan
masalah terpilih, penyusunan rencana pemecahan masalah, dan disusul oleh penerapan
pemecahan masalah. Siklus diakhiri dengan pemantauan dan evaluasi hasil. Tidak semua
masalah mutu layanan kesehatan dipecahkan dengan menggunakan siklus tersebut, masalah
mutu layanan kesehatan yang sederhana tentu tidak perlu dipecahkan dengan menggunakan
siklus.

Berdasarkan dari skenario, rincian yang dapat dianalisa adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi masalah:
Apakah telah terjadi masalah mutu dalam layanan di Puskesmas kecamatan A ?
Jawabnya tentu Ya, telah terjadi masalah mutu pada Puskesmas kecamatan A, karena
AKI (Angka Kematian Ibu) yang tinggi.

2. Prioritas masalah:
Prioritas masalah yang akan diselesaikan adalah tingginya angka kematian ibu
akibat sosial ekonomi yang rendah, terutama Neonatal.

3. Penyelesaian:
Ada beberapa program dari puskesmas salah satunya adalah Program KIA

4. Prioritas alternatif:
Dengan fokus terhadap kesehatan ibu, baik terhadap ibu sebelum hamil, bersalin,
maupun nifas yang juga berhubungan dengan masalah sosial ekonomi yang rendah.

4
Puskesmas

Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat


pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat. Melalui program
dan kegiatannya, puskesmas berperan serta mewujudkan keberhasilan pembangunan
kesehatan Indonesia, khususnya di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.5

Sistem Puskesmas dengan subsistemnya adalah:

1. Bagian Program Perbaikan Gizi Masyarakat (Gizi).


2. Bagian Program Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana (KIA-KB).
3. Bagian Program Kesehatan Lingkungan (Kesling).
4. Bagian Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M).
5. Bagian Program Promosi Kesehatan (Promkes).
6. Bagian Program Pengobatan.
7. Bagian Program Spesifik Lokal yang dapat dikembangkan oleh Puskesmas.

Program KIA termasuk satu dari enam program pokok (basic six) Puskesmas yang
bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan mutu pelayanan KIA secara efektif dan
efisien. Program ini bertanggung jawab dalam kegiatan pelayanan sebagai berikut: pelayanan
ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana,
neonatus, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Keberhasilan program KIA
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi salah
satu prioritas utama pembangunan kesehatan di Indonesia.

Berdasarkan sifat pelayanannya puskesmas dibagi menjadi dua:


 Pelayanan Kesehatan Menyeluruh, meliputi:
◦ Kuratif
◦ Preventif
◦ Promotif
◦ Rehabilitatif
 Pelayanan Kesehatan Integrasi (terpadu)
◦ Upaya Kesehatan wajib dan Upaya kesehatan Pengembangan

Kegiatan Program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)


5
Sebagai gambaran tentang mengapa angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian
anak (AKA) tinggi di Indonesia ada beberapa faktor yang dapat disebut 4T, yaitu :

1. Terlalu banyak anak


2. Terlalu pendek jarak hamil dan bersalin
3. Terlalu muda hamil dan melahirkan, dan
4. Terlalu tua untuk hamil kembali.

Selain itu pengetahuan masyarakat tentang kesehatan masih kurang, keadaan gizi
masyarakat belum mantap (anemia hamil masih tinggi) dan masih terdapat infeksi parasit
cacing yang menyebabkan tumbuh kembang janin kurang sempurna, penerimaan KB belum
mantap, pelaksanaan pengawasan hamil belum merata, pertolongan persalinan masih
didominasi oleh dukun terutama didaerah pedesaan, sistem rujukan masih belum memuaskan
sehingga baru dikirimkan ke rumah sakit bila keadaan sudah gawat.1

Adanya pengaruh globalisasi yang telah mengubah pandangan terhadap perilaku


seksual dan menghadapkan ilmu kebidanan dan penyakit kandungan pada berbagai masalah
baru. Dengan demikian ilmu kebidanan dan penyakit kandungan akan berperan sebagai
bagian dari ilmu kesehatan yang mempersoalkan masalah sumber daya manusia sejak awal
kehidupannya sampai meninggal, khususnya wanita.1

Tujuan umum program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya untuk
atau mempercepat pencapaian target Pembangunan Kesehatan Indonesia yaitu Indonesia
Sehat secara meningkatnya derajat kesehatan anak optimal yang merupakan landasan bagi
peningkatan kualitas manusia seutuhnya.6

Kegiatan KIA

 Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita dan anak
prasekolah
 Deteksi dini faktor resiko ibu hamil
 Pemantauan tumbuh kembang balita
 Imunisasi tetanus toksoid 2x pada ibu hamil serta BCG, DPT 3x, Polio 3x dan
Campak 1x pada bayi
 Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA

6
 Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah untuk macam-macam
penyakit
 Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan serta
bayi-bayi yang lahir ditolong oleh dukun selama periode neonatal (0-30 hari)
 Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para dukun bayi serta
kader-kader kesehatan.6,7

Pelayanan Antenatal (ANC)

Pelayanan antenatal adalah pelayanan terhadap individu yang bersifat preventif care
untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang baik bagi ibu maupun janin agar dapat
melalui persalinan dengan sehat dan aman, diperlukan kesiapan fisik dan mental ibu sehingga
ibu dalam status kesehatan yang optimal, karena dengan keadaan kesehatan ibu yang optimal
sangat berpengaruh bagi pertumbuhan janin yang dikandungnya.8

Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4. Cakupan
K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang
telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah
mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai standar serta paling sedikit empat kali kunjungan,
dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada
trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan
kepada ibu hamil

Tujuan pelayanan antenatal adalah sebagai berikut :

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh


kembang janin
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu
3. Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit / komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, temasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan persalinan yang aman dengan trauma
seminimal mungkin
5. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan mempersiapkan ibu agar dapat
memberikan ASI secara eksklusif

7
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran janin agar dapat
tumbuh kembang secara normal
7. Mengurangi bayi lahir premature, kelahiran mati dan kematian neonatal9

Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang mencakup minimal :10,11

1. Timbang badan dan ukur badan


2. Ukur tekanan darah
3. Skrining status imunisasi Tetanus Toksoid. Tujuannya untuk melindungi ibu dan bayi
yang dilahirkan dari tetanus neonatorum, imunisasi ini diberikan sebanyak 5 kali. TT1
diberikan pada kunjungan antenatal pertama, TT2 diberikan empat minggu setelah
TT1, TT3 diberikan enam bulan setelah TT2, TT4 diberikan satu tahun setelah TT3,
dan TT5 diberikan satu tahun setelah TT4
4. Ukur tinggi fundus uteri
5. Pemberian tablet besi (90 tbalet) selama kehamilan. Tiap tablet mengandung FeSO4
320 mg( zat besi 60 mg) dan asam folat 500 ug, minmal masing – masing 90 tablet.
6. Temu wicara / pemberian komunikasi interpersonal dan konseling
7. Tes laboratorium sederhana (Hb, protein urin) berdasarkan indikasi (HbsAg, sifilis,
HIV, malaria , TBC, PMS)

Evaluasi Program

Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis hasil evaluasi dan pengembangan


program adalah pendekatan sistem. Dengan mengikuti alur pikir pendekatan ini
memungkinkan untuk pengawas mengumpulkan, menganalisis dan mempergunakan data
untuk mengetahui kesenjangan antara input dan output. Pelaksanaan tugas yang efektif jika
kondisi nyata masyarakat dapat ditingkatkan sehingga mendekati kondisi yang
diharapkannya. Pelaksanaan pengembangan mutu kegiatan seperti yang terlihat dalam urutan
kegiatan sebagai berikut:12

1. Analisis profil sebagai landasan aplikasi standar melalui analisis kondisi nyata,
kondisi yang diketahui serta merumuskan kondisi yang diharapkan.
2. Menentukan indikator mutu yang meliputi indikator operasioal, pengukuran yang
dilandasi dengan memperhatikan kebutuhan komunitas.

8
3. Mengembangkan perangkat evaluasi dengan mengembangkan disain pengukuran,
melakukan pengukuran, mengolah data, dan merekomendasikan perbaikan.
4. Melaksanakan pengukuran dalam rangka meningkatkan mutu sistem informasi
manajemen puskesmas serta mengaplikasikan teknologi informasi dan komunikasi.

Dalam usaha mencapai tujuan di atas pelaksanaan pengawasan menggunakan strategi utama,
yaitu:3

1. Pengumpulan data monitoring dan evaluasi sitem perencanaan, pelaksanaan,


dan evaluasi program.
2. Pengumpulan data kuantitatif dan informasi mengenai kinerja puskesmas
3. Pembinaan kader puskesmas dalam pengembangan perencanaan pengelolaan
dan pembelajaran, pelasanaan tugas sesuai dangan program.
4. Pelaksanaan evaluasi, reflekesi ketercapaian target yang direncanakan dan
perbaikan berkelanjutan.

Kesimpulan

Keberhasilan program KIA menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) menjadi salah satu prioritas utama pembangunan kesehatan di
Indonesia yang salah satunya dicanangkan melalui puskesmas. Pada Puskesma kecamatan A
terdapat AKI yang tinggi yang disebabkan karena adanya masalah dalam pelaksaan program
pelayanan kesehatan yang mencakup unsur-unsur masukan, pengetahuan, dan keadaan sosial-
ekonomi penduduk. Maka diperlukan peninjauan kembali atau evaluasi program dengan
penelitian yang epidemiologis.

Daftar Pustaka

1. Manuaba IAC. Memahami kesehatan reproduksi wanita. Ed 2. Jakarta: EGC; 2009.


2. Eko B. Pengantar epidemiologi. Ed 2. Jakarta: EGC; 2005; h. 74-5.
3. Manuaba IBG. Pengantar kuliah obstetri. Ed 1. Jakarta: EGC; 2007; h. 6-7.
4. Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2011.
5. Balai Pelatihan Kesehatan. Pedoman praktis pelaksanaan kerja di puskesmas. 2000.

9
6. Depkes. Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di
Indonesia. 2014.
7. Kementrian Kesehatan RI. Rencana Operasional Promosi Kesehatan Ibu dan Anak.
2010.
8. Indarwati R. Puskesmas. Universitas Airlangga.Surabaya. 2008.
9. Dyah A.N. Faktor – Faktor yang berhubungan dengan perilaku antenatal care ibu
hamil trimester tiga di kelurahan way mengaku kecamatan balik bukit kabupaten
lampung barat pada agustus 2010. Universitas Pembangunan Nasional Veteran.
Jakarta. 2010.
10. Revisi Buku Pedoman Kerja Puskesmas Tim. Kesehatan Lingkungan Pemukiman.
Pedoman Kerja Puskesmas. Jilid 3. Jakarta: Departeman Kesehatan RI, 1991.h.G1-80.
11. Depkes. Pedoman penyelenggaraan imunisasi.dalam keputusan meneteri kesehatan
Republik Indonesia nomor 1059/MENKES/SK/IX/2004.Jakarta.2004.
12. Syafrudin, Hamidah. Kebidanan komunitas. Jakarta: EGC; 2009.

10

Anda mungkin juga menyukai